2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu Bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
”Perbankan” menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Hasibuan (2007:36) menambahkan bahwa pengertian bank umum adalah
bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dimana dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah. Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia, bank
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.
Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan
giro, tabungan, dan deposito. Strategi Bank dalam menghimpun dana adalah
dengan memberikan balas jasa yang menarik dan menguntungkan.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. (Kasmir, 2008: 25).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok Bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah
membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas
nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Siamat, 2005:56) :
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b. Menciptakan uang.
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
2.1.3. Jenis-jenis Bank
Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain (Kasmir,2002:1) :
1. Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok perbankan nomor 14 tahun 1967, jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
h. Dan bank lainnya
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 maka
jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank umum : adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : adalah bank yang melaksanakan
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan
tersebut adalah:
a. Bank milik Pemerintah: dimana baik akte pendirian maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank milik Swasta Nasional : Bank jenis ini seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula.
c. Bank milik Koperasi : Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki
oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik Asing : Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang
ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing.
Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.
e. Bank milik campuran : Kepemilikan saham bank campuran dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya
3. Dilihat dari segi status
a. Bank devisa : Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke
luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan.
b. Bank non devisa : Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana
atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
5. Dilihat dari fungsi dan tujuan usahanya
a. Bank Central :adalah bank yang bertindak sebagai bankers bank
pimpinan penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan semua
jenis bank yang ada.
b. Bank Umum : adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi
yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan
dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek.
c. Bank Tabungan : adalah bank milik negara, swasta maupun koperasi
dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbanyak
dana dengan kertas berharga.
d. Bank Pembangunan : adalah bank milik negara, swasta maupun
koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan kertas berharga
jangka menengah dan panjang. Sedangkan usahanya terutama
memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang
pembangunan.
2.2. Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan
Bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan
tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase
atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan Bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk
menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut (Riyadi, 2006) .
Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca
publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu CAR, Aktiva Produktif yaitu
Aktiva Produktif Bermasalah, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif dan
Pemenuhan PPAP; rasio rentabilitas yaitu ROA, Return On Equity (ROE), Net
termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan
LDR.
Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan
Modal (Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang dimiliki
bank pada periode tertentu. ROA menunjukkan perbandingan antara laba
(sebelum pajak) dengan total aset Bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi
pengelolaan aset yang dilakukan oleh Bank yang bersangkutan. CAR yaitu rasio
kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, untuk saat
ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR),
atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada
kondisi bank yang bersangkutan, CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini,
mengacu pada ketentuan / standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking
for International Settlement (BIS).
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan
Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik
tingkat kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam
menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006).
2.2.1. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas
perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan (Dendawijaya, 2000). ROA adalah rasio yang digunakan
mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. (Mamduh dan
Halim : 2009)
ROA merupakan perkalian antara Net Profit Margin dengan perputaran
aktiva. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap
penjualan yang diciptakan oleh perusahaan. Sedangkan perputaran aktiva
menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari
aktiva yang dimilikinya. Apabila kedua faktor itu meningkat maka ROA juga
akan meningkat. Apabila ROA meningkat maka profitabilitas perusahaan
meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang
dinikmati oleh pemegang saham.
2.2.2. Kecukupan Modal (CAR)
Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang
diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu Bank. Jika Bank tersebut sudah
beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional
maka permodalan Bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara
internasional, yang ditentukan oleh Banking for International Sattlements (BIS),
yaitu CAR adalah 8% (Riyadi : 2006).
CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari dana modal sendiri Bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar Bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan
lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja Bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki Bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2000)
2.3 Laporan Kuangan
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan standar
akuntansi keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
(2007) dalam PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan bank
terdiri atas:
a) Neraca
Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan
karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.
b) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan
beban, serta membedakan antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang
berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.
c) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
d) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aset bersih
atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
e) Catatan atas Laporan Keuangan
2.3.1 Efisiensi operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik
kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir
oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. (Riyadi, 2006).
Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya Bank yang
kurang sehat (termasuk BBO dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1
(Muljono, 1996). Hal tersebut dikarenakan biaya operasi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokok (seperti
biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).
Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan
pendapatan operasi lainnya.
2.3.2. Loan To Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan Total
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga
yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan
oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%
LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan Bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata
lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2000).
2.4. Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Laporan Pengawasan Perbankan (Bank Indonesia, 2011:75)
dalam rangka menyempurnakan sistem pengawasan, metode penilaian tingkat
kesehatan (TKS) bank mengalami perubahan dari CAMELS Rating menjadi
format yang lebih terintegrasi yaitu Risk Based Bank Rating (RBBR). Hal ini
perkembangan standar internasional dan menghilangkan potensi duplikasi dalam
penilaian TKS. Seiring dengan perubahan tersebut, terhitung mulai posisi
Desember 2011 penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan metode RBBR pada
kondisi normal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. Penilaian RBBR
didasarkan pada 4 (empat) faktor yaitu Profil Risiko, Good Corporate Governance
(GCG), Rentabilitas dan Permodalan. Sementara itu, dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas dalam penerapan metode RBBR tersebut, telah dilakukan
pelatihan dan sosialisasi internal secara intensif kepada pengawas bank baik di
kantor pusat (KPBI) maupun di Kantor Bank Indonesia (KBI).
Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
mewajibkan bank untuk menyampaikan hasil penilaian (self assessment) tingkat
kesehatan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode penilaian. Self assessment
yang dilakukan bank tersebut selanjutnya digunakan Bank Indonesia sebagai
bahan pertimbangan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Tindak lanjut
pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia terkait dengan penilaian TKS adalah
meminta manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan
melaporkannya secara berkala yang akan dipertimbangkan dalam menilai tingkat
kesehatan dan tindakan pengawasan selanjutnya.
Komponen pertama RBBR adalah Profil Risiko yang menggambarkan
eksposur risiko yang dihadapi banksebagai konsekuensi dari kinerja dan/atau
strategi bisnis bank. Berdasarkan hasil pengawasan, jenis risiko yang menonjol
dalam industri perbankan nasional adalah risiko kredit dan operasional. Hal ini
mengandalkan penyaluran kredit. Dari sisi risiko kredit, hal-hal yang masih perlu
ditingkatkan pada beberapa bank antara lain adalah penyempurnaan kebijakan dan
internal control bank. Sementara itu, untuk risiko operasional perlu ditingkatkan
kuantitas dan kualitas SDM serta infrastruktur teknologi. Tindak lanjut
pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah dengan meminta
manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan melaporkannya secara
berkala yang selanjutnya akan dipertimbangkan dalam menilai profil risiko dan
tindakan pengawasan selanjutnya.
Penilaian GCG yang merupakan komponen kedua RBBR, didasarkan pada
3 (tiga) aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process dan
Governance Outcomes. Governance Structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas
komite.
Governance Process mencakup penerapan fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern,
penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan
dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank.
Governance Outcomes mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. Penerapan GCG
yang memadai sangat diperlukan dalam pengelolaan perbankan mengingat SDM
yang menjalankan bisnis perbankan merupakan faktor kunci yang harus memiliki
integritas dan kompetensi yang baik. Berdasarkan hasil pengawasan, salah satu
pengawasan yang dilakukan antara lain melalui fit and proper test terhadap
pengurus bank yang dinilai memperlemah aspek governance process serta
meminta bank melakukan langkah perbaikan terhadap pelaksanaan GCG secara
keseluruhan. Terkait dengan komponen rentabilitas, pada akhir tahun 2011 secara
umum bank umum konvensional memiliki kemampuan menghasilkan laba
(rentabilitas) yang dinilai Memadai. Hal itu mencerminkan bahwa laba yang
diperoleh umumnya melebihi target dan mendukung permodalan bank. Tindakan
pengawasan yang dilakukan antara lain meminta bank agar meningkatkan
kemampuan menghasilkan laba seperti melalui peningkatan efisiensi dan volume
usaha dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sementara itu dari sisi
komponen Permodalan, secara umum juga dinilai Memadai. Bagi bank yang
dinilai masih perlu meningkatkan modal untuk mendukung kegiatan usaha, Bank
Indonesia antara lain meminta agar pemegang saham bank menambah modal,
mencari investor baru dan/atau mengurangi proporsi pembagian dividen kepada
pemegang saham.
2.4.1. Faktor-Faktor Penilaian Kesehatan Bank
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang sistem
Penilaian tingkat kesehatan bank maka bank wajib memelihara dan/atau
meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Bank wajib
melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko
wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank
paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember. Bank
wajib melakukan pengkinian self assesment Tingkat Kesehatan Bank
sewaktu-waktu apabila diperlukan. BI melakukan penilaian Tingkat Kesehatan bank
setiapsemester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember serta melakukan
pengkinian sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan pengkinian berdasarkan hasil
pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan Bank, dan/atau informasi lain.
Dalam rangka pengawasan Bank, apabila terdapat perbedaan hasil penilaian
Tingkat Kesehatan bank yang dilakukan oleh BI dengan hasil self assesment
penilaian Tingkat Kesehatan Bank maka yang berlaku adalah hasil penilaian
Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI. Faktor-faktor penilaian Tingkat
Kesehatan Bank meliputi:
a. Profil risiko (risk profile)
b. Good Corporate Governance (GCG); c. Rentabilitas (earnings); dan
d. Permodalan (capital)
Peringkat Komposit (PK) Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan berdasarkan
analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor
dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor, serta
mempertimbangkan kemampuan Bank dalam menghadapi perubahan kondisi
2.4.2 Risk-Based Bank Rating
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011, metode
penilaian kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank
rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Asset,
Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Metode RBBR menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat
Edaran BI No 13/24/DPNP adalah sebagai berikut:
1. Risk Profile (Profil Risiko)
Risk Profile (profil risiko) menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat
memungkinkan akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risko
yang diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan metode
Risk-Based Bank Rating dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DNPN pada tanggal 25 Oktober 2013 terdiri dari :
a. Risiko Kredit
b. Risiko Pasar
c. Risiko Operasional
d. Risiko Likuiditas
e. Risiko Hukum
f. Risiko Stratejik
g. Risiko Kepatuhan
2. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RBBR didasarkan ke dalam
tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan
governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank (2012:36) :
“governance stucture mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas
komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan
benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan
manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada
pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir
govenance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip Transparancy, Accountability,
Responsibility, Indepedency, dan Fairness (TARIF)” 3. Earning (Rentabilitas)
Penilaian faktor rentabilitas bank dapat menggunakan parameter
diantaranya sebagai berikut :
a) ROA (Return on Asset).
Laba sebelum pajak
ROA = x 100 %
Tabel 2.1.
Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA
No Rasio ROA Predikat
1. 2 % < ROA Sangat Sehat
2. 1,25 % < ROA ≤ 2 % Sehat
3. 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % Cukup Sehat
4. 0 % < ROA ≤ 0,5 % Kurang Sehat
5. ROA ≤ 0 % (atau negatif) Tidak Sehat
(Taswan, 2010:165)
b) NIM (Net Interest Margin)
Rasio net interest (NIM) dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan bunga bersih
NIM = x 100 % Rata-rata akses producedural
Tabel 2.2
Predikat kesehatan bank berdasarkan NIM
No. Rasio NIM Predikat
1. 3 % < NIM Sangat Sehat
2. 2 % < NIM ≤ 3% Sehat
3. 1,5 % < NIM ≤ 2 % Cukup Sehat
4. 1 % < NIM ≤ 1,5 % Kurang Sehat
5. NIM < 1 % (atau negatif) Tidak Sehat
4. Capital (Modal)
Modal yang terdapat pada bank terdiri dari dua jenis modal menurut
Arthesa (2006:144-146) yakni :
a) Modal Inti
b) Modal Pelengkap
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan SE BI No
26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR
diukur dari dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) sebesar 8% dari ATMR.
Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank umum dapat
dirumuskan sebagai berikut
MODAL
CAR = x 100 %
ATMR
Tabel 2.3.
Predikat kesehatan bank untuk faktor CAR
No. Rasio CAR Predikat
1. 12 % < CAR Sangat Sehat
2. 9 % < CAR ≤ 12% Sehat
3. 8 % < CAR ≤ 9 % Cukup Sehat
5. CAR < 6 % Tidak Sehat
(Taswan, 2010:540)
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4.
Review Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
1 Hening Asih
Widyaningrum (2012) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating
Penilaian Net Interest Margin menunjukkan
keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10% sehingga masuk ke dalam bank sehat.
2 Yudarsi Eka Fitri (2011)
Analisis Tingkat Kesehatan Bank engan Sistem Risk Base Bank Rating (RBBR): Aplikasinya pada PT Bank
Bengkulu komposit. Nilai
komposit pada angka 1.58 berada pada kategori “sehat”, sesuai dengan standar Bank
Indonesia. Peringkat “sehat” untuk kesehatan Bank Bengkulu pada tahun 2011 tersebut
sudah disetujui oleh Bank Indonesia perwakilan
Bengkulu.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Hening Asih Widyaningrum (2012) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012). Hasil penelitian yang
diperoleh dari Return On Asset menunjukkan masih terdapat bank yang tidak
sehat dengan nilai Return On Asset di bawah 1,25%. Penilaian Net Interest
Margin menunjukkan keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio
Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10%
sehingga masuk ke dalam bank sehat.
Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas maka dirumuskan
kerangka komseptual mengenai Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode Risk-Based Bank Ratting (RBBR), seperti terlihat pada
gambar berikut: