FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGADAAN INFRASTRUKTUR
PERTANIAN MASYARAKAT DI DESA WATATU KECAMATAN
BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
Awaluddin
1Hendra.
2Awalhasan331@gmail.com
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia
Abstract
Watatu Village is a village with agricultural potential and people working in agriculture and plantation sector, but if it is not well managed it will give negative implication to society in Watatu Village, get the picture of agricultural infrastructure condition (road to bag) production and agricultural tools / machinery) in Watatu Village, South Banawa District, where the researcher sees the low level of management functions by the Village Government of the Village Consultative Agency (BPD) which provides facilities for it. production and equipment / agricultural machinery) is still not optimal, because it involves the community in the discussion program to obtain complete information from the village government, for example, less rapid service in road repairs to production bags that have been published in 2013 and Assistance Agricultural Equipment / , tanks, petsicides and organic fertilizers) have not been distributed evenly.
Keywords: Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
1
Dosen Pada Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako
22
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan suatu
kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial dan ekonomi demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Proses pembangunan memiliki tiga tujuan yaitu peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok, peningkatan standar hidup dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. ( Todaro dan Smith 2008:648).
Pembangunan di Indonesia telah
membawa perubahan dan perkembangan
wilayah Indonesia yang membawah kemajuan
dan kesejahteraan bagi penduduknya.
Disamping itu ada juga
permasalahan-permasalahan pembangunan yang belum
terselesaikan. Namun pembangunan di
Indonesia saat ini dinilai banyak yang lebih mementingkan Kota dan melupakan Desa sehingga terjadi ketimpangan antara Desa dan Kota. Kota dinilai banyak fasilitas dan infrastruktur yang menunjang kehidupan yang lebih beragam dan ekonominya lebih atraktif. Sementara itu, Desamemiliki akses yang terbatas dan sulit, sehingga mengurangi potensi
pertumbuhan ekonomi dan menghambat
pembangunan.Penyediaan Infrastruktur di Indonesia mengalami kendala/tantangan sejak lama. Persoalan-persoalan yang dihadapi ialah
adanya keterbatasan dana Pemerintah,
peningkatanpenduduk, krisis ekonomi, menjadi penyebab perkembangan Infrastruktur tidak paralel dengan pertumbuhan wilayah yang ada. (Kondoatie, 2003:53).
Pembangunan Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini menggingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi negara yang tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan infrastrukturmulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadahan dan jaringan layanan air bersih, kesemuanya itu memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal (Biemo.W.Soemardi dan Reini D. Wirahadikusumah, 2009:233-244).
Oleh karena itu, Pembangunan
Infrastruktur ini menjadi fondasi dari pembangunanselanjutnya terutama pada sektor pertanian. Sektor Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari
pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 TentangPerlindungan
dan Pemberdayaan Petani Melalui
pembangunan Infrastruktur Pertanian, pasal 1(satu) menyatakan bahwa Perlindungan Petani adalah segala upaya untuk membantu Petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi. Dan Pemberdayaan Petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani untuk melaksanakan usahatani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan Kelembagaan Petani.
ayat (2 dan 3) yang menyatakan bahwa
StrategiPerlindungan Petani dilakukan
melaluiprasarana dan sarana produksi
Pertanian, kepastian usaha, penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi, ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim dan Asuransi Pertanian. Strategi Pemberdayaan Petani dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem Pertanian, dan jaminan luasan lahan Pertanian,
penyediaan fasilitas pembiayaan dan
permodalan, kemudahan akses ilmu
pengetahuan, teknologidan informasi,
danpenguatan Kelembagaan Petani.
Khususnya pada daerah pedesaan masih banyak Desa yang masih tertinggal baik infrastruktur maupun fasilitas lainnya, untuk itu Pemerintah mengatasi hal itu diberikan bantuan lewat program untuk dibangun infrastruktur
dasar kedesa-desa berupa Program
Pembangunan infrastruktur Pedesaan, tetapi yang lebih mendasar lagi program Infrastruktur tersebut dalam setiap tahunnya selalu terlambat baik persiapan, perencanaan, pelaksanaan maupun serah terimanya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah dengan terbangunnya
infrastruktur maka dapat meningkatkan
pendapatan secara ekonomis, meningkatkan kapasitas masyarakat, mengurangi temuan dari pemeriksa dan yang lebih penting adalah masyarakat lebih berdaya dengan adanya program tersebut.
Dengan demikian Desa Watatu
merupakan salah satu Desa yang memiliki permasalahan infrastruktur pertanian, yang
terkait permasalahan “Pengadaan Jalan ke Kantong Produksi, dan Alat/Mesin Pertanian”
yang belum terlaksana secara maksimal. Untuk mengatasi masalah-masalah infrastruktur pertanian tersebut, maka perlu adanya penerapan Manajemen yang baik pada suatu kegiatan-kegiatan agar suatu tujuan tercapai
dengan efisien, yang dimaksud dengan
kegiatan-kegiatan tersebut di atas meliputi kegiatan Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, dan Pengawasan.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti yang didukung oleh wawancara langsung, dokumentasi dan data sekunder, maka di peroleh gambaran kondisi infrastruktur pertanian (jalan ke kantong produksi dan
alat/mesin pertanian) di Desa Watatu
Kecamatan Banawa Selatan, dimana peneliti melihat masih rendahnya penerapan Fungsi Manajemen oleh Pemerintah Desa terutama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang meliputi fungsi Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014, yaitu kedudukan
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD)merupakan unsur Lembaga Desa yang sebagai fungsi politis. Dimana fungsi BPD yaitu menyalurkan aspirasi, merencanakan Program Desa, dan mengawasi Pemerintahan
Desa. Sedangkan tugasnya adalah
menyelenggarakan Musyawarah Desa dengan peserta terdiri Kepala Desa, Aparat Desa, dan Tokoh Masyarakat (Tokoh Agama, Tokoh Hadat, Dan Tokoh Pemuda).
Untuk itu mengenai Manajemen
cokelat, kelapa, kacang tanah, jagung,
umbi-umbian, serta penanaman padi ladang
dipegunungan. Untuk itu perlu adanya
keseriusan Pemerintah Desa terutama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
melakukan perencanaan atau rumusan penting terkait perbaikan Infrastruktur Pertanian masyarakat dengan melakukan perencanaan secara partisipatif yaitu dengan melibatkan seluruh unsur Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa sebagai sumber datadaninformasi pada perumusan Kebijakan Desa yang dilakukan dengan Kepala Desa.Pelibatan Kepala Desa, Aparat serta Masyarakat Desa,dapatdilakukan
melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (MPPD) atau musyawarah khusus untuk masyarakat kelompok tani, sehingga produksi hasil pertanian bisa berjalan lancar dan dapat mensejahterakan petani. Untuk Pengorganisasian peneliti melihat, Pemerintah Desa belum menjalankan tugas dan fungsinya
secara maksimal dalam pelaksanaan
Infrastruktur di Desa Watatu, karena
kurangnya anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola program perbaikan jalan ke kantong produksi dengan panjang 2 kilo meter diatas pegunungan. Dusun 2 sulit untuk tercapai dengan cepat, untuk itu perlu melakukan penambahan anggota atau tidak lebih bertanggungjawab lagi serta perlu melakukan pelatihan atau bimbingan kepada anggotanya agar dapat meningkatkan kinerja kerja yang baik dalam menjalankan fungsinya
sebagai penyalur aspirasi masyarakat
khususnya para petani. Oleh karena itu Penggerakan juga sangat dibutuhkan, maka perlu adanya Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) melakukan partisipasi terhadap
keputusan, tindakan dan perbuatan dengan menggerakan seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam organisasi agar
pekerjaan atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur pertanian (jalan kantong produksi dan alat/mesin pertanian) yang dilakukan agar dapat berjalan sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan. Selain itu Pengawasan juga perlu dilakukan Pemerintah Desa terutama BPD
guna mengontrol kinerja anggotanya dan
Kepala Desa beserta aparatnya dalam
melakukan Pengelolaan Infrastruktur Pertanian (jalan ke kantong produksi dan alat/mesin
pertanian), karena dengan melakukan
pengawasan yang serius baik pengawasan dikantor maupun dilapangan terkait perbaikan jalan ke kantong produksi dan juga penyaluran bantuan alat/mesin pertanian, bisa mempercepat proses pembangunan Desa. Dan berdasarkan lokus penilitian yaitu dilapangan maka perlu adanya pengawasan lain dari Dinas Pertanian guna melihat langsung bagaimana kerja
Pemerintah Desa dan juga masyarakat,
sehingga mengetahui apa yang menjadi kendala terkait infrastruktur pertanian. Kenyataannya dari Dinas Pertanian juga kurang melakukan pengawasan, padahal pernah dari Dinas Pertanian melakukan sosialisasi dengan masyarakat, bahwa bantuan dari Desa yang sudah disalurkan pada masyarakat yaitu pemberian bantuan pupuk kakao, maka dari Dinas Pertanian akan melakukan peninjauan kembali dari hasil proses pemupukan cokelat. Dimana seharusnya dari Dinas Pertanian juga memberikan pelatihan pada petani bagaimana
budidaya tanaman yang baik dan
mengguntungkan para petani.
Pembangunan infrastruktur
pertaniandianggap penting karenaselain potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam juga sebagai tempatmasyarakat Desa Watatu yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Desa Watatu kurang memberdayakan masyarakat yang khususnya bagi petani. Oleh karena itu,
mencermati hal tersebut penulis
menghawatirkan hingga saat ini Pemerintah Desa belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian guna lebih
mengetahui secara mendalam tentang “Fungsi
Pertanian di Desa Watatu Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala”.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut untuk lebih fokus dalam penelitian ini, maka dilakukan perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Fungsi Manajemen
Pemerintah Desa terutama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
Pengadaan Infrastruktur Pertanian Masyarakat di Desa WatatuKecamatan Banawa Selatan
Kota Kabupaten Donggala, dari aspek
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan?
Untuk mengetahui Fungsi Manajemen Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pengadaan Infrastruktur Pertanian Masyarakat Di Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan
Kota Kabupaten Donggala, dari aspek
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan.
a. Manajemen
Pada dasarnya Manajemen merupakan istilah lain pengelolaan dari akar katanya adalah
“kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” selain itu, makna Manajemen yaitu proses
agar tercapainya tujuan suatu organisasi.
Definisi Manajemen “menurut Manulang
(2006:5) merupakan sebuah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusun, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
dilaksanakan”.
“George.R.Terry (2003:1) Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata”.
Berdasarkan pada uraian penjelasan atau kutipan (pengertian) yang dikemukakan diatas, maka dapatlah dikatakan bahwa Manajemen adalah merupakan fungsi dari setiap pemimpin yang menggerakan setiap organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, sisi lain Manajemen
senantiasa dihubungkan dengan usaha
kelompok orang, dan selalu mendukung adanya
tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi itu sendiri, jika dikaitkan Teori Fungsi Manajemen dengan kajian peneliti yaitu Infrastruktur Pertanian Desa Watatu maka pentingnya penerapan Fungsi Manajemen Pemerintah Desa, dalam menjalankan program perbaikan Jalan Ke Kantong Produksi dan Masalah Penyaluran Sarana Pertanian. Untuk itu dari beberapa Teori Manajemen peneliti mengambil teori dari George.R.Terry meliputi aspek Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan, karena menurut peneliti teori George.R.Terry mudah dipahami dan banyak referensi yang mendukung pengetahuan peneliti terutama mengenai Ilmu Manajemen dapat
dilihat dalam bukunya “Dasar-Dasar Manajemen dan Prinsip-Prinsip Manajemen”, hanya saja alasan peneliti menambahkan
pendapat para pakar lainnya tentang
Manajemen guna melihat bahwa definisi Manajemen memiliki banyak aspek dan dapat memperluas wawasan peneliti.
Jadi Manajemen adalah
menyelenggarakan sesuatu dengan
menggerakan orang-orang, mesin dan alat-alat sesuai dengan kebutuhannya atau dengan kata lain proses menyelenggarakan tindakan-tindakan dalam usaha kerja sama manusia, sebagai tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Untuk itu dalam Manajemen diperlukan kemampuan dan keterampilan sehingga memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
b. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun, dan mengenai macamnya fungsi Manajemen itu
sendiri, ada persamaan dan perbedaan
pendapat, namun sebetulnya pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi.
Dibawah ini dikemukakan
George.R.Terry bahwa Fungsi-Fungsi
Manajemen terdiri dari Perencanaan,
Pengorganisasian, Penggerakan, dan
Pengawasan.
Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai
masa yang akan datang dalam hal
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. (George.R.Terry dalam Moekijat 2000:15).
Kegiatan-kegiatanperencanaan yang
dimaksud meliputi:
a. Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai. b. Meramalkan keadaan untuk yang akan
datang.
c. Memperkirakan kondisi pekerjaan yang dilakukan.
d. Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan.
e. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas. f. Membuat kebijaksanaan, prosedur,
standar & metode pelaksanaankerja. g. Mengubah rencana sesuai dengan
petunjuk hasil pengawasan.
h. Membiarkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi.
“Perencanaan adalah keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan”. (Siagian 2003:36).
“Griffin.R.W Dalam Boy.S.Sabarguna
(2006:13) mendefinisikan perencanaan adalah proses untuk menyusun kerangka dan cara-cara
mencapai tujuan dimasa datang”.
“Perencanaan menurut Hadari Nawawi
(2003:24), adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan penentuan strategi, kebijaksanaan, program, proyek, metode, sistem (cara), anggaran dan standar (tolak ukur) yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan”.
“S.P.Hasibuan (2008:93) perencanaan
adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan
dan berisi pedoman pelaksanaan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi setiap
rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan
dan pedoman”.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa pentingnya perencanaan merupakan tahap awal
dalam menjalankan fungsi Manajemen,
dibutuhkan mental untuk memilih sasaran,
kebijakan prosedur, dan program yang
diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan hal yang utama didahulukan karena perencanaan yang baik akan mudah tercapainya arahan tujuan yang hendak dicapai. Pelaksanaan tujuan harus didasarkan atas kenyataan objektif dan rasional, sebab hasil perencanaan akan bisa dilihat dimasa depan
untuk itu segala tindakan, kebijakan
direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Agar resiko yang ditanggung relatif kecil.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat
dengan melakukan pembagian pekerjaan
kepada anggota kelompoknya dalam
menjalankan program terkait dengan penelitian yaitu Fungsi Manajemen Dalam Pengadaan Infrastruktur Pertanian Masyarakat Desa Watatu.
“Menurut George.R.Terry dalam buku “Prinsip-Prinsip Manajemen” cetakan kesebelas (2012:17) pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.Kegiatan-kegiatan Pengorganisasian yang dimaksud meliputi:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional.
b. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional.
c. Menggabungkan jabatan-jabatan
operasional ke dalam unit-unit yang saling berkaitan.
d. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai.
e. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan.
f. Menyesuaikan wewenang dan
g. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.
h. Menyelaraskan organisasi sesuai
dengan petunjuk hasil pengawasan”.
“Sondang.P.Siagian (2003:27)
organizing adalah keseluruhan proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat,
tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan”.
“Sentot Imam Wahjono (2008:9)
organizing adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya kesejumlah anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran
organisasi”.
Dengan demikian organizing
mengalokasikan semua pekerjaan kepada setiap orang-orang yang ada dalam suatu organisasi dengan membentuk struktur atau bagan organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tugas, sehingga tidak terjadi adanya tumpang tindih pekerjaan agar tujuan bisa dilaksanakan dengan efektif dan efisian.
3. Penggerakan ( Actuating )
“Menurut George.R.Terry dalam buku “Prinsip-Prinsip Manajemen” cetakan kesebelas (2012:17) Penggerakan adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang Manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Kegiatan-kegiatan penggerakan
(Actuating) meliputi:
a. Melakukan partisipasi terhadap
keputusan, tindakan dan perbuatan. b. Mengarahkan orang lain dalam bekerja. c. Memotivasi anggota.
d. Berkomunikasi secara efektif.
e. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
f. Memberi imbalan penghargaan yang
sesuai terhadap pekerja.
g. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya.
h. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan”.
“Menurut Sondang.P.Siagian (2007:95) penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu penggerakan itu sangat diperlukan menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi. Fungsi penggerakan ini adalah ibarat kunci stater mobil, artinya mobil baru dapat berjalan jika kunci staternya telah melaksanakan fungsinya. Demikian juga proses Manajemen baru terlaksanan setelah fungsi penggerakan ditetapkan.
4. Pengawasan (Controlling )
“Menurut George.R.Terry (2001:242) Pengawasan adalah sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”.
Kegiatan-kegiatan pengawasan yang meliputi:
a. Membandingkan hasil pekerjaan
dengan rencana secara keseluruhan. b. Menilai hasil pekerjaan dengan standar
hasil kerja.
c. Membuat media pelaksanaan secara tepat.
d. Memberitahukan media pengukur
pekerjaan.
e. Memindahkan data secara rinci untuk
melihat perbandingan
danpenyimpangannya.
f. Membuat saran & tindakan perbaikan.
g. Memberitahukan anggota yang
bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasan.
h. Melaksanakan pengawasan sesuai
“Pengawasan yaitu proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya”. (Siagian,
2003:112).
“Handari Nawawi (2003:54)
mendefinisikan pengawasan sebagai proses
mengukur (measurment) dan menilai
(evalution) tingkat efektivitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan
organisasi”.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan adalah
Deskriptif. “Menurut Sugiyono (2008:9),
penelitian Deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud membuat gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai suatu populasi tertentu. Penelitian Deskriptif bertujuan menggambarkan apa-apa yang saat
ini berlaku”. Melalui metode penelitian
Deskriptif, penulis berupaya menggambarkan,
mencatat, menganalisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi dilapangan terkait dengan Fungsi Manajemen Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengadaan Infrastruktur Pertanian Masyarakat Desa Watatu.
PEMBAHASAN
Fungsi Manajemen Dalam Pengadaan InfrastrukturPertanianMasyarakat di Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan.
Fungsi Manajemenmerupakan tugas pokok
yang harus dijalankan pimpinan dalam
organisasi apapun, mengenai macamnya Fungsi Manajemen itu sendiri, ada persamaan dan
perbedaan pendapat, namun sebetulnya
pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi.
Dalam kegiatan organisasi guna
pencapaian tujuan, maka yang tidak kalah pentingnya ialah Manajemen. Manajemen terdiri dari fungsi-fungsi yang mempunyai kaitan satu dengan yang lain yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam proses pelaksanaannya
sehingga merupakan suatu siklus yang berjalan terus-menerus.
Fungsi-Fungsi Manajemen yang
dilakukan pada penelitian diKantor Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, terkait infrastruktur pertanian masyarakat, terdiri dari beberapa proses sebagai berikut:
difokuskan berdasarkan
Fungsi-FungsiManajemen tersebut diatas.
a. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, sebab dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan tersebut tergantung dari sejauh mana kemampuan dari perencanaan yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Atau perencanaan merupakan keputusan rancangan pada waktu yang akan datang, meskipun tidak dapat diperkirakan secara tepat sebab terdapat faktor-faktor yang berada di luar jangkauan
pemikiran namun diharapkan bahwa
perencanaan dapat mendekati dari apa yang ditargetkan.
Perencanaan adalah fungsi pertama dan utama Manajemen. perencanaan ini diproses oleh perencana (planer) dan hasilnya menjadi rencana (plan). Dalam rencana ini ditetapkan tujuan dan pedoman pelaksanaan serta menjadi dasar control.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan organisasi serta
efektif dan efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan.
Sehubungan dalam melakukan tugas dan fungsinya, BPD Desa Watatu Kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala,
berupaya semaksimal mungkin untuk
melakukan suatu proses perencanaan yang baik. Sebelum melakukan suatu perencanaan terlebih
koordinasi-koordinasi dengan melibatkan seluruh Kepala Bagian-Bagian Desa dan juga masyarakat atau yang diwakili oleh ketua RT/RW, karena dalam melakukan suatu keputusan penting tidak hanya berdasrkan suara dari pihak Pemerintahan Desa, tetapi juga ada ada aspirasi dari masyarakat, terutama dalam
melakukan perencanaan pembangunan
infrastruktur pertanian di Desa Watatu
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala.
Berdasarkan pendapat para informan terkait dengan terlibatnya masyarakat dalam proses perencanaan mengenai infrastruktur pertanian di Desa Watatu, dapat peneliti analisis bahwa dari ke lima (5) pendapat informan tersebut, ada 2 informan yang sudah setuju jika dalam melakukan perencanaan masyarakat sudah dilibatkan, dan 3 informan lainnya masih menjawab kurang melibatkan, alasannya dari ke tiga informan bahwa selama ini pelayanan berupa bantuan sarana dan prasaranan pertanian, seperti perbaikan jalan yang cukup lama dilaksanakan dan pemberian bantuan alat/mesin pertanian yang tidak merata. Sehingga upaya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan proses perencanaan kurang melibatkan masyarakat sehingga perlu pelayanan yang cepat dan memuaskan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat peneliti simpulkan dari segi perencanaan terkait pembangunan infrastruktur pertanian di Desa Watatu, bahwa BPD kurang
melibatkan masyarakat dalam program
perencanaan perbaikan jalan digunung kajalata, BPD kurang melakukan sosialisasi, padahal tujuannya untuk kepentingan masyarakat, khususnya masyarakat dusun 2 RT 6 yang mempunyai area perkebunan digunung kajalata. Untuk itu juga perlu adanya apresiasi atau dukungan dari masyarakat juga dalam bekerja sama melakukan perbaikan jalan nanti, agar supaya hasil perbaikan jalan ini bisa lebih cepat lagi dan sesuai dengan harapan. tetapi adannya perencanaan tersebut, belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena sampai sekarang perbaikan jalan tersebut belum dilanggsungkan
juga serta pelayanan yang diberikan oleh pihak Desa sangat terlambat.
Berdasarkan pendapat para informan mengenai pelayanan tentang perbaikan jalan tersebut, maka peneliti menganalisis bahwa dalam perencanaan ini sampai sekarang belum
terlaksana dengan cepat, padahal itu
sebelumnya sudah direncanakan dan diputuskan bersama bahwa perbaikan itu akan segera berlangsung pada tahun 2013.
Oleh karena itu, berdasarkan
pernyataan informan-informan dapat
disimpulkan bahwa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) melakukan perencanan terkait pembangunan jalan ke kantong produksi digunung kajalata belum terealisasi dengan baik. Ini lantaran kurangnya apresiasi dari para anggota BPD dan melihat anggota BPD hanya ada 2 orang, sehingga kurangnya sumber daya manusia dalam mengelola suatu program pembangunan infrastruktur, sehingga program yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, yang seharusnya
memberikan pelayanan yang cepat dan
memuaskan, maka dari itu ketua BPD perlu meningkatkan hubungan kerjasama dengan anggotanya serta dengan melibatkan Kepala Desa, Aparat Desa dan Masyarakat, agar apa yang sudah dirumuskan bisa tercapai sesuai rencana. Selanjutnya perlu melakukan sosialisai yang secara bertahap dan perlunya keseriusan
akan meningkatkan program- program
penanganan pengelolaan pembangunan jalan ke kantong produksi ini dengan melibatkan
masyarakat secara umum, khususnya
masyarakat petani di dusun 2 RT 6 (desa watatu).
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
karena tercipta atau terlengkapi procedur dan metode kerja, kewenangan personalia serta peralatan yang diperlukan.
Untuk itu, BPD perlu melakukan
pengorganisasian terkait pembangunan
infrastruktur pertanian diDesa Watatu
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala, karena keberhasilan dari pada kegiatan tidak lepas kerja sama antara BPD dengan Kepala Desa, Aparat Desa dan Masyarakat.
Dengan demikian semua Pemerintah Desa perlu diorganisir dengan baik, sehingga semua bentuk pekerjaan dapat terlaksana sesuai prosedur dan rencana yang ditetapkan, serta pekerjaan itu dikerjakan sesuai dengan
mekanisme kerja berdasarkan struktur
organisasi dalam perkantoran. Upaya ini dilakukan demi menghindari agar pelaksanaan pekerjaan kantor tidak terjadi tumpang tindih, pemborosan waktu, biaya dan tenaga serta untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan Administrasi Perkantoran.
Berdasarkan Pada kenyataan
dilapangan yang peneliti lihat sarana dan prasarana infrastruktur pertanian yang telah direncanakan masih belum memadai, terutama jalan berposisikan di dusun 2 RT 6 (gunung
kajalata) yang sampai sekarang belum
dilakukan perbaikan serta sarana pertanian yang berupa alat dan bahan pertanian masih ada yang belum tersalurkan secara merata dan bahkan belum ada diturunkan pada masyarakat, padahal itu sangat menunjang kemajuan pertanian
masyrakat. Pemerintah Desa lebih
memperhatikan lagi apa yang menjadi
kebutuhan para petani.Guna pencapaian hasil pertanian yang efektif dan efisien.
c. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Dalam sebuah organisasi setelah adanya perencanaan, pengorganisasian atau pelimpahan wewenang dan tugas kepada bawahan, maka selanjutnya adalah penggerakan
kepada PemerintahDesa lainnya dalam
melaksanakan tugasnya, terkait masalah
pembangunan infrastruktur pertanian
masyarakat diDesa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, tentu saja agar
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh anggota dalam
melaksanakan tugasnya maka dalam
penggerakan Ketua BPD juga perlu
memperhatikan pengendalian.
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam Manajemen yang mendorong dan
menjuruskan semua bawahan agar
berkeinginan, bertujuan bergerak untuk
mencapai maksud-maksud yang telah
ditentukan dan mereka berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi. Rencana yang diatur (diorganizir) agar seorang yang diberi beban itu mempunyai rasa tanggungjawab, sehingga timbul keamanan untuk mengerjakan dengan penuh rasa sadar.
Kegiatan Manajemen untuk
menggerakan dan membuat orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien,
sehingga tindakan-tindakan yang telah
dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.
Berdasarkan dari wawancara ke lima informan diatas, maka peneliti menganalisis, bahwa ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sudah memberikan penggerakan kepada anggotanyaKepala Desa serta Aparatanya, tetapi ke 4 informan yang menggangap kurangnya penggerakan yang dilakukan oleh ketua BPD, karena tidak terlalu memperhatikan kegiatan-kegiatan yang ada di Desa, sehingga program yang dijalankan membutuhkan jangka waktu yang panjang baru bisa diselesaikan.
Oleh karena itu, Berdasarkan
pernyataaan dari informan diatas dapat
disimpulkan bahwa fungsi BPD dalam
menggerakan bawahannya masih belum
maksimal, bahkan dalam mengggerakan
masyarakat secara langgsung dilapangan jarang sekali terlihat, padahal pembentukan kelompok tani sudah ada, dan seharusnya sering melakukan dorongan berupa sosialisasi dengan peningkatan potensi kerja bawahannya, agar bekerja lebih baik lagi.
Pengawasan (supervisi) merupakan salah satu Fungsi Manajemen, Pengawasan mutlak dilaksanakan oleh seorang pimpinan terhadap bawahannya, sebab pada diri setiap manusia terdapat sifat atau kelemahan berupa kelalaian yang senantiasa membarengi sikap dan tindakannya dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab yang diembannya. Jadi
pengawasan ditujukan untuk mengamati,
mengetahui dan menilai aktivitas kerja pegawai dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran organisasi secara efisien dan efektif.
Pengawasan adalah faktor yang paling menentukan keberhasilan suatu pekerjaan, adanya suatu pengawasan ini karena aparat dalam organisasi selalu berbuat salah baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kemudian pengawasan sangat penting sekali untuk dilakukan dan tujuannya untuk mencegah terjadinya suatu penyimpangan, pemborosan dan kegagalan dalam melaksanakan semua kegitan Administrasi Perkantoran disamping itu agar tercapai suatu sasaran yang ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan dilakukan agar kebijakan tersebut dapat dilihat apakah kebijakan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Pengawasan sangat penting dijalankan agar dapat diketahui sampai sejauh mana hasil yang sudah dicapai dan juga kinerja kerja dapat diukur sehingga adanya proses pembelajaran agar pekerjaan yang belum terlaksana dengan baik belum terulang lagi.
Berdasarkan analisis peneliti dari pernyataan informan diatas, bahwa keterlibatan
Ketua BPD dalam mengawasi program
perencanaan perbaikan jalan digunung kajalata, menurut Ketua BPD sendiri sudah melakukan
pengawasan apa yang dikerjakan oleh
anggotanya dan Kepala Desa serta aparatnya terkait dengan perbaikan infrastruktur, tetapi dari ke 4 informan beranggapan lain, bahwa
Ketua BPD sangat jarang melakukan
pengawasan baik dikantor maupun dilapangan, hanya satu minggu satu kali bahkan nanti berbulan-bulan, sehingga hubungan kerja sama
yang baik dalam menangani program perbaikan infrastruktur pertanian sulit untuk cepat selesai.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan diatas menurut peneliti secara fakta atau ril yang peneliti temukan baik dikantor maupun dilapangan, pengawasan yang dilakukan oleh BPD belum maksimal, hal ini dikarenakan BPD, selain keterbatasan sumber daya manusia juga kurang memprioritaskan tugasnya sebagai pelayan dan penyaluran aspirasi masyarakat. Dan bukan hanya itu ternyata banyaknya keluhan dari masyarakat tentang kurangnya pengawasan langgsung dilapangan bahkan berbaur dengan masyarakat saja jarang didapatkan.Untuk itu BPD lebih meningkatkan fungsinya sebagai pengawasan segala urusan Pemerintah Desa atau Kepala Desa dan bahkan urusan langsung yang ada dilapangan, supaya pada saat tiba waktunya bisa berjalan dengan lancar dan sesuai apa yang sudah direncanakan.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan diatas
mengenai Fungsi Manajemen Dalam
Pengadaan Infrastruktur Pertanian Di Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, maka dapat disimpulankan bahwa Fungsi Manajemen Pemerintah Desa Watatu
Terutama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), belum terealisasi dengan baik terlihat dari aspek Perencanaan, dimana keterlibatan masyarakat dalam program infrastruktur pertanian kurang diperhatikan oleh Pemerintah sehingga memperlambat perbaikan jalan ke kantong produksi dan juga bantuan alat/mesin pertanian, padahal di Desa Watatu memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat mendukung yaitu memiliki tanah yang subur, serta juga dari Sumber Daya Manausia (SDM)
yang sebagian besar mata pencaharian
masyarakat sebagai petani perkebunan. Untuk
Pengorganisasian, pembagian pekerjaan sudah
berdasarkan keputusan bersama oleh
Tahun 2014 Tentang Tugas dan Fungsi pada Satuan Organisasi Badan Permusyawaratan Desa. Tetapi keterbatasan Sumber Daya Manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas, jika dilihat dari jumlah anggota BPD hanya ada 2 orang serta wawasan yang masih
sangat kurang, ini dapat menyebabkan
keterlambatan dalam menjalankan program perbaikan jalan ke kantong produksi dan juga penyaluran bantuan alat/mesin pertanian. Untuk aspek Penggerakan, bahwa Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
menggerakan serta memberikan dorongan pada anggota serta Kepala Desa dan juga Aparatnya belum maksimal, karena berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan, bahwa Pemerintah Desa kurang mengadakan sosialisai
dengan masyarakat terkait perencanaan
pembangunan infrastruktur pertanian. Serta yang paling dominan permasalahannya dari aspek Pengawasan, karena melihat anggota Badan Permusyawaratan Desa BPD sangat terbatas hanya berjumlah dua (2) orang sehingga keterbatasan Sumber Daya Manusia tersebut baik dari segi jumlah maupun wawasannya dalam melakukan pengawasan dikantor maupun dilapangan akan sulit meninjau lebih lanjut terhadap program perbaikan jalan ke kantong produksi yang panjangnya 2 kilo meter (km) serta bantuan berupa alat/mesin pertanian penunjang usaha tani. Pengawasan yang dilakukan dari Dinas Pertanian terkait sarana pertanian juga sangat kurang hanya satu bulan satu kali, sehingga dari keterbatasan diatas dapat memperlambat proses perbaikan jalan dan juga penyaluran bantuan pertanian bagi Masyarakat Desa Watatu. Serta bentuk kerja sama antara Pemerintah dengan Dinas Pekerjaan Umum sangat kurang, dari
pihak Dinas Pekerjaan Umum kurang
melakukan pengawasan dilapanagn. Dengan
Demikian bahwa Fungsi Manajemen
Pemerintah Desa Watatu perlu ditingkatkan baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
DAFTAR RUJUKAN
A.BUKU
Handoko, Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Kondoatie, Robert J. 2003. Manajemen Dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Manulang, M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Terry, George R.2003. Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Terry, George R . 2010. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Bumi aksara.
Terry, George R. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahjono, Sentot Imam. 2008. Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis. Jakarta: PT. Indeks.
B. Jurnal, Hasil Penelitian Dokumen Lainnya.
Sumarlin. 2013. Fungsi Manajemen Terhadap
Efektivitas Keja Pegawai Pada Kantor
Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore. Skripsi. Palu : Universitas Tadulako.
Taofik S. Laki. 2012.Manajemen Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam
Pelaksanaan Pembangunan Di Desa Pusungi Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una. Skripsi. Palu: Universits Tadulako. Profil Desa, 2015. Sarana Dan Prasarana Pertanian Didesa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.
C.Sumber Lain, Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Repoblik Indonesia No. 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Dalam Infratsruktur Pertanian dalam Pengelolaan Infrastruktur Pertanian.