• Tidak ada hasil yang ditemukan

l. Membatik Tulis dengan Pewarnaan Sintetis Jenjang II_GRAND Setiabudhi_241016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "l. Membatik Tulis dengan Pewarnaan Sintetis Jenjang II_GRAND Setiabudhi_241016"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk mampu berkembang menjadi negara maju. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, kultur, penduduk serta letak geografis yang unik merupakan modal dasar yang kuat untuk melakukan pengembangan di berbagai sektor kehidupan yang pada saatnya dapat menciptakan daya saing yang unggul di dunia internasional. Dalam berbagai hal, kemampuan bersaing   dalam   sektor   sumber   daya   manusia   tidak   hanya membutuhkan   keunggulan   dalam   hal   mutu   akan   tetapi   juga memerlukan upaya­upaya pengenalan, pengakuan, serta penyetaraan kualifikasi pada bidang­bidang keilmuan dan keahlian yang relevan, baik secara bilateral, regional, maupun internasional.

Kerangka   Kualifikasi   Nasional   Indonesia   (KKNI)   secara   khusus dikembangkan   untuk   menjadi   suatu   rujukan   nasional   bagi   upaya­ upaya meningkatkan mutu dan daya saing bangsa Indonesia di sektor sumber daya manusia. Pencapaian setiap tingkat kualifikasi sumber daya   manusia   Indonesia   berhubungan   langsung   dengan   tingkat capaian pembelajaran baik yang dihasilkan melalui sistem pendidikan maupun sistem pelatihan kerja yang dikembangkan dan diberlakukan secara nasional. Oleh karena itu,  upaya peningkatan mutu dan daya saing bangsa akan sekaligus memperkuat jati diri bangsa Indonesia. KKNI merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sektor sumber daya manusia yang dikaitkan   dengan   program   pengembangan   sistem   pendidikan   dan pelatihan   secara   nasional.   Setiap   tingkat   kualifikasi   yang   dicakup dalam   KKNI   memiliki   makna   dan   kesetaraan   dengan   capaian pembelajaran   yang   dimiliki   setiap   insan   pekerja   Indonesia   dalam menciptakan   hasil   karya   dan   kontribusi   yang   bermutu   di   bidang pekerjaannya masing­masing.

(2)

pembelajaran   yang   diperoleh   melalui   pendidikan   dan   pelatihan, pengalaman   kerja   maupun   pengalaman   mandiri   dengan   kriteria kompetensi   yang   dipersyaratkan   oleh   suatu   jenis   bidang   dan tingkat pekerjaan.

3. Meningkatkan kerjasama dan pengakuan timbal balik yang saling menguntungkan   antara   institusi   penghasil   dengan   pengguna tenaga kerja.

4. Meningkatkan   pengakuan   dan   kesetaraan   kualifikasi ketenagakerjaan   Indonesia   dengan   negara­negara   lain   di   dunia baik terhadap capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh institusi pendidikan   dan   pelatihan   maupun   terhadap   kriteria   kompetensi yang   dipersyaratkan   untuk   suatu   bidang   dan   tingkat   pekerjaan tertentu.

Secara mendasar langkah­langkah pengembangan tersebut mencakup permasalahan yang bersifat multi aspek dan keberhasilannya sangat tergantung dari sinergi dan peran proaktif dari berbagai pihak yang terkait   dengan   peningkatan   mutu   sumber   daya   manusia   nasional termasuk   Kementerian   Pendidikan   dan   Kebudayaan,   Kementerian Tenaga Kerja, asosiasi profesi, asosiasi industri, institusi pendidikan dan pelatihan, serta masyarakat luas.

Secara   umum,   kondisi   awal   yang   dibutuhkan   untuk   dapat melaksanakan   suatu   program   penyetaraan   kualifikasi ketenagakerjaan   tersebut   tampak   belum   cukup   kondusif   dalam beberapa hal seperti misalnya belum meratanya kesadaran mutu di kalangan   institusi   penghasil   tenaga   kerja,   belum   tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan kualifikasi antara capaian pembelajaran   yang   dihasilkan   oleh   penghasil   tenaga   kerja   dengan deskripsi   keilmuan,   keahlian   dan   keterampilan  yang  dibutuhkan   di bidang kerja atau profesi termasuk terbatasnya pemahaman mengenai dinamika tantangan sektor tenaga kerja di tingkat dunia. Oleh karena itu,   upaya­upaya   untuk   mencapai   keselarasan   mutu   dan penjenjangan kualifikasi lulusan dari institusi pendidikan formal dan non formal, dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh pengguna lulusan perlu diwujudkan dengan segera.

(3)

Lulusan Kursus dan Pelatihan.

Dengan terbitnya Peraturan Presiden  Nomor 8 Tahun 2012  tentang Kerangka   Kualifikasi   Nasional   Indonesia,   maka   SKL  kursus   dan pelatihan  disusun   berbasis   KKNI  untuk   mengakomodasi   perubahan kebutuhan   kompetensi   kerja   dari   pengguna   lulusan   di   dunia   kerja dan dunia industri.

Berkenaan   dengan   penyusunan   SKL   Kursus   dan   Pelatihan   Bidang Membatik secara umum, dilatarbelakangi pula oleh berbagai peristiwa dan momentum yang menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan yang mendesak   untuk   mendokumentasikan,   menyelamatkan,   serta menegaskan   bahwa   Batik   merupakan   ranah   kebudayaan   Indonesia yang mendasari bahwa batik beserta produk dan kompetensinya perlu ditransformasikan   ke   dalam   suatu   sistem   yang   terstandardisasi. Berbagai fakta peristiwa dan momentum tersebut, di antaranya:

1. Sejarah panjang batik di Indonesia merupakan fakta bahwa batik merupakan artefak budaya sebagai warisan budaya Indonesia asli. 2. Simbol­simbol,   nilai­nilai,   beserta   aspek   estetik   dan   etik   yang

terdapat pada  karya batik  sebagai presentasi  dari kekayaan  dan kreatifitas bangsa dalam artefak budaya Indonesia.

3. Batik telah menjadi jati diri dan identitas bangsa Indonesia.

4. Persebaran dan perkembangan sentra­sentra batik lama dan baru di Indonesia.

5. UNESCO  pada   tahun   2009   memberikan   penghargaan   terhadap Batik   Indonesia   sebagai   warisan   kekayaan   bangsa   tak   benda sekaligus menjadi simbol Indonesia di dunia.

6. Diversifikasi batik melalui motif, corak, dan ragam hiasnya dalam berbagai media, mix media, dan multi media.

7. Peran   PAUD  dan   DIKMAS   bidang  membatik   di   berbagai  belahan dunia.

B. Tujuan Penyusunan SKL

SKL   disusun   untuk   digunakan   sebagai  pedoman   penilaian  dalam penentuan  kelulusan   peserta   didik  pada   lembaga  kursus   dan pelatihan  serta bagi yang belajar mandiri  dan sebagai acuan dalam menyusun,   merevisi,   atau   memutakhirkan  kurikulum,   baik   pada aspek perencanaan maupun implementasinya.

C. Uraian Program

(4)

operasional   lengkap,  kemampuan   kerja,  serta   memiliki  kewenangan dan tanggung jawab dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2. 1. Nama program   Kursus dan Pelatihan Pembuatan Batik dengan pewarna sintetis  Berbasis KKNI Jenjang 2 2. Tujuan a. Umum Secara umum program Kursus dan Pelatihan Pembuatan Batik dengan   pewarna   sintetis  jenjang   2   ini   bertujuan   untuk menghasilkan lulusan yang memiliki  pengetahuan  operasional lengkap,  kemampuan   kerja,  serta  kewenangan  dan   tanggung jawab dalam bidang pembuatan batik dengan pewarna sintetis sesuai dengan standar spesifikasinya.

b. Khusus

Secara  khusus  program  ini  bertujuan   untuk   menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang : pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2 yang meliputi kemampuan dalam hal: 1) Mengidentifikasi,  menggunakan,   merawat,   dan   menyimpan

peralatan dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis. 2)   Mengidentifikasi,   mengolah,   dan   menyimpan   batik   dengan

pewarna sintetis.

3) Membuat batik dengan pewarna sintetis sesuai standar SNI. 4)  Melaksanakan  proses   produksi   sesuai   dengan  SOP  Kursus

Batik   Direktorat   Jenderal   Pendidikan   Anak   Usia   Dini   dan Pendidikan Masyarakat. 5) Mengemas, menyimpan, dan merawat batik dengan pewarna sintetis. 6) Menjual batik dengan pewarna sintetis dan keahlian dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis. 3. Manfaat Program Kursus dan Pelatihan  pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2 ini bermanfaat bagi: a. Peserta didik kursus dan pelatihan: memiliki kemampuan kerja, pengetahuan,   dan   manajerial   dalam   membatik,   yang   bisa digunakan sebagai bekal bekerja atau berwirausaha.

b. Lembaga  pengguna (stakeholder) bidang  batik dapat merekrut calon   pembatik  dan   desainer   batik   yang   siap   beradaptasi dengan pekerjaannya.

(5)

5. Durasi kursus dan pelatihan

Waktu   kursus   dan   pelatihan   yang   diperlukan   untuk   mengikuti kursus dan pelatihan membatik adalah 240 jam pelajaran, dengan proporsi waktu 30% teori (72 jam pelajaran) dan 70% praktik (168 jam pelajaran).  Waktu  240  jam pelajaran ini dimungkinkan dapat dipercepat dengan metode yang lebih efektif, sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan teknologi yang lebih modern.

6. Metode kursus dan pelatihan

Metode  kursus   dan   pelatihan  yang   dilakukan  adalah   pelatihan berbasis kompetensi dengan cara: 

a. Ceramah b. Demonstrasi c. Praktik kerja 7. Uji kompetensi 

Uji  kompetensi   dilaksanakan   pada   akhir   setiap   program   kursus dan   pelatihan   dilaksanakan.  Pelaksanaan  uji  kompetensi   terdiri dari dua jenis tes, yaitu tes teori dan praktik. Tes teori dan praktik bertujuan untuk  mengukur penguasaan  pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta kursus dan pelatihan membatik dalam proses pembuatan   batik   dengan   pewarna   sintetis  jenjang   2.  Uji kompetensi dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK).

8. Sertifikat kelulusan 

Sertifikat kelulusan diberikan kepada peserta kursus dan pelatihan membatik yang telah dinyatakan lulus dalam uji kompetensi oleh Lembaga   Sertifikasi   Kompetensi   (LSK)   bidang   batik  yang   diakui oleh  pemerintah,  dunia usaha,  dan dunia industri  baik  nasional dan internasional.

D. Ruang Lingkup

Kursus dan pelatihan membatik terdiri dari:  1.  Pembuatan malam batik jenjang 3;

2.  Membatik tulis dengan pewarnaan sintetis jenjang 2;

3.  Membatik tulis dengan pewarnaan ramah lingkungan jenjang 2; 4.  Pembuatan alat canting tulis jenjang 2; dan

5.  Pembuatan alat canting cap jenjang 3.

E. Pengertian

Dalam SKL ini, yang dimaksud dengan:

(6)

4. Pengetahuan  adalah  penguasaan  teori  oleh  seseorang  pada suatu bidang  keilmuan  dan  keahlian  tertentu  atau  pemahaman tentang konsep,  fakta,  informasi  dan  metodologi  pada  bidang pekerjaan tertentu.

5. Sikap  adalah  penghayatan  nilai,   etika,   moral,   hukum,   dan norma­norma  sosial  lainnya   yang   tumbuh  dan  berkembang dalam  kehidupan  bermasyarakat,   yang   diaktualisasikan  dalam perilaku  dan  perbuatan  sehari­hari,   baik  dalam  lingkungan keluarga,   lingkungan  tempat  kerja,   maupun  dalam  lingkungan masyarakat yang lebih luas.

6. Keterampilan  adalah   kemampuan   psikomotorik   dan kemampuan menggunakan metode, bahan, dan instrumen, yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. 7. Hak dan tanggung jawab  adalah konsekwensi dari dikuasainya

pengetahuan   dan   kemampuan   kerja   dalam   melaksanakan kewajiban kerja secara sadar akan hasil dan resikonya dan oleh karenanya mendapatkan hak sesuai dengan kualifikasinya.

8. Kompetensi  adalah   akumulasi   kemampuan   seseorang   dalam melaksanakan   suatu   deskripsi   kerja   secara   terukur   melalui penilaian  yang   terstruktur,   secara   mandiri   dan   bertanggung jawab di dalam lingkungan kerja.

9. Elemen   kompetensi  adalah   bagian   yang   menyusun   satu kompetensi   secara   utuh   dalam   bentuk   uraian   pengetahuan, kemampuan   kerja,   tanggung   jawab   dan   hak,   maupun   sikap berperilaku.

10. Uji   kompetensi  adalah   proses   pengujian   dan   penilaian   yang dilakukan   oleh   penguji   untuk   mengukur   tingkat   pencapaian kompetensi   hasil   belajar   peserta   didik   kursus   dan   satuan pendidikan   nonformal   lainnya   pada   satu   jenis   dan   tingkat pendidikan/pelatihan tetrtentu.

11. Indikator   kelulusan  adalah   unsur   yang   menjadi   tolok   ukur keberhasilan yang menyatakan seseorang kompeten atau tidak. 12. Pengalaman   kerja  adalah  internalisasi   kemampuan   dalam

melakukan   pekerjaan   di   bidang   tertentu   dan   selama     jangka waktu tertentu.

(7)

15. Deskripsi   capaian   pembelajaran   khusus  adalah   deskripsi capaian minimum dari setiap program kursus dan pelatihan yang mencakup   deskripsi   umum   dan   selaras   dengan   Deskripsi Kualifikasi KKNI.

16. Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI adalah  kualifikasi kemampuan   yang   dibutuhkan  untuk  melaksanakan  dan menyelesaikan  pekerjaan,   yang   mencakup  sikap,   pengetahuan, dan  keterampilan,   sesuai  dengan  unjuk  kerja   yang dipersyaratkan  dan  diturunkan  dari  capaian  pembelajaran kursus  pada  jenjang   KKNI   yang   sesuai.   Standar  Kompetensi Lulusan  berbasis   KKNI   dinyatakan  dalam  tiga   parameter: Kompetensi, Elemen Kompetensi, dan Indikator kelulusan.

17. Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)  adalah  pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari pengalaman kerja, pendidikan non formal, dan pendidikan informal ke dalam pendidikan formal.

II. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI A. Profil Lulusan

Lulusan   program   kursus   dan   pelatihan   membatik   ini   memiliki penguasaan pengetahuan operasional lengkap dan kemampuan kerja, serta  memiliki  kewenangan  dan   tanggung   jawab   dalam   bidang pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2.

1. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat,  dan  informasi, dan  prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya. 

2. Memiliki   pengetahuan  operasional   dasar  dan  pengetahuan faktual  bidang   kerja  yang  spesifik,   sehingga   mampu  memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.  3. Bertanggung   jawab   pada   pekerjaan   sendiri   dan   dapat   diberi

tanggung jawab membimbing orang lain.

B. Jabatan Kerja

(8)

implementasi   sistem   pendidikan   nasional   dan   sistem   pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia pada setiap jenjang kualifikasi pada   KKNI   mencakup   proses   yang   membangun   karakter   dan kepribadian manusia Indonesia sebagai berikut: 

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memiliki   moral,   etika   dan   kepribadian   yang   baik   di   dalam menyelesaikan tugasnya.

c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.

d. Mampu   bekerjasama   dan   memiliki   kepekaan   sosial   dan kepedulian   yang   tinggi   terhadap   masyarakat   dan lingkungannya. 

e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain.

f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk   mendahulukan   kepentingan   bangsa   serta   masyarakat luas.

2. Deskripsi kualifikasi sesuai dengan jenjang pada KKNI Jenjang 2 a. Mampu   melaksanakan   serangkaian   tugas   spesifik,   dengan

menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah   pilihan   prosedur   kerja,   serta   mampu   menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan

b. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip­prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu,   sehingga   mampu   menyelesaikan   berbagai   masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.

c. Mampu bekerjasama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya

d. Bertanggung   jawab   pada   pekerjaan   sendiri   dan   dapat   diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

3. Deskripsi capaian pembelajaran khusus

(9)

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya. 3. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan  cinta tanah air serta mendukung perdamaian  dunia. 4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan  sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap  masyarakat dan lingkungannya. 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,  kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan  original orang lain. 6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta  memiliki semangat untuk mendahulukan  kepentingan bangsa serta masyarakat luas. 7. Menghargai kekayaan budaya dalam kearifan lokal berbentuk artifak/tinggalan budaya. 8. Memiliki kepedulian terhadap konservasi dan  pelestarian budaya. 9. Menghasilkan output/outcome kerja sesuai dengan  kesepakatan pengguna dan tidak berdampak pada  timbulnya keresahan khalayak, tidak bertentangan dengan norma agama, hukum serta norma yang  berlaku. 10. Mengimplementasikan kesadaran akan  pelestarian/keberlanjutan lingkungan. KEMAMPUAN DI  BIDANG KERJA

(10)

dengan pewarna sintetis dengan menerapkan  prinsip K3 dan pelestarian lingkungan. 4. Menghasilkan karya batik tulis dengan pewarna  sintetis pada kain berukuran minimum 50x50 cm  sesuai dengan standar mutu pelatihan Kursus  Batik Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia  Dini dan Pendidikan Masyarakat, mencakup: a. ukuran kain minimum 50x50 cm 

(11)
(12)
(13)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI

BIDANG MEMBATIK TULIS DENGAN PEWARNAAN SINTETIS JENJANG 2

NO. UNIT KOMPETENSI KOMPETENSIELEMEN  INDIKATOR KELULUSAN

Sikap dan Tata Nilai 1. Mengaktualisasi karakter 

dan kepribadian manusia  Indonesia.

1.1. Bertakwa kepada Tuhan Yang 

Maha Esa.  a. Menyelesaikan pembuatan batik denganpewarna sintetis (di dalam sebuah  simulasi kerja) tanpa menimbulkan  ketidaknyamanan pada masyarakat di  sekitar, dan  tidak menghasilkan  limbah yang merusak lingkungan.

b. Menyelesaikan pembuatan batik dengan pewarna sintetis (di dalam sebuah  simulasi kerja)  yang memenuhi tingkat  1.2. Memiliki moral, etika dan 

kepribadian yang baik di dalam  menyelesaikan tugasnya.

(14)

kepuasan konsumen/peng­guna.  jasa/pemberi pekerjaan.

c.Menyelesaikan pembuatan batik dengan  pewarna sintetis (dalam sebuah 

simulasi kerja) tanpa kecelakaan (zero  accident).

1.4. Mampu bekerja sama dan  memiliki kepekaan sosial dan  kepedulian yang tinggi terhadap  masyarakat dan lingkungannya. 1.5. Menghargai keanekaragaman 

budaya, pandangan, 

kepercayaan, dan agama serta  pendapat/temuan original orang lain.

1.6. Menjunjung tinggi penegakan  hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan 

kepentingan bangsa serta  masyarakat luas.

1.7. Menghargai kekayaan budaya  dalam kearifan lokal berbentuk  artifak/tinggalan budaya.

(15)

1.9. Menghasilkan output/outcome  kerja sesuai dengan 

kesepakatan pengguna dan  tidak berdampak pada 

timbulnya keresahan khalayak,  tidak bertentangan dengan  norma agama, hukum serta  norma yang berlaku.

1.10. Mengimplementasikan  kesadaran akan 

pelestarian/keber­lanjutan  lingkungan.

Kemampuan di Bidang Kerja 2. Menyiapkan alat kerja 

(meja jiplak, alat canting  batik tulis, 

gawangan/pamidangan,  kompor, wajan, bak celup,  panci lorod) dan bahan  (malam, zat pewarna  sintetis, zat kimia 

2.1. Persiapan alat dan bahan pada  tiap­tiap tahapan membatik tulis dengan pewarna sintetis. 

(16)

pendukung) yang sesuai  dengan kebutuhan proses  pembuatan batik tulis 

(17)

2.2. Persiapan alat dan bahan pada  tiap­tiap tahapan membatik tulis dengan pewarna sintetis.

catatan: persiapan hanya  dilakukan sesuai tahap per  tahap, bukan dilakukan 

sekaligus dari awal sampai akhir

2.2.1. Mutu dari alat dan bahan yang  diperlukan adalah sesuai dengan  standar sebagai berikut:

a. bersih;

b. siap/layak pakai (berfungsi  dengan baik);

c. efisiensi dan efektifitas yang  dilakukan terkait waktu  persiapan dan  penataan  alat/bahan pada area kerja;

d. prosentase kuantitas dan kualitas kerusakan alat selama proses  pelatihan maksimum 10%; e. ketersediaan alat dan bahan 

(18)

Tahapan­tahapan persiapan 

pemordanan yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan pemordanan menurut  prosedur kerja.

2.3. Penggunaan alat pemordanan 

menurut prosedur kerja 2.3.1. Alat: gayung (2), kompor (1), panci (2), setrika (1), meja setrika (1),  pengaduk mordan (1), celemek anti  air (1), sarung tangan karet (1),  gantungan kain (1).

2.4.1. Ketepatan ukuran wadah celup  (ember, panci, atau bak celup) yang  dapat membuat hasil celupan 

(19)

2.5.1. Ketepatan menempatkan area  penjemuran kain benar­benar  terlindung dari paparan sinar  matahari secara langsung yang  dapat mempengaruhi hasil celupan  kain.

2.6. Penggunaan bahan pemordanan

menurut prosedur kerja. 2.6.1. Bahan: teepol (50 cc), TRO­ Turkey red oil/sulfonated oil (5 gr), air dingin (1 ltr).

2.7.1. Ketepatan konsentrasi bahan  larutan pemordanan sesuai resep  mordan: teepol (50 cc) + TRO­ Turkey  red oil/sulfonated oil (5 gr) + air  dingin (1 ltr) dalam wadah 

(20)

2.8. Urutan dan tata cara dalam  persiapan pemordanan menurut prosedur kerja.

2.8.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan  dan tata cara dalam persiapan 

pemordanan menurut prosedur kerja yang meliputi:

a. persiapan area pemordanan dan  area. pengeringan

b. persiapan alat dan bahan pada  posisinya di area. pemordanan c. persiapan kain berwarna putih 

(katun, sutra) dari persediaan. d. pemeriksaan kondisi permukaan 

kain (tidak rusak, bolong, atau  terdapat noda).

e. pemotongan kain menjadi ukuran 50x50 cm.

f. peramuan larutan mordan.  g. persiapan wadah celup mordan 

(ember dan panci khusus  mordan).

h. persiapan kompor untuk merebus kain. 

(21)

pemordanan.

j. persiapan setrika kain setelah  pemordanan.

k. persiapan perlengkapan prosedur  K3.

Tahapan­tahapan persiapan jiplak 

desain yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan jiplak desain menurut  prosedur kerja.

2.9. Penggunaan alat jiplak desain 

menurut prosedur kerja 2.9.1. Alat: pulpen warna biru (1), meja jiplak (tracing) dengan alas kaca dan  terdapat lampu dari bawah (1),  penggaris (1).

2.10.1. Ketelitian terhadap masa pakai  alat jiplak desain (akibat rusak 

secara kimia atau fisik) yang dapat  menyebabkan proses jiplak desain  tidak optimal.

(22)

2.12. Penggunaan bahan jiplak 

desain menurut prosedur kerja. 2.12.1.yang telah dibubuhi desain ragam Bahan: modul desain utama  hias batik tulis pada kertas 

transparan (kertas minyak, kertas  kalkir) (1­3), pita perekat bening  (selotip) (1).

2.13.1. Ketepatan konsentrasi bahan  larutan pemordanan sesuai resep  mordan: teepol (50 cc) + TRO­ Turkey  red oil/sulfonated oil (5 gr) + air  dingin (1 ltr) dalam wadah 

(23)

2.14.1. Ketelitian terhadap masa  kadaluwarsa bahan jiplak desain  (akibat rusak secara kimia atau fisik) yang dapat menyebabkan proses  jiplak desain tidak optimal.

2.15.1. Ketelitian memperhatikan  kebersihan bahan jiplak desain.

2.16. Urutan dan tata cara dalam  persiapan jiplak desain menurut  prosedur kerja.

2.16.1. Ketepatan dan kesesuaian  urutan dan tata cara dalam  persiapan jiplak desain menurut  prosedur kerja yang meliputi: a. persiapan kertas transparan 

(kertas minyak atau kalkir 

berukuran 50x50 cm) yang telah  dibubuhi rangka desain utama  batik tulis (secara umum 

(24)

b. persiapan alat tulis untuk  menjiplak desain.

c. persiapan meja jiplak.

d. persiapan kain berwarna putih  (katun, sutra) berukuran 50x50  cm yang sudah dimordan. 

e. persiapan perlengkapan prosedur  K3.

Tahapan­tahapan persiapan 

(25)

2.17. Penggunaan alat pencantingan 

menurut prosedur kerja. 2.17.1.tembokan, dan canting lain) (1­5), Alat: canting set (klowong, isen, kompor (1), wajan (1), bbm/bbg (1),  pemantik api (1), celemek (1), bangku pendek (dingklik/jojodok) (1), 

pemidangan/gawangan (1), malam  (1), besi untuk menghilangkan  tetesan malam (1), beberapa helai  ijuk untuk sumbatan canting,  celemek berbahan kain (1), 

(26)

2.18.1. Ketelitian terhadap masa pakai  alat pencantingan (akibat rusak  secara kimia atau fisik) yang dapat  menyebabkan proses pencantingan  tidak optimal.

2.19.1. Ketelitian memperhatikan  kebersihan tiap­tiap alat, area,  wadah, pengaduk yang dapat  mempengaruhi hasil kualitas  pencantingan.

(27)

2.21. Penggunaan bahan  pencantingan menurut  prosedur kerja

2.21.1. Bahan: malam, kertas koran bekas  (1), kain bekas (1).

2.22.1. Ketelitian terhadap masa 

kadaluwarsa bahan pencantingan  (akibat rusak secara kimia atau  fisik) yang dapat menyebabkan  proses pencantingan tidak optimal. 2.23.1. Ketelitian terhadap takaran malam 

yang digunakan dalam porses  pencantingan dan takaran ramuan  pembersih/penghilang noda tetesan malam.

2.24.1. Ketelitian memperhatikan 

kebersihan tiap­tiap bahan, yang  dapat mempengaruhi hasil kualitas  pencantingan.

2.25. Urutan dan tata cara dalam  persiapan pencantingan  menurut prosedur kerja.

2.25.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan  dan tata cara dalam persiapan  pencantingan menurut prosedur  kerja yang meliputi:

(28)

posisinya di area pencantingan. c. menyalakan kompor dan 

meletakkan wajan di atas  kompor.

d. memasukkan seiris kecil malam  (5x5x10  cm) ke dalam wajan,  biarkan mencair karena panas. e. meletakkan ujung kepala canting

(klowong, isen­isen, tembokan) ke dalam wajan.

f. pengaturan (dan pengawasan)  suhu panas api kompor di 70­80 

0C.

g. pemasangan kain yang telah  tertera hasil jiplakan desain pada pamidangan. 

h. pengaturan ketegangan kain  (tidak tegang dan tidak kendor).  i. pemeriksaan dan pemastian 

(29)

bekas (jika tidak lancar maka  ujung canting dapat ditusuk  menggunakan sehelai ijuk secara perlahan dan meniup ujung  canting untuk memperlancar  jalur malam.

j. persiapan perlengkapan  prosedur K3 (pemastian 

ketersediaan dan keberfungsian  alat  pemadam kebakaran;  ketersediaan obat­obatan akibat  luka bakar, sesak napas, atau  keracunan gas).

Tahapan­tahapan persiapan 

pencelupan dengan pewarna sintetis yang meliputi:

(30)

2.26. Penggunaan alat pencelupan  dengan pewarna sintetis  menurut prosedur kerja

2.26.1. Alat: tabel contoh warna sintetis  (naftol, bejana, dan atau reaktif) (2­ 3), ember/bak celup (2), ember/bak  bilas (1), gayung (1), wadah 

pencampur larutan pewarna sintetis (1­5), pengaduk larutan pewarna  sintetis (1­3), gantungan kain (1),  celemek anti air (1), sarung tangan  karet (1), dan sepatu karet (1),  pamidangan (1), kuas (1­3), plastik  yang dapat untuk memasukkan  pamidangan (1), gunting (1).

(31)

2.28.1. Ketelitian memperhatikan 

kebersihan tiap­tiap wadah, sarung  tangan karet, alat pengaduk, area  pencelupan, dan pengeringan yang  dapat mempengaruhi warna.

2.29.1. Ketelitian menentukan ukuran  wadah celup (ember, panci, atau  bak celup) yang dapat membuat  hasil celupan menjadi tidak rata  (belang) atau menjadikan malam  pecah­pecah (remuk).

(32)

2.31. Penggunaan bahan 

pencelupan dengan pewarna  sintetis menurut prosedur  kerja.

2.31.1. Bahan: zat warna sintetis (naftol,  bejana, dan atau reaktif) (5­15), zat  kimia pencampur warna sintetis  (HCl/air keras, NaNO2/natirum  nitrit, NaOH/caustic soda, 

CNa2O3/soda abu) (50­100 gr), air  panas, air dingin, larutan pembasah kain (teepol, TRO) (1), pita perekat  bening lebar 1 cm (1).

2.32.1. Ketelitian terhadap masa 

(33)

2.33.1. Ketepatan konsentrasi bahan  larutan pembasah kain, pencelup  warna sintetis, dan fiksasi sesuai  resep:

* pembasah kain: teepol (50 cc) + air  dingin (1 ltr) dalam wadah 

celup/ember berukuran 3­5 ltr dan  diaduk­aduk sampai rata

a. Naftol (hanya celup)

** warna: [ekstrak zat warna Naftol  (5 gr) + NaOH/caustic soda (2,5 gr)  + air panas (100 cc)] + air dingin (1  ltr) dalam wadah celup/ember  berukuran 3­5 ltr.

*** fiksasi dan pembangkit warna  (garam naftol): esktrak garam  Naftol (10 gr) + air dingin (1 ltr)  dalam wadah celup/ember  berukuran 3­5 ltr.

b. Bejana (Indigosol) (celup dan  atau colet).

** warna: [ekstrak zat warna 

(34)

2.34. Urutan dan tata cara dalam  persiapan pencelupan dengan  pewarna sintetis menurut  prosedur kerja.

2.34.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan  dan tata cara dalam persiapan  pencelupan dengan pewarna  sintetis menurut prosedur kerja  yang meliputi:

a. persiapan area peramuan warna sintetis, area pencelupan, dan  area pengeringan.

b. persiapan alat dan bahan pada  posisinya.

c. persiapan tabel warna sintetis  (naftol, bejana, dan atau reaktif) untuk disesuaian dengan desain warna yang d2nginkan.

d. peramuan larutan pembasah  kain*.

e. peramuan larutan pewarna  sintetis**.

f. peramuan larutan 

pembangkit/fiksasi warna  sintetis***.

(35)

prosedur K3. Tahapan­tahapan persiapan 

pelorodan yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan pelorodan menurut prosedur  kerja.

2.35. Penggunaan alat pelorodan 

(36)

2.36.1. Ketelitian terhadap masa pakai alat pelorodan (akibat rusak secara  kimia atau fisik) yang dapat  mempengaruhi hasil pelorodan  secara optimal.

2.37.1. Ketelitian memperhatikan 

kebersihan tiap­tiap wadah, sarung tangan karet, alat pengaduk, alat  penyaring malam, area pencelupan, dan pengeringan yang dapat 

mempengaruhi warna.

(37)

2.39.1. Ketelitian menempatkan area  penjemuran kain benar­benar  terlindung dari paparan sinar  matahari secara langsung yang  dapat mempengaruhi hasil celupan kain.

2.40. Penggunaan bahan pelorodan 

menurut prosedur kerja. 2.40.1. Bahan: bbg/bbm.

(38)

2.42.1. Ketepatan konsentrasi bahan  larutan pelorodan sesuai resep  larutan lorod: 

TRO­Turkey red oil/sulfonated oil  (10 gr) + CNa2O3/soda abu (100 gr) + air panas (5 ltr) dalam panci  berukuran 5 ltr dan diaduk­aduk  sampai rata.

resep larutan bilas: air panas (5 ltr)  dalam panci berukuran 5 ltr.

2.43. Urutan dan tata cara dalam  persiapan pelorodan menurut  prosedur kerja.

2.43.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan  dan tata cara dalam persiapan  pelorodan menurut prosedur kerja  yang meliputi:

a. persiapan area pelorodan area   bilas, dan area pengeringan. b. persiapan alat dan bahan pada 

posisinya: letakkan panci 

khusus lorod dan panci khusus  bilas berukuran 5­10 ltr di atas  kompor.

(39)
(40)

pembuatan batik tulis 

dengan pewarna sintetis. sarung tangan karet, dan sepatu karet. b. masukkan dan rendam kain 

katun (50x50 cm) ke dalam  larutan mordan selama 1 jam. c. nyalakan kompor, letakkan  panci

khusus mordan (3­5 ltr) untuk  memanaskan air larutan mordan. d. pindahkan rendaman kain beserta

larutan mordan ke panci (3ltr) di  atas kompor.

e. rebus kain dalam panci selama 30 menit.

f. siapkan air (3­5 ltr) untuk  membilas kain. 

g. keluarkan kain rendaman mordan dan bilas sampai benar­benar  bersih pada ember (5 ltr) berisi air  bersih.

h. jemur kain dengan cara diangin­ anginkan sampai kering.

i. melepaskan celemek anti air, 

e. alat, bahan, dan area kerja 

dibersihkan dan dibenahi seperti  sedia kala;

(41)
(42)

c. meletakkan kain katun (50x50  cm) yang telah dimordan tepat  dan persis di atas permukaan  kertas transparan.

d. melekatkan pita perekat bening   (1x5 cm) ke kain katun dan meja  jiplak agar tidak bergeser.

e. menyalakan lampu pada meja  jiplak.

f. mengikuti (jiplak) garis rangka  ragam hias yang nampak 

menggunakan pulpen berwarna  biru secara langsung di atas kain  katun (garis yang ditinggalkan  oleh pulpen warna biru tidak  terlalu tebal atau tidak terlalu  tipis).

g. menggunakan alat bantu lain  seperti jangka atau penggaris  untuk jenis garis tertentu (lurus  atau lengkung terukur) jika  diperlukan

sedia kala. 

(43)

h. memberi tanda silang kecil  sebagai tanda koreksi jika ada  garis yang salah. 

i. memeriksa ulang hasil jiplak  desain (apakah mungkin masih  ada garis­bidang yang tidak  lengkap atau tertinggal).

j. mengulangi jiplak desain sampai  dirasa benar­benar selesai dan  komplit.

k. melepaskan pita perekat dan  memisahkan kain dengan kertas  transparan.

l. mematikan lampu pada meja  jiplak.

m. membersihkan dan membenahi  peralatan dan bahan jiplak desain seperti sedia kala.

n. kain siap decanting.

5. Menggunakan dan 

menghapus malam,  menggunakan zat warna 

5.1. Pembubuhan malam dalam  proses membatik tulis disebut  pencantingan, yaitu proses 

5.1.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu  proses, dan baku mutu hasil 

(44)

sintetis, dan alat kerja  sesuai dengan tahapan  pembuatan batik tulis  dengan pewarna sintetis  berdasarkan prinsip K3 membubuhkan malam panas  menggunakan alat tulis/gambar bernama canting pada dua  permukaan kain (muka dan  belakang) dengan mengikuti  garis berwarna biru hasil dari  jiplak desain. Pembubuhan  malam pada kain berfungsi  sebagai perintang warna  pencelupan.  Tahapan pencantingan tulis meliputi: a. menggunakan celemek berbahan  kain. b. duduk di bangku pendek  (dingklik) dan atur posisi yang  paling nyaman menurut masing­ masing perorangan. c. memegang pamidangan dengan  posisi antara 45­600 dari arah 

(45)
(46)

belakang kain, atau tetesan  malam yang belum 

diperbaiki/dibersihkan).

j. mengulangi pencantingan sampai  dirasa benar­benar selesai.

k. melepaskan kain dari  pamidangan.

l. melepaskan celemek berbahan  kain.

m. membersihkan dan membenahi  peralatan dan bahan 

pencantingan seperti sedia kala. n. kain siap dicelup/diwarna dengan 

pewarna sintetis.

Catatan: 

(47)

sesaat atau dapat ditiup­tiup untuk  sedikit mendinginkannya, jika jejak  malam pada kain adalah terlalu tipis  dan tidak menembus kain dapat  diartikan suhu malam terlalu dingin,  maka hendaknya segera mengganti/  menambahkan malam dari wajan. Ganti canting ke isen­isen atau  tembokan sesuai fungsi visual  garis/bidang pada desain. Jika terdapat kesalahan 

pencantingan dapat diperbaiki  dengan menghapusnya (ngecos)  menggunakan besi yang dipanaskan  dan dibantu dengan diusap­usap  larutan air (100 ml) + CNa2O3/soda  abu (10 gr) secara berulang lalu  dibilas bersih secara lokal.

5.2. Pewarnaan menggunakan zat  warna sintetis dalam proses  membatik tulis disebut  pencelupan, yaitu 

5.2.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu  proses, dan baku mutu hasil 

(48)
(49)

c.mencelup kain dengan pewarna  sintetis Naftol:

 menuangkan larutan pewarna  sintetis naftol ke wadah celup  (ember berukuran 5 ltr) sambil  diaduk­aduk agar merata.  mencelupkan (celup­tarik) 

seluruh permukaan kain dengan cepat dan hati­hati ke dalam  larutan zat warna selama 15­30  menit kain.

 meniriskan kain di penggantung  kain (selama 5­10 menit).

 kain siap difiksasi/  dibangkitkan warnanya.

d. mencolet (menguas) kain dengan  pewarna sintetis Bejana (indigosol):  menuangkan larutan pewarna 

(50)

diaduk­aduk agar merata.  memasangkan kain pada 

pamidangan.

 menguaskan larutan zat warna  reaktif menggunakan kuas  seusai ukuran bidang yang akan d2si warna pada dua muka kain  secara merata dan hati­hati agar tidak melebar (mblobor).

 menjemur/membentang bolak­ balik kain di bawah sinar  matahari secara langsung  (selama 5­10 menit) untuk  memunculkan warna (pastikan  sinar matahari tidak terhalang  oleh bayangan yang dapat  menyebabkan warna kain  menjadi belang. 

 kain sudah otomatis ditiriskan.  kain siap difiksasi.

(51)

remazol):

 menuangkan larutan pewarna  sintetis reaktif ke wadah  (berukuran 500 ccc) sambil  diaduk­aduk agar merata.  memasangkan kain pada 

pamidangan.

 menguaskan larutan zat warna  reaktif menggunakan kuas  seusai ukuran bidang yang akan d2si warna pada dua muka kain  secara merata dan hati­hati agar tidak melebar (mblobor).

 meniriskan kain selama 5­10  menit di tempat teduh (hindari  paparan sinar matahari secara  langsung).

 kain siap difiksasi.

f. mencelup kain dengan larutan  garam pembangkit/ fiksasi  pewarna naftol:

(52)

pembangkit warna/fiksasi naftol  ke wadah celup khusus dan  berbeda dari proses­proses  sebelumnya (ember berukuran 5  ltr) sambil diaduk­aduk agar  merata.

 mencelupkan (celup­tarik) 

seluruh permukaan kain dengan cepat dan hati­hati ke dalam  larutan zat warna selama 15  menit (jangan sampai ada kain  yang terlipat).

 membilas kain sampai benar­ benar bersih.

 meniriskan kain di penggantung  kain (selama 5­10 menit)  di  tempat teduh yang tidak  terpapar sinar matahari  langsung.

g.mencelup kain dengan larutan  fiksasi pewarna bejana:

(53)

bejana ke wadah celup khusus  dan berbeda dari proses­proses  sebelumnya (ember berukuran 5 ltr) sambil diaduk­aduk agar  merata.

 mencelupkan (celup­tarik) 

seluruh permukaan kain dengan cepat dan hati­hati ke dalam  larutan zat warna selama 1­3  menit (jangan sampai ada kain  yang terlipat).

 membilas kain sampai benar­ benar bersih (tidak lagi 

meninggalkan aroma HCl/air  keras yang menyengat).

 meniriskan kain di penggantung  kain (selama 5­10 menit)  di  tempat teduh yang tidak  terpapar sinar matahari  langsung.

(54)

fiksasi pewarna reaktif:

 menuangkan larutan fiksasi  warna reaktif ke wadah colet  khusus dan berbeda dari proses­ proses sebelumnya (berukuran  500 cc) sambil diaduk­aduk agar merata.

 menguaskan larutan fiksasi  warna reaktif menggunakan  kuas ke seluruhan permukaan  kain (bolak­balik) secara merata  dan hati­hati agar (tidak terlalu  tipis dan tidak terlalu tebal).  menyiapakan plastik dan pita 

perekat bening.

 memasukkan kain beserta  pamidangan (dalam keadaan  basah) ke dalam kantung plastik dan diamkan selama 4­10 jam di tempat teduh yang tidak 

(55)

bagian pamidangan tertutupi  oleh kantung plastik, dapat  dibantu dengan memberikan  pita perekat pada bagian­bagian  yang dirasa perlu). 

 melepaskan pita perekat dan  membuka plastic, dan 

mengeluarkan pamidangan dari  kantung plastik.

 membilas kain sampai benar­ benar dengan air bersih  mengalir sampai permukaan  kain tidak licin lagi (larutan  fiksasi/waterglass) benar­benar  hilang.

 meniriskan kain di penggantung  kain (selama 5­10 menit)  di  tempat teduh yang tidak  terpapar sinar matahari  langsung.

(56)

celupan dengan pewarna sintetis  yang telah difiksasi dengan acuan  warna pada tabel warna yang  diinginkan.

j. mengulangi/menambah proses  pencelupan dan fiksasi sampai  benar­benar sesuai dengan acuan  warna pada tabel warna.

k. membilas kain sampai benar­benar bersih.

l. meniriskan kain di tempat 

penggantung kain sampai benar­ benar kering (jangan terkena  paparan sinar matahari secara  langsung).

m. melepaskan celemek anti air, 

sarung tangan karet, sepatu karet,  dan masker.

n. membersihkan dan membenahi  peralatan dan bahan pencelupan  seperti sedia kala.

(57)

pewarnaan selanjutnya atau siap  dilorod (dihilangkan malam dari  permukaan kain).

Catatan: 

Untuk mendapatkan hasil celupan  yang rata dan tidak belang adalah  dengan memerhatikan cara mencelup  yang baik dan benar yaitu kain 

terendam semua, mengatur tepi atau  ujung kain dari terlipat terlalu 

sering/lama, dan menjaga agar malam hasil pencantingan tidak menjadi  patah­patah atau remuk.

5.3. Penghapusan malam pada  proses membatik tulis disebut  pelorodan, yaitu proses 

meluruhkan atau 

menghilangkan malam dari  struktur kain dengan cara  dimasak dan direbus dalam air  mendidih sampai benar­benar 

5.3.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu  proses, dan baku mutu hasil 

pelorodan yang meliputi:

a. ketepatan irama selama proses  melorod (tarik­celup) untuk 

menghasilkan lorodan malam yang bersih.

(58)
(59)

benar kering di tempat 

penggantung kain sampai benar­ benar kering (jangan terkena  paparan sinar matahari secara  langsung).

g. melepaskan celemek anti air,  sarung tangan karet, sepatu  karet,  dan masker.

h. merapikan dan menyetrika kain  untuk mendapatkan permukaan  kain yang rata.

i. bersihkan dan benahi peralatan  dan bahan pelorodan seperti sedia kala.

j. kain batik tulis telah selesai.

Catatan: 

(60)

kain yang mulai bersih (tandanya  adalah malam mulai luruh dan  tertinggal bersama air lorodan).

Kumpulan malam yang telah luruh dari kain pada panci lorodan dapat diambil  menggunakan penyaring malam dan  diletakkan pada wadah khusus 

(61)
(62)

6.2.1. Ketepatan dan kesesuaian hasil  pembuatan batik tulis menggunakan pewarna sintetis menurut prosedur  kerja berdasarkan standar mutu  pelatihan Kursus Batik Direktorat  Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini  dan Pendidikan Masyarakat dan  memperhatikan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang  meliputi:

a. menggunakan kain berbahan  dasar serat katun atau sutra  dengan luas ukuran sekurangnya 50x50 cm.

b. menggunakan sekurangnya dua  dari empat jenis canting tulis  (klowong, isen­isen, tembokan,  lainnya: canting bermata lebih  dari 2 (tutul atau sawut)).

c. menggunakan malam super  (khusus untuk canting tulis  halus).

(63)

7. Membereskan, 

membersihkan, merawat,  dan menyimpan kembali  alat dan bahan membatik  dengan pewarna sintetis  sesuai dengan prinsip K3.

7.1. Prosedur membereskan alat dan  bahan membatik tulis dengan  pewarna sintetis. 

7.1.1. Ketepatan, kesesuaian, dan  kesigapan dalam proses 

membereskan alat dan bahan  membatik tulis dengan pewarna  sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi:

a. pengelompokan alat, bahan, dan  area kerja mana saja yang harus  segera dibersihkan, dirawat, dan  disimpan.

b. memastikan alat, bahan, dan area kerja kembali seperti sedia kala. 7.2. Prosedur membersihkan alat 

dan bahan membatik tulis  dengan pewarna sintetis

7.2.1. Ketepatan, kesesuaian,  dan  kesigapan dalam proses 

membersihkan alat dan bahan  membatik tulis dengan pewarna  sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi:

a. bahan yang digunakan tidak  meninggalkan noda pada alat dan area kerja.

(64)

dibersihkan dengan teliti (sapu,  kuas, sikat, kerok, cuci, 

keringkan, jemur). 7.3. Prosedur merawat alat dan 

bahan membatik tulis dengan  pewarna sintetis.

7.3.1. Ketepatan dan kesesuaian merawat  alat dan bahan membatik tulis  dengan pewarna sintetis hasil  membatik tulis menggunakan  pewarna sintetis menurut prosedur  kerja yang meliputi memastikan alat, bahan, dan area kerja dapat 

digunakan kembali pada kegiatan  membatik tulis berikutnya.

7.4. Prosedur menyimpan alat dan  bahan membatik tulis dengan  pewarna sintetis

7.4.1. Ketepatan, kesesuaian, dan  kerapihan menyimpan alat dan  bahan membatik tulis dengan  pewarna sintetis hasil membatik  tulis menggunakan pewarna sintetis  menurut prosedur kerja yang 

meliputi:

(65)

lemari/rak, kamar, ruang luar,  ruang terbuka, area basah) dan  dipastikan tidak saling 

bercampur agar tidak saling  mengkontaminasi.

b. sisa penggunaan bahan  ditempatkan pada tiap­tiap  kategori limbah (kering, basah,  organik, non organik, dapat  dimanfaatkan kembali atau  dibuang selamanya).

8. Mengevaluasi hasil kerja  secara mandiri.

8.1. Mengevaluasi hasil kerja secara  mandiri.

(66)

8.2.1. Mencapai target kepuasan klien  terhadap proses dan mutu karya  batik tulis dengan pewarna sintetis  yang dihasilkan menggunakan  kuesioner evaluasi pada sebuah  simulasi kerja.

Pengetahuan yang Dikuasai  9. Menguasai prinsip­prinsip 

pengetahuan, konsep  umum, dan operasional  yang lengkap pada  pembuatan batik tulis  dengan pewarnaan sintetis

9.1. Menguasai konsep umum  perbatikan (definisi, istilah,  sejarah, fisolofi, produksi, dan  desain).

9.1.1. Definisi, istilah, sejarah, filosofi,  produksi, dan desain perbatikan  dijelaskan secara tepat yang meliputi  kedalaman lingkup dan keluasan  penjelasan yang memadai.

9.2. Menguasai konsep umum,  prinsip, teknik, dan 

pengetahuan prosedural  penggunaan alat pembuatan  batik tulis dengan pewarnaan  sintetis.

9.2.1. Konsep umum, prinsip, teknik, dan  pengetahuan prosedural penggunaan  alat pembuatan batik tulis dengan  pewarnaan sintetis dijelaskan secara  tepat yang meliputi kedalaman 

lingkup dan keluasan penjelasan  yang memadai.

(67)

prinsip, teknik, dan  pengetahuan prosedural 

penggunaan bahan pembuatan  batik tulis dengan pewarnaan  sintetis.

pengetahuan prosedural penggunaan  bahan pembuatan batik tulis dengan  pewarnaan sintetis dijelaskan secara  tepat yang meliputi kedalaman 

lingkup dan keluasan penjelasan  yang memadai.

9.4. Menguasai konsep umum,  prinsip, teknik, pengetahuan  prosedural tentang pembuatan  batik tulis dengan pewarnaan  sintetis.

9.4.1. Konsep umum, prinsip, teknik,  pengetahuan prosedural tentang  pembuatan batik tulis dengan 

pewarnaan sintetis dijelaskan secara  tepat yang meliputi kedalaman 

lingkup dan keluasan penjelasan  yang memadai.

9.5. Menguasai pengetahuan faktual  tentang sumber dan sistem  pengadaan alat dan 

bahanmembatik tulis dengan  pewarnaan sintetis.

9.5.1. Pengetahuan faktual tentang sumber  dan sistem pengadaan alat dan 

bahanmembatik tulis dengan 

pewarnaan sintetis dijelaskan secara  tepat yang meliputi kedalaman 

lingkup dan keluasan penjelasan  yang memadai.

9.6. Menguasai pengetahuan faktual  harga alat dan bahan 

(68)

pembuatan batik tulis dengan 

pewarnaan sintetis. pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman  lingkup dan keluasan penjelasan  yang memadai.

9.7. Menguasai prinsip, teknik,  pengetahuan prosedural  pembersihan, perawatan, dan  penyimpanan alat, bahan, dan  area kerja.

9.7.1. Menjelaskan prinsip, teknik,  pengetahuan prosedural  pembersihan, perawatan, dan 

penyimpanan alat, bahan, dan area  kerja dijelaskan secara tepat yang  meliputi kedalaman lingkup dan  keluasan penjelasan yang memadai. 9.8. Menguasai prinsip, teknik, 

pengetahuan prosedural dalam  evaluasi mandiri proses dan  hasil praktik membatik tulis  dengan pewarnaan sintetis.

9.8.1. Prinsip, teknik, pengetahuan 

prosedural dalam evaluasi mandiri  proses dan hasil praktik membatik  tulis dengan pewarnaan sintetis  dijelaskan secara tepat yang meliputi  kedalaman lingkup dan keluasan  penjelasan yang memadai.

9.9. Menguasai pengetahuan faktual, prinsip, teknik, pengetahuan  prosedural tentang 

penyimpanan dan perawatan 

(69)

kain batik tulis dengan 

pewarnaan sintetis. dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan  penjelasan yang memadai.

9.10. Menguasai konsep umum dan  pengetahuan prosedural 

Keselamatan dan Kesehatan  Kerja (K3) yang berhubungan  dengan pembuatan batik tulis  dengan pewarnaan sintetis. 

9.10.1. Konsep umum dan pengetahuan  prosedural Keselamatan dan  Kesehatan Kerja (K3) yang 

berhubungan dengan pembuatan  batik tulis dengan pewarnaan  sintetis dijelaskan secara tepat  yang meliputi kedalaman lingkup  dan keluasan penjelasan yang  memadai.

9.11. Menguasai konsep umum  pelestarian lingkungan dan  pengolahan limbah pemordanan, pencelupan dengan pewarna  sintetis, pelorodan malam, dan  asap buangan.

9.11.1. Konsep umum pelestarian 

lingkungan dan pengolahan limbah pemordanan, pencelupan dengan  pewarna sintetis, pelorodan malam, dan asap buangan dijelaskan  secara tepat yang meliputi 

kedalaman lingkup dan keluasan  penjelasan yang memadai.

9.12. Menguasai konsep umum,  prinsip, dan teknik 

(70)

pembimbingan praktik 

pembuatan batik tulis dengan  pewarnaan sintetis kepada  pemagang atau rekan kerja.

batik tulis dengan pewarnaan  sintetis kepada pemagang atau  rekan kerja dijelaskan secara tepat  yang meliputi kedalaman lingkup  dan keluasan penjelasan yang  memadai.

(71)

10. Bertanggung jawab pada  pekerjaan sendiri dan  dapat diberi tanggung  jawab atas kuantitas dan  mutu hasil kerja orang  lain.

10.1. Bertanggung jawab dalam  pembuatan batik tulis dengan  pewarnaan sintetis sesuai 

dengan standar mutu pelatihan  Kursus Batik Direktorat 

Jenderal Pendidikan Anak Usia  Dini dan Pendidikan Masyarakat atau lembaga/tempat kerja/  perusahaan dengan 

memperhatikan keamanan dan  keselamatan kerja (berkaitan  juga dengan pengolahan limbah  pada proses pembuatan batik  tulis dengan pewarnaan sintetis) sesuai dengan prinsip K3.

(72)

10.2.1. Menjaga standardisasi mutu batik  tulis dengan pewarna ramah 

lingkungan sesuai dengan standar  mutu yang telah ditentukan oleh  Balai Diklat Batik/Paguyuban  Batik/Yayasan Batik atau tempat  kerja/perusahaan dan dengan  memperhatikan keamanan dan  keselamatan kerja.

10.3.1. Menyelesaikan pekerjaan dengan  tanpa kecelakaan (zero accident)  dalam sebuah simulasi kerja. 10.4. Mampu diberi tanggung jawab 

untuk membimbing rekan kerja  yang baru bekerja atau peserta  magang dan dapat 

menggantikan pekerjaan orang  lain dengan lingkup, kuantitas,  dan mutu hasil kerja yang sama.

10.4.1. Mencapai target kepuasan yang  dihasilkan dari evaluasi kuesioner  yang diberikan oleh rekan kerja  atau peserta magang. 

10.5. Mampu bekerja sama dan  melakukan komunikasi dalam 

(73)
(74)

dikembangkan   pada   sektor   pendidikan,   sektor   ketenagakerjaan (kenaikan pangkat, jenjang karir) atau pemberian penghargaan dan pengakuan   oleh   masyarakat   terhadap   seseorang   yang   telah menunjukkan   bukti­bukti   unggul   dalam   keahlian   atau   kompetensi tertentu. RPL diharapkan dapat memperluas akses dan kesempatan serta mempercepat waktu bagi masyarakat luas dalam meningkatkan kemampuan   maupun   keahliannya   melalui   program   kursus   dan pelatihan.

Pengembangan dan pelaksanaan RPL harus didasari oleh beberapa prinsip, antara lain:

1. Mengutamakan transparansi dan akuntabilitas. Informasi tentang proses   penyelenggaraan   dan   persyaratan   untuk   mengikuti   RPL harus   dapat   diakses   secara   luas   baik   oleh   pengguna   (indvidu yang membutuhkan) maupun masyarakat umum. 

2. Institusi   atau   lembaga   penyelenggara   RPL   harus   telah terakreditasi   oleh   badan   akreditasi   tingkat   nasional,   memiliki mandat   yang   sah   dari   institusi   atau   badan   yang   relevan   dan berwenang untuk hal tersebut.

3. Menunjukkan   kesadaran   mutu   terhadap   penyelenggaraan   dan implikasi   RPL   pada   lulusan,   khusus   nya   dan   masyarakat   luas pada umumnya.

4. Setiap   institusi   atau   lembaga   penyelenggara   RPL   harus melakukan   evaluasi   secara   berkelanjutan   untuk   menjamin pencapaian   mutu   lulusan   sesuai   dengan   standar   yang   di tetapkan. 

(75)

kursus dan pelatihan di  Indonesia pada waktu yang akan datang harus menuju   ke  arah   internasionalisasi,   sehingga   dapat   dicapai   kesetaraan pada capaian pembelajaran, standar kompetensi, dan mutu lulusan. Tendensi pergerakan pekerja antar negara akan semakin besar di waktu yang   akan   datang   sebagai   implikasi   dari   globalisasi.   Oleh   karena   itu lembaga   kursus   dan   pelatihan   di   Indonesia   akan   menjadi   salah   satu penyedia   tenaga   kerja   terampil   yang   potensial   baik   untuk   Indonesia sendiri   maupun   negara­negara   lain   yang   membutuhkan.   Hal   ini menuntut   perlunya   ditumbuhkan   kesadaran   yang   tinggi   akan penjaminan   mutu   berkelanjutan,   baik   dalam   lingkungan   internal lembaga penyelenggara  maupun  secara eksternal  melalui badan­badan akreditasi dan sertifikasi. Keunggulan dalam memenangkan persaingan antara lulusan lembaga kursus dan pelatihan nasional dengan lembaga kursus   dan   pelatihan   internasional   harus   menjadi   salah   satu   fokus pengembangan di masa yang akan datang.

Sebagai   bangsa   yang   memiliki   kekayaan   tradisi   dan   budaya   maka berbagai kursus dan pelatihan yang khas Indonesia sudah berkembang dengan pesat sampai saat ini, terutama dalam bidang seni, pariwisata, kuliner,   dan   lain­lain.   Walaupun   demikian,   masih   diperlukan   upaya untuk memperoleh pangakuan yang lebih luas baik di  tingkat nasional maupun   internasional,   mengembangkan   standar   kompetensi   lulusan yang khas serta menjadikannya sebagai kekayaan nasional.

(76)

Referensi

Dokumen terkait

31 Analisis wacana kritis dengan metode Norman Fairclough akan diterapkan pada dua artikel yang dipublikasikan oleh media berita online Tirto.id, yaitu “Relasi Kuasa dan Budaya

Tim La Haye dalam bukunya yang berjudul Hubungan Antara Temperamen dan Karunia Rohani mengatakan bahwa temperamen seseorang mempengaruhi segala sesuatu yang dia lakukan,

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang digunakan, ekonomi merupakan ukuran relatif. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah media informasi multimedia berupa video promosi yang menerangkan program beasiswa SGS ini secara efektif dan efisien sebagai sebuah sarana

Kesimpulan yang diperoleh untuk aspek kedua ini adalah bahwa unsur pimpinan Pemerintah Kecamatan Indralaya Utara telah berperan dengan optimal dan terdapat peranan

pelaksanaan e-voting , hal ini juga membuktikan bahwa tercipta transparansi dalam pelaksanaan pemilihan yang berdampak pada kepercayaan masyarakat makin meningkat

Kerang kapah di Kota Tarakan dibedakan menjadi tiga jenis sesuai dengan habitat dan lingkungannya, yaitu jenis Meretrix meretrix dan Meretrix lyrata dapat ditemukan di sekitar

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir domba Priangan di UPTD-BPPTD Margawati Garut akan akurat