MAKALAH
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
"
KOMUNIKASI KELOMPOK DAN PUBLIK DALAM PENDIDIKAN"
DOSEN PENGAMPU Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd
Oleh SAPARUDDIN NIM. P.p.211.1.1389
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (TPI) PADA PROGRAM PASCASARJANA IAIN SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ………... 2
C. Tujuan ……….... 2
D. Kegunaan Penulisan Makalah ……….. 3
E. Sistimatika Penulisan ……… 4
B. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok ………... 8
C. Definisi dan Ruang lingkup Komuniksi Publik ………... 13
D. Peran Komunikasi dalam Pendidikan ……….. 17
1. Efek Komunikasi Publik ……… 18
2. Belajar adalah Proses Komunikasi Kelompok ……….. 28
3. Mengapa Pendidikan Indonesia Lemah ……… 33
E. Diskusi Kelas : Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok ………. 36
1. Penerapan Komunikasi Kelompok di dalam Kelas ………... 37
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kelompok ………. 38
F. Metode Ceramah : Wujud Komunikasi Publik ……… 39
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………44
B. Rekomendasi ……….. 44
C. Kata Penutup ……….. 45 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
potensial tidak bosa terlepas dari komunikas. Komunikasi menurut bentuknya dapat dikelompokan menjadi antar persona, komunikasi kelompok, dan komunikasi publik. Fokus dalam penulisan makalah ini adalah komunikasi kelompok dan komunikasi publik yang memngaruhi dan memainkan peranya bagi perkembangan dunia pendidikan.
Dalam era globalisasi sekarang ini, pendidikan merupakan kebutuhan primer dikalangan masyarakat yang memegang peranan penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pendidikan juga merupakan salah satu fungsi dari kelompok secara formal saling menukar informasi. Komunikasi tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia dalam hal ini adalah siswa. Keinginan untuk mendapatkan pengakun dari orang lain menyebabkan setiap orang mencari relasi dengan siswa lain untuk berinteraksi. Interaksi itu dapat dimulai dari lingkungan rumah sampai dilingkungan sekolah dimana setiap hari ia berada.
Sekolah tempat bertemunya berbagai macam orang. Kalau diperhatikan, mereka pasti saling berinteraksi satu sama lain dalam bentuk individu-individu maupun kelompok. Interaksi yang berlagsung dengan saling pengertian antara sesame siswa akan menghasilkan suatu hubungan yang baik. Sehingga akan timbul keinginan untuk bersama-sama saling menolong dan mendorong agar siswa berhasil dalam meningkatkan prestasi, naik kelas, dan lulus ujian akhir.
disampaikan oleh guru tentang satu mata pelajaran disekolah dapat dimengerti dalam disekusi kelompok yang mereka lakukan.
B. Rumusan Masalah
Untuk merumuskan masalah yang ingin diteliti, penulis menyajikanya dalam bentuk kalimat pertanyaan, dan diikuti dengan sub-sub pertanyaan dengan tujuan menambah ketajaman perumusan. Adapun fokus atau pokok permasalahanan dalam penelitian ini adalah: Menemukan bagaimana bentuk korelasi dan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi publik terhadap perkembangan dunia pendidikan.
Untuk mempermudah dan taktis dalam menjawab permasalahan pokok diatas, maka disini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa hakikat komunikasi itu?
2. Bagaimana konsep komunikasi kelompok dan komunikasi publik?
3. Bagaimana implikasi konsep komunikasi kelompok dan komunikasi publik terhadap dunia pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan pokok dari penelitian ini adalah menguraikan bagaimana bentuk implikasi dan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi publik terhadap dunia pendidikan. Adapun tujuan dari penelitian ini secara lebih terperinci adalah sebagai berikut, yakni ingin:
1. Mengetahui makna komunikasi.
3. Menjelaskan hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi publik bagi perkembangan dunia pendidikan.
D. Kegunaan Penulisan Makalah
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Dari perspektif teoritis normatisnya, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi mahasiswa, khususnya dilingkungan Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi utamanya bagi mahasiswa konsenstrasi Teknologi Pendidikan Islam (TPI) tentang bagaimana bentuk korelasi antara komunikasi kelompok dan komunikasi publik tersebut dengan sesungguhnya, sehingga nantinya diharapkan mahasiswa tersebut memiliki kesadaran bahwasanya konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan memiliki urgensi yang penuh hikmah dan mampu untuk menuntun kehidupan manusia kearah pendidikan yang lebih baik sebagaimana yang juga dicita-citakan oleh agama itu sendiri. 2. Sedangkan dari segi praktis pragmatisnya, maka kegunaan
penelitian ini adalah juga memberikan informasi baru bagi masyarakat luas pada umumnya bagaimana letak pentingnya sebuah komunikasi dalam dunia pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Sedangkan pada Bab II, penulis akan berbicara mengenai konsep komunikasi yang meliputi definisi, ruang lingkup dan dimensi-dimensi lain dari komunikasi. Lalu dilanjutkan dengan uraian tentang konsep komunikasi kelompok dan komunikasi public secara umum, untuk kemudian dijabarkan kembali dengan lebih terperinci bentuk hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi public tersebut dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap aspek kehidupan dan kegiatan manusia. Ia ada di mana-mana, karena itulah komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, ia mampu membasahi daerah atau wilayah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna atau pengaruh pada bidang yang disentuhnya. Menurut Litlejohn komunikasi itu mempunyai banyak makna. Bahkan menurut Dance dan Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.1
Kita mulai dengan satu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainya. Hamper setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainya, dan kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala atau memberikan satu isyarat, kita juga sedang berpeilaku. Sering prilaku-prilaku ini merupakan pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang.2
1Littlejon, Theories of Human Comunication (California: Wardsworth Publishing Company,
1996), hlm. 7 dan silahkan lihat juga Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Kounikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 4
2Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang
Pengertian komunikasi secara etimologis mengandung arti sama makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman mengenai konsep komunikasi dapat dilihat melalui uraian kata secara etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna bersama-sama common, commones dalam bahasa ingggris communication, yang artinya: pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.3
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata communicates dalam bahasa Latin yang artinya berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas, menurut Lexigraper (ahli kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya, yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambing bunyi, tanda-tanda atau tingkah laku.4
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication,berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.5
Komunikasi adalah satu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata-3Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39
4Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39
5Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang-orang lainya (khalayak). Definisi menunjukkan bahwa komunikasi adalah satu proses yang terjadi diantara orang dengan orang-orang lainya, definisi ini juga memberikan penekanan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk prilaku orang-orang lainya yang menjadi sasaran komunikasi.6
Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, maka komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.7
Komunikasi adalah satu proses yang membuat suatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi milik oleh dua orang. Komunikasi juga memiliki tatanan sebagai berikut:
1. Komunikasi Pribadi (personal Communication)
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication).8
2. Komunikasi Kelompok (group communication)
6Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 40
7Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja ROsdakarya, 2008),
hlm. 4
8http:// id. shvoong. com
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication); ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel (panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking).9
3. Komunikasi Massa (mass communication)
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) : Surat kabar (daily), Majalah (magazine), b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media
communication) : radio, televise, film, dan lain-lain. c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain media yang tidak termasuk media massa.10
B. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua kata, yaitu, komunikasi dan kelompok. Menurut Efendy, komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang berkumpul.11
Pendapat yang dikemukakan oleh Goloberg dan Warson, pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok
9Onong Uchiyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Rosdakarya, 1992),
hlm. 56
10Ibid., hlm. 58
11Onong Udjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti,
secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil.12
Para idiolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-idiologis. Minat yang tinggi telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita. 13
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat berlangsung antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Karakterisitik komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeny. 2. Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan
pada saat itu juga.
3. Arus balik didalam komunikasi terjadi secara langsung, karena komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).
5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.14
12 Sanjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 19
13 Jamaluddin, Rahman, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.
141
Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut mencakup:
1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial. Dalam arti sebagaimana suatu kelompok mampu memilihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
2. Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana dalam sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok-kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diterapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi diantara para anggota kelompok.
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota kelompok dapat berupaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat usaha-usaha persuasi dalam satu kelompok membawa resiko untuk tidak diterima para anggota lainya.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari kelompok-kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainya, guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan memebantu kelompok mencapai consensus.15
Manusia menurut behaviorisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karena itu behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan hasil pengalaman dan prilaku yang digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Behaviorisme melihat bahwa pada saat lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa dan bagaikan sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman dan perilaku digerakan oleh pengalaman inderawi atau dikenal sebagai proses belajar.16
Menurut behaviorisme, terdapat tiga asumsi mengenai sifat manusia seperti dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari dengan membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan refleksi, atau hubungan antara responden dengan peneguhan yang memungkinkan dalam lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat hedonistic. Oleh karena itu mansuia selalu berusaha untuk mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh liingkungan. Oleh karena perilaku merupakan fungsi asosiasi tindakan dengan peneguhan, dan semua peneguhan tersebut berasal dari lingkungan, maka dengan menggunakan lingkungan orang pada akhirnya dapat menghasilkan perilaku yang diinginkan.17
Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan Watson, salah seorang tokoh aliran behaviorisme yang menjelaskan bahwa manusia akan belajar melalui interaksi yang dilakukan dengan lingkunganya. Behaviorisme memandang bahwa manusia merupakan organisme yang pasif yang perilakunya dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu model dasar dari aliran behaviorisme ini adalah model belajar.18
Teori belajar sosial adalah teori yang berdasarkan aliran atau pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, menurut Bandura, ternyata yang dikaji banyak yang tida bisa dijelaskan dengan pelaziman seperti pelaziman klasik.19 Bandura menyatakan bahwa
manusia menciptakan atau membentuk suatu perilaku melalui suatu interaksi dengan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Manurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Selanjutnya, Bandura menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman itu, terdapat faktor penting lainya dalam belajar yaitu tindakan.
Menurut Bandura, seorang anak yang mempelajari prilaku dapat dibedakan melalui dua cara, yaitu: pertama, belajar melalui konsekuensi respon, kedua belajar melalui peniruan. Proses belajar
17Effendy, Ilmu Teori dan Dilsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993), hlm.
16
18Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44
yang dilakukan seorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun peniruan, biasanya dilakukan seorang anak baik melalui orang-orang terdekat denganya seperti ayah, ibu, kakak, adik, saudara dan sebagainya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan awal bagi seorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar sosial, serta membentuk prilaku dan kepribadianya.20
Komunikasi kelompok ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu komunikasi kelompok kecil (small group communication) misalnya ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium, forum, seminar, curah-saran (brainstorming), dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk yang kedua disebut sebagai komunikasi kelompok besar (large group communication atau dikenal sebagai public speaking).
C. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris.21 Filosof Yunani, Aristoteles adalah
tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembiacaraanya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.
Fokus komunikasi yang ditelaah oleh Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi
20Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44 lihat juga Bandura, (1997), hlm. 17
21John. R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot, The Personal Communication Process (New
publik atau pidato.22 Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh
siapa anda, argument anda, dan dengan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuasif dalam komunikasi public meliputi, isi pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles juga menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi tertentu.23
Hennessy (1975:1) mendefenisikan bahwa komunikasi publik/opini publik merupakan suatu kompleksitas pilihan-pilihan yang dinyatakan oleh banyak orang berkaitan dengan sesuatu isu yang dipandang penting oleh umum. Menurutnya, defenisi ini relativ lebih bersifat akademik dan berbeda dari definisi-definisi yang pada umumnya yang digunakan oleh para politisi. Ia juga menambahkan bahwa opini publik itu selalu melibatkan banyak orang yang tertarik untuk memikirkan sesuatu isu dalam waktu yang cukup panjang. Meskipun demikian, istilah “publik” sendiri tidak selalu ditentukan oleh banyak jumlah orang yang menganut opini tersebut. Istilah “Publik” justru diukur oleh apakah sesuatu opini itu menyangkut isu publik atau tidak. 24
Salah satu kelemahan model komunikasi publik adalah bahwa komunikasi dianggap fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesanya, berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara simultan. Disamping itu model ini juga berfokus kepada komunikasi
22Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 146
23Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 146
24Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia “Dinamika Islam Politik Pasca-Orde
yang bertujuan disengaja, yang terjadi ketika seseorang berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.25
Kelemahan lain dari model komunikasi publik ini adalah tidak dibahasnya aspek-aspek non verbal dalam persuasi. Meskipun demikian kita harus bersikap adil untuk tidak menilai satu model komunikasi dengan perspektif kekinian. Jelas bahwa model Aristoteles ini telah mengilhami para pakar komunikasi lainya untuk merancang model-model komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan model komunikasi yang lebih baru yang dikembangkan para ahli sejak zaman Aristoteles tetap mengandung tiga unsure yang sama: sumber yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.26
Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran. Perkembangan tersebut bukan saja disebabkan dari timbulnya media massa lain seperti radio, televisi, dan lain-lain melainkan juga karena pengaruh media massa modern itu yang menimbulkan sikap-sikap rohaniah tertentu pula antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik mempelajari dan meneliti secara khusus masalah umum mengenai penghimpunan, pengarahan, dan penyebaran secara rohaniah. Menurut Hageman, publistik adalah ajaran tentang pernyataan umum mengenai isi kesadaran yang aktual.27
Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yang diketengahkan oleh Hageman ini adalah definisi terbaik karena perumusanya singkat, namun maksudnya menyeluruh.
25Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 147
26Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 147
27Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosdakarya,
Komunikasi publik adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar dan majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat.28
Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain menegaskan bahwa komunikasi publik adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk kepada siswa) atau semua orang yang membaca dan menonton.29
Komunikasi publik adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual.30
Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis dapat memahami bahwa komunikasi publik adalah komunikasi yang menggunakan saluran media massa seperti media cetak maupun elektronik yang ditujukan kepada khalayak atau masyarakat.
Effendy mengungkapkan tentang karakteristik dari komunikasi publik adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi publik berlangsung satu arah, ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi publik bersifat umum, pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (publik) karena dipeuntukan kepada umum mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan, kemampuanya untuk menimbulkan keserempakan kepada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
4. Komunikan publik bersifat heterogen. Dalam komunikasi publik, khalayak yang dituju adalah siapa saja yang bersifat heterogen atau khalayak umum.31
Komunikasi massa ini dapat berupa pers, radio, televisi, film, dan lain-lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para ahli komunikasi, bahwa komunikasi massa merupakan singkatan dari komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang menngunakan media.32
Adapun ciri-ciri komunikasi massa itu adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.33
D. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu menimbulkan efek. Bahkan berteriak didekat tembok dapat berpengaruh kepada orang yang berteriak. Setiap tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi semua pihak yang terlibat dalam komunikasi. Bahkan konsekuensi bagi orang-orang yang dapat merasakan pengertian pencapaian
31Effendy, (2005), hlm. 22-25 32Ibid., hlm. 20
dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya tidak dapat memberikan tanggapan secara verbal. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan misalnya, jika siswa menunjukan minat dan perhatian, guru mungkin akan merasakan bahwa memahami merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan ketajaman untuk menentukan efek komunikasi kita dan apakah efek tersebut merupakan efek yang dicari. Apabila seorang siswa dikelasnya menyanggupi tugas yang anda sarankan, berbarti anda bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yang berdampak positif.34
1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay Black dan frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai: (a) to inform (menginformasikan), (b) to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan (d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai : (a) providing information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade, dan (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) surveillance (pengawasan), (b) interpretation (interpretasi), (c) linkage (hubungan), (d) socialitation (sosialisasi), dan (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) menyampaikan informasi (to inform),
34Dan B. Curtis, dkk., Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2006),
(b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan (d) mempengaruhi (to influence).35
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, efektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.36
Sesuai dengan tujuanya, komunikasi mempunyai tujuan untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pembaca, pendengar, dan penontonya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.37
Dampak komunikasi, selain positif juga mempunyai dampak negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan tidak berniat untuk menyebarkan dampak negatif kepada khalayaknya. Tentu yang diinginkan adalah pengaruh positif. Apabila terdapat dampak negatif, bisa dikatakan itu sebagai efek samping saja. Namun efek samping itu cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.38
Komunikasi harus mempunyai efek menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakkan perilaku kita. Efek yang terjadi pada komunikan tersebut terdapat pada tiga aspek.
a. Efek Kognitif
35Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: CESPUR, 2005), hlm. 56
36Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia
Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), hlm. 45
37Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos, 1999,
hlm.30
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.39
Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.
Menurut Mc. Luhan,40 media massa adalah perpanjangan
alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera).41 Dengan media massa kita memperoleh informasi
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi
39Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999), hlm. 8
40Wajar bila Mc Luhan menitik beratkan pada medianya, karena kajian-kajiannya tentang
komunikasi terfokus pada media interaktif yang berbasiskan mikroelektronika. Latar belakang pemikirannya ialah ada dampak radikal bentuk-bentuk komunikasi yang berdimensi pada ruang, waktu, dan persepsi manusia. Karya-karyanya secara luas mengartikulasikan sejumlah perubahan paling mendasar yang disebabkan teknologi media, maka wajar bila Mc Luhan berpendapat, isi pesan tidak mempengaruhi pesan, karena kajiannya bertumpu pada media pembawa pesan (lihat Antoni, Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)
41Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya,
cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.
Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet.42 Penampilan seperti itu, bila
dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa.
Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.43 Biasanya, surat kabar mengatur berita
mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.
Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting.
Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral.44
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya.45 Sebagai contoh, setelah kita
mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa
44Ibid., hlm. 230
jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film.46
Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya,47 namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya,
46Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya,
2007), hlm. 240
dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimulus dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat menjelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari
Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimulus yang kita amati dan karakteristik diri kita.
Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.
Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan.
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.
berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan benar.
Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.
Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa di atur dalam UU RI no: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) dan (2), juga pada UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (2). Masing-masing pasal berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.48
Sedangkan fungsi komunikasi massa untuk peserta didik meliputi:
1. Informasi:
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Identitas pribadi:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).
d. Meningkatkan pemahamna tentang diri-sendiri.
3. Integrasi dan interaksi sosial:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak –keluiarga, teman, dan masyarakat.
2. Belajar adalah Proses Komunikasi Kelompok
Dengan berjalanya waktu, orang memperoleh informasi dan memperlihatkan kecenderungan yang muncul kembali dalam menanggapi objek-objek di sekelilingnya. Pengadopsian pola dan perubahan tanggapan dalam diri mereka ketika menghadapi pengalaman baru itu adalah yang kita seut belajar. Belajar adalah kegiatan yang dipikirkan yang menyangkut modifikasi dan pengaturan kembali prilaku, termasuk citra dan interpretasi seseorang serta kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang berkaitan denganya.49
Ada sejumlah cara untuk memikirkan belajar dan cara menguraikanya. Ada gunanya kita memfokuskan dua hal yang menekankan aspek komunikasi dari belajar. Yang pertama,
49Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm.
dengan mengikuti petunjuk Deutsch, ialah memikirkan belajar sebagai kegiatan sibernetik.50
Sibernetika adalah studi tentang manusia, hewan dan mesin. Yaitu diantara system konrol tersendiri. System control sendiri ini disebut juga dengan jaringan belajar yang memiliki organisasi komunikasi dan control tanpa mempedulikan bagaimana sistem itu berjalan dan bertukar pesan apakah melalui kata, seperti diantara orang-orang dalam organisasi sosial, sel saraf dan hormon makhluk hidup, atau isyarat elektronik didalam komputer.51
Ciri utama dari sistem ini adalah bahwa siswa mendapatkan pemahaman belajar melalui umpan balik. Sistem sibernetik ini adalah dapat menstimulus siswa melaksanakan tindakan sebagai tanggapan terhadap masukan informasi, dan mencakup hasil tindakanya sendiri dalam informasi baru yang digunakanya untuk memodifikasi perlakuanya siswa tersebut di kemudian hari.52
Ada dua tipe balajar dalam diri siswa yang mengontrol sendiri. Yang pertama adalah belajar sederhana, dalam belajar sederhana, siswa menyesuaikan tanggapanya untuk mencapai tujuan, tujuan yang tetap dan tidak berubah dalam sepanjang hidupnya. Salah satu contoh, tujuan siswa adalah mengukir prestasi. Tujuan itu tetap, tetapi siswa tersebut menyesuaikan langkahnya untuk mencapai kearah itu.
Tipe belajar yang lain bersifat kompleks. Pada tataran ini, komunikasi dari belajar menenkankan sifat aktif, bukan reaktif. Sifat ini memandang belajar sebagai kegiatan simbolik dan
50Karl Deustch, The Nervous of Government (New York: The Free Press of Glencoe, 1963),
hlm. 88
51Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm.
87
meminjamnya dari pemikiran George Herbert Mead. Pada hakikatnya kegiatan itu (termasuk kegiatan disekolah-pen) sosial. Dan karena sosial dipelajari. Menurut teori Mead, siswa tidak langsung menanggapi tindakan orang lain, akan tetapi mereka menanggapi apa yang mereka percaya sebagai maksud orang lain. Akan tetapi siswa menanggapi apa yang ia percaya sebagai maksud orang lain (siswa lainya).53
Komunikasi memiliki fungsi yang amat penting. Menurut pengamtan Richard Denny, kondisi kehidupan dahulu dibandingkan dengan sekarang sangat jauh berbeda dalam hal komunikasi. Manusia saat ini memiliki sedikit sekali kesempatan untuk berkomunikasi dan mempelajari keterampilan yang berkaitan dengan manusia. Salah satu contoh, banyak diantara mahasiswa saat ini bergegas ke kampus setelah menyantap makan pagi senidirian. Diruang kelas mereka mengalami tekanan untuk berprestasi akademis. Dibandingkan dengan mahasiswa dulu, mereka kekurangan waktu untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan mahasiswa lainya. Mereka kurang ambil bagian dalam bidang olahraga dan keterampilan hubungan antara manusia. Sekembali dirumah, banyak mahasiswa yang makan siang di depan TV, lagi-lagi seringkali seorang diri, lalu mungkin mengerjakan makalah dan duduk beberapa jam di depan komputer.54
Dalam analisis Denny, menurutnya, TV tidak mendorong orang menjadi kita berbicara. Tentu saja TV sangat berguna tetapi ketika TV dinyalakan percakapan pasti akan berkurang. Akibatnya orang menjadi makin tertutup dan kurang ingin berbagi perasaan dan emosi. Mereka hampir tidak mempunyai waktu atau kecenderungan untuk
53Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm.
87
54Richard Denny, terj., Communicate to Win: Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif
bercakap-cakap dengan teman atau keluarga.55 Jika kondisi ini
berlanjut tentu bukan hal mustahil akan terjadilah disharmonisasi dalam sebuah lingkungan keluarga. Disinilah letak pentingnya komunikasi tersebut.
Secara garis besar, fungsi dari komunikasi, menurut Onong Effendi hanya ada tiga hal yaitu: pertama, menyiarkan informasi (to inform) kedua, mendidik (to educate) dan ketiga, menghibur (to entertain).
Ada para ahli yang menambah fungsi selain dari tiga funggsi tersebut di atas seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi membimbing (to guide), fungsi mengkritik (to criticize).Tetapi ini hanya tambahan saja terhadap ketiga fungsi tadi.56
Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam sebuah bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, ia merumuskan bahwa setidaknya ada empat fungsi dari komunikasi itu yakni sebagai berikut:
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain leat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi, kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
55Ibid.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif sangat erat kaitanya dengan komunikasi sosial. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan baik sendirian ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilkukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyapaikan perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama melalui perilaku non verbal. Sebagai contoh, seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Atau seorang atasan menunjukkan simpatinya kepada bawahanya yang isterinya baru meninggal dengan menepuk bahunya.
3. Komunikasi Ritual
juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau inforasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataanya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.57
3. Mengapa Pendidikan Indonesia Lemah Dibandingkan
Pendidikan Barat? Apakah ada Kesalahan Dalam Komunikasi?
Dibandingkan dengan negara-negara maju seperti: Australia, Amerika, dan Jepang, anak-anak dan remaja di negara kita kurang terbiasa membaca buku. Disana mereka lazim membaca beberapa buku setiap minggu yang mereka pinjam dari perpustakaan. Tidak mengherankan bila setelah mereka dewasa
57Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
pun mereka tetap gemar membaca. Di Jepang, para penumpang dewasa lazim membawa dan membaca buku ketika mereka berpergian dengan kendaraan umum. Mengapa anak-anak di negara asing itu memiliki minat labih besar daripada minat baca remaja di Indonesia? Jawaban yang lazim dikemukakan bahwa bangsa-bangsa maju tersebut memiliki tradisi membaca yang baik, selain terdapat banyak buku yang terbit setiap tahun. Harga buku relatif murah, dan daya beli masyarakat tinggi. Ditambah lagi perpustakaan bertebaran dimana-mana. Sedanagkan di Indonesia kondisinya berbanding terbalik.58
Satu faktor yang jarang dikemukakan dalam menelaah kurangya minat baca dikalangan bangsa kita adalah adanya hubungan yang erat mengenai kurangnya demokritasasi dan komunikasi efektif dilingkungan pendidikan kita. Diakui bahwa pendidikan di negara kita sejak SD hingga perguruan tinggi pada umumnya berlangsung satu arah. Siswa atau mahasiswa dianggap orang-orang yang tidak tahu apa-apa, seperti wadah kosong atau kertas putih. Murid harus patuh sepenuhnya pada guru, dan memahami pelajaran sebagaimana guru itu memahaminya. Konteks ini sangat nyata dan bisa dibuktikan dimana guru berdiri didepan, sementara anak-anak menghadap kedepan dan mendengarkan guru mengajar. Bandingkan dengan sebuah kelas di Australia misalnya, dimana anak-anak duduk diatas lantai, dibangku secara berkeliling atau setengah lingkaran dan guru mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasan-gagasanya, dengan pertanyaan terbuka “bagaimana” atau “mengapa”59
58Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi
Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 140
59Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi
Bila dinegara yang disebut diatas, guru berperan sebagai fasilitator, maka dinegara kita, guru atau dosen menjadi raja-raja kecil diruang kelas atau ruang kuliah yang merasa bahwa mereka adalah satu-satunya sumber kebenaran di kelas. Yang terjadi adalah indoktrinasi, berkedok pendidikan.
Iklim pengajaran yang kaku, otoriter dan paternalistik itu adalah salah satu saja hambatan terhadap pengembangan minat baca. Kegiatan membaca, sebagai satu kegiatan komunikasi secara keseluruhan. Kalau murid senantiasa disuapi oleh guru, maka rasa ingin tahu mereka tidak akan berkembang dengan maksimal.
Selain memiliki dampak positif terhadap pendidikan, ternyata komunikasi publik dalam bentuk media elektronik, katakanlah TV diduga mengurangi kegiatan belajar anak, menghambat imajinasi, kreativitas, dan sosiabilitas mereka. Selain itu, TV juga dengan tayangan-tayanganya yang penuh dengan kekerasan, dianggap membuat orang menjadi kurang peka terhadap kekerasan yang terjadi di sekitar mereka.60
E. Diskusi Kelas: Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok, diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.
60Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat.
Namun setiap metode pembelajaran yang di berikan pastinya ada manfaat atau kelemahannya, sehingga para guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat.
Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima) sampai 20 (dua puluh) orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan guru untuk mengkoordinasi jalannya diskusi.
Adapun tujuan diskusi adalah, pertama, untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan, Kedua, memberikan kesempatan kepada peserta dididk untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki. Ketiga, mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
fulfil three major learning goals: promoting students’ involvement and engagement in the lesson by allowing students to voice their own ideas; helping them develop batter understanding by allowing them to thinks through and verbalize their thinking, and, finally, helping students obtain communication skills”61
Dengan kata lain, diskusi kelas dapat membantu untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran: (1) meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya, (2) membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka, dan akhirnya (3) membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi.
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.
1. Penerapan Komunikasi Kelompok di Dalam Kelas
Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut :
a. Guru menentukan suatu masalah yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
61Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice. (London,
c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
d. Guru mengatur giliran pembicara supaya tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
e. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
f. Mengatur giliran berbicara agar semua siswa dapat menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
g. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.
h. Membuat catatan hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
i. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok
Adapun kebaikan Metode Diskusi kelompok didalam kelas adalah sebagai berikut :
a. Suasana kelas hidup, sebab para siswa mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi siswa menjadi lebih baik.
b. Siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain.
d. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi
e. Siswa dapat belajar bermusyawarah.62
Adapun kelemahan Metode Diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a. Diskusi pada umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar berbicara
b. Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
c. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari poko persoalan.
d. Membutuhkan waktu cukup banyak.
e. Sulit digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar.63
F. Metode Ceramah: Wujud Komunikas Publik Dalam Dunia Pendidikan
Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model pembelajaran baik metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang saling melengkapi satu sama lain.64Metode ceramah itu
62http://www.nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/ 63http://www.ziazone.wordpress.com/2011/10/05/metode-pembelajaran-diskusi/
64Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
1. Menurut Winarno Surahmad, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
2. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun informal.
3. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin, ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
4. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.65
5. Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses
65Popham Jame , dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi, metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.
Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah.66
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.67
66Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hlm. 56
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.68 Metode
ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelemahan :
1. Mudah menjadi verbalisme.
2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
5. Cenderung membuat siswa pasif
Kelebihan:
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah:
1. Komunikasi adalah kegiatan saling bertukar informasi antara satu atau lebih orang, dengan adanya kesepakatan terhadap makna dan konteks yang dibicarakan (lingua franca)
2. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi diantara kelompok dengan kelompok lain misalnya dalam bentuk diskusi kelas. Sedangkan komunikasi publik adalah komunikasi satu arah yang disampaikan melalui nara sumber kepada khalayak yang mana dalam konteks pendidikan, komunikasi publik ini adalah seperti metode ceramah yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran kepada siswa.
3. Hubungan komunikasi kelompok dan komunikasi publik bagi dunia pendidikan adalah sangat erat dalam dunia pendidikan, karena sejatinya, pendidikan itu berjalan seiring denga proses komunikasi didalamnya, tidak ada pembelajaran kalau tidak ada komunikasi.
B. Rekomendasi