• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Program Stokastik Dua Tahap Multi Objektif Untuk Desain Rantai Suplai Dengan Mempertimbangkan Risiko Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendekatan Program Stokastik Dua Tahap Multi Objektif Untuk Desain Rantai Suplai Dengan Mempertimbangkan Risiko Keuangan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang ter-muat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi peluang pada parameter. Berikut ini akan disajikan beberapa tinjauan tentang konsep dan literatur yang melandasi penelitian ini, yaitu pendekatan program stokastik untuk desain rantai suplai, pengertian risiko, mengukur risiko melalui variabilitas penerimaan, pengertian dan manfaat manajemen risiko, serta Net Present Value (NPV).

2.1 Pendekatan Program Stokastik untuk Desain Rantai Suplai

Banyak permasalahan perencanaan dan operasional manajemen yang mengandung keti-dakpastian dibahas dan diselesaikan dengan program stokastik. Lebih khusus dibahas pada program stokastik dua tahap. Sebagai contoh diambil problema kasus desain rantai suplai. Problema desain rantai suplai melibatkan desain tiga level rantai suplai, yakni produksi - gudang - pasar. Sebuah komponen penting dari kegiatan perencanaan perusahaan produksi ialah desain yang efisien dan operasi dari rantai suplainya. Per-soalan desain suatu rantai suplai yang terdiri dari beberapa pabrik produksi, gudang, pasar, serta sistem distribusi yang terkait perlu diperhatikan. Untuk itu, yang menjadi rumusan masalah ialah memodifikasi dan memperluas model lain yang diberikan se-belumnya, dengan tujuan untuk menambahkan beberapa karakteristik penting mewa-kili konsekuensi yang ada pada kinerja rantai suplai (Guill`enet al., 2004).

Secara umum, Alborziet al., pada tahun (2011) menjelaskan bahwa kinerja rantai suplai dapat diklasifikasikan pada dua hal, yakni kinerja rantai suplai kualitatif dan kuantitatif. Kepuasan pelanggan, fleksibilitas, dan manajemen risiko yang efektif di-kategorikan sebagai faktor kualitatif. Sementara pada faktor kuantitatif, faktor ini dikategorikan oleh dua hal:

(2)

2. Objektif yang didasarkan pada beberapa ukuran dari respon pelanggan, seperti meminimumkan waktu respon kepada pelanggan, meminimumkan waktu pesanan, dan lain - lain.

Model yang diusulkan dalam pendekatan ini digunakan untuk menentukan desain tiga level rantai suplai (produksi - gudang - pasar) untuk memaksimumkan perhitungan dari tiga fungsi objektif (net present value, kepuasan permintaan, dan risiko) dan mem-pertimbangkan preferensi si pengambil keputusan. Keputusan yang akan diambil ter-masuk juga pada penentuan kapasitas, lokasi pabrik, gudang, jumlah dari produksi yang dibuat pada tiap - tiap pabrik, serta aliran dari bahan - bahan baku diantara tiap dua simpul (sumber/tujuan) dari rantai suplai. Penjelasan struktur desain tiga level rantai suplai tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Guill`en et al., 2004):

Level 1. Kumpulan pabrik dimana produk diproduksi sebelum dikirim ke gu-dang;

Level 2. Kumpulan gudang dimana produk disimpan sebelum diangkut ke pasar tujuan;

Level 3. Kumpulan pasar tujuan dimana produk telah tersedia untuk para pe-langgan.

(3)

Risiko adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Sedangkan manajemen risiko adalah seluruh prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha. Model yang berkembang dalam manajemen risiko ialah mengintegrasikan bagaimana si pengambil keputusan berpikir tentang risiko dan bagaimana si pengambil keputusan juga mengelola usaha mereka. Model tersebut diran-cang untuk memonitor bagaimana manajemen risiko memberikan suatu nilai (Barbaro dan Bagajewicz, 2004).

Terdapat beberapa jenis risiko, yaitu:

1. Risiko lingkungan (eksternal environmental risk), yakni kerugian karena bencana alam, perubahan rasa dan preferensi pelanggan, kompetitor, lingkungan politis, sampai pada permasalahan ketersediaan modal dan tenaga kerja.

2. Risiko proses usaha (business process risk), yakni diakibatkan tidak efektif dan efisien dalam memperoleh, membiayai, mendistribusikan barang - barang dan jasa, adanya ancaman kerugian aktiva, serta penilaian terhadap reputasi perusaha-an.

3. Risiko informasi (information risk), yakni diakibatkan informasi yang bermutu rendah (tidak tepat) untuk pengambilan keputusan usaha dan kesalahan dalam memberikan informasi kepada pihak luar.

Faktor - faktor keberhasilan dalam pengelolaan risiko terdiri dari komitmen, tanggung jawab, kesadaran, kebijakan, metodologi, keterampilan, serta pemantauan.

2.3 Mengukur Risiko Melalui Variabilitas Penerimaan

(4)

sekali bahwa pada risiko terdapat unsur positif dan negatif. Hal ini berarti, selain ter-dapat kemungkinan unsur kerugian tetapi juga terkandung unsur keuntungan sehingga perlu mengatur variabilitas penerimaan untuk meminimumkan tingkat kerugian. Vari-abilitas penerimaan diukur menggunakan ekspektasi laba dan varians (Gregoriou, et al., 2010).

Penjelasan untuk ekspektasi laba dan varians dapat ditulis:

1. Ekspektasi Laba

Hasil yang digambarkan dalam suatu distribusi kemungkinan dapat dinyatakan pada harga rata - rata atau nilai ekspektasinya. Kemudian dipilih berdasarkan nilai ekspektasi yang tertinggi. Hal ini karena kriteria ekspektasi cocok untuk mengukur investasi pada kondisi situasi tidak pasti.

Rumus yang digunakan untuk mencari ekspektasi laba:

E(X) =

Xt : Kemungkinan penerimaan pada periodet

Pt : Probabilitas tercapainya penerimaan pada periode t

n : Jumlah kemungkinan penerimaan

2. Varians sebagai ukuran risiko

Dalam hal ini, varians digunakan untuk mengukur penyebaran dari laba disekitar nilai rata - rata. Ukuran ini memberikan informasi tentang luasnya kemungkinan penyimpangan yang sebenarnya dari penerimaan yang diharapkan.

Varians dari distribusi diberi notasi, rumusnya dapat ditulis:

(5)

σ : Varians

E(X) : Nilai Ekspektasi

Pt : Probabilitas tercapainya penerimaan pada periode t

At : Nilai penerimaan pada periode t

2.4 Pengertian Manajemen Risiko

Tindakan manajemen risiko perlu diambil untuk merespon bermacam - macam risiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yakni tindakan mence-gah dan memperbaiki. Tindakan mencemence-gah bertujuan untuk mengurangi, menghindari, dan mentransfer risiko pada tahap awal rencana pekerjaan. Sedangkan tindakan mem-perbaiki digunakan untuk mengurangi efek - efek ketika risiko terjadi ataupun ketika risiko harus diambil.

Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam melihat sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko. Hal ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari risiko dan ketidakpastian. Sarana untuk memper-baiki efek yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko (Uher dan Toakley, 1999).

2.5 Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko antara lain (Moket al., 1997):

1. Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah - masalah yang rumit.

2. Mempermudah dalam melakukan estimasi biaya.

(6)

4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko dan keti-dakpastian dalam keadaan yang nyata.

5. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

6. Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.

7. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

8. Memungkinkan analisis yang cermat dari pilihan - pilihan alternatif yang ada.

2.6 Net Present Value (NPV)

Dalam studi analisis kriteria investasi, net present value atau nilai sekarang bersih sa-ngat penting digunakan untuk mengukur layak atau tidaknya suatu usaha dilaksanakan. Pengukuran nilai sekarang bersih dilakukan dengan memotong biaya modal yang sesuai dikurangi biaya investasi. Hal ini dilihat dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikelu-arkan.

Net present valuemerupakan suatu nilai yang digunakan sebagai ukuran langsung seberapa baik suatu proyek invetasi dapat mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Suatu investasi modal kerja yang baik adalah yang memiliki nilai net present value positif yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan pemiliknya (Gregoriou, et al., 2010).

Tujuan penghitungan nilai NPV adalah untuk mengukur apakah suatu rencana pekerjaan itu berharga lebih dari biaya yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, dalam melakukan kegiatan usaha yang akan dijalankan, sangat penting untuk menge-tahui nilai NPV dari investasi yang akan dilakukan.

Berikut beberapa keunggulan metode NPV:

1. Memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).

(7)

Selain keunggulan, metode NPV juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.

2. Jika proyek memiliki nilai investasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.

3. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.

Menurut Barbaro dan Bagajewicz (2004), berkaitan dengan persoalan desain rantai suplai, nilai NPV akan berbeda - beda untuk setiap persoalan. Nilai NPV yang berbeda diperoleh untuk setiap skenario yang diteliti (N P Vn) setelah kondisi

ketidak-pastian dijelaskan.

Oleh karena itu, model yang dijelaskan pada setiap persoalan harus menjelaskan maksimum nilai yang diharapkan (E[N P V]). Nilainya dapat dihitung dengan melakukan rata - rata NPV yang dinyatakan oleh persamaan (2.3) berikut:

E[N P V] =X

n

probnN P Vn (2.3)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur rantai suplai

Referensi

Dokumen terkait

penelitian adalah “Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat inap tentang. pelayanan keperawatan di

[r]

Mata pelajaran PAI tersistem dalam 3 (tiga) ranah yang terpadu, yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Ranah kognitif berbentuk ujian tulis, sedangkan ranah afektif dan

Pirngadi Kota Medan, dengan menggunakan desain deskriptif.Peneliti menggunakan analisis univariat dalam penelitian ini dengan mendefinisikan variabel yang diteliti dalam

[r]

Hasil penelitian yang serupa juga ditunjukkan oleh Räisänen et al pada tahun 2014 bahwa status sosioekonomi memiliki hubungan yang sangat signifikan (p ≤

Ruang yang diperlukan untuk program terapi keluarga adalah ruang konsultasi antara orang tua dengan Konselor dan ruang meeting antara para orang tua anak autism dengan

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa Keselamatan kerja yang dibutuhkan bagi Pengemudi Go-Jek di luar area Jakarta seperti Surabaya dan Bandung yaitu