A. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk mampu berkembang menjadi negara maju. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, kultur, penduduk serta letak geografis yang unik merupakan modal dasar yang kuat untuk melakukan pengembangan di berbagai sektor kehidupan yang pada saatnya dapat menciptakan daya saing yang unggul di dunia internasional. Dalam berbagai hal, kemampuan bersaing dalam sektor sumber daya manusia tidak hanya membutuhkan keunggulan dalam hal mutu akan tetapi juga memerlukan upayaupaya pengenalan, pengakuan, serta penyetaraan kualifikasi pada bidangbidang keilmuan dan keahlian yang relevan, baik secara bilateral, regional, maupun internasional.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) secara khusus dikembangkan untuk menjadi suatu rujukan nasional bagi upaya upaya meningkatkan mutu dan daya saing bangsa Indonesia di sektor sumber daya manusia. Pencapaian setiap tingkat kualifikasi sumber daya manusia Indonesia berhubungan langsung dengan tingkat capaian pembelajaran baik yang dihasilkan melalui sistem pendidikan maupun sistem pelatihan kerja yang dikembangkan dan diberlakukan secara nasional. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu dan daya saing bangsa akan sekaligus memperkuat jati diri bangsa Indonesia. KKNI merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sektor sumber daya manusia yang dikaitkan dengan program pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional. Setiap tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang bermutu di bidang pekerjaannya masingmasing.
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, pengalaman kerja maupun pengalaman mandiri dengan kriteria kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu jenis bidang dan tingkat pekerjaan.
3. Meningkatkan kerjasama dan pengakuan timbal balik yang saling menguntungkan antara institusi penghasil dengan pengguna tenaga kerja.
4. Meningkatkan pengakuan dan kesetaraan kualifikasi ketenagakerjaan Indonesia dengan negaranegara lain di dunia baik terhadap capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh institusi pendidikan dan pelatihan maupun terhadap kriteria kompetensi yang dipersyaratkan untuk suatu bidang dan tingkat pekerjaan tertentu.
Secara mendasar langkahlangkah pengembangan tersebut mencakup permasalahan yang bersifat multi aspek dan keberhasilannya sangat tergantung dari sinergi dan peran proaktif dari berbagai pihak yang terkait dengan peningkatan mutu sumber daya manusia nasional termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja, asosiasi profesi, asosiasi industri, institusi pendidikan dan pelatihan, serta masyarakat luas.
Secara umum, kondisi awal yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu program penyetaraan kualifikasi ketenagakerjaan tersebut tampak belum cukup kondusif dalam beberapa hal seperti misalnya belum meratanya kesadaran mutu di kalangan institusi penghasil tenaga kerja, belum tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan kualifikasi antara capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh penghasil tenaga kerja dengan deskripsi keilmuan, keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di bidang kerja atau profesi termasuk terbatasnya pemahaman mengenai dinamika tantangan sektor tenaga kerja di tingkat dunia. Oleh karena itu, upayaupaya untuk mencapai keselarasan mutu dan penjenjangan kualifikasi lulusan dari institusi pendidikan formal dan non formal, dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh pengguna lulusan perlu diwujudkan dengan segera.
Lulusan Kursus dan Pelatihan.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, maka SKL kursus dan pelatihan disusun berbasis KKNI untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan kompetensi kerja dari pengguna lulusan di dunia kerja dan dunia industri.
Berkenaan dengan penyusunan SKL Kursus dan Pelatihan Bidang Membatik secara umum, dilatarbelakangi pula oleh berbagai peristiwa dan momentum yang menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mendokumentasikan, menyelamatkan, serta menegaskan bahwa Batik merupakan ranah kebudayaan Indonesia yang mendasari bahwa batik beserta produk dan kompetensinya perlu ditransformasikan ke dalam suatu sistem yang terstandardisasi. Berbagai fakta peristiwa dan momentum tersebut, di antaranya:
1. Sejarah panjang batik di Indonesia merupakan fakta bahwa batik merupakan artefak budaya sebagai warisan budaya Indonesia asli. 2. Simbolsimbol, nilainilai, beserta aspek estetik dan etik yang
terdapat pada karya batik sebagai presentasi dari kekayaan dan kreatifitas bangsa dalam artefak budaya Indonesia.
3. Batik telah menjadi jati diri dan identitas bangsa Indonesia.
4. Persebaran dan perkembangan sentrasentra batik lama dan baru di Indonesia.
5. UNESCO pada tahun 2009 memberikan penghargaan terhadap Batik Indonesia sebagai warisan kekayaan bangsa tak benda sekaligus menjadi simbol Indonesia di dunia.
6. Diversifikasi batik melalui motif, corak, dan ragam hiasnya dalam berbagai media, mix media, dan multi media.
7. Peran PAUD dan DIKMAS bidang membatik di berbagai belahan dunia.
B. Tujuan Penyusunan SKL
SKL disusun untuk digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik pada lembaga kursus dan pelatihan serta bagi yang belajar mandiri dan sebagai acuan dalam menyusun, merevisi, atau memutakhirkan kurikulum, baik pada aspek perencanaan maupun implementasinya.
C. Uraian Program
operasional lengkap, kemampuan kerja, serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2. 1. Nama program Kursus dan Pelatihan Pembuatan Batik dengan pewarna sintetis Berbasis KKNI Jenjang 2 2. Tujuan a. Umum Secara umum program Kursus dan Pelatihan Pembuatan Batik dengan pewarna sintetis jenjang 2 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan operasional lengkap, kemampuan kerja, serta kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang pembuatan batik dengan pewarna sintetis sesuai dengan standar spesifikasinya.
b. Khusus
Secara khusus program ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang : pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2 yang meliputi kemampuan dalam hal: 1) Mengidentifikasi, menggunakan, merawat, dan menyimpan
peralatan dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis. 2) Mengidentifikasi, mengolah, dan menyimpan batik dengan
pewarna sintetis.
3) Membuat batik dengan pewarna sintetis sesuai standar SNI. 4) Melaksanakan proses produksi sesuai dengan SOP Kursus
Batik Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. 5) Mengemas, menyimpan, dan merawat batik dengan pewarna sintetis. 6) Menjual batik dengan pewarna sintetis dan keahlian dalam pembuatan batik dengan pewarna sintetis. 3. Manfaat Program Kursus dan Pelatihan pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2 ini bermanfaat bagi: a. Peserta didik kursus dan pelatihan: memiliki kemampuan kerja, pengetahuan, dan manajerial dalam membatik, yang bisa digunakan sebagai bekal bekerja atau berwirausaha.
b. Lembaga pengguna (stakeholder) bidang batik dapat merekrut calon pembatik dan desainer batik yang siap beradaptasi dengan pekerjaannya.
5. Durasi kursus dan pelatihan
Waktu kursus dan pelatihan yang diperlukan untuk mengikuti kursus dan pelatihan membatik adalah 240 jam pelajaran, dengan proporsi waktu 30% teori (72 jam pelajaran) dan 70% praktik (168 jam pelajaran). Waktu 240 jam pelajaran ini dimungkinkan dapat dipercepat dengan metode yang lebih efektif, sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan teknologi yang lebih modern.
6. Metode kursus dan pelatihan
Metode kursus dan pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan berbasis kompetensi dengan cara:
a. Ceramah b. Demonstrasi c. Praktik kerja 7. Uji kompetensi
Uji kompetensi dilaksanakan pada akhir setiap program kursus dan pelatihan dilaksanakan. Pelaksanaan uji kompetensi terdiri dari dua jenis tes, yaitu tes teori dan praktik. Tes teori dan praktik bertujuan untuk mengukur penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta kursus dan pelatihan membatik dalam proses pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2. Uji kompetensi dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK).
8. Sertifikat kelulusan
Sertifikat kelulusan diberikan kepada peserta kursus dan pelatihan membatik yang telah dinyatakan lulus dalam uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) bidang batik yang diakui oleh pemerintah, dunia usaha, dan dunia industri baik nasional dan internasional.
D. Ruang Lingkup
Kursus dan pelatihan membatik terdiri dari: 1. Pembuatan malam batik jenjang 3;
2. Membatik tulis dengan pewarnaan sintetis jenjang 2;
3. Membatik tulis dengan pewarnaan ramah lingkungan jenjang 2; 4. Pembuatan alat canting tulis jenjang 2; dan
5. Pembuatan alat canting cap jenjang 3.
E. Pengertian
Dalam SKL ini, yang dimaksud dengan:
4. Pengetahuan adalah penguasaan teori oleh seseorang pada suatu bidang keilmuan dan keahlian tertentu atau pemahaman tentang konsep, fakta, informasi dan metodologi pada bidang pekerjaan tertentu.
5. Sikap adalah penghayatan nilai, etika, moral, hukum, dan normanorma sosial lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, yang diaktualisasikan dalam perilaku dan perbuatan seharihari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
6. Keterampilan adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan menggunakan metode, bahan, dan instrumen, yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. 7. Hak dan tanggung jawab adalah konsekwensi dari dikuasainya
pengetahuan dan kemampuan kerja dalam melaksanakan kewajiban kerja secara sadar akan hasil dan resikonya dan oleh karenanya mendapatkan hak sesuai dengan kualifikasinya.
8. Kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur melalui penilaian yang terstruktur, secara mandiri dan bertanggung jawab di dalam lingkungan kerja.
9. Elemen kompetensi adalah bagian yang menyusun satu kompetensi secara utuh dalam bentuk uraian pengetahuan, kemampuan kerja, tanggung jawab dan hak, maupun sikap berperilaku.
10. Uji kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang dilakukan oleh penguji untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi hasil belajar peserta didik kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya pada satu jenis dan tingkat pendidikan/pelatihan tetrtentu.
11. Indikator kelulusan adalah unsur yang menjadi tolok ukur keberhasilan yang menyatakan seseorang kompeten atau tidak. 12. Pengalaman kerja adalah internalisasi kemampuan dalam
melakukan pekerjaan di bidang tertentu dan selama jangka waktu tertentu.
15. Deskripsi capaian pembelajaran khusus adalah deskripsi capaian minimum dari setiap program kursus dan pelatihan yang mencakup deskripsi umum dan selaras dengan Deskripsi Kualifikasi KKNI.
16. Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI adalah kualifikasi kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan dan diturunkan dari capaian pembelajaran kursus pada jenjang KKNI yang sesuai. Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI dinyatakan dalam tiga parameter: Kompetensi, Elemen Kompetensi, dan Indikator kelulusan.
17. Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) adalah pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari pengalaman kerja, pendidikan non formal, dan pendidikan informal ke dalam pendidikan formal.
II. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI A. Profil Lulusan
Lulusan program kursus dan pelatihan membatik ini memiliki penguasaan pengetahuan operasional lengkap dan kemampuan kerja, serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang pembuatan batik dengan pewarna sintetis jenjang 2.
1. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya.
2. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul. 3. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain.
B. Jabatan Kerja
implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia pada setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup proses yang membangun karakter dan kepribadian manusia Indonesia sebagai berikut:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
2. Deskripsi kualifikasi sesuai dengan jenjang pada KKNI Jenjang 2 a. Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan
menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan
b. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsipprinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.
c. Mampu bekerjasama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya
d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
3. Deskripsi capaian pembelajaran khusus
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya. 3. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia. 4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya. 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain. 6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas. 7. Menghargai kekayaan budaya dalam kearifan lokal berbentuk artifak/tinggalan budaya. 8. Memiliki kepedulian terhadap konservasi dan pelestarian budaya. 9. Menghasilkan output/outcome kerja sesuai dengan kesepakatan pengguna dan tidak berdampak pada timbulnya keresahan khalayak, tidak bertentangan dengan norma agama, hukum serta norma yang berlaku. 10. Mengimplementasikan kesadaran akan pelestarian/keberlanjutan lingkungan. KEMAMPUAN DI BIDANG KERJA
dengan pewarna sintetis dengan menerapkan prinsip K3 dan pelestarian lingkungan. 4. Menghasilkan karya batik tulis dengan pewarna sintetis pada kain berukuran minimum 50x50 cm sesuai dengan standar mutu pelatihan Kursus Batik Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, mencakup: a. ukuran kain minimum 50x50 cm
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI
BIDANG MEMBATIK TULIS DENGAN PEWARNAAN SINTETIS JENJANG 2
NO. UNIT KOMPETENSI KOMPETENSIELEMEN INDIKATOR KELULUSAN
Sikap dan Tata Nilai 1. Mengaktualisasi karakter
dan kepribadian manusia Indonesia.
1.1. Bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. a. Menyelesaikan pembuatan batik denganpewarna sintetis (di dalam sebuah simulasi kerja) tanpa menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat di sekitar, dan tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan.
b. Menyelesaikan pembuatan batik dengan pewarna sintetis (di dalam sebuah simulasi kerja) yang memenuhi tingkat 1.2. Memiliki moral, etika dan
kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.
kepuasan konsumen/pengguna. jasa/pemberi pekerjaan.
c.Menyelesaikan pembuatan batik dengan pewarna sintetis (dalam sebuah
simulasi kerja) tanpa kecelakaan (zero accident).
1.4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya. 1.5. Menghargai keanekaragaman
budaya, pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain.
1.6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan
kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
1.7. Menghargai kekayaan budaya dalam kearifan lokal berbentuk artifak/tinggalan budaya.
1.9. Menghasilkan output/outcome kerja sesuai dengan
kesepakatan pengguna dan tidak berdampak pada
timbulnya keresahan khalayak, tidak bertentangan dengan norma agama, hukum serta norma yang berlaku.
1.10. Mengimplementasikan kesadaran akan
pelestarian/keberlanjutan lingkungan.
Kemampuan di Bidang Kerja 2. Menyiapkan alat kerja
(meja jiplak, alat canting batik tulis,
gawangan/pamidangan, kompor, wajan, bak celup, panci lorod) dan bahan (malam, zat pewarna sintetis, zat kimia
2.1. Persiapan alat dan bahan pada tiaptiap tahapan membatik tulis dengan pewarna sintetis.
pendukung) yang sesuai dengan kebutuhan proses pembuatan batik tulis
2.2. Persiapan alat dan bahan pada tiaptiap tahapan membatik tulis dengan pewarna sintetis.
catatan: persiapan hanya dilakukan sesuai tahap per tahap, bukan dilakukan
sekaligus dari awal sampai akhir
2.2.1. Mutu dari alat dan bahan yang diperlukan adalah sesuai dengan standar sebagai berikut:
a. bersih;
b. siap/layak pakai (berfungsi dengan baik);
c. efisiensi dan efektifitas yang dilakukan terkait waktu persiapan dan penataan alat/bahan pada area kerja;
d. prosentase kuantitas dan kualitas kerusakan alat selama proses pelatihan maksimum 10%; e. ketersediaan alat dan bahan
Tahapantahapan persiapan
pemordanan yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan pemordanan menurut prosedur kerja.
2.3. Penggunaan alat pemordanan
menurut prosedur kerja 2.3.1. Alat: gayung (2), kompor (1), panci (2), setrika (1), meja setrika (1), pengaduk mordan (1), celemek anti air (1), sarung tangan karet (1), gantungan kain (1).
2.4.1. Ketepatan ukuran wadah celup (ember, panci, atau bak celup) yang dapat membuat hasil celupan
2.5.1. Ketepatan menempatkan area penjemuran kain benarbenar terlindung dari paparan sinar matahari secara langsung yang dapat mempengaruhi hasil celupan kain.
2.6. Penggunaan bahan pemordanan
menurut prosedur kerja. 2.6.1. Bahan: teepol (50 cc), TRO Turkey red oil/sulfonated oil (5 gr), air dingin (1 ltr).
2.7.1. Ketepatan konsentrasi bahan larutan pemordanan sesuai resep mordan: teepol (50 cc) + TRO Turkey red oil/sulfonated oil (5 gr) + air dingin (1 ltr) dalam wadah
2.8. Urutan dan tata cara dalam persiapan pemordanan menurut prosedur kerja.
2.8.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan dan tata cara dalam persiapan
pemordanan menurut prosedur kerja yang meliputi:
a. persiapan area pemordanan dan area. pengeringan
b. persiapan alat dan bahan pada posisinya di area. pemordanan c. persiapan kain berwarna putih
(katun, sutra) dari persediaan. d. pemeriksaan kondisi permukaan
kain (tidak rusak, bolong, atau terdapat noda).
e. pemotongan kain menjadi ukuran 50x50 cm.
f. peramuan larutan mordan. g. persiapan wadah celup mordan
(ember dan panci khusus mordan).
h. persiapan kompor untuk merebus kain.
pemordanan.
j. persiapan setrika kain setelah pemordanan.
k. persiapan perlengkapan prosedur K3.
Tahapantahapan persiapan jiplak
desain yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan jiplak desain menurut prosedur kerja.
2.9. Penggunaan alat jiplak desain
menurut prosedur kerja 2.9.1. Alat: pulpen warna biru (1), meja jiplak (tracing) dengan alas kaca dan terdapat lampu dari bawah (1), penggaris (1).
2.10.1. Ketelitian terhadap masa pakai alat jiplak desain (akibat rusak
secara kimia atau fisik) yang dapat menyebabkan proses jiplak desain tidak optimal.
2.12. Penggunaan bahan jiplak
desain menurut prosedur kerja. 2.12.1.yang telah dibubuhi desain ragam Bahan: modul desain utama hias batik tulis pada kertas
transparan (kertas minyak, kertas kalkir) (13), pita perekat bening (selotip) (1).
2.13.1. Ketepatan konsentrasi bahan larutan pemordanan sesuai resep mordan: teepol (50 cc) + TRO Turkey red oil/sulfonated oil (5 gr) + air dingin (1 ltr) dalam wadah
2.14.1. Ketelitian terhadap masa kadaluwarsa bahan jiplak desain (akibat rusak secara kimia atau fisik) yang dapat menyebabkan proses jiplak desain tidak optimal.
2.15.1. Ketelitian memperhatikan kebersihan bahan jiplak desain.
2.16. Urutan dan tata cara dalam persiapan jiplak desain menurut prosedur kerja.
2.16.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan dan tata cara dalam persiapan jiplak desain menurut prosedur kerja yang meliputi: a. persiapan kertas transparan
(kertas minyak atau kalkir
berukuran 50x50 cm) yang telah dibubuhi rangka desain utama batik tulis (secara umum
b. persiapan alat tulis untuk menjiplak desain.
c. persiapan meja jiplak.
d. persiapan kain berwarna putih (katun, sutra) berukuran 50x50 cm yang sudah dimordan.
e. persiapan perlengkapan prosedur K3.
Tahapantahapan persiapan
2.17. Penggunaan alat pencantingan
menurut prosedur kerja. 2.17.1.tembokan, dan canting lain) (15), Alat: canting set (klowong, isen, kompor (1), wajan (1), bbm/bbg (1), pemantik api (1), celemek (1), bangku pendek (dingklik/jojodok) (1),
pemidangan/gawangan (1), malam (1), besi untuk menghilangkan tetesan malam (1), beberapa helai ijuk untuk sumbatan canting, celemek berbahan kain (1),
2.18.1. Ketelitian terhadap masa pakai alat pencantingan (akibat rusak secara kimia atau fisik) yang dapat menyebabkan proses pencantingan tidak optimal.
2.19.1. Ketelitian memperhatikan kebersihan tiaptiap alat, area, wadah, pengaduk yang dapat mempengaruhi hasil kualitas pencantingan.
2.21. Penggunaan bahan pencantingan menurut prosedur kerja
2.21.1. Bahan: malam, kertas koran bekas (1), kain bekas (1).
2.22.1. Ketelitian terhadap masa
kadaluwarsa bahan pencantingan (akibat rusak secara kimia atau fisik) yang dapat menyebabkan proses pencantingan tidak optimal. 2.23.1. Ketelitian terhadap takaran malam
yang digunakan dalam porses pencantingan dan takaran ramuan pembersih/penghilang noda tetesan malam.
2.24.1. Ketelitian memperhatikan
kebersihan tiaptiap bahan, yang dapat mempengaruhi hasil kualitas pencantingan.
2.25. Urutan dan tata cara dalam persiapan pencantingan menurut prosedur kerja.
2.25.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan dan tata cara dalam persiapan pencantingan menurut prosedur kerja yang meliputi:
posisinya di area pencantingan. c. menyalakan kompor dan
meletakkan wajan di atas kompor.
d. memasukkan seiris kecil malam (5x5x10 cm) ke dalam wajan, biarkan mencair karena panas. e. meletakkan ujung kepala canting
(klowong, isenisen, tembokan) ke dalam wajan.
f. pengaturan (dan pengawasan) suhu panas api kompor di 7080
0C.
g. pemasangan kain yang telah tertera hasil jiplakan desain pada pamidangan.
h. pengaturan ketegangan kain (tidak tegang dan tidak kendor). i. pemeriksaan dan pemastian
bekas (jika tidak lancar maka ujung canting dapat ditusuk menggunakan sehelai ijuk secara perlahan dan meniup ujung canting untuk memperlancar jalur malam.
j. persiapan perlengkapan prosedur K3 (pemastian
ketersediaan dan keberfungsian alat pemadam kebakaran; ketersediaan obatobatan akibat luka bakar, sesak napas, atau keracunan gas).
Tahapantahapan persiapan
pencelupan dengan pewarna sintetis yang meliputi:
2.26. Penggunaan alat pencelupan dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja
2.26.1. Alat: tabel contoh warna sintetis (naftol, bejana, dan atau reaktif) (2 3), ember/bak celup (2), ember/bak bilas (1), gayung (1), wadah
pencampur larutan pewarna sintetis (15), pengaduk larutan pewarna sintetis (13), gantungan kain (1), celemek anti air (1), sarung tangan karet (1), dan sepatu karet (1), pamidangan (1), kuas (13), plastik yang dapat untuk memasukkan pamidangan (1), gunting (1).
2.28.1. Ketelitian memperhatikan
kebersihan tiaptiap wadah, sarung tangan karet, alat pengaduk, area pencelupan, dan pengeringan yang dapat mempengaruhi warna.
2.29.1. Ketelitian menentukan ukuran wadah celup (ember, panci, atau bak celup) yang dapat membuat hasil celupan menjadi tidak rata (belang) atau menjadikan malam pecahpecah (remuk).
2.31. Penggunaan bahan
pencelupan dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja.
2.31.1. Bahan: zat warna sintetis (naftol, bejana, dan atau reaktif) (515), zat kimia pencampur warna sintetis (HCl/air keras, NaNO2/natirum nitrit, NaOH/caustic soda,
CNa2O3/soda abu) (50100 gr), air panas, air dingin, larutan pembasah kain (teepol, TRO) (1), pita perekat bening lebar 1 cm (1).
2.32.1. Ketelitian terhadap masa
2.33.1. Ketepatan konsentrasi bahan larutan pembasah kain, pencelup warna sintetis, dan fiksasi sesuai resep:
* pembasah kain: teepol (50 cc) + air dingin (1 ltr) dalam wadah
celup/ember berukuran 35 ltr dan diadukaduk sampai rata
a. Naftol (hanya celup)
** warna: [ekstrak zat warna Naftol (5 gr) + NaOH/caustic soda (2,5 gr) + air panas (100 cc)] + air dingin (1 ltr) dalam wadah celup/ember berukuran 35 ltr.
*** fiksasi dan pembangkit warna (garam naftol): esktrak garam Naftol (10 gr) + air dingin (1 ltr) dalam wadah celup/ember berukuran 35 ltr.
b. Bejana (Indigosol) (celup dan atau colet).
** warna: [ekstrak zat warna
2.34. Urutan dan tata cara dalam persiapan pencelupan dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja.
2.34.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan dan tata cara dalam persiapan pencelupan dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi:
a. persiapan area peramuan warna sintetis, area pencelupan, dan area pengeringan.
b. persiapan alat dan bahan pada posisinya.
c. persiapan tabel warna sintetis (naftol, bejana, dan atau reaktif) untuk disesuaian dengan desain warna yang d2nginkan.
d. peramuan larutan pembasah kain*.
e. peramuan larutan pewarna sintetis**.
f. peramuan larutan
pembangkit/fiksasi warna sintetis***.
prosedur K3. Tahapantahapan persiapan
pelorodan yang meliputi: Ketepatan dan kesesuaian persiapan alat dan bahan pelorodan menurut prosedur kerja.
2.35. Penggunaan alat pelorodan
2.36.1. Ketelitian terhadap masa pakai alat pelorodan (akibat rusak secara kimia atau fisik) yang dapat mempengaruhi hasil pelorodan secara optimal.
2.37.1. Ketelitian memperhatikan
kebersihan tiaptiap wadah, sarung tangan karet, alat pengaduk, alat penyaring malam, area pencelupan, dan pengeringan yang dapat
mempengaruhi warna.
2.39.1. Ketelitian menempatkan area penjemuran kain benarbenar terlindung dari paparan sinar matahari secara langsung yang dapat mempengaruhi hasil celupan kain.
2.40. Penggunaan bahan pelorodan
menurut prosedur kerja. 2.40.1. Bahan: bbg/bbm.
2.42.1. Ketepatan konsentrasi bahan larutan pelorodan sesuai resep larutan lorod:
TROTurkey red oil/sulfonated oil (10 gr) + CNa2O3/soda abu (100 gr) + air panas (5 ltr) dalam panci berukuran 5 ltr dan diadukaduk sampai rata.
resep larutan bilas: air panas (5 ltr) dalam panci berukuran 5 ltr.
2.43. Urutan dan tata cara dalam persiapan pelorodan menurut prosedur kerja.
2.43.1. Ketepatan dan kesesuaian urutan dan tata cara dalam persiapan pelorodan menurut prosedur kerja yang meliputi:
a. persiapan area pelorodan area bilas, dan area pengeringan. b. persiapan alat dan bahan pada
posisinya: letakkan panci
khusus lorod dan panci khusus bilas berukuran 510 ltr di atas kompor.
pembuatan batik tulis
dengan pewarna sintetis. sarung tangan karet, dan sepatu karet. b. masukkan dan rendam kain
katun (50x50 cm) ke dalam larutan mordan selama 1 jam. c. nyalakan kompor, letakkan panci
khusus mordan (35 ltr) untuk memanaskan air larutan mordan. d. pindahkan rendaman kain beserta
larutan mordan ke panci (3ltr) di atas kompor.
e. rebus kain dalam panci selama 30 menit.
f. siapkan air (35 ltr) untuk membilas kain.
g. keluarkan kain rendaman mordan dan bilas sampai benarbenar bersih pada ember (5 ltr) berisi air bersih.
h. jemur kain dengan cara diangin anginkan sampai kering.
i. melepaskan celemek anti air,
e. alat, bahan, dan area kerja
dibersihkan dan dibenahi seperti sedia kala;
c. meletakkan kain katun (50x50 cm) yang telah dimordan tepat dan persis di atas permukaan kertas transparan.
d. melekatkan pita perekat bening (1x5 cm) ke kain katun dan meja jiplak agar tidak bergeser.
e. menyalakan lampu pada meja jiplak.
f. mengikuti (jiplak) garis rangka ragam hias yang nampak
menggunakan pulpen berwarna biru secara langsung di atas kain katun (garis yang ditinggalkan oleh pulpen warna biru tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis).
g. menggunakan alat bantu lain seperti jangka atau penggaris untuk jenis garis tertentu (lurus atau lengkung terukur) jika diperlukan
sedia kala.
h. memberi tanda silang kecil sebagai tanda koreksi jika ada garis yang salah.
i. memeriksa ulang hasil jiplak desain (apakah mungkin masih ada garisbidang yang tidak lengkap atau tertinggal).
j. mengulangi jiplak desain sampai dirasa benarbenar selesai dan komplit.
k. melepaskan pita perekat dan memisahkan kain dengan kertas transparan.
l. mematikan lampu pada meja jiplak.
m. membersihkan dan membenahi peralatan dan bahan jiplak desain seperti sedia kala.
n. kain siap decanting.
5. Menggunakan dan
menghapus malam, menggunakan zat warna
5.1. Pembubuhan malam dalam proses membatik tulis disebut pencantingan, yaitu proses
5.1.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu proses, dan baku mutu hasil
sintetis, dan alat kerja sesuai dengan tahapan pembuatan batik tulis dengan pewarna sintetis berdasarkan prinsip K3 membubuhkan malam panas menggunakan alat tulis/gambar bernama canting pada dua permukaan kain (muka dan belakang) dengan mengikuti garis berwarna biru hasil dari jiplak desain. Pembubuhan malam pada kain berfungsi sebagai perintang warna pencelupan. Tahapan pencantingan tulis meliputi: a. menggunakan celemek berbahan kain. b. duduk di bangku pendek (dingklik) dan atur posisi yang paling nyaman menurut masing masing perorangan. c. memegang pamidangan dengan posisi antara 45600 dari arah
belakang kain, atau tetesan malam yang belum
diperbaiki/dibersihkan).
j. mengulangi pencantingan sampai dirasa benarbenar selesai.
k. melepaskan kain dari pamidangan.
l. melepaskan celemek berbahan kain.
m. membersihkan dan membenahi peralatan dan bahan
pencantingan seperti sedia kala. n. kain siap dicelup/diwarna dengan
pewarna sintetis.
Catatan:
sesaat atau dapat ditiuptiup untuk sedikit mendinginkannya, jika jejak malam pada kain adalah terlalu tipis dan tidak menembus kain dapat diartikan suhu malam terlalu dingin, maka hendaknya segera mengganti/ menambahkan malam dari wajan. Ganti canting ke isenisen atau tembokan sesuai fungsi visual garis/bidang pada desain. Jika terdapat kesalahan
pencantingan dapat diperbaiki dengan menghapusnya (ngecos) menggunakan besi yang dipanaskan dan dibantu dengan diusapusap larutan air (100 ml) + CNa2O3/soda abu (10 gr) secara berulang lalu dibilas bersih secara lokal.
5.2. Pewarnaan menggunakan zat warna sintetis dalam proses membatik tulis disebut pencelupan, yaitu
5.2.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu proses, dan baku mutu hasil
c.mencelup kain dengan pewarna sintetis Naftol:
menuangkan larutan pewarna sintetis naftol ke wadah celup (ember berukuran 5 ltr) sambil diadukaduk agar merata. mencelupkan (celuptarik)
seluruh permukaan kain dengan cepat dan hatihati ke dalam larutan zat warna selama 1530 menit kain.
meniriskan kain di penggantung kain (selama 510 menit).
kain siap difiksasi/ dibangkitkan warnanya.
d. mencolet (menguas) kain dengan pewarna sintetis Bejana (indigosol): menuangkan larutan pewarna
diadukaduk agar merata. memasangkan kain pada
pamidangan.
menguaskan larutan zat warna reaktif menggunakan kuas seusai ukuran bidang yang akan d2si warna pada dua muka kain secara merata dan hatihati agar tidak melebar (mblobor).
menjemur/membentang bolak balik kain di bawah sinar matahari secara langsung (selama 510 menit) untuk memunculkan warna (pastikan sinar matahari tidak terhalang oleh bayangan yang dapat menyebabkan warna kain menjadi belang.
kain sudah otomatis ditiriskan. kain siap difiksasi.
remazol):
menuangkan larutan pewarna sintetis reaktif ke wadah (berukuran 500 ccc) sambil diadukaduk agar merata. memasangkan kain pada
pamidangan.
menguaskan larutan zat warna reaktif menggunakan kuas seusai ukuran bidang yang akan d2si warna pada dua muka kain secara merata dan hatihati agar tidak melebar (mblobor).
meniriskan kain selama 510 menit di tempat teduh (hindari paparan sinar matahari secara langsung).
kain siap difiksasi.
f. mencelup kain dengan larutan garam pembangkit/ fiksasi pewarna naftol:
pembangkit warna/fiksasi naftol ke wadah celup khusus dan berbeda dari prosesproses sebelumnya (ember berukuran 5 ltr) sambil diadukaduk agar merata.
mencelupkan (celuptarik)
seluruh permukaan kain dengan cepat dan hatihati ke dalam larutan zat warna selama 15 menit (jangan sampai ada kain yang terlipat).
membilas kain sampai benar benar bersih.
meniriskan kain di penggantung kain (selama 510 menit) di tempat teduh yang tidak terpapar sinar matahari langsung.
g.mencelup kain dengan larutan fiksasi pewarna bejana:
bejana ke wadah celup khusus dan berbeda dari prosesproses sebelumnya (ember berukuran 5 ltr) sambil diadukaduk agar merata.
mencelupkan (celuptarik)
seluruh permukaan kain dengan cepat dan hatihati ke dalam larutan zat warna selama 13 menit (jangan sampai ada kain yang terlipat).
membilas kain sampai benar benar bersih (tidak lagi
meninggalkan aroma HCl/air keras yang menyengat).
meniriskan kain di penggantung kain (selama 510 menit) di tempat teduh yang tidak terpapar sinar matahari langsung.
fiksasi pewarna reaktif:
menuangkan larutan fiksasi warna reaktif ke wadah colet khusus dan berbeda dari proses proses sebelumnya (berukuran 500 cc) sambil diadukaduk agar merata.
menguaskan larutan fiksasi warna reaktif menggunakan kuas ke seluruhan permukaan kain (bolakbalik) secara merata dan hatihati agar (tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal). menyiapakan plastik dan pita
perekat bening.
memasukkan kain beserta pamidangan (dalam keadaan basah) ke dalam kantung plastik dan diamkan selama 410 jam di tempat teduh yang tidak
bagian pamidangan tertutupi oleh kantung plastik, dapat dibantu dengan memberikan pita perekat pada bagianbagian yang dirasa perlu).
melepaskan pita perekat dan membuka plastic, dan
mengeluarkan pamidangan dari kantung plastik.
membilas kain sampai benar benar dengan air bersih mengalir sampai permukaan kain tidak licin lagi (larutan fiksasi/waterglass) benarbenar hilang.
meniriskan kain di penggantung kain (selama 510 menit) di tempat teduh yang tidak terpapar sinar matahari langsung.
celupan dengan pewarna sintetis yang telah difiksasi dengan acuan warna pada tabel warna yang diinginkan.
j. mengulangi/menambah proses pencelupan dan fiksasi sampai benarbenar sesuai dengan acuan warna pada tabel warna.
k. membilas kain sampai benarbenar bersih.
l. meniriskan kain di tempat
penggantung kain sampai benar benar kering (jangan terkena paparan sinar matahari secara langsung).
m. melepaskan celemek anti air,
sarung tangan karet, sepatu karet, dan masker.
n. membersihkan dan membenahi peralatan dan bahan pencelupan seperti sedia kala.
pewarnaan selanjutnya atau siap dilorod (dihilangkan malam dari permukaan kain).
Catatan:
Untuk mendapatkan hasil celupan yang rata dan tidak belang adalah dengan memerhatikan cara mencelup yang baik dan benar yaitu kain
terendam semua, mengatur tepi atau ujung kain dari terlipat terlalu
sering/lama, dan menjaga agar malam hasil pencantingan tidak menjadi patahpatah atau remuk.
5.3. Penghapusan malam pada proses membatik tulis disebut pelorodan, yaitu proses
meluruhkan atau
menghilangkan malam dari struktur kain dengan cara dimasak dan direbus dalam air mendidih sampai benarbenar
5.3.1. Ketepatan urutan proses, baku mutu proses, dan baku mutu hasil
pelorodan yang meliputi:
a. ketepatan irama selama proses melorod (tarikcelup) untuk
menghasilkan lorodan malam yang bersih.
benar kering di tempat
penggantung kain sampai benar benar kering (jangan terkena paparan sinar matahari secara langsung).
g. melepaskan celemek anti air, sarung tangan karet, sepatu karet, dan masker.
h. merapikan dan menyetrika kain untuk mendapatkan permukaan kain yang rata.
i. bersihkan dan benahi peralatan dan bahan pelorodan seperti sedia kala.
j. kain batik tulis telah selesai.
Catatan:
kain yang mulai bersih (tandanya adalah malam mulai luruh dan tertinggal bersama air lorodan).
Kumpulan malam yang telah luruh dari kain pada panci lorodan dapat diambil menggunakan penyaring malam dan diletakkan pada wadah khusus
6.2.1. Ketepatan dan kesesuaian hasil pembuatan batik tulis menggunakan pewarna sintetis menurut prosedur kerja berdasarkan standar mutu pelatihan Kursus Batik Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat dan memperhatikan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang meliputi:
a. menggunakan kain berbahan dasar serat katun atau sutra dengan luas ukuran sekurangnya 50x50 cm.
b. menggunakan sekurangnya dua dari empat jenis canting tulis (klowong, isenisen, tembokan, lainnya: canting bermata lebih dari 2 (tutul atau sawut)).
c. menggunakan malam super (khusus untuk canting tulis halus).
7. Membereskan,
membersihkan, merawat, dan menyimpan kembali alat dan bahan membatik dengan pewarna sintetis sesuai dengan prinsip K3.
7.1. Prosedur membereskan alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis.
7.1.1. Ketepatan, kesesuaian, dan kesigapan dalam proses
membereskan alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi:
a. pengelompokan alat, bahan, dan area kerja mana saja yang harus segera dibersihkan, dirawat, dan disimpan.
b. memastikan alat, bahan, dan area kerja kembali seperti sedia kala. 7.2. Prosedur membersihkan alat
dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis
7.2.1. Ketepatan, kesesuaian, dan kesigapan dalam proses
membersihkan alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi:
a. bahan yang digunakan tidak meninggalkan noda pada alat dan area kerja.
dibersihkan dengan teliti (sapu, kuas, sikat, kerok, cuci,
keringkan, jemur). 7.3. Prosedur merawat alat dan
bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis.
7.3.1. Ketepatan dan kesesuaian merawat alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis hasil membatik tulis menggunakan pewarna sintetis menurut prosedur kerja yang meliputi memastikan alat, bahan, dan area kerja dapat
digunakan kembali pada kegiatan membatik tulis berikutnya.
7.4. Prosedur menyimpan alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis
7.4.1. Ketepatan, kesesuaian, dan kerapihan menyimpan alat dan bahan membatik tulis dengan pewarna sintetis hasil membatik tulis menggunakan pewarna sintetis menurut prosedur kerja yang
meliputi:
lemari/rak, kamar, ruang luar, ruang terbuka, area basah) dan dipastikan tidak saling
bercampur agar tidak saling mengkontaminasi.
b. sisa penggunaan bahan ditempatkan pada tiaptiap kategori limbah (kering, basah, organik, non organik, dapat dimanfaatkan kembali atau dibuang selamanya).
8. Mengevaluasi hasil kerja secara mandiri.
8.1. Mengevaluasi hasil kerja secara mandiri.
8.2.1. Mencapai target kepuasan klien terhadap proses dan mutu karya batik tulis dengan pewarna sintetis yang dihasilkan menggunakan kuesioner evaluasi pada sebuah simulasi kerja.
Pengetahuan yang Dikuasai 9. Menguasai prinsipprinsip
pengetahuan, konsep umum, dan operasional yang lengkap pada pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis
9.1. Menguasai konsep umum perbatikan (definisi, istilah, sejarah, fisolofi, produksi, dan desain).
9.1.1. Definisi, istilah, sejarah, filosofi, produksi, dan desain perbatikan dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.2. Menguasai konsep umum, prinsip, teknik, dan
pengetahuan prosedural penggunaan alat pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis.
9.2.1. Konsep umum, prinsip, teknik, dan pengetahuan prosedural penggunaan alat pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman
lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
prinsip, teknik, dan pengetahuan prosedural
penggunaan bahan pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis.
pengetahuan prosedural penggunaan bahan pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman
lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.4. Menguasai konsep umum, prinsip, teknik, pengetahuan prosedural tentang pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis.
9.4.1. Konsep umum, prinsip, teknik, pengetahuan prosedural tentang pembuatan batik tulis dengan
pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman
lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.5. Menguasai pengetahuan faktual tentang sumber dan sistem pengadaan alat dan
bahanmembatik tulis dengan pewarnaan sintetis.
9.5.1. Pengetahuan faktual tentang sumber dan sistem pengadaan alat dan
bahanmembatik tulis dengan
pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman
lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.6. Menguasai pengetahuan faktual harga alat dan bahan
pembuatan batik tulis dengan
pewarnaan sintetis. pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.7. Menguasai prinsip, teknik, pengetahuan prosedural pembersihan, perawatan, dan penyimpanan alat, bahan, dan area kerja.
9.7.1. Menjelaskan prinsip, teknik, pengetahuan prosedural pembersihan, perawatan, dan
penyimpanan alat, bahan, dan area kerja dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai. 9.8. Menguasai prinsip, teknik,
pengetahuan prosedural dalam evaluasi mandiri proses dan hasil praktik membatik tulis dengan pewarnaan sintetis.
9.8.1. Prinsip, teknik, pengetahuan
prosedural dalam evaluasi mandiri proses dan hasil praktik membatik tulis dengan pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.9. Menguasai pengetahuan faktual, prinsip, teknik, pengetahuan prosedural tentang
penyimpanan dan perawatan
kain batik tulis dengan
pewarnaan sintetis. dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.10. Menguasai konsep umum dan pengetahuan prosedural
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berhubungan dengan pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis.
9.10.1. Konsep umum dan pengetahuan prosedural Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
berhubungan dengan pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.11. Menguasai konsep umum pelestarian lingkungan dan pengolahan limbah pemordanan, pencelupan dengan pewarna sintetis, pelorodan malam, dan asap buangan.
9.11.1. Konsep umum pelestarian
lingkungan dan pengolahan limbah pemordanan, pencelupan dengan pewarna sintetis, pelorodan malam, dan asap buangan dijelaskan secara tepat yang meliputi
kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
9.12. Menguasai konsep umum, prinsip, dan teknik
pembimbingan praktik
pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis kepada pemagang atau rekan kerja.
batik tulis dengan pewarnaan sintetis kepada pemagang atau rekan kerja dijelaskan secara tepat yang meliputi kedalaman lingkup dan keluasan penjelasan yang memadai.
10. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
10.1. Bertanggung jawab dalam pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis sesuai
dengan standar mutu pelatihan Kursus Batik Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat atau lembaga/tempat kerja/ perusahaan dengan
memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja (berkaitan juga dengan pengolahan limbah pada proses pembuatan batik tulis dengan pewarnaan sintetis) sesuai dengan prinsip K3.
10.2.1. Menjaga standardisasi mutu batik tulis dengan pewarna ramah
lingkungan sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan oleh Balai Diklat Batik/Paguyuban Batik/Yayasan Batik atau tempat kerja/perusahaan dan dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja.
10.3.1. Menyelesaikan pekerjaan dengan tanpa kecelakaan (zero accident) dalam sebuah simulasi kerja. 10.4. Mampu diberi tanggung jawab
untuk membimbing rekan kerja yang baru bekerja atau peserta magang dan dapat
menggantikan pekerjaan orang lain dengan lingkup, kuantitas, dan mutu hasil kerja yang sama.
10.4.1. Mencapai target kepuasan yang dihasilkan dari evaluasi kuesioner yang diberikan oleh rekan kerja atau peserta magang.
10.5. Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam
dikembangkan pada sektor pendidikan, sektor ketenagakerjaan (kenaikan pangkat, jenjang karir) atau pemberian penghargaan dan pengakuan oleh masyarakat terhadap seseorang yang telah menunjukkan buktibukti unggul dalam keahlian atau kompetensi tertentu. RPL diharapkan dapat memperluas akses dan kesempatan serta mempercepat waktu bagi masyarakat luas dalam meningkatkan kemampuan maupun keahliannya melalui program kursus dan pelatihan.
Pengembangan dan pelaksanaan RPL harus didasari oleh beberapa prinsip, antara lain:
1. Mengutamakan transparansi dan akuntabilitas. Informasi tentang proses penyelenggaraan dan persyaratan untuk mengikuti RPL harus dapat diakses secara luas baik oleh pengguna (indvidu yang membutuhkan) maupun masyarakat umum.
2. Institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus telah terakreditasi oleh badan akreditasi tingkat nasional, memiliki mandat yang sah dari institusi atau badan yang relevan dan berwenang untuk hal tersebut.
3. Menunjukkan kesadaran mutu terhadap penyelenggaraan dan implikasi RPL pada lulusan, khusus nya dan masyarakat luas pada umumnya.
4. Setiap institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus melakukan evaluasi secara berkelanjutan untuk menjamin pencapaian mutu lulusan sesuai dengan standar yang di tetapkan.
kursus dan pelatihan di Indonesia pada waktu yang akan datang harus menuju ke arah internasionalisasi, sehingga dapat dicapai kesetaraan pada capaian pembelajaran, standar kompetensi, dan mutu lulusan. Tendensi pergerakan pekerja antar negara akan semakin besar di waktu yang akan datang sebagai implikasi dari globalisasi. Oleh karena itu lembaga kursus dan pelatihan di Indonesia akan menjadi salah satu penyedia tenaga kerja terampil yang potensial baik untuk Indonesia sendiri maupun negaranegara lain yang membutuhkan. Hal ini menuntut perlunya ditumbuhkan kesadaran yang tinggi akan penjaminan mutu berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal lembaga penyelenggara maupun secara eksternal melalui badanbadan akreditasi dan sertifikasi. Keunggulan dalam memenangkan persaingan antara lulusan lembaga kursus dan pelatihan nasional dengan lembaga kursus dan pelatihan internasional harus menjadi salah satu fokus pengembangan di masa yang akan datang.
Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan tradisi dan budaya maka berbagai kursus dan pelatihan yang khas Indonesia sudah berkembang dengan pesat sampai saat ini, terutama dalam bidang seni, pariwisata, kuliner, dan lainlain. Walaupun demikian, masih diperlukan upaya untuk memperoleh pangakuan yang lebih luas baik di tingkat nasional maupun internasional, mengembangkan standar kompetensi lulusan yang khas serta menjadikannya sebagai kekayaan nasional.