• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode risk-Based Bank Ratting (RBBR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode risk-Based Bank Ratting (RBBR)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi

masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu Bank juga dikenal sebagai

tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam

bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,

uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang

”Perbankan” menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

Hasibuan (2007:36) menambahkan bahwa pengertian bank umum adalah

bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dimana dalam

pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah. Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia, bank

(2)

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak.

Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau

mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan

giro, tabungan, dan deposito. Strategi Bank dalam menghimpun dana adalah

dengan memberikan balas jasa yang menarik dan menguntungkan.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa bank

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. (Kasmir, 2008: 25).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya tugas pokok Bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah

membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas

nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas

kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Siamat, 2005:56) :

a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam

kegiatan ekonomi.

b. Menciptakan uang.

c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.

(3)

2.1.3. Jenis-jenis Bank

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara

lain (Kasmir,2002:1) :

1. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok perbankan nomor 14 tahun 1967, jenis

perbankan menurut fungsinya terdiri dari :

a. Bank Umum

b. Bank Pembangunan

c. Bank Tabungan

d. Bank Pasar

e. Bank Desa

f. Lumbung Desa

g. Bank Pegawai

h. Dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 maka

jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank umum : adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : adalah bank yang melaksanakan

(4)

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran.

2. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki

bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham

yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan

tersebut adalah:

a. Bank milik Pemerintah: dimana baik akte pendirian maupun modalnya

dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini

dimiliki oleh pemerintah pula.

b. Bank milik Swasta Nasional : Bank jenis ini seluruh atau sebagian

besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun

didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk

keuntungan swasta pula.

c. Bank milik Koperasi : Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki

oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

d. Bank milik Asing : Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang

ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing.

Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.

e. Bank milik campuran : Kepemilikan saham bank campuran dimiliki

oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya

(5)

3. Dilihat dari segi status

a. Bank devisa : Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke

luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara

keseluruhan.

b. Bank non devisa : Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang

dilakukan masih dalam batas-batas Negara.

4. Dilihat dari segi cara menentukan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan

hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana

atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

5. Dilihat dari fungsi dan tujuan usahanya

a. Bank Central :adalah bank yang bertindak sebagai bankers bank

pimpinan penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan semua

jenis bank yang ada.

b. Bank Umum : adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi

yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan

dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya

terutama memberikan kredit jangka pendek.

c. Bank Tabungan : adalah bank milik negara, swasta maupun koperasi

(6)

dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbanyak

dana dengan kertas berharga.

d. Bank Pembangunan : adalah bank milik negara, swasta maupun

koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima

simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan kertas berharga

jangka menengah dan panjang. Sedangkan usahanya terutama

memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang

pembangunan.

2.2. Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan

Bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan

tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase

atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan Bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk

menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut (Riyadi, 2006) .

Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca

publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu CAR, Aktiva Produktif yaitu

Aktiva Produktif Bermasalah, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif dan

Pemenuhan PPAP; rasio rentabilitas yaitu ROA, Return On Equity (ROE), Net

(7)

termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan

LDR.

Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan

Modal (Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang dimiliki

bank pada periode tertentu. ROA menunjukkan perbandingan antara laba

(sebelum pajak) dengan total aset Bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi

pengelolaan aset yang dilakukan oleh Bank yang bersangkutan. CAR yaitu rasio

kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, untuk saat

ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR),

atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada

kondisi bank yang bersangkutan, CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini,

mengacu pada ketentuan / standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking

for International Settlement (BIS).

BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik

tingkat kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006).

2.2.1. Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas

perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal

(8)

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan (Dendawijaya, 2000). ROA adalah rasio yang digunakan

mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif

dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. (Mamduh dan

Halim : 2009)

ROA merupakan perkalian antara Net Profit Margin dengan perputaran

aktiva. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap

penjualan yang diciptakan oleh perusahaan. Sedangkan perputaran aktiva

menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari

aktiva yang dimilikinya. Apabila kedua faktor itu meningkat maka ROA juga

akan meningkat. Apabila ROA meningkat maka profitabilitas perusahaan

meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang

dinikmati oleh pemegang saham.

2.2.2. Kecukupan Modal (CAR)

Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang

diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu Bank. Jika Bank tersebut sudah

beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

(9)

berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional

maka permodalan Bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara

internasional, yang ditentukan oleh Banking for International Sattlements (BIS),

yaitu CAR adalah 8% (Riyadi : 2006).

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

ikut dibiayai dari dana modal sendiri Bank disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber diluar Bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan

lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja Bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki Bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2000)

2.3 Laporan Kuangan

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan standar

akuntansi keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai

cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

(10)

(2007) dalam PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan bank

terdiri atas:

a) Neraca

Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan

karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.

b) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan

beban, serta membedakan antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang

berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.

c) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan

diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

d) Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aset bersih

atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip

pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan

keuangan.

e) Catatan atas Laporan Keuangan

(11)

2.3.1 Efisiensi operasional (BOPO)

BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik

kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir

oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan

ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. (Riyadi, 2006).

Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya Bank yang

kurang sehat (termasuk BBO dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1

(Muljono, 1996). Hal tersebut dikarenakan biaya operasi merupakan biaya yang

dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokok (seperti

biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).

Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu

pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan

pendapatan operasi lainnya.

2.3.2. Loan To Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan Total

(12)

menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga

yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan

oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%

LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan Bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata

lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi

kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik

kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar

(Dendawijaya, 2000).

2.4. Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Laporan Pengawasan Perbankan (Bank Indonesia, 2011:75)

dalam rangka menyempurnakan sistem pengawasan, metode penilaian tingkat

kesehatan (TKS) bank mengalami perubahan dari CAMELS Rating menjadi

format yang lebih terintegrasi yaitu Risk Based Bank Rating (RBBR). Hal ini

(13)

perkembangan standar internasional dan menghilangkan potensi duplikasi dalam

penilaian TKS. Seiring dengan perubahan tersebut, terhitung mulai posisi

Desember 2011 penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan metode RBBR pada

kondisi normal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. Penilaian RBBR

didasarkan pada 4 (empat) faktor yaitu Profil Risiko, Good Corporate Governance

(GCG), Rentabilitas dan Permodalan. Sementara itu, dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas dalam penerapan metode RBBR tersebut, telah dilakukan

pelatihan dan sosialisasi internal secara intensif kepada pengawas bank baik di

kantor pusat (KPBI) maupun di Kantor Bank Indonesia (KBI).

Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia

mewajibkan bank untuk menyampaikan hasil penilaian (self assessment) tingkat

kesehatan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode penilaian. Self assessment

yang dilakukan bank tersebut selanjutnya digunakan Bank Indonesia sebagai

bahan pertimbangan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Tindak lanjut

pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia terkait dengan penilaian TKS adalah

meminta manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan

melaporkannya secara berkala yang akan dipertimbangkan dalam menilai tingkat

kesehatan dan tindakan pengawasan selanjutnya.

Komponen pertama RBBR adalah Profil Risiko yang menggambarkan

eksposur risiko yang dihadapi banksebagai konsekuensi dari kinerja dan/atau

strategi bisnis bank. Berdasarkan hasil pengawasan, jenis risiko yang menonjol

dalam industri perbankan nasional adalah risiko kredit dan operasional. Hal ini

(14)

mengandalkan penyaluran kredit. Dari sisi risiko kredit, hal-hal yang masih perlu

ditingkatkan pada beberapa bank antara lain adalah penyempurnaan kebijakan dan

internal control bank. Sementara itu, untuk risiko operasional perlu ditingkatkan

kuantitas dan kualitas SDM serta infrastruktur teknologi. Tindak lanjut

pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah dengan meminta

manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan melaporkannya secara

berkala yang selanjutnya akan dipertimbangkan dalam menilai profil risiko dan

tindakan pengawasan selanjutnya.

Penilaian GCG yang merupakan komponen kedua RBBR, didasarkan pada

3 (tiga) aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process dan

Governance Outcomes. Governance Structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas

komite.

Governance Process mencakup penerapan fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern,

penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan

dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank.

Governance Outcomes mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. Penerapan GCG

yang memadai sangat diperlukan dalam pengelolaan perbankan mengingat SDM

yang menjalankan bisnis perbankan merupakan faktor kunci yang harus memiliki

integritas dan kompetensi yang baik. Berdasarkan hasil pengawasan, salah satu

(15)

pengawasan yang dilakukan antara lain melalui fit and proper test terhadap

pengurus bank yang dinilai memperlemah aspek governance process serta

meminta bank melakukan langkah perbaikan terhadap pelaksanaan GCG secara

keseluruhan. Terkait dengan komponen rentabilitas, pada akhir tahun 2011 secara

umum bank umum konvensional memiliki kemampuan menghasilkan laba

(rentabilitas) yang dinilai Memadai. Hal itu mencerminkan bahwa laba yang

diperoleh umumnya melebihi target dan mendukung permodalan bank. Tindakan

pengawasan yang dilakukan antara lain meminta bank agar meningkatkan

kemampuan menghasilkan laba seperti melalui peningkatan efisiensi dan volume

usaha dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sementara itu dari sisi

komponen Permodalan, secara umum juga dinilai Memadai. Bagi bank yang

dinilai masih perlu meningkatkan modal untuk mendukung kegiatan usaha, Bank

Indonesia antara lain meminta agar pemegang saham bank menambah modal,

mencari investor baru dan/atau mengurangi proporsi pembagian dividen kepada

pemegang saham.

2.4.1. Faktor-Faktor Penilaian Kesehatan Bank

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang sistem

Penilaian tingkat kesehatan bank maka bank wajib memelihara dan/atau

meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian

dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Bank wajib

melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko

(16)

wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank

paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember. Bank

wajib melakukan pengkinian self assesment Tingkat Kesehatan Bank

sewaktu-waktu apabila diperlukan. BI melakukan penilaian Tingkat Kesehatan bank

setiapsemester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember serta melakukan

pengkinian sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan pengkinian berdasarkan hasil

pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan Bank, dan/atau informasi lain.

Dalam rangka pengawasan Bank, apabila terdapat perbedaan hasil penilaian

Tingkat Kesehatan bank yang dilakukan oleh BI dengan hasil self assesment

penilaian Tingkat Kesehatan Bank maka yang berlaku adalah hasil penilaian

Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI. Faktor-faktor penilaian Tingkat

Kesehatan Bank meliputi:

a. Profil risiko (risk profile)

b. Good Corporate Governance (GCG); c. Rentabilitas (earnings); dan

d. Permodalan (capital)

Peringkat Komposit (PK) Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan berdasarkan

analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor

dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor, serta

mempertimbangkan kemampuan Bank dalam menghadapi perubahan kondisi

(17)

2.4.2 Risk-Based Bank Rating

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011, metode

penilaian kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank

rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Asset,

Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Metode RBBR menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat

Edaran BI No 13/24/DPNP adalah sebagai berikut:

1. Risk Profile (Profil Risiko)

Risk Profile (profil risiko) menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat

memungkinkan akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risko

yang diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan metode

Risk-Based Bank Rating dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DNPN pada tanggal 25 Oktober 2013 terdiri dari :

a. Risiko Kredit

b. Risiko Pasar

c. Risiko Operasional

d. Risiko Likuiditas

e. Risiko Hukum

f. Risiko Stratejik

g. Risiko Kepatuhan

(18)

2. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RBBR didasarkan ke dalam

tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan

governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank (2012:36) :

“governance stucture mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas

komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan

benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan

manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada

pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir

govenance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip Transparancy, Accountability,

Responsibility, Indepedency, dan Fairness (TARIF)” 3. Earning (Rentabilitas)

Penilaian faktor rentabilitas bank dapat menggunakan parameter

diantaranya sebagai berikut :

a) ROA (Return on Asset).

Laba sebelum pajak

ROA = x 100 %

(19)

Tabel 2.1.

Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA

No Rasio ROA Predikat

1. 2 % < ROA Sangat Sehat

2. 1,25 % < ROA ≤ 2 % Sehat

3. 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % Cukup Sehat

4. 0 % < ROA ≤ 0,5 % Kurang Sehat

5. ROA ≤ 0 % (atau negatif) Tidak Sehat

(Taswan, 2010:165)

b) NIM (Net Interest Margin)

Rasio net interest (NIM) dirumuskan sebagai berikut :

Pendapatan bunga bersih

NIM = x 100 % Rata-rata akses producedural

Tabel 2.2

Predikat kesehatan bank berdasarkan NIM

No. Rasio NIM Predikat

1. 3 % < NIM Sangat Sehat

2. 2 % < NIM ≤ 3% Sehat

3. 1,5 % < NIM ≤ 2 % Cukup Sehat

4. 1 % < NIM ≤ 1,5 % Kurang Sehat

5. NIM < 1 % (atau negatif) Tidak Sehat

(20)

4. Capital (Modal)

Modal yang terdapat pada bank terdiri dari dua jenis modal menurut

Arthesa (2006:144-146) yakni :

a) Modal Inti

b) Modal Pelengkap

Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan SE BI No

26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR

diukur dari dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR) sebesar 8% dari ATMR.

Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank umum dapat

dirumuskan sebagai berikut

MODAL

CAR = x 100 %

ATMR

Tabel 2.3.

Predikat kesehatan bank untuk faktor CAR

No. Rasio CAR Predikat

1. 12 % < CAR Sangat Sehat

2. 9 % < CAR ≤ 12% Sehat

3. 8 % < CAR ≤ 9 % Cukup Sehat

(21)

5. CAR < 6 % Tidak Sehat

(Taswan, 2010:540)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4.

Review Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Hening Asih

Widyaningrum (2012) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating

Penilaian Net Interest Margin menunjukkan

keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10% sehingga masuk ke dalam bank sehat.

2 Yudarsi Eka Fitri (2011)

Analisis Tingkat Kesehatan Bank engan Sistem Risk Base Bank Rating (RBBR): Aplikasinya pada PT Bank

(22)

Bengkulu komposit. Nilai

komposit pada angka 1.58 berada pada kategori “sehat”, sesuai dengan standar Bank

Indonesia. Peringkat “sehat” untuk kesehatan Bank Bengkulu pada tahun 2011 tersebut

sudah disetujui oleh Bank Indonesia perwakilan

Bengkulu.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Hening Asih Widyaningrum (2012) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012). Hasil penelitian yang

diperoleh dari Return On Asset menunjukkan masih terdapat bank yang tidak

sehat dengan nilai Return On Asset di bawah 1,25%. Penilaian Net Interest

Margin menunjukkan keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio

Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10%

sehingga masuk ke dalam bank sehat.

(23)

Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas maka dirumuskan

kerangka komseptual mengenai Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Menggunakan Metode Risk-Based Bank Ratting (RBBR), seperti terlihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Gambar

Tabel 2.2 Predikat kesehatan bank berdasarkan NIM
Tabel 2.3. Predikat kesehatan bank untuk faktor CAR
Tabel 2.4.  Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Kemasan adalah elemen penting dalam suatu merek dagang, terutama perusahaan clothing, yang setiap produknya diwajibkan memiliki kemasan yang unik, kreatif, serta

Sehubungan dengan rangkaian seleksi perekrutan pegawai non pegawai negeri sipil Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dengan

When animals received three rather than one conditioning trial, significant FLI was seen not only in the iNTS but also in the parabrachial nucleus (PBN), and the central nucleus of

When HS014 was microinjected bilaterally into the nu- cleus accumbens, no significant effects on food intake was seen: time and treatment interaction F(9,66) 5 0.78, NS (Fig.

Sumber data mengenai strategi untuk pembelajaran ekstrakurikuler musik angklung di TK-TPA dan Kelompok Bermain Ananda Ceria Yogyakarta diperoleh dari hasil observasi,

Tiada bahagian daripada terbitan ini boleh diterbitkan semula dalam apa-apa bentuk, kecuali petikan ringkas dalam. kajian, tanpa kebenaran bertulis daripada penulis

• Network mapping: This category contains tools that can be used to check the live host, fingerprint operating system, application used by the target, and also do portscanning.. •

analisis maupun pembuktiannya dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak), dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar