• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1102444 chapter 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "S SEJ 1102444 chapter 3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

PERKEMBANGAN KESENIAN ULIN KOBONGAN DI DESA SAWAH KULONKABUPATEN PURWAKARTA

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan membahas lebih mendalam mengenai metode

dan teknik penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Metode

penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan

judul skripsi yang diangkat, yaitu “Perkembangan Kesenian Ulin Kobongan di Desa Sawah Kulon Kabupaten Purwakarta tahun 1990-2013” adalah metode historis. Metode historis menurut Gosttchlak adalah proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gosttchlak,

1986: 39). Rekaman dan peninggalan pada masa lampau ini bisa disebut dengan

sumber sejarah, sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di masa lampau (Ismaun,

2005, hlm. 35).

Metode sejarah untuk menggali sumber, memberi penilaian, dan

menafsirkan fakta-fakta pada masa lampau untuk dianalisis dan ditarik

kesimpulan dari peristiwa tersebut. Penggunaan metode tersebut sangat berkaitan

dengan tahun yang menjadi batasan waktu penelitian dimana tahun tersebut

merupakan tahun yang telah berlalu dan menjadi bagian dari sejarah. Metode

sejarah mempunyai empat lang kah penting dalam penelitiannya, antara lain: (1)

heuristik; mengumpulkan sumber-sumber sejarah (2) kritik atau analisis; menilai

sumber dan memilah sumber sejarah (3) Interpretasi; menafsirkan keterangan

sumber-sumber sejarah (4) historiografi; penulisan sejarah. Selanjutnya,

langkah-langkah ini akan dijabarkan dalam tiga bagian pembahasan, yaitu persiapan

penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis

atau metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk (1986, hlm. 32) metode sejarah

adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan

(2)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

yang diperoleh dengan menempuh proses Historiografi. Sedangkan Pengertian metode sejarah menurut Ismaun (2005, hlm. 28)adalah:

Metode sejarah adalah seperangkat sarana/sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan, prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness), tentang suatu masa atau peristiwa, untuk mengevaluasi kesaksian (testimony) tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.

Dalam pengertian penelitian sejarah dapat disimpulkan bahwa metode

sejarah merupakan penelitian yang menggunakan tahapan-tahapan tertentu.

Sumber dan fakta yang ada menjadi titik berat dalam penelitian sejarah. Karena

hal ini dapat memepngaruhi hasil dari bahan yang inggin diketahui peneliti.

Menurut menurut Sjamsudidin (2012, hlm. 89) mengemukakan paling

tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik yang

dipilih.

3. Membuat catatan penting tentang apa saja yang dianggap penting dan

sesuai dengan topik yang dipilih ketika melakukan penelitian dengan

berbagai cara baik dengan fotocopy, computer, internet maupun

system cards.

4. Melakukan evaluasi dengan kritis semua evidensi yang telah

dikumpulkan atau biasa disebut dengan kritik sumber.

5. Melakukan penyusunan hasil-hasil penelitian yang berupa catatan

fakta-fakta ke dalam sistematika yang sudah disiapkan sebelumnya.

6. Menyajikannya dalam bentuk yang menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat

dimengerti.

Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam malkukan penelitian

(3)

menurut Ismaun (2005, hlm. 42) terdiri dari empat tahap yaitu: Heuristik, Kritik,

Interpretasi dan Historiografi. Yakni sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu suatu usaha mencari dan menemukan sumber sejarah. Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara luas lagi, sumber sejarah juga dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi formal dan informal. Selain itu dapat diklasifikasikan dalam sumber primer dan sekunder.

2. Kritik atau analisis, yaitu usaha menilai sumber-sumber sejarah. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Fungsi dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah sumber yang diperoleh itu relevan atau tidak dengan permasalahan yang penulis kaji.

3. Interpretasi atau penafsiran, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar fakta sejarah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan rasional.

4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Proses pertama dalam dalam metode penelitian sejarah ini adalah heuristik.

Dalam proses ini peneliti bertujuan untuk mendapatkan sumber sejarah yang dapat

membantu peneliti dalam meneyelesaikan penelitian ini. Menurut Carrard dalam

Sjamsuddin (2007, hlm. 86) sebagai langkah awal ialah apa yang disebut heuristik

atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau eviden sejarah.

Dalam proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber ini penulis akan

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa toko buku, sumber internet, serta

mengunjungi perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah Purwakarta,

dan Kantor Dinas Pariwisata.

Proses kedua yang akan peneliti lakukan adalah melakukan kritik dan

analisis. Menurut Abdurahman (2007, hlm. 68) bahwa verifikasi atau kritik

sumber memiliki tujuan untuk memperoleh keabsahan suatu sumber. Sehingga

dalam hal ini, dalam menguji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) dilakukan

(4)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

ditelusuri melalui kritik intern. Hal ini serupa dengan apa yang diutarakan oleh

Priyadi (2012, hlm 62) bahwa verifikasi penelitian sejarah identik dengan kritik

sumber, yaitu kritik ekstern yang mencari otoritas atau keotentikan (keaslian)

sumber dan kritik intern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas

(kebisaan untuk dipercaya) atau tidak. Proses kritik dan analisa menjadi hal yang

penting karna akan menjadi dasar bagaimana sumber ini dapat digunkan oleh

peneliti atau tidaknya. Dalam penjelasan mengenai kritik tersebut, kita dapat

membaginya menjadi dua antara lain kritik ekstern dan kritik intern. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin (2007, hlm. 132) :

Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal-usul dari sumber dari sumber suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benr-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini, dan klesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan.

Kritik yang dilakukan terhadap sumber tertulis adalah menggunakan kaji perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber-sumber tertulis lainnya. Adapun kritik terhadap sumber lisan, peneliti melakukannya dengan cara sebagai berikut :

1. Melihat usia narasumber/responden sesuai pada jamannya atau pada

waktu periode tersebut berlangsung.

2. Melihat latar belakang pendidikan narasumber/responden tersebut.

3. Melihat kondisi kesehatan narasumber/responden (seperti hilang

ingatan atau pelupa).

4. Melihat aspek-aspek sosial, seperti apakah narasumber/responden

terlibat secara langsung atau tidak dalam kejadian atau peristiwa

tersebut.

Selain kritik eksternal, terdapat pula kritik internal, seperti yang dikatakan

oleh Sjamsuddin (2007, hlm. 123) bahwa kritik internal merupakan kebalikan dari

kritik eksternal dan menekankan aspek “dalam” yaitu “isi” dari sumber kesaksian (testimony). Dalam tahap kritik internal, penulis melakukan pengkajian terhadap isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh untuk kemudian dijadikan bahan

(5)

Tahap selanjutnya dalam penelitian sejarah adalah interpretasi atau

penafsiran. Menurut Kartodirjo dalam Priyadi (2012, hlm. 71) peneliti melakukan

interpretasi atau penafsiran atas fakta-fakta sejarah yang terdiri dari

1.mentifact (kejiwaan) 2.Sosifact (hubungan sosial) 3.Artifact (benda)

Pada taha ini peneliti harus dapat menguraikan fakta yang telah didapat dari

berbagai sumber atau data hingga mendapatkan keselarasan dengan apa yang

dibutuhkan peneliti. Dalam penafsiran ini penulis memberikan pemaknaan

terhadap data dan fakta yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dibuat hubungan

satu sama lain. Data dan fakta yang telah diseleksi untuk selanjutnya dijadikan

pokok pikiran sebagai kerangka dasar dalam penyusunan skripsi. Fakta sejarah

yang ditemukan tersebut kemudian dihubungkan dengan konsep yang

dihubungkan dengan permasalahan yang dikaji.

Tahapan terakhir yang di lakukan dalam penelitian sejarah adalah

historiografi. Pengertian historiografi menurut Ismaun (2005, hlm. 32) merupakan

rekontruksi masa lampau yang bersifat kritis dan imajinatif berdasarkan evidensi

atau data yang diperoleh dengan menempuh proses tertentu. Sedangkan menurut

Sjamsudin (2007 hlm. 156) dalam bukunya Metodologi Sejarah menjelaskan mengenai historiografi seperti berikut ini:

Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi

Pada tahapan ini penulis menyusun dari ketiga tahapan sebelumnya dan

menyajikanya dalam bentuk tulisan yang mengacu pada kaidah penulisan karya

(6)

Achmad Syaiful Anwar, 2016 3.2 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa tahap yang harus penulis

lakukan. Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang

menentukan keberhasilan tahap selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan tema penelitian merupakan tahapan yang paling mendasar

sebelum melakukan penelitian. Langkah awal yang dilakukan penulis adalah

menentukan dan mengajukan rancangan tema dan judul penelitian. Penulis merasa

tertarik dengan tema kesenian yang ada di Purwakarta. Terutama kesenian

tradisional yang berada di Desa Sawah Kulon yaitu Ulin Kobongan. penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana perkembangan kesenian Ulin Kobongan serta peran pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kesenian tradisional

tersebut. Sehingga penulis melakukan survei ke tempat yang akan di observasi

yaitu di Desa Sawah Kulon, Kabupaten Purwakarta. Selain itu, penulis juga

melakukan pencarian sumber literatur mengenai apa yang akan penulis teliti.

Setelah melakukan survei, penulis memperoleh tema mengenai penelitian

yang akan dikaji, yang kemudian dijabarkan dalam judul “Perkembangan Kesenian Ulin Kobongan di Desa Sawah Kulon, Kabupaten Purwakarta tahun 1990-2013”. Judul tersebut kemudian diajukan kepada Dosen Pembimbing I dan selaku Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) yaitu Bapak Drs. Ayi

Budi Santosa, M. Si. Tema mengenai kesenian ini merupakan tema baru yang

diajukan oleh penulis. Tema baru ini berbeda dengan tema yang semula diajukan

oleh penulis dan sekaligus sudah diseminarkan di hadapan Tim Pertimbangan dan

Penulisan Skripsi (TPPS) pada tanggal 19 November 2015.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahap penentuan dan pengajuan tema

penelitian. Pada tahapan ini, penulis mulai mencari sumber-sumber berupa

dokumen, arsip, dan buku yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan

(7)

kemudian data-data tersebut dijabarkan ke dalam bentuk proposal skripsi.

Sistematika dari rancangan proposal skripsi ini didalamnya memuat :

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Masalah dalam bentuk deskriptif

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

6. Kajian Pustaka yang berisi mengenai daftar litelatur yang digunakan

7. Metodologi Penelitian yang dipaparkan secara singkat

8. Sistematika Penulisan

9. Daftar Pustaka

Proposal yang di buat oleh penulis kemudian diajukan kepada Dosen

Pembimbing untuk mendapatkan masukan serta persetujuan untuk melanjutkan

penelitian. Kemudian Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), melalui Surat

Keputusan Nomor: 10/TPPS/JPS/PEM/2015 menunjuk Bapak. Ayi Budi Santosa,

M. Si sebagai Pembimbing I dan Bapak. Drs. Syarif Moeis sebagai Pembimbing

II. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan tersebut maka secara resmi penulis

memulai penulisannya yang berjudul “Perkembangan Kesenian Ulin Kobongan di Desa Sawah Kulon, Kabupaten Purwakarta tahun 1990-2013” dengan dibimbing oleh Dosen Pembimbing I dan II tersebut di atas.

3.2.3 Perlengkapan dan Izin Penelitian

Setelah proposal penelitian disetujui oleh TPPS, langkah selanjutnya

adalah mengurus surat perizinan guna memperlancar penulis dalam melaksanakan

penelitian dan sekaligus mempermudah dalam memperoleh informasi maupun

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada tahap ini, penulis membuat

surat perizinan dari Jurusan Pendidikan Sejarah yaitu surat permohonan untuk

melakukan penelitian yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penelitian

skripsi. Selanjutnya surat dari Jurusan diajukan ke bagian Akademik Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (FPIPS

(8)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

izin tersebut akan diajukan kembali kepada Pembantu Rektor Bidang Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun surat-surat perizinan penelitian

tersebut ditujukan kepada instansi-instansi atau lembaga-lembaga sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta

2. Kepala Kantor Desa Sawah Kulon

3. Kepala Desa Sawah Kulon

4. Ketua Sanggar Sakula

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting dalam

pelaksanaan penelitian. Untuk kelancaran penelitian, penulis perlu melakukan

persiapan penelitian dengan mempersiapkan instrumen penelitian. Adapun

instrumen atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian antara lain :

1. Surat perizinan

2. Instrumen wawancara

3. Catatan lapangan

4. Alat perekam

5. Kamera

6. Alat tulis

3.2.4 Proses Bimbingan/Konsultasi

Dalam menyusun skripsi hal yang penting yang harus dilakukan adalah

melakukan konsultasi/bimbingan, agar mendapatkan arahan, saran dalam

penulisan skripsi yang baik dan benar. Dalam hal ini penulis melaksanakan

bimbingan terhadap dua Dosen pembimbing, yaitu Bpk. Ayi Budi Santosa, M. Si

dan pembimbing II Drs. Syarief Moeis yang telah ditunjuk oleh tim TPPS.

Dengan melaksankan bimbingan ini, penulis dapat mengetahui kesalahan, serta

mendaptkan saran untuk perbaikan selanjutnya. Proses bimbingan ini dapat

membantu penulis dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap kegiatan

penelitian yang dilakukan. Proses bimbingan juga merupakan kegiatan yang

berguna bagi penulis untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai

(9)

Dalam proses bimbingan ini, pembimbing I sangat berkontribusi besar

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, beliau telah membantu penulis dalam

menentukan fokus kajian yang akan di bahas. Proses bimbingan juga dilakukan

dengan pembimbing II, dalam hal ini pembimbing II lebih memberikan arahan

kepada sistematika penulisan dan tata bahasa yang tepat untuk digunakan dalam

penulisan skripsi. Penulis dapat berkomunikasi secara kontinyu mengenai

permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan penting dalam sebuah penelitian. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang

diteliti dalam skripsi ini yaitu memakai metode penelitian sejarah menurut

Sjamsudin Helius dalam bukunya yang berjudul Metodologi Sejarah, yaitu

heuristik, kritik, dan historiografi. Ketiga langkah metode sejarah tersebut akan

penulis uraikan dibawah ini:

3.3.1. Heuristik atau Pengumpulan Sumber 3.3.1.1 Sumber Tertulis

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Tempat pertama yang penulis tuju adalah perpustakaan UPI Bandung. Di

dalam perpustakaan UPI ini penuli menemukan beberapa skripsi yang berkaitan

dengan tema yang penulis sedang kaji, yaitu: Seni Pertunjukan Rudat Doyong

Subang Kabupaten Kuningan Tahun 1980-2007, karya Uu Mauludin tahun 2011

dan Pembelajaran Seni Ulin Kobongan di SMPN1 Pasawahan Desa Sawah Kulon Desa Sawah Kulon Kabupaten Purwakarta, karya Rachmawati tahun 2014. Selain

itu juga penulis menemukan buku-buku yang dapat menunjang terhadap

kelancaraan penelitian penulis, antara lain:Buku Sosiologi Suatu Pengantar karya Soekanto(1990), Buku Sosiologi Perubahan Sosial karya Sztompka(2011), Buku

(10)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

Sajogyo, P (1985), buku Ilmu filsafat suatu pengantar karya Surajiyo (2007), buku Seni, tradisi, masyarakat karya Kayam (1982), buku Melestarikan seni budaya tradisional yang nyaris punah karya Yoeti dan buku Budaya dan Masyarakat karya Kuntowijoyo (1987).

2. Perpustakaan Universitas Sunan Gunung Djati

Kajian penulis yang bertemakan kesenian Islam, membuat penuli untuk

pergi ke Universitas Sunan Gunung Djati yang berada di Cibiru. Pada

perpustakaan yang di sediakan oleh Universitas Gunung Djati ini penulis

menemukan beberapa sumber yang relevan dan menunjang penulis mengerjakan

skripsi yaitu: jurnal Islam, Seni Musik dan Pendidikan Nilai di Pesantren. Jurnal dari Panggung Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati karya Sulasman

(2014). Selain jurnal, penulis juga menemukan buku yang menunjang penulis

membuat skripsi ini yaitu: Buku Tradisi Pesantren, Studi tentang pandangan hidup Kyai karya Dhofier (1982), buku Menyingkap metode-metode penyebaran Agama Islam di Indonesia karya Aripin (1987) Dan buku Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren di Indonesia : Suatu Kajian Tentang Unsusr dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren karya Mastuhu (1994).

3. Balai Pelestaraian Nilai Budaya Bandung

Berdasarkan rekomendasi dari Pembimbing, penulis mengunjungi

perpustakaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, pada lokasi ini penulis

menemukan beberapa buku yang relevan dalam permasalahan yang sedang

penulis teliti buku-buku itu antara lain: buku Apresiasi kesenian tradisional karya

Bastomi (1992), buku Mengungkap nilai tradisi pada seni pertunjukan jawa barat

karya Herdini (2008), buku Waditra, Mengenal alat-alat kesenian daerah Jawa Barat karya Kubarsah (1994), buku Kesenian dan Nilai-Nilai Budaya” Analisis Kebudayaan karya Santosa (1981),

4. Perpustakaan Institut Seni Budaya Indonesia

Perpustakaan selanjutnya yang penulis kunjungi adalah perpustakaan yang

terletak di daerah Buah batu bandung, yaitu perpustakaan Institut Seni Budaya

(11)

untuk membantu penuli dalam mengerjakaan skripsi, yaitu: Skripsi yang berjudul

Rudat Diwan Hadra Di Desa Sukalila Kabupaten Serang karya Sukmawati (1997).

Selain skripsi penulis juga menemukan beberapa buku yang menunjang dan dapat

membantu penuli, yaitu: Buku Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi

karya Soedarsono R.M (1998), Buku Pertumbuhan Seni Pertunjukan karya Sedyawati E (1981), Buku Melestarikan Seni Budaya Tradisional Yang Nyaris Punah karya Oemar (1985) Buku Seni dalam Ritual Agama karya Hadi S Y (2006), buku Peran Bahasa, Sasatra, dan Pembelajaranya Dalam Membangun Generasi Muda karya Sugiyo (2014), dan buku Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah karya Sedyawati E (2010).

5. Koleksi Pribadi

Selain mengunjungi perpustakaan-perpustakaan dan toko buku, penulis

juga mendapatkan sumber dari koleksi pribadi yang dimiliki oleh penulis yang

relevan dengan penelitian. Buku-buku tersebut diantaranya: Buku Teori-Teori kebudayaan karya Sulasman (2013), Buku Pengantar Ilmu Sosial karya Dadan Supardan (2007), buku Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara karya Kasmahidayat Y (2010), Dan buku Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar karya Soelaeman M (2010)

6. Sumber Internet

Selain mengunjungi tempat-tempat beserta sumber yang penulis temukan,

penulis juga mendapakan sumber dari internet yang berupa jurnal, artikel, maupun

karya lainnya yang mampu menunjang penelitian penulis. Sumber internet yang

penulis temukan yaitu: jurnal Seni Musik Hadarah Putri di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak dari Resital Jurusan Musik Universitas Seni Indonesia karya Indrawan (2009), jurnal Upaya Pelestarian Kesenian Daerah: Musik dan Lagu

dari Jantra balai pelestarian sejarah dan bilai tradisional Yogyakarta karya Sukari

(2012) dan Jurnal Peranan Kesenian Rebana Walisongo Sragen Dalam Strategi Dakwah KH.Ma’ruf Islamuddin dalam Universitas Sebelas Maret karya Pujiyanto T (2012).

(12)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

Penggunaan sumber lisan terhadap penelitian Perkembangaan kesenian Ulin Kobongan di Kecamapatn Pasawahan Kabupaten Purwakarta tahun 1990-2010 merupakan hal yang sangat penting. Selain karena sumber buku mengenai

pembahasan kesenian Ulin Kobongan ini yang kurang, sumber lisan menjadi salah satu cara untuk mengetahui bagaimana perkembangaan kesenian Ulin Kobongan

di Kecamapatn Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Sumber lisan ini didapatkan

dengan cara wawancara. Menurut Notosusanto dalam Priyadi (2012, hlm. 57)

metode wawancara individual dilakukan antara seorang peneliti sejarah dengan

seorang atau lebih, wawancara memberikan kesempatan pada pelku untuk

mengungkapkan ingatanya terhadap peristiwa yang dialaminya. Jadi dapat di

simpulkan bahwa wawancara merupakan cara mendapatkan informasi secara

langsung dengan orang yang di wawancarai untuk mendapatkan informasi yang di

butuhkan. Wawancara yang nantinya akan di lakukan oleh peneliti tidak di

lakukan dengan sembarang orang, melainkan dengan narasumber yang mengalami

dan memahami dengan bahsan atau fokus masalah yang peneliti kaji. Hal ini

bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi yang relevan dengan bahasn yang

peneliti kaji.

Wawancara yang akan penulis lakukan adalah dengan cara wawancara

mendatangi tempat tinggal narasumber. Teknik wawancara individu ini dilakukan

karena setiap narasumber yang akan diwawancarai memiliki kesibukan yang

berbeda-beda sehingga penentuan waktunyapun akan berbeda-beda. Sebelum

wawancara dilakukan, peneliti telah merumuskan pertanyaan yang akan

ditanyakan kepada narasumber. Pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut

membantu penulis untuk fokus terhadap informasi yang akan ditanyakan kepada

narasumber. pertanyaan-pertanyaan itu juga bertujuan agar memebrikan kembali

gambaran kepada narasumber untuk mengingat peristiwa yang di tanyakan oleh

peneliti.

Narasumber yang sudah penulis wawancara antara lain:

(13)

2. Iman Hidayat sebagai pengajar dan yang melestarikan seni Ulin Kobongan (37 tahun)

3. Winara pemain seni Ulin Kobongan (20 tahun)

4. Sunarya tokoh pemuda di Desa Sawah Kulon (24 tahun)

5. Abi Jawahir sebagai perwakilan Dinas Kebudayaan Purwakarta (52

tahun)

Hasil dari wawancara kemudian disalin kedalam bentuk tulisan untuk

memudahkan penulis dalam proses pengkajian yang akan dibahas pada bagian

selanjutnya setelah sumber yang dibutuhkan peneliti telah terkumpul, barulah

peneliti melakukan pengklarifikasian terhadap sumber-sumber yang relevan

dengan permasalah yang sedang peneliti kaji.

3.3.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya dalam melakukan penelitian sejarah adalah melakukan

tahapn kritik sumber. Pada tahapan kritik ini, peneliti melkukan kritik terhadapa

sumber tertulis dan juga sumber lisan yang dijadikan sumber informasi oleh

peneliti. Hal ini dilakukan untuk menyaring sumber-sumber yang di dapat

sebelumnya oleh peneliti agar dapat diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Hal ini juga menjadikan peneliti untuk lebih memilah dan

memilih mana sumber yang benar dan meragukan. Seperti yang diungkapkan oleh

Sjamssudin (2007, hlm. 131) yaitu.

Tujuan dari kegiatan-kegiatan itu ialah bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitianya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis dalam sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus menyaring secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihanya.

Dalam metode sejarah dikenal dua jenis kritik sumber, yaitu kritik

eksternal dan internal. Kritik eksternal yaitu cara melakukan verifikasi atau

pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, sedangkan kritik

(14)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu kritik

ekternal dan kritik internal.

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal merupakan cara untuk melakukan verifikasi atau

pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, baik sumber tertulis

maupun sumber lisan. Kritik eksternal atau kritik luar dimaksudkan untuk menilai

otensitas sumber sejarah. Sumber yang otentik bisa juga salinan atau turunan dari

aslinya. Dokumen otentik isinya tidak boleh dipalsukan, tapi otentisitasnya belum

tentu memberi jaminan untuk dapat dipercaya. Dalam kritik eksternal

dipersoalkan hal-hal seperti :

“Bahan dan bentuk sumber, umur, asal dokumen, kapan dibuat (sudah lama atau belum lama sesudah terjadi peristiwa yang diberitakan), dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Sumber asli atau salinan, dan masih utuh seluruhnya atau sudah berubah (Ismaun,2005, hlm. 50)”.

Dalam melakukan kritik eksternal pada sumber tertulis, penulis melakukan

pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji

yaitu dengan melakukan uji kelayakan dengan cara verifikasi dan

pengklasifikasian buku. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa identitas buku

seperti siapa pengarangnya, dimana dan tahun berapa buku tersebut diterbitkan

dan penerbit mana yang menerbitkan buku tersebut. Selain itu juga apakah buku

tersebut merupakan buku yang dikarang penulis tunggal, hasil editor atau berupa

kumpulan artikel.

Kritik dilakukan terhadap buku yang berjudul Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara karya Yuliawan Kasama Hidayat diterbitkan pada tahun 2010 . Buku ini merupaka buku yang membahas tentang kesenian di salah satu wilayah

Indonesia. Fokus utama dalam buku ini adalah membahas mengenai kesenian

dodod. Dr.Yuliawan merupakan orang yang sangat berkompeten dalam bidang seni dan kebudayaan. Terbukti dengan jenjang pendidikanya yang merupakan

lulusan S3 dari Program Kajian Budaya di Universitas Udayana Denpasar. Beliau

juga cukup banyak menerbitkan buku tentang seni, baik dengan tim atau beliau

(15)

jenjang sekolah SMP maupun SMA, mengenai kesenian dan tari. Buku ini

merupakan terbitan dari CV. Bintang ArliWartika di Bandung. Buku yang penulis

peroleh merupakan buku cetakan pertama yang diterbitkan tahun 2010

Adapun kritik eksternal yang akan penulis lakukan pada sumber lisan

adalah dengan melihat dan mengidentifikasi apakah narasumber tersebut

mengalami dan hidup sejaman dengan peristiwa yang dikaji oleh penulis dan

apakah latar belakang narasumber tersebut sesuai dengan yang peneliti butuhkan.

Untuk mengkritik sumber lisan, penulis melakukan pengamatan dari aspek usia

para narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian dengan usia

mereka pada masa itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar telah

mengetahu bagaimana perkembangan kesenian Ulin Kobongan tahun 1990-2013. Daya ingat narasumber sangat penting karena hal itu sangat berpengaruh terhadap

hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar-benar sesuai. Selain

itu, kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber penting juga untuk

diperhatikan.

Kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan terhadap bapak Guntari

(52 tahun), bapak Iman (37 tahun) dan bapak winara (20 tahun). Mereka

merupakan orang-orang yang terlibat aktif dalam pertunjukan seni Ulin Kobongan. Sebenaranya ada satu sumber lagi yang dapat dijadikan sumber dalam penulisan penelitian Ulin Kobongan, namun sayangnya orang tersebut terkena kendala kesehatan yaitu penyakit struk jadi tidak memungkinkan untuk diminta

pendapatnya. Dari masing-masih sumber lisan yang menjadi sumber dalam

penelitian ini semuanya dalam keadaan sehat dan ingatanya pun masih baik.

Dalam menjelaskan dan memaparkan perkembangan serta latar belakang seni Ulin Kobongan yang ada di Desa Sawah Kulon para narasumber dapat menjelaskan dengan baik. Melihat dari aspek eksternal tersebut penulis beranggapan bahwa

informasi yang didapatkan dari bapak Guntari, bapak Iman dan bapak Winara,

layak dijadikan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu narasumber lainnya adalah bapak Abi Jawahir (52 tahun) dan

(16)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

Dinas Perhubungan, Budaya, Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

(Dishubudparpostel). Dengan latar belakang profesi sebagai kepala Dinas

Kebudayaan pak Abi merupakan orang yang tepat untuk mendapatkan informasi

tentang kebudayaan dan seni yang ada di lingkungan Kabupaten Purwakarta.

Menurut peneliti pak Abi merupakan perwakilan dalam pencarian informasi yang

peneliti harapkan dapat dari kalangan aparat pemerintahan berkenaan dengan

pertunjukan seni Ulin Kobongan. sedangkan bapak Sunarya merupakan salah satu tokoh masyarakat yang ada di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan. Beliau

merupakan orang yang masih aktif dalam mengembangkan organisasi

kepemudaan yang ada di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan. Peran beliau

dalam mengembangkan organisasi kepemudaan bukanlah suatu yang mudah,

dengan hadangan jaman yang semakin berkembang, beliau tetap meluncurkan

ide-ide kreatif untuk organisasi kepemudaan yang ada di Desa Sawah Kulon.

Narasumber yang akan diwawancara untuk menyelesaikan skripsi ini

merupakan para pemain kesenian Ulin Kobongan, semua yang akan diwawancara merupakan pelaku sejarah. Penulis akan mencari narasumber yang berkompeten

dan pernah memainkan kesenian Ulin Kobongan ini. Selain itu penulis juga akan mewawancarai pemerintahan yang bergerak di bidang kesenian atau yang lebih

fokus dalam kesenian Ulin Kobongan ini. Penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa orang narasumber dalam tingkatan pekerjaan yang sama agar

diperoleh kesimpulan dari keseluruhan informasi yang didapat. Penulis juga akan

memilih narasumber yang memiliki kondisi kesehatan yang baik, dan

mereka-mereka yang masih memiliki ingatan yang baik pula. Kondisi kesehatan dan

ingatan narasumber sangat penting untuk mendapatkan informasi yang baik dan

akurat.

3.3.2.2 Kritik Internal

Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal menekankan kepada aspek

dalam yaitu isi sumber. Menurut Ismaun (2005, hlm. 50) disebutkan bahwa kritik

internal atau kritik dalam dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan

(17)

moralnya. Kritik ini diperlukan untuk memutuskan apakah sumber tersebut dapat

diandalkan (reliable) atau tidak. Kritik internal terhadap sumber tertulis berupa buku-buku dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain.

Kritik internal dilakukan pada buku dengan judul Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara karya Yuliawan Kasama Hidayat diterbitkan pada tahun 2010. Buku ini terdiri dari 12 bab, dalam setiap babnya pembahsanya

berbeda-beda dan semakin berkembang. Buku ini secara keseluruhuan membahas

mengenai kesenian dodod yang ada di Banten. Dlaam bahasanya buku ini menjelaskan bagaimana unsusr religius yang dipadukan dalam kesenian dodod. Unsusr religi yang begitu kuat dalam kesenian dodod di jadikan fokus utama dalam penelitian ini. Dr.Yuliawan merupakan pakar yang bisa dibilang sangat ahli

dalam pembahsan mengenai kesenian dan budaya terutama kesenian tari. Buku ini

dapat di jadikan acuan dalam penulisan skripsi ini, karena ada kesamaan unsur

religius Islam yang ada di kesenian Ulin Kobongan maupun kesenian dodod.

Dalam melaksanakan kritik internal terhadap sumber lisan, caranya adalah

dengan melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas

narasumber dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak,

pendidikan dan kedudukan. Dalam hal ini penulis melakukan kritik internal

terhadap hasil wawancara yang telah penulis dapat. Kritik ini pada dasarnya

menekankan pada kebenaran informasi yang di paparkan narasumber dalam

wawancara dengan penulis. Adapun dari proses ini, penulis mendapatkan fakta

yang relevan mengenai permasalahan yang sedang di kaji mengenai seni Ulin

Kobongan di Desa Sawah Kulon. Dalaam penelitian yang telah penulis lakuka

mengenai seni Ulin Kobongan, penulis telah mewawancarai bapak Guntari (52 tahun), bapak Iman (37 tahun) dan bapak winara (20 tahun). Berdasarkan hasil

wawancara yang didapat penulis, terdapat kesamaan mengenai informasi

perkembangan seni Ulin Kobongan di Desa Sawah Kulon.

Dalam proses kritik sumber, penulis sangat perlu memperhatikan isi dari

berbagai buku maupun hasil wawancara. Penulis harus berhati-hati terhadap buku

dan hasil wawancara. Hal ini sangat perlu dilakukan agar tidak terdapat

(18)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

membantu penulis dalam menginterpretasi sumber yang didapat agar tetap bersifat

objektif.

3.3.3 Interpretasi

Tahapan selanjutnya setelah melakukan tahapan kritik yaitu, tahapan

interpretasi. Pada tahapan interpretasi peneliti melakukan pemberian makna

terhadap fakta atau informasi yang diperoleh. Fakta disusun dengan pokok

permasalahan yang dikaji sehingga akan terlihat dengan jelas bahwa antara fakta

satu dengan yang lainnya sebagai suatu rangkaian yang logis dan terbentuk

rekonstruksi yang memuat tentang penjelasan terhadap pokok-pokok

permasalahan penelitian sehingga penulis menemukan sebuah kebenaran. Pada

tahapan ini suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya menjadi sebuah

kesatuan yang dibantu dengan berfikir secara historis atau mengikuti pola pikir

pada jaman nya. Hal ini dilakukan peneliti dengan memikirkan dan mencoba

memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku pada peristiwa di masa lalu itu

sehingga penulis akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dikaji

dalam penelitian ini.

Pada tahapn ini akan menghasilkan jawaban-jawaban yang akan membatu

penulis untuk menyelesaikan pertanyaan yang ada di Bab I. Hasil interpretasi

dapat dianalisis kemudian dikembangkan dan dijelaskan di bab IV dan bab V.

Dalam melakukan tahapan interpretasi ini dilakukan dengan pendekatan

interdisipliner . Pendekatan tersebut dilakukan terhadap permasalahan yang dikaji

dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun lain yang dapat

membantu dalam menyelesaikan permasalahn yang dikaji dalam penelitian ini.

3.3.4 Historiografi

Tahap akhir dari proses penelitian yang menggunakan metode historis

dengan pendekatan interdisipliner adalah penulisan hasil penelitian atau

historiografi. Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam penelitian setelah peneliti

mengumpulkan sumber, menilai, dan menafsirkan sumber. Dalam tahap

(19)

untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitiannya sehingga dapat

menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran

sejarahnya.

Penulisan hasil penelitian ini dituangkan dalam sebuah hasil kaya tulis

yang di sebut skripsi dengan judul “Perkembangan Kesenian Ulin Kobongan di Desa Sawah Kulon Kabupaten Purwakarta tahun 1990-2013 penulisan skripsi ini

ditujukan untuk kebutuhan studi akademis pada tingkat Sarjana Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis

menggunakan kerangka tulisan yang disesuaikan dengan buku pedoman penulisan

karya ilmiah UPI, sehingga dalam penyusunannya dilakukan secara sistematis

atau bertahap yaitu terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi

Penelitian, Pembahasan Hasil penelitian, dan Kesimpulan.

Dalam penyusunan laporan ini, setiap bab memiliki fungsi yang saling

berkaitan dengan bab lainnya. Bab I merupakan pendahuluan, dalam bab ini

diuraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, yang disertai dengan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Dalam bab II yang merupakan kajian pustaka, diuraikan mengenai sumber-sumber

litelatur yang digunakan sebagai acuan penelitian ini yang terbagi ke dalam

beberapa konsep atau teori. Kemudian bab III merupakan metodologi penelitian,

dalam bab ini diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian mulai dari persiapan penelitian hingga pelaksanaan yang terbagi ke

dalam empat tahap yaitu Heuristik, Kritik sumber, Interpretasi dan Historiografi.

Selanjutnya adalah bab IV yang merupakan isi dari penelitian yang

dilakukan, didalamnya berisi uraian dan penjelasan mengenai kajian penelitian

yang mengacu kepada perumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Uraian ini didapatkan setelah penulis melakukan pengumpulan sumber, kritik dan

penafsiran terhadap informasi yang diperoleh baik dari sumber tertulis maupun

sumber lisan. Adapun bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan

(20)

Achmad Syaiful Anwar, 2016

Referensi

Dokumen terkait

penambahan tertinggi kasus harian berasal dari propinsi yang memilik jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan yang tinggi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pengaturan desa tentang pembangunan jalan rabat beton di Desa Gumpang Lempuh Kecamatan Putri Betung Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh sesuai dengan Pasal 1

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Ta’ala untuk limpahan karunianya, sehingga laporan Pengujian Laboratorium Efikasi Insektisida Tamilto 25 WP (b.a.: Metomil

dinyatakan bahwa varaibel gaya.. kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 7 Palu. Dengan demikian maka hipotesis ketiga

Disini dapat disimpulkan bahwa, mereka warga Gampoeng Batu Raja yaitu suku Aceh dan Jawa dapat menjalani proses komunikasi antarbudaya yang baik, seperti adaptasi

Namun demikian karena secara kekuasaan maupun akses terhadap informasi antara pemerintah dan warga tidak berada pada derajad yang sama, maka komunikasi yang emansipatoris sulit

(1) Lokasi Panduan Rancang Kota (PRK)· Pengembangan Koridor MRT Jakarta Tahap I (satu) ditetapkan melalui wilayah Kecamatan Cilandak, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Kebayoran

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dan berperan dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu matematika diajarkan di setiap