• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung (Zea mays) dengan HCl 1% terhadap Kadar Glukosa untuk Pembuatan Bioetanol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung (Zea mays) dengan HCl 1% terhadap Kadar Glukosa untuk Pembuatan Bioetanol"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol

jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan

meningkatkan jumlah sampah (Hidayati,D.2006). Tongkol jagung dan biji jagung

merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran,

dan bahan baku sebagai industri makanan. Tongkol jagung mengandung xylan

31.1%, selulosa 34.3%, lignin 17.7%, dan abu 16.9%. Komposisi kimia tersebut

membuat tongkol jagung dapat digunakan sebagai sumber energi, bahan pakan

ternak, dan sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikro organisme

(Shofiyanto, 2008).

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa,

pektin dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel

tanaman. Pada proses pematangan, penyimpanan atau pengolahan, komponen

selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan

struktur (Winarno,F.G.1992).

Selulosa membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan.

Ketegaran selulosa disebabkan oleh struktur keseluruhannya. Molekul selulosa

merupakan rantai-rantai dari D-glukosa sampai 14.000 satuan yang terdapat

sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan

hydrogen. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4-β

-D-glukosa. Hidrolisis lengkap HCl dalam air, hanya menghasilkan D--D-glukosa.

Disakarida yang terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah

selobiosa, yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi D-glukosa dengan suatu

(2)

Glukosa juga dinamakan dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas dialam

dalam jumlah sedikit yaitu didalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohn dan

bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan

glukosa dalam bentuk D-glukosa. Glukosa murni yang ada dipasar biasanya

diperoleh dari hasil olahan pati. Glukosa memegang peranan penting dalam ilmu

gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltose, dan

laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa difermentasi akan menghasilkan

alkohol, fermentasi glukosa adalah proses biologi dimana glukosa diubah menjadi

energi seluler dan juga menghasilkan bioetanol dan karbon dioksida sebagai

produk sampingan. Karena proses ini tidak membutuhkan oksigen melainkan

khamir yang melakukannya, maka fermentasi glukosa ini digolongkan respirasi

anaerob (Almatsier, 2001).

Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu bahan bakar nabati yang saat

ini menjadi primadona untuk menggantikan minyak bumi. Minyak bumi saat ini

harganya semakin meningkat, selain kurang ramah lingkungan juga termasuk

sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Bioetanol mempunyai kelebihan

selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai campuran BBM terbukti dapat

mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Bioetanol

dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia,

sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya

sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan

bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti

tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), batang

pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu)

(Komarayati, S. dan Gusmailina, 2010).

Manfaat umum yang dapat diperoleh dari bahan bakar bioetanol, antara

lain digunakan untuk bahan baku industri turunan alkohol, campuran minuman

(3)

Misalnya, untuk kebutuhan industry diperlukan bioetanol berkadar 99,5-100%,

atau bioetanol yang harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif

(Abidin, R. 2009)

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pembuatan bioetanol dari

hasil hidrolisis selulosa ampas tebu secara fermentasi dengan variasi penambahan

ragi roti dan lama waktu fermentasi oleh Feri Susanto (2008), dimana kadar

bioetanol tertinggi yaitu sebesar 5.12% pada penambahan ragi roti 2 gram dengan

lama waktu 6 hari. Selain itu, Lisma Sari (2010) juga melakukan penelitian

tentang pembuatan bioetanol dari hasil hidrolisis selulosa jerami padi secara

fermentasi dengan variasi penambahan ragi roti dan lama waktu fermentasi,

dimana kadar bioetanol tertinggi sebesar 7.43% pada penambahan ragi roti 6 gram

dan lama waktu fermentasi 6 hari. Pada penelitian lainnya Annisa Suri (2008)

melakukan penelitian tentang pembuatan bioetanol dari hasil hidrolisis selulosa

tandan kosong kelapa sawit secara fermentasi dengan variasi penambahan ragi roti

dan lama waktu fermentasi, dimana kadar bioetanol tertinggi sebesar 7.59% pada

penambahan ragi roti 6 gram dan lama waktu fermentasi 6 hari. Pada penelitian

tersebut hanya dibahas mengenai variasi penambahan ragi roti dan lama waktu

fermentasi, tanpa membahas pengaruh lama waktu hidrolisis selulosa untuk

menghasilkan larutan gula hasil hidrolisis.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh lama hidrolisis terhadap glukosa hasil hidrolisis

selulosa tongkol jagung dengan menggunakan HCl 1%, dimana akan dilihat kadar

(4)

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Berapakah kadar glukosa yang diperoleh berdasarkan variasi waktu

hidrolisis selulosa tongkol jagung?

2. Berapakah kemurnian bioetanol yang diperoleh?

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :

1. Bahan baku fermentasi adalah glukosa hasil hidrolisis selulosa dari

tongkol jagung

2. Mikroba yang digunakan berasal dari ragi roti dalam bentuk kemasan saf

instan

3. Variasi lama waktu hidrolisis adalah 90, 120 dan 150 menit

4. Berat ragi roti yang digunakan dalam fermentasi adalah 3, 5, dan 7 gram

5. Lama fermentasi adalah 2, 4, dan 6 hari

6. Kadar glukosa ditentukan dengan metode Luff-Schroll

7. Pengukuran kemurnian bioetanol menggunakan Kromatografi gas.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar glukosa yang diperoleh berdasarkan variasi

waktu hidrolisis selulosa tongkol jagung

(5)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang berguna

dalam upaya pemanfaatan limbah jagung, sehingga masyarakat setempat dapat

memanfaatkannya, serta turut berpartisipasi dalam upaya mengurangi limbah

jagung.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/ Kimia Bahan Makanan

FMIPA-USU, dan Laboratorium Kimia Dasar FMIPA-USU.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan tongkol

jagung dimana metode penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Penelitian dilakukan dengan 4 tahapan yaitu:

1. Penyediaan selulosa tongkol jagung

• Bahan baku adalah tongkol jagung

• Proses isolasi selulosa dengan cara delignifikasi tongkol jagung

2. Peyediaan glukosa dari hidrolisis selulosa tongkol jagung

• Bahan baku adalah selulosa yang diisolasi dari tongkol jagung

• Proses konversi selulosa tongkol jagung menjadi glukosa adalah hidrolisis

dengan menggunakan HCl 1%

• Kadar glukosa dianalisa dengan menggunakan metode Luff-Schroll

3. Fermentasi glukosa dari hidrolisis selulosa tongkol jagung untuk menghasilkan

bioetanol

• Substrat yang digunakan pada fermentasi adalah glukosa hasil hidrolisis

selulosa dari tongkol jagung

(6)

• Yield bioetanol yang dihasilkan dianalisa dengan menggunakan metode

kromatografi gas.

4. Pemurnian bioetanol hasil fermentasi

• bioetanol dipisahkan dari sisa glukosa dengan menggunakan alat destilasi

• Yield bioetanol hasil pemisahan dianalisa dengan menggunakan metode

kromatografi gas

Adapun variable-variabel dalam penelitian adalah:

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempunyai pengaruh terhadap kadar

bioetanol, yaitu:

• Pengaruh variasi lama hidrolisis yaitu 90, 120 dan 150 menit terhadap

kadar glukosa dan kadar bioetanol

• Pengaruh variasi lama fermentasi yaitu 2, 4, dan 6 hari terhadap kadar

kadar bioetanol

• Pengaruh variasi berat ragi roti yaitu 3,5, dan 7 gram terhadap kadar kadar

bioetanol

2. Variabel terikat adalah variabel yang terukur terhadap perubahan perlakuan.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat, yaitu:

• Kadar Bioetanol

3. Variabel tetap adalah variabel yang dibuat tetap sehingga tidak menyebabkan

terjadinya perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel tetap

adalah:

• Berat Sampel

• pH fermentasi yaitu pH= 4-4,5

• Temperature fermentasi

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Algoritma Greedy Knapsack dilakukan untuk menentukan prioritas jalan dengan profit dan biaya yang optimal dari data perbaikan jalan. Aplikasi ini menggunakan prosedur

Oleh karena itu, tidak sedikit masyarakat Jawa Timur yang lebih memilih untuk menggunakan telepon rumah biasa dan handphone (HP) untuk berkomunikasi.. Pada tahun 2009 terdapat

[r]

217 UK/UTN SM3T PGSD UMMU KHOLIFATUL KHASANAH Universitas Negeri Semarang PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 218 UK/UTN SM3T PGSD WISNU AJI DWI ATMANTO Universitas Negeri Semarang PPG

[r]

20 UK/UTN SM3T BK AFTUKUL FENDIK KHULAFAUROSYIDIN Universitas Negeri Surabaya PPG SM3T UTAMA MENGULANG 21 UK/UTN SM3T BK ALDIANA NUR FITRIANI Universitas Negeri Surabaya PPG SM3T

FAIZAL Universitas Negeri Yogyakarta PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 81 UK/UTN SM3T Ekonomi RISNA NOFIANTI Universitas Negeri Yogyakarta PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 82 UK/UTN

Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengelompokkan berbagai kegiatan yang tidak sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah dengan percaya diri.. Dengan mengamati