• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Pasien Terhadap Pemakaian Single-Tooth Implant yang Dirawat Dokter Gigi Tahun 2009-2012 di Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepuasan Pasien Terhadap Pemakaian Single-Tooth Implant yang Dirawat Dokter Gigi Tahun 2009-2012 di Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan Kota Medan."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Gigi Sebagian

Kehilangan gigi sebagian merupakan keadaan dimana satu atau lebih gigi seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya, dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, dan beberapa faktor bukan penyakit. Kondisi ini selain menyebabkan hilangnya rasa percaya diri juga mengurangi efisiensi pengunyahan yang dalam jangka panjang akan menimbulkan gangguan nutrisi.1 Saat ini, kasus kehilangan satu gigi pada regio posterior, terutama pada gigi molar pertama sering dijumpai dalam praktek klinis. Penyebab kehilangan gigi posterior yang paling umum antara lain karies, kegagalan perawatan endodontik, dan kegagalan dari restorasi perawatan endodontik.6 Perawatan untuk mengganti kehilangan gigi bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, estetik dan fonetik. Perawatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan gigitiruan cekat dan gigitiruan lepasan.

2.2 Perawatan Kehilangan Gigi Sebagian

Perawatan untuk merawat kehilangan gigi sebagian dapat menggunakan gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat. Gigitiruan lepasan merupakan gigitiruan yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien, sedangkan gigitiruan cekat adalah gigitiruan yang tidak dapat dilepas oleh pasien, gigitiruan ini disemen, dilekatkan secara permanen pada gigi asli, sisa akar gigi, ataupun implant yang berfungsi sebagai penjangkar. Gigitiruan lepasan yang umum digunakan adalah gigitiruan sebagian lepasan (GTSL), berfungsi menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, tetapi pada rahang masih terdapat beberapa gigi asli yang berfungsi untuk menahan cangkolan.28-9

(2)

bergantung pada prognosis gigi yang digunakan sebagai penyangga. Gigi yang digunakan sebagai penyangga harus bebas dari karies dan pulpa dalam keadaan sehat atau sudah dirawat dengan perawatan endodontik tanpa adanya patologi pada bagian apikal, karena perawatan gigitiruan cekat ini memerlukan pengasahan pada gigi tetangganya. Jaringan periodonsium juga harus sehat dan terjaga dengan baik.2 Perawatan kehilangan gigi sebagian dengan menggunakan dental implant merupakan jenis perawatan yang tergolong rumit dan spesial.8,30

2.3 Dental Implant 2.3.1 Definisi

Perawatan dental implant adalah perawatan mengganti gigi yang hilang dengan gigitiruan yang didukung oleh implant, dapat bersifat sebagai gigitiruan lepasan ataupun gigitiruan cekat. Implant adalah sebuah alat yang dapat ditanamkan pada tulang rahang ataupun diatas tulang rahang untuk memberikan dukungan pada rekonstruksi prostetik, dapat digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi, beberapa gigi, ataupun semua gigi. Perawatan dental implant memberi kesempatan kepada pasien yang telah mengalami kehilangan gigi untuk memperoleh gigitiruan yang terasa seperti gigi asli sehingga kualitas hidup pasien terjaga.5,7,8

2.3.2 Sejarah

Penggunaan implant untuk mengganti kehilangan gigi telah dilakukan sejak lama, penemuan arkeolog membuktikan bahwa penduduk Mesir Kuno dan penduduk Amerika Selatan bereksperimen menanam kembali gigi dengan tanduk gajah ataupun dengan kayu yang sudah dibentuk. Pada abad ke 18 dilakukan percobaan mengganti kehilangan gigi dengan menanamkan gigi orang yang bersedia mendonor ke pasien. Tingkat keberhasilan teknik ini rendah, dikarenakan reaksi penolakan dari penerima.5

(3)

porselen yang berbeda-beda tetapi tingkat keberhasilannya rendah dikarenakan reaksi penolakan dari jaringan tubuh. Pada tahun 1937, Strock melaporkan seri pertama vitallium (logam campuran dari cobalt, chromium, dan molybdenum) yang ditanamkan pada soket bekas pencabutan tidak menimbulkan komplikasi ataupun reaksi penolakan.5

Pencetus ilmu kedokteran gigi modern adalah Professor P.I. Branemark, ketika melakukan penelitian mikroskopik pada tulang kaki kelinci, terjadi ikatan yang unik antara tabung pengamatan yang terbuat dari titanium dan tulang. Penyatuan ikatan ini disebut osseointegrasi, yaitu hubungan langsung secara struktural dan fungsional antara tulang dan permukaan implant. Penggunaan implant dengan bahan titanium dalam merawat pasien edentulus mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan subperiosteal implant yang terbuat dari bahan vitallium dan blade implant yang secara umum terbuat dari metal.2

Penggunaan Perawatan dental implant untuk mengganti kehilangan gigi sebagian di seluruh dunia mempunyai tingkat keberhasilan 95% dan lama penggunaan selama 15 tahun. Selain itu, Perawatan dental implant juga bersifat lebih konservatif dibandingkan perawatan gigitiruan jembatan karena tidak memerlukan pengasahan gigi tetangga dan mendukung pemeliharaan tulang alveolar disekitarnya.31

2.3.3 Klasifikasi

Implant yang digunakan sampai saat ini mempunyai variasi yang berbeda dari beberapa aspek seperti bentuk, lokasi penjangkaran, permukaan implant, dan bahan

implant. Secara umum, implant dapat diklasifikasi menjadi subperiosteal implant,

transosteal implant, dan endosteal implant. 2.3.3.1 Subperiosteal Implant

(4)

Gambar 1. Subperiosteal implant (a) Ilustrasi.32 (b) Dalam rongga mulut.33 (c) Radiografi.33

2.3.3.2 Transosteal Implant

Implant ini terutama dibuat untuk rahang bawah, penanaman implant ini dilakukan dengan cara menanamkan implant dari bawah tulang rahang sampai menembus bagian atas tulang rahang. Lokasi penanaman implant ini umumnya pada daerah dagu, digunakan sebagai retensi gigitiruan penuh.5,9

(a)

(5)

Gambar 2. Transosteal implant (a), (b), dan (c) Ilustrasi.32,34-5

2.3.3.3 Endosteal Implant

Merupakan implant yang ditanamkan pada tulang rahang, dibagi menjadi:5,9

a) Ramus Implant

Pemakaian implant ini digunakan pada pasien yang mengalami kehilangan seluruh gigi disertai dengan resorpsi yang parah pada rahang bawah. Resorpsi yang terjadi harus secara merata. Penanaman implant ini dilakukan pada tiga daerah, yaitu daerah paling anterior dari dagu, daerah gigi molar terakhir bagian kanan dan kiri.

(a)

(6)

Gambar 3. Ramus implant (a) Bentuk.36 (b) dan (c) Ilustrasi.36 (d) Radiografi.35

b) Blade Implant

Implant ini berbentuk seperti silet, tujuan pembuatan implant ini adalah untuk mengakomodasi pasien dengan linggir alveolar yang sempit. Desain implant ini menggunakan panjang sisa linggir alveolar untuk penjangkaran. Implant ini dapat digunakan untuk mengganti kehilangan gigi sebagian, tetapi sudah tidak digunakan lagi dikarenakan kegagalan yang berkaitan dengan infeksi dan kerusakan jaringan lunak.

(a) (b)

(7)

Gambar 4. Blade implant (a) Bentuk.35 (b) dan (c) Ilustrasi.37-8 (d) Radiografi.39

c) Root Implant

Implant ini berbentuk seperti sekrup atau silinder yang menggunakan prinsip osseointegrasi sebagai penjangkar. Osseointegrasi merupakan mekanisme perlekatan langsung secara struktural dan fungsional antara tulang dan permukaan implant.Sejak pertengahan abad 1980, implant yang berbentuk seperti sekrup atau silinder ini telah menjadi pilihan utama implant yang digunakan oleh klinisi. Subperiosteal,

transosteal dan blade implant telah digantikan oleh root implant disebabkan keberhasilan perawatan implant tersebut dapat diprediksi dan penggunaannya mudah.5

(a) (b)

(8)

2.3.4 Root Implant

Merupakan implant yang ditanam pada tulang rahang. Implant ini dapat digunakan untuk mengganti kehilangan gigi sebagian ataupun kehilangan seluruh gigi. Saat ini, terdapat ± 100 jenis sistem implant yang berbeda-beda. Setiap jenis sistem implant mempunyai spesifikasi dan bentuk implant yang berbeda, komponen penghubung implant dengan gigitiruan yang berbeda, dan instrumentasi alat yang berbeda, tetapi bila dibandingkan tidak ada jenis sistem implant yang lebih superior daripada yang lain. Selain itu, tidak ada dokumentasi yang menyatakan adanya tipe permukaan implant, cara penanaman implant, dan mekanisme perlekatan gigitiruan yang lebih superior daripada yang lain. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam fungsi estetik dan fungsional implant adalah pengalaman, kemampuan, dan penilaian daripada klinisi.5,9 Root implant dapat digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi, beberapa gigi, ataupun seluruh gigi.

Gambar 5. Root implant (a) Mengganti kehilangan satu gigi, single-tooth implant.40 (b) Mengganti kehilangan gigi sebagian, implant-supported bridge.41 (c) Mengganti kehilangan seluruh gigi, implant-supported overdenture.42

(a)

(9)

2.3.4.1 Syarat dan Lokasi Penanaman Root Implant

Syarat untuk dapat dilakukannya penanaman implant adalah tersedianya volume tulang, saat ini untuk menilai dan mengetahui ketebalan dan tinggi tulang alveolar secara tepat dapat dilakukan dengan mempergunakan CT Scan dan tinggi tulang yang tepat untuk penanaman implant adalah minimum 12 mm pada regio anterior dan minimum 7 mm pada regio posterior.5,10-4 Menurut Miller dkk. (2008) tinggi tulang yang diperlukan adalah setinggi 7-9 mm dan selebar 4-6 mm untuk

implant yang berdiameter 3,75-4 mm. Saat menentukan lokasi penanaman implant, diperlukan jarak minimal 2 mm antara struktur anatomis dan implant. Beberapa struktur anatomis yang harus dipertimbangkan adalah:5

a) Rahang Atas

Posisi sinus maksilaris, foramen insisivus dan foramen nasopalatinus, rongga hidung, lokasi pembuluh darah palatinus dan posisi akar gigi yang bersebelahan dengan lokasi penanaman implant.

b) Rahang Bawah

Posisi pembuluh darah inferior yang melewati crest alveolar, foramen mentalis dan genial tuberkel, dan posisi akar gigi yang bersebelahan dengan lokasi penanaman implant.

2.3.4.2 Single-Tooth Implant

Perawatan single-tooth implant adalah perawatan mengganti kehilangan satu gigi dengan menggunakan gigitiruan cekat yang didukung oleh penjangkar berbentuk seperti sekrup atau silinder menggunakan prinsip osseointegrasi.5,6,9,15 Perawatan ini mirip dengan perawatan gigitiruan cekat, dimana gigitiruan dibuat sesuai dengan keadaan rongga mulut pasien, dan akan dilekatkan secara permanen dengan cara disemenkan pada penjangkar. Selain dengan cara disemenkan, gigitiruan tersebut juga dapat ditahan dengan menggunakan sekrup.6,28-9 Perawatan single-tooth implant

(10)

baik.22 Implant yang ditanam berfungsi sebagai pengganti akar gigi yang akan menyangga gigitiruan dan menghantarkan stimulus pada tulang disekitar implant agar tidak terjadi resorpsi.Lokasi pemasangan single-tooth implant dapat dilakukan pada regio anterior dan/atau posterior, pada rahang atas dan/atau rahang bawah.6

Gambar 6. Single-tooth implant (a) dan (b) Ilustrasi.43-4 (c) Radiografi.45

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapat hasil maksimal dalam perawatan single-tooth implant pada regio posterior antara lain:

a) Buccal Corridor

Merupakan ruang hitam antara gigi yang berada di posisi paling buccal dan komisura bibir ketika tersenyum. Ukuran gigi posterior rahang atas terutama gigi premolar kedua dan molar pertama sangat berperan dalam menentukan jarak buccal

(a)

(11)

corridor. Jarak buccal corridor merupakan fitur yang berperan dalam ketertarikan sebuah senyuman.46-7 Hasil penelitian Ker dkk. (2008) melaporkan bahwa responden memilih jarak buccal corridor sebagai fitur yang dapat mempengaruhi senyuman setelah fitur lengkung senyum.46 Menurut penelitian Martin dkk. (2007), dokter gigi spesialis ortodonti dan masyarakat umum menilai senyuman dengan jarak buccal corridor yang minimum secara signifikan lebih menarik dibandingkan senyuman dengan jarak buccal corridor yang besar. Hal ini juga ditegaskan oleh penelitian Moore dkk. (2005), yang melaporkan jarak buccal corridor yang minimal merupakan fitur estetik yang diinginkan oleh pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.47 Dalam perawatan single-tooth implant terutama pada regio posterior rahang atas perlu diperhatikan jarak buccal corridor karena mempengaruhi aspek estetik.

Gambar 7. Buccal corridor (a) Maksimum. (b) Ideal. (c) Minimum.46

b) Posisi dan Ukuran Gigitiruan Posterior Rahang Atas

Penentuan posisi dan ukuran gigitiruan posterior rahang atas perlu mempertimbangkan ruang yang cukup untuk dorsum lidah berkontak dengan seluruh permukaan palatal gigi posterior rahang atas agar tidak menggangu aliran udara yang keluar untuk mengucapkan huruf konsonan seperti t, d, s, n, k, dan c.48

c) Posterior Speaking Space

Merupakan jarak antara gigi posterior rahang atas dan rahang bawah saat mengucapkan huruf s dimana gigi berada pada keadaan hampir berkontak. Menurut Pound E (2010), gigi pada regio anterior dan posterior tidak seharusnya berkontak

(b)

(12)

ketika sedang berbicara.49 Dalam perawatan single-tooth implant terutama pada regio posterior rahang atas dan/atau rahang bawah, ukuran gigitiruan yang akan digunakan perlu diperhatikan agar tidak mengganggu pengucapan. Pada rahang bawah posterior, ukuran gigitiruan yang terlalu besar selain dapat mengakibatkan gangguan ketika berbicara, juga mengakibatkan pergerakan lidah menjadi terganggu.

Gambar 8. Posterior speaking space.49

d) Oklusi Gigitiruan

Merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan perawatan restorasi. Jika lokasi penanaman dental implant tidak tepat, maka dapat terjadi kontak oklusi yang tidak seimbang, fraktur gigitiruan, gangguan TMJ, dan terjadi mobilitas pada implant.

2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi

Beberapa indikasi dari perawatan dental implant adalah:15,50

1. Koordinasi otot yang kurang, sehingga stabilisasi gigitiruan lepasan sulit tercapai.

2. Pasien yang sulit memakai gigitiruan sebagian lepasan.

3. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan jembatan. 4. Kesehatan umum dan kesehatan rongga mulut pasien baik.

(13)

Beberapa kontraindikasi dari perawatan dental implant adalah:5,9,15,50

1. Pasien dengan riwayat penyakit diabetes yang tidak terkontrol, anemia, leukemia, hemofilia, dan osteoporosis.

2. Pasien yang menjalani terapi radiasi, sehingga osseointegrasi sulit terjadi, dan terjadi resorpsi tulang.

3. Pasien dengan kelainan parafungsional seperti kebiasaan bruksism. 4. Pasien yang mempunyai oral higiene yang jelek.

5. Pasien dengan kebiasaan merokok.

6. Kehamilan dan menopause juga mempengaruhi keberhasilan perawatan, dimana saat masa kehamilan respon inflamasi tinggi sedangkan pada saat menopause osteoporosis mulai terjadi.

2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa kelebihan dari perawatan dental implant adalah:15

1. Merupakan perawatan yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada gigi tetangga ataupun gigi penyangga.

2. Perawatan dental implant tidak memerlukan preparasi gigi tetangga seperti yang diperlukan pada perawatan gigitiruan jembatan.

3. Meningkatkan rasa percaya diri karena peningkatan fungsi pengunyahan, estetik dan fonetik.

4. Resorpsi tulang yang dikarenakan kehilangan gigi berkurang secara signifikan.

5. Meningkatkan kenyamanan pasien karena tidak mempunyai plat palatal. 6. Bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan hasil yang memuaskan. 7. Meningkatkan stabilitas gigitiruan pasien.

Beberapa kekurangan dari perawatan dental implant adalah:15

(14)

3. Pasien harus mempunyai kualitas tulang yang baik, mempunyai lebar dan tinggi tulang alveolar yang cukup.

2.3.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi dari perawatan dental implant adalah:15

1. Terjadi infeksi pada daerah tulang dan gingiva, yaitu peri-implantitis. 2. Terjadi kehilangan rasa akibat terlukanya saraf inferior.

3. Terjadi reaksi penolakan antara bahan implant dengan jaringan tulang. 4. Terjadi resorpsi tulang karena kolonisasi bakteri pada bagian sulkus

implant.

5. Terjadi perforasi rongga sinus jika penilaian terhadap radiografi pasien tidak dilakukan secara seksama.

6. Terjadi fraktur implant dan tulang rahang setelah penggunaan dalam jangka waktu yang panjang jika penanaman implant dilakukan dengan tidak tepat.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien dengan Perawatan Dental Implant

2.4.1 Usia

(15)

2.4.2 Jenis Kelamin

Menurut hasil penelitian Vallittu dkk. (1996), pasien yang berjenis kelamin perempuan lebih mementingkan estetik daripada pasien laki-laki.22 Hasil penelitian Levi (2001) melaporkan bahwa pasien yang berjenis kelamin laki-laki lebih mudah puas dibandingkan pasien perempuan.Hal ini ditegaskan oleh penelitian Al-Hamdan dan Meshrif (2007), yang melaporkan pasien laki-laki lebih mudah puas terhadap hasil estetik perawatan dental implant daripada perempuan dan penelitian Balaguer (2011) yang melaporkan pasien laki-laki cenderung lebih puas dalam penilaian fungsi pengunyahan daripada pasien perempuan.18,21

2.4.3 Tingkat Pendidikan

Menurut hasil penelitian Vallittu dkk. (1996), pasien dengan tingkat pendidikan rendah lebih mudah puas terhadap fungsi estetik dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.22 Hasil penelitian Al-Hamdan dan Meshrif (2007) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan pasien terhadap informasi yang diberikan sebelum perawatan implant dilakukan.18 Namun hasil penelitian Kiyak dkk. (1990) dan Chang dkk. (1999), melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan pasien yang berpendidikan rendah maupun yang berpendidikan tinggi terhadap hasil perawatan implant.23-4

2.4.4 Lokasi Pemasangan

Menurut hasil penelitian Al-Hamdan dan Meshrif (2007), sebesar 76% pasien yang merasa sangat puas terhadap fungsi merupakan pasien yang menggunakan

(16)

2.4.5 Lama Pemakaian

Menurut penelitian Gibbard dan Zarb (2002), setelah pemakaian selama lebih dari 5 tahun, sebesar 100% implant yang tertanam memenuhi kriteria keberhasilan, dimana implant tidak ada mobilitas dan rata-rata kehilangan tulang kurang dari 0.2 mm pertahun.26 Menurut penelitian Heo (2008), pasien yang telah memakai

dental implant selama lebih dari tujuh tahun mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dalam aspek estetik dibandingkan dengan pasien yang telah memakai dental implant kurang dari tiga tahun.19 Hal ini ditegaskan oleh penelitian Schropp dan Isidor (2008), yang menyatakan pasien yang sudah memakai dental implant selama 2 tahun mempunyai tingkat kepuasan yang lebih rendah dalam aspek estetik dan pengunyahan dibandingkan dengan pasien yang telah memakai dental implant selama 5 tahun.25

2.5 Evaluasi Keberhasilan Perawatan Dental Implant

Perawatan dental implant telah diterima menjadi alternatif perawatan yang lebih baik daripada perawatan gigitiruan konvensional. Menurut hasil penelitian Waqner dkk. (2000), pada evaluasi penggunaan gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) setelah 10 tahun, gigitiruan sebagian lepasan yang menggunakan cangkolan sebagai penahan mempunyai tingkat kegagalan tertinggi, yaitu sebesar 66,7%.52 Menurut penelitian Pjetursson dkk. (2007), pada evaluasi penggunaan gigitiruan jembatan setelah 5 tahun, sebesar 19,2% pasien mengalami komplikasi lepasnya gigitiruan jembatan terutama pada regio posterior, 1,5% dikarenakan gigi penyangga mengalami karies pada dan 2,1% dikarenakan penyakit periodontal.53 Menurut hasil penelitian Gibbard dan Zarb (2002), perawatan dental implant mempunyai tingkat keberhasilan sebesar 98%, dimana dari 49 buah implant yang telah ditanam hanya 1 buah implant yang tidak berhasil berosseointegrasi.26 Penelitian Awad dkk. (2002) juga menyimpulkan bahwa pasien yang menjalani perawatan dental implant

(17)

Perawatan dental implant juga lebih superior dalam hal kenyamanan pasien sewaktu mengunyah makanan, estetik, dan fonetik.18 Menurut penelitian Liz Pocztaruk dkk. (2009), terdapat peningkatan fungsi pengunyahan yang signifikan setelah perawatan dental implant.55 Menurut penelitian Wismeijer dkk. (1997), perawatan dental implant dapat meningkatkan kenyamanan pasien, dimana dari 83% pasien yang melaporkan bahwa ada keluhan rasa sakit ketika memakai gigitiruan setelah dilakukan perawatan dental implant keluhan pasien mengenai rasa sakit hanya tinggal 6%.56 Penelitian Al-Makki (2006), menyimpulkan bahwa perawatan dental

implant dapat dipertimbangkan sebagai perawatan pilihan untuk mengganti

kehilangan gigi karena perawatan ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.57 Umumnya evaluasi keberhasilan perawatan dental implant dinilai secara klinis, tetapi menurut laporan prosiding Toronto (1998), dalam menentukan kriteria keberhasilan perawatan di masa mendatang seharusnya dimasukkan kepuasan pasien terhadap hasil perawatan implant yang diterima.18

2.5.1 Evaluasi Dokter Gigi

Beberapa parameter yang umum digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan dental implant adalah jangka waktu pemakaian, resorpsi tulang yang terjadi, dan komplikasi yang terjadi.18 Menurut laporan Skotlandia (2004), kriteria keberhasilan perawatan dental implant secara klinis adalah implant mempunyai penjangkaran yang baik, tidak menyebabkan alergi, tidak terdapat tanda-tanda fraktur, tidak menyebabkan tanda-tanda periimplantitis pada radiografi intraoral.8 Hal ini juga ditegaskan oleh Smith dan Zarb (1989) yang menyatakan keberhasilan perawatan dental implant tercapai ketika:58

1. Secara individual, implant yang ditanam tidak ada mobiliti atau mobiliti yang terjadi kurang dari 1 mm.

(18)

2.5.2 Evaluasi Kepuasan Pasien

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang.59 Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil yang sesuai harapannya. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi harapan seseorang, orang tersebut dikatakan mengalami tingkat kepuasan tinggi. Apabila hasil kerja tersebut sama dengan yang diharapkan, seseorang dikatakan puas. Akan tetapi apabila hasil jauh dibawah harapan, seseorang akan merasa tidak puas.60

Menurut Pohan (2006), kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan kebutuhan pasien dapat dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien.61 Menurut Zaluchu dkk. (2007), kepuasan terbentuk berdasarkan pengalaman seseorang terhadap pengalaman yang lalu dengan kejadian yang sama.60 Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman setelah memakai jasa atau pelayanan.60-1 Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu itu.

Kepuasan pasien terhadap perawatan dental implant adalah tercapainya kenyamanan saat mengunyah makanan, estetik, dan pengucapan huruf-huruf yang tepat.19 Kepuasan pasien terhadap fungsi pengunyahan dental implant adalah tercapainya kontak oklusi yang baik dan kebebasan dalam mengunyah segala jenis makanan, termasuk makanan yang keras dan lengket.62

Kepuasan pasien terhadap fungsi estetik dental implant selain dapat dinilai dari bentuk, ukuran dan warna gigitiruan cekat dapat juga dinilai dari penampilan

(19)

Kepuasan pasien terhadap fungsi fonetik dental implant pada regio posterior rahang atas adalah pengucapan huruf t, d, s, n, k, dan c yang tepat.48 Kepuasan pasien terhadap fungsi fonetik dental implant pada regio posterior rahang bawah adalah pengucapan huruf s yang tepat.49

(20)
(21)

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perawatan Single-Tooth Implant

Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan

Lokasi Pemasangan Lama Pemakaian

Levi (2001), lebih mudah puas terhadap estetik

(22)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien pemakai single-tooth implant yang dirawat dokter gigi tahun 2009-2012 di Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan Kota Medan.

3.3 Sampel

Cara sampling yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu dengan mengambil seluruh populasi yang ada sebagai sampel. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien yang memakai single-tooth implant yang dirawat dokter gigi sejak awal bulan Januari tahun 2009 sampai dengan bulan September tahun 2012 di Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan Kota Medan. Berdasarkan data lokasi pemasangan single-tooth implant yang diperoleh, dari 30 buah implant sebanyak 29 buah implant dipasang pada regio posterior dan hanya 1 buah implant yang dipasang di regio anterior sehingga pada penelitian ini sampel yang diambil hanya pasien yang memakai single-tooth implant pada regio posterior. Pada penelitian ini, besar sampel adalah 29 responden.

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria sampel inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel inklusi pada penelitian ini yaitu:

(23)

2. Pasien yang memakai single-tooth implant untuk mengganti kehilangan gigi pada regio posterior.

3. Pasien yang telah memakai single-tooth implant minimal selama 1 tahun.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria sampel eksklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang tidak memenuhi kriteria penelitian. Sampel eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Pasien single-tooth implant yang mempunyai keluhan rasa sakit. 2. Pasien single-tooth implant yang mempunyai keluhan mobiliti. 3. Pasien single-tooth implant yang mempunyai keluhan gusi berdarah. 4. Pasien single-tooth implant yang tidak bersedia diwawancarai.

5. Pasien single-tooth implant yang tidak berada di tempat saat penelitian dilakukan.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas

Pasien yang memakai single-tooth implant pada regio posterior, dibedakan berdasarkan:

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lokasi pemasangan 5. Lama pemakaian

3.4.2 Variabel Terikat Kepuasan pasien meliputi: 1. Pengunyahan

(24)

3.4.3 Variabel Terkendali Peneliti dan alat ukur yang sama.

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Kejujuran dan keakuratan pasien dalam menjawab pertanyaan.

3.5 Definisi Operasional

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat Ukur

Single-Tooth Implant

Perawatan untuk mengganti kehilangan satu gigi dengan menggunakan gigitiruan yang didukung oleh penjangkar berbentuk seperti sekrup atau silinder terbuat dari titanium dan menggunakan prinsip osseointegrasi.

- -

Usia Umur seseorang yang penentuannya dihitung menurut ulang tahun terakhir. Pembagian kelompok umur menurut WHO dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. 15-44 tahun b. 45-64 tahun c. 65 tahun ke atas

- -

Jenis Kelamin Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan.

- -

Tingkat Pendidikan Pendidikan terakhir yang diselesaikan. Dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Tingkat pendidikan rendah, dibedakan atas SD

b. Tingkat pendidikan menengah, dibedakan atas SMP dan SMA

c. Tingkat pendidikan tinggi, dibedakan atas Perguruan Tinggi

- -

Lokasi Pemasangan Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Rahang atas posterior

b. Rahang bawah posterior

- -

Lama Pemakaian Dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: a. ≥ 1 tahun, tetapi ˂ 2 tahun

b. ≥ 2 tahun, tetapi ˂ 3 tahun c. ≥ 3 tahun, tetapi ˂ 4 tahun d. ≥ 4 tahun

(25)

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala

Hasil dari penilaian pasien terhadap hasil perawatan single-tooth implant yang diterima dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, biasa saja, puas, dan sangat puas terhadap fungsi pengunyahan secara umum, ketika mengunyah makanan yang keras, dan

Hasil dari penilaian pasien terhadap hasil perawatan single-tooth implant yang diterima dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, biasa saja, puas, dan sangat puas

Hasil dari penilaian pasien terhadap hasil perawatan single-tooth implant yang diterima dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, biasa saja, puas, dan sangat puas

Peneliti Orang yang melakukan penelitian. - -

Alat ukur yang

sama Kuesioner. - -

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

(26)

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis

2. Alat pengolah data yaitu komputer

3.7.1.2 Bahan Penelitian Lembar kuesioner

3.7.2 Cara Penelitian

1. Peneliti mengurus surat pengantar untuk izin penelitian dari Departemen Prostodonsia untuk ke bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

2. Peneliti mengurus surat pengantar untuk izin penelitian dari bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi USU untuk ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

3. Setelah memperoleh surat pengantar, peneliti mengunjungi Dinas Kesehatan Kota Medan kemudian mengurus surat pengantar untuk izin mengumpulkan bahan penelitian di Puskesmas Sentosa Baru dan Puskesmas Kampung Baru.

4. Peneliti mengunjungi Puskesmas Sentosa Baru dan Puskesmas Kampung Baru kemudian memulai penelitian dengan menelusuri batas-batas Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan untuk menghitung jumlah praktek dokter gigi pribadi.

5. Peneliti mengunjungi tempat praktek dokter gigi pribadi di Kelurahan Pahlawan dan Kelurahan Hamdan untuk memperoleh jumlah praktek dokter gigi pribadi yang memberikan perawatan dental implant serta yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

(27)

selama minimal 1 tahun. Data yang diperoleh meliputi nama, alamat, dan lokasi pemasangan implant.

7. Sebelum memulai wawancara, peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian membagikan surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian (informed consent) kepada responden.

8. Peneliti mencatat identitas responden kemudian dilanjutkan dengan wawancara langsung dengan responden sambil mengisi kuesioner.

9. Informasi yang diperoleh dari pasien dicatat dengan menggunakan skala

Likert dan dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, biasa saja, puas, dan sangat puas.

10. Sangat tidak puas, tidak puas, dan biasa saja menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak merasa puas, sedangkan puas dan sangat puas menunjukkan bahwa subjek penelitian merasa puas.

(28)

3.8 Kerangka Operasional

Penetapan Jumlah Sampel/Responden Penelitian

Seleksi Sampel/Responden Berdasarkan Kriteria yang Telah Ditetapkan

Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian (Informed Consent)

Wawancara Responden

Pengisian Kuesioner

Tabulasi Data

Pengolahan Data

Kesimpulan

Penetapan Jumlah Praktek Dokter Gigi Pribadi yang Bersedia Ikut Serta dalam Penelitian Penetapan Jumlah Tempat Praktek Dokter Gigi

Pribadi yang Memberikan Perawatan Implant

(29)

3.9 Analisis Data

Gambar

Gambar 1. Subperiosteal implant (a) Ilustrasi.32 (b) Dalam rongga mulut.33   (c) Radiografi.33
Gambar 2. Transosteal implant (a), (b), dan (c) Ilustrasi.32,34-5
Gambar 3. Ramus implant (a) Bentuk.36 (b) dan (c) Ilustrasi.36 (d) Radiografi.35
Gambar 4. Blade implant (a) Bentuk.35 (b) dan (c) Ilustrasi.37-8 (d) Radiografi.39
+5

Referensi

Dokumen terkait