9 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai ketidakmampuan yang dinyatakan secara legal oleh individu atau organisasi untuk membayar 2004, kebangkrutan adalah keadaan dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti, Martin et.al (Setyahadi, 2012 : 7) :
1. Kegagalan ekonomi (economic failure)
10 2. Kegagalan keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk:
1. Insolvensi teknis (technical insolvency).
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu. 2. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan.
Pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
2.1.2 Laporan Keuangan
11 Menurut Djarwanto (2004), laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Menurut IAI (2009 : 27), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-cacatan dan bagian integral dari laporan keuangan.
Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
1. Mudah dipahami
Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya. Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya dengan wajar.
2. Relevan
12 kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan
13 Analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses yang merupakan bagian dari analisis bisnis (Subramanyam, 2010 : 23). Terdapat lima alat penting untuk analisis keuangan, yaitu:
1. Analisis laporan keuangan komparatif
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yag berurutan dari suatu periode ke periode berikutnya.
2. Analisis laporan common-size
Menurut Fraser dan Ormiston (2008), analisis laporan keuangan common-size adalah analisis rasio keuangan memperkenalkan perbandingan
perusahaan-perusahaan dengan tingkatan yang berbeda atas penjualan atau total aktiva dengan memakai suatu penyebut umum.
3. Analisis rasio keuangan
Yang dimaksud rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan (Djarwanto 2004 : 143). Menurut Kasmir (2008), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
4. Valuasi
14 time value of money yang menyatakan bahwa sebuah entitas lebih menyukai
konsumsi saat ini daripada konsumsi di masa depan (Subramanyam, 2010 : 47).
5. Analisis arus kas
Analisis arus kas digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaaan memperoleh pendanaanya dan menggunakan sumber dayanya (Subramanyam 2010 : 47).
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2008), dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
2) Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.
3) Rasio antarlaporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (ata campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.
Bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
a) Rasio Lancar ( Current Ratio)
15 a) Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt Ratio) b) Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
c) Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Covered) d) Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage) e) Total Debt to Equity Ratio
f) Long Term Debt to Equity g) Tangible Assets Debt Coverage 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
a) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
b) Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average Collection Period)
c) Perputara aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over) d) Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over) e) Receivable Turn Over
f) Average day’s Inventory g) Working Capital Turn Over
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a) Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales) b) Daya Laba dasar (Basic Earning Power)
c) Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets) d) Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity) e) Gross Profit Margin
16 g) Operating Ratio
h) Net Profit Margin
i) Earning Power to Total Investment j) Net Earning Power
k) Rate of Return for Owners 5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
a) Pertumbuhan penjualan b) Pertumbuhan laba bersih
c) Pertumbuhan pendapatan per saham d) Pertumbuhan dividen per saham 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
a) Rasio harga saham terhadap pendapatan b) Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Analisis rasio keuangan adalah metode yang paling luas digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan suatu organisasi dalam area invetasi, pembiayaan, dan dividen ( David, 2011 : 204). Rasio keuangan merupakan paling populer digunakan dan banyak peneliti yang menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan.
Menurut Weston ( dalam Kasmir, 2008 : 117), kelemahan rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Data keuangan disusun dari data akuntansi.
17 3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyususn
mungkin tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke pelaporan yang mereka buat.
4. Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda.
5. Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan. 6. Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh. 7. Kesamaan rasio keuangan yag telah dibuat dengan standar industri belum
menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
2.1.5 Financial distress
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya dengan baik. Sedangkan financial distress adalah kesulitan keuangan yang mungkin mengawali
18 Menurut Brigham dan Daves dalam Andre (2013:6 ), tanda-tanda potensi financial distress biasanya terbukti dalam analisis rasio jauh sebelum perusahaan
gagal.
Sulit untuk mengetahui tanda-tanda suatu perusahaan mengalami financial distress. Whitaker (Luciana 2003 : 547) mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini. Menurut Hofer dan Whitaker (Luciana 2003 : 547) mendefinisikan financial distress jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi (net operating income) negatif.
Prediksi Financial Distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :
1. Pemberi pinjaman.
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor.
Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan.
19 ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah.
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation.
5. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. 6. Manajemen.
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
2.1.6 Rasio Keuangan Memprediksi Financial Distress
Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan (Syahyunan, 2013 : 103).
2.1.6.1Likuiditas
20 dengan rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Menurut David (2011 : 207) rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo. Riyanto ( dalam Vianus, 2011 : 19 ) menyatakan bahwa : Current ratio yaitu
kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat yang likuid, sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan.menunjukan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo.
Jadi, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dengan alat-alat yang sangat likuid untuk jangka waktu dekat sesuai jatuh tempo yang telah ditetapkan baik dengan pihak intern dan ekstern perusahaan.
Bila perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajiban finansialnya, perusahaan dikatakan dalam keadaan likuid dan bila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban finansialnya, perusahaan dapat dikatakan tidak likuid (Kasmir, 2008 : 128)
21 a. Current ratio ( rasio lancar), menunjukan kemampuan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya.
Current ratio = Aset lancar Kewajiban lancar
b. Rasio modal kerja bersih tehadap total aktiva, menunjukkan teori.
Rasio Modal Kerja bersih = aset lancar – kewajiban lancar total aset
2.1.6.2Leverage
Isitilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aset atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memprbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik/pemegang saham perusahaan (Syahyunan 2013 : 126).
Menurut David (2011 : 208), rasio pengungkit ( leverage ratio) mengukur sejauh mana sebuah perusahaan didanai oleh utang. Menurut Kasmir (2008 : 113), leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh dengan utang.
Hasil perhitungan rasio leverage digunakan untuk membandingkan besar utang yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha dengan modal sendiri. Bila dilihat dari laporan laba rugi ada 2 macam leverage, yaitu: 1) operating leverage, dan 2) financial leverage.
22 Rasio – rasio leverage yang digunakan dalam beberapa penelitian, yaitu:
a. Rasio Debt to total asset = total utang total aset
b. Rasio Debt to equity = total utang
total ekuitas pemegang saham
c. Rasio long term debt to equity = utang jangka panjang total ekuitas pemegang saham
d. Rasio times interest earned =
Laba sebelumbunga dan pajak total beban
2.1.6.3Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir 2008:114).
Menurut David (2011: 209), rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Beberapa rasio-rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu :
a. Margin laba kotor = penjualan −harga pokok penjualan penjualan
b. Margin laba operasi = Pendapatan sebelum bunga (EBIT ) penjualan
c. Margin laba bersih = ���� ����� ℎ penjualan
d. Return On Asset (ROA) = laba bersih total aset
e. Return on Equity (ROE) = ���� ����� ℎ
23 f. Earning per Share (EPS) = laba bersih
jumlah saham yang beredar
2.1.6.4Growth
Menurut David (2011 : 209), rasio growth adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisis ekonominya di tengah pertumbuhan ekonomi dan industri.
Rasio-rasio growth yang sering digunakan oleh peniliti, yaitu : a. Penjualan : persentase pertumbuhan dalam total penjualan b. Laba berih : persentase pertumbuhan tahunan dalam laba c. EPS : persentase pertumbuhan tahunan dalam EPS d. Dividen per saham : persentase pertumbuhan dalam dividen per saham. 2.1.6.5Rasio Keuangan dalam Penelitian Altman
Rasio keuangan dalam penelitian Altman adalah rasio yang dihasilkan dalam penelitian Altman tahun 1968. Altman (1968) melakukan penelitian mengenai corporate failure di perusahaan manufaktur dengan menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menghasilkan model Z-Score. Hasil penelitian Altman menyatakan bahwa lima rasio mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap financial distress yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets,
market value of equity to book value of total debt, dan sales to total assets.
Formula Z-score Altman adalah sebagai berikut:
�= 0,012 �1 + 0,014�2 + 0,033�3 + 0,006�4 + 0,999�5,
24 X3 = earning before interest and taxes to total assets,
X4 = market value of equity to book value of total debt, dan X5 = sales to total assets.
Analisis Z-score tahun 1968 kurang relevan dengan berbagai kekurangan sehingga pada tahun 1995 Altman kembali memodifikasi formula Z-score-nya dengan indikator-indikator baru yaitu net working capital to total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, dan book
value of equity to total liability.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk menentukan financial distress diantaranya :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
1 Baimwera dan Muriuki (2014) Variabel dependen: Financial Distress. Variabel independen: Liquidity, leverage, growth, dan profitability
Growth dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan.
2 Alkhatib dan Al-Horani
(2012)
Variabel dependen : Financial distress Variabel independen : 24 rasio keuangan
25 2.3 Kerangka Konseptual
Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan
mengalami kesulitan keuangan yang mungkin mengawali kebangkrutan 3. Andre (2013) Variabel Dependen :
Financial Distress. Variabel Independen : ROA, Current Ratio, dan Debt Ratio.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan dalam memprediksi financial distress dan leverage mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress.
4. Almilia dan Kristijadi
(2003)
Variabel dependen : Financial distress Variabel independen :
Profit margin, likuiditas, Efisiensi operasi, profitabilitas, Financial leverage, Posisi kas, dan pertumbuhan.
Rasio-rasio keuangan dapat
digunakan untuk memprediksikan financial
distress suatu perusahaan, yaitu:
• Rasio profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan (NI/S).
• Rasio financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA).
• Rasio likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL)
5 Nugroho dan Mawardi
(2012)
Variabel dependen : Financial distress Variabel independen :
Rasio-rasio dari Model Altman
26 suatu perusahaan. Pengukuran financial distress dapat dilakukan dengan cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang, mengalami laba operasi negatif, atau laba operasi lebih kecil atau negatif dari total aset. Prediksi financial distress penting untuk dipelajari karena memberikan keuntungan kepada berbagai pihak, salah satunya terhindar dari kebangkrutan. Kondisi kesulitan kuangan perusahaan dapat diketahui melalui analisis rasio keuangan. Rasio keuangan dalam penelitian ini yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, growth, dan rasio keuangan dalam penelitian Altman.
Likuiditas merupakan rasio keuangan untuk mengukur likuid tidaknya suatu perusahaan. Likuid tidaknya suatu perusahaan dapat diukur dengan pemenuhan kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo terhadap aset lancar perusahaan. Perusahaan dikatakan likuid bila perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya dan tidak likuid bila tidak mampu membayar.
Leverage merupakan rasio keuangan keuangan mengukur sejauh
mana aset atau aktiva perusahaan didanai oleh hutang . Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk membandingkan besarnya utang dari modal sendiri yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha. Leverage yang tinggi akan berdampak kepada potensi perusahaan mengalami financial distress.
27 H1
H2
H3
H4
H5
dalam satu periode. Perusahaan dikatakan baik, apabila mampu memenuh target keuntungan yang telah ditetapkan.
Growth adalah rasio yang mengukur pertumbuhan suatu pertumbuhan pada perusahaan. Perusahaan harus bertumbuh untuk dapat menyaingi pesaing. Perusahaan dikatakan baik, bila mengalami kenaikan pertumbuhan.
Penelitian Altman menghasilkan beberapa rasio keuangan yang dapat memprediksi financial distress. Rasio keuangan tersebut yaitu net working capital to total assets, retained earning to total assets, earnings
before interest and taxes to total assets, dan book value of equity to total liability.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Likuiditas (X1)
Leverage (X2)
Financial distress
(Y) Profitabilitas (X3)
Growth (X4)
Rasio Keuangan dalam Penelitian
28 2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 64) hipotesis merupakan “jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat”. Sedangkan menurut Sekaran (2006:135) Hipotesis dapat didefinisikan sebagai “hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
2.4.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress
Likuiditas menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Perusahaan dikatakan likuid bila aktiva lancar lebih besar samadengan dari kewajiban lancar.
Hasil penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan rasio lancar atau CA/CL.
Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut : H1 : Likuiditasberpengaruh terhadap financial distress
2.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Financial Distress
Menurut Kasmir (2008:13), rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
29 Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah debt ratio yaitu total utang dibagi total aset. Penelitian yang dilakukan Andre (2013) menggunakan debt ratio untuk mengukur tingkat leverage perusahaan.
Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H2 : Leverageterhadap ekuitas berpengaruh terhadap financial distress. 2.4.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Jika perusahaan tidak memperoleh keuntungan selama beberapa tahun, perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin kecil probabilitas perusahaan mengalami financial distress. Baimwera dan Muriuki (2014) menemukan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress.
Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Andre (2013) menggunakan rasio keuangan Return on asset (ROA). Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress 2.4.4 Pengaruh Growth terhadap Financial Distress
Growth atau pertumbuhan menunjukkan perkembangan perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan menurunkan kemungkinan financial distress perusahaan.Menurut Baimwera dan Muriuki (2014), growth
30 (2003) menggunakan prosentase pertumbuhan laba bersih untuk memprediksi financial distress.
Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H4 : Growth berpengaruh terhadap financial distress.
2.4.5 Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Penelitian Altman Terhadap Financial Distress
Hasil penelitian Altman (1968) menemukan lima rasio yang dapat memprediksi financial distress perusahaan. Lima rasio dari model Altman yaitu: working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before
interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total
debt, dan sales to total assets. Hasil penelitian Nugroho dan Mawardi (2012)
bahwa rasio keuangan dalam penelitian Altman berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress.