• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB V"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Program pembangunan wilayah pedesaan yang berlangsung di Dusun Indrakila, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang telah memperlihatkan bahwa pembangunan wilayah pedesaan akan memperoleh hasil yang menggembirakan apabila pada prosesnya dilakukan optimalisasi peran dan pengetahuan dari masyarakat setempat.

Sebagai sebuah proses, pembangunan kawasan pedesaan pada intinya bermaksud untuk menciptakan masyarakat desa yang memiliki kemampuan membangun dan meningkatkan perekonomiannya secara mandiri. Kondisi ini dapat dicapai apabila secara penuh masyarakat memiliki keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya dalam mengembangkan perekonomian, memiliki keinginan kuat untuk melaksanakan setiap tahapan pembangunan yang telah dipelajarinya dan secara bersama-sama memiliki kesadaran untuk terus menjaga dan melakukan evaluasi terhadap jalannya proses pembangunan tersebut.

Untuk dapat mewujudkan sebuah proses pembangunan kawasan pedesaan yang dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat, maka dukungan dari pihak lain yang memiliki akses yang lebih baik dari masyarakat merupakan suatu keharusan. Pemerintah desa maupun pemerintah pada tingkat yang lebih tinggi merupakan pihak yang memiliki akses terhadap ketersediaan fasilitas, utilitas dan informasi yang dibutuhkan untuk mempermudah masyarakat melaksanakan aktivitas pembangunan.

(2)

Pihak-pihak tersebut merupakan pendamping masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, dimana sebagai pendamping maka campur tangan secara langsung merupakan hal yang seharusnya tidak dilakukan, agar meminimalisasi ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan dari pihak-pihak tersebut.

Pembangunan kawasan pedesaan di Dusun Indrakila melibatkan Pemerintah Desa Lerep dan Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut. Pada prakteknya, Pemerintah memainkan peran sebagai pembantu, dalam artian pemberian bantuan ataupun dukungan dalam bentuk lain akan dilaksanakan manakala masyarakat desa secara mandiri telah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang penting bagi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.

Pihak lain yang dibutuhkan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan kawasan pedesaan adalah para ahli yang dengan berbagai pengetahuan dan pengalamannya tentang pembangunan kawasan pedesaan dapat menjadi sumber ilmu dan tempat bertanya mengenai proses pembangunan yang dilakukan masyarakat. Lembaga Swadaya Masayarakat (LSM) Bintari merupakan pihak ketiga yang menjadi pendamping pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Dusun Indrakila. Fungsi keberadaannya untuk membagikan berbagai pengalaman tentang pembangunan kawasan pedesaan yang memiliki kemiripan dengan kondisi di Dusun Indrakila yang kemudian oleh masyarakat dijadikan sebagai alat pembanding sekaligus standar pelaksanaan pembangunan.

(3)

Pada tahap pelaksanaan, masyarakat dengan bimbingan dari LSM Bintari melakukan berbagai pembangunan fisik, rapat koordinasi serta berbagai aktivitas lain yang merupakan kesepakatan bersama masyarakat Dusun Indrakila. LSM bersifat memberikan bimbingan yang hanya akan membagikan pengalamannya pada saat masyarakat memerlukan pengalaman dari LSM tersebut. Demikian juga dengan Pemerintah yang memfasilitasi penyediaan berbagai kebutuhan pengembangan aktivitas perekonomian, berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan oleh masyarakat.

Proses pengawasan pelaksanaan pembangunan dan evaluasi hasil dari setiap tahap pelaksanaan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat Dusun Indrakila dengan mendapatkan bimbingan dari LSM maupun dari pemerintah. Setiap penyimpulan terhadap kondisi pelaksanaan pembangunan dan identifikasi solusi dari setiap masalah dilakukan sendiri oleh masyarakat. Dalam hal ini Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, sementara LSM berperan sebagai pendamping yang membagikan pengetahuan dan pengalaman.

Setiap proses pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan di Dusun Indrakila dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat, sehingga tujuan utama pembangunan yaitu untuk dapat menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat dapat terwujud. Kearifan lokal juga menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan di Dusun Indrakila, karena sebagai masyarakat yang memegang teguh kearifan lokal, maka pelaksanaan pembangunan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari juga akan berpijak pada kearifan lokal tersebut.

(4)

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembangunan kawasan pedesaan berbasis kearifan lokal “Tunggu Gunung Kudu Wareg” telah berhasil mewujudkan cita-cita

pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekaligus membentuk kemandirian ekonomi masyarakat. Keberhasilan lain yang didapat adalah tingkat pelestarian alam yang meningkat secara signifikan sebagai dampak dari perkembangan ativitas budidaya perekonomian masyarakat yang meningkat pesat. Peningkatan kondisi perekonomian masyarakat dan pelestarian alam yang terus mengalami peningkatan menunjukkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan berbasis kearifan lokal TGKW di Desa Lerep telah berhasil menciptakan sebuah konsep pembangunan berkelanjutan dimana pada pelaksanaannya telah dapat dicapai peningkatan perekonomian (ekonomi/ economy), pelestarian alam (lingkungan/ environment) serta kehidupan sosial masyarakat yang harmonis dan sehat (sosial/ social).

2. Faktor kunci dari keberhasilan pembangunan kawasan pedesaan di Dusun Indrakila terletak pada penerapan konsep kearifan lokal sebagai dasar dari pelaksanaan pembangunan. Faktor pendukung lainnya adalah partisipasi dari pemerintah sebagai fasilitator dan partisipasi tenaga ahli sebagai pendamping, dimana kedua pihak tersebut memiliki peranan yang sama besarnya dalam mengupayakan kemandirian masyarakat untuk melaksanakan pembangunan di kawasan pedesaan tempat tinggalnya.

(5)

4. Keberadaan pemerintah dengan semua akses terhadap ketersediaan sarana prasarana penunjang aktivitas perekonomian, serta keberadaan LSM pendamping dengan semua pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat Dusun Indrakila juga merupakan faktor penentu lain dalam keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut.

5. Keberhasilan peningkatan perekonomian masyarakat sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan pada akhirnya memicu keberhasilan pelestarian lingkungan di wilayah Dusun Indrakila yang sebelum pelaksanaan program tersebut telah mengalami pengrusakan yang berlangsung secara terus menerus. Dengan demikian pembangunan kawasan pedesaan yang berangkat dari kesadaran masyarakat yang berpegang teguh pada kearifan lokal masyarakatnya, dukungan akses pemerintah serta bimbingan dari para ahli yang berpengalaman akan membuat pembangunan kawasan pedesaan berhasil meningkatkan ekonomi dari masyarakat Dusun Indrakila yang kemudian membuat tujuan pelestarian lingkungan juga terwujud dengan sendirinya.

Implikasi Kebijakan

Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan di Dusun Indrakila yang merupakan tema penelitian ini memiliki implikasi kebijakan sebagai berikut :

(6)

sukarela melaksanakan program tersebut dengan bersungguh-sungguh.

2. Pemetaan potensi dan permasalahan pembangunan kawasan pedesaan harus melibatkan masyarakat secara aktif, karena pengetahuan spesifik atas setiap kondisi yang terkait dengan pengembangan perekonomian mereka hanya akan dapat teridentifikasi dengan tepat, apabila dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Keberadaan para ahli sebagai pembimbing merupakan keharusan, namun para ahli tersebut tidak diperbolehkan untuk melakukan identifikasi atau bahkan melakukan penyimpulan. Para ahli hanya diperkenankan untuk membagi pengalaman mereka tentang proses identifikasi, hal-hal yang harus diperhatikan dan cara menyimpulkan dimana semua pengalaman yang dibagikan akan menjadi pembelajaran masyarakat untuk dilaksanakan secara mandiri.

3. Seluruh pelaksanaan pembangunan dan pengembangan aktivitas perekonomian dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Seluruh proses mendapatkan bimbingan dari para ahli berupa berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta mendapat dukungan penyediaan sarana prasarana penunjang oleh pemerintah. Kedua pihak tersebut diharuskan untuk menunggu selesainya penyusunan rencana kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, kemudian memberikan dukungannya setelah rencana benar-benar selesai disusun oleh masyarakat.

4. Sebagai penyelenggaran urusan pemerintahan dan pembangunan di kawasan pedesaan, Pemerintah Desa harus memberikan dukungannya dalam bentuk kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

(7)

Implikasi Teoritis

Penelitian terkait dengan pembangunan kawasan pedesaan selalu dikaitkan dengan penerapan kearifan lokal yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Penelitian ini melakukan hal yang sama dimana konsep kearifan lokal merupakan faktor yang dijadikan sebagai bahan acuan dalam menilai kondisi perkembangan pelaksanaan pembangunan di Dusun Indrakila. Pada akhirnya, dengan memperhatikan keterkaitan dari penerapan kearifan lokal dan pelaksanaan pembangunan, penelitian ini dapat menggambarkan sebab-sebab keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat di Dusun Indrakila, sehingga sangat disarankan pada penelitian selanjutnya kearifan lokal juga menjadi kajian utama dalam pembahasan pemberdayaan masyarakat khususnya di kawasan pedesaan.

Mengacu pada pendapat Thiam (2003) yang menyatakan bahwa kearifan lokal sebagai kesepakatan bersama yang diyakini dan dilaksanakan oleh masyarakat secara teguh, maka membangun kawasan pedesaan dengan basis kearifan lokal akan menjadikan pembangunan tersebut sebagai kesepakatan seluruh anggota masyarakat yang kemudian akan ditindaklanjuti secara sukarela oleh seluruh anggota masyarakat. Witoelar (2007: 43) menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan model pemecahan masalah yang berdasar atas pengalaman masa lalu masyarakat, sehingga melaksanakan pembangunan berbasis kearifan lokal dapat membuat setiap tahapan pembangunan disebuah kawasan pedesaan berhasil memecahkan masalah-masalah tertentu yang dihadapi oleh masyarakat di desa tersebut, dimana model pemecahan masalah yang dilaksanakan akan selalu disepakati oleh seluruh anggota masyarakat serta dilaksanakan secara sukarela dan bersama-sama.

(8)

setiap tahap pembangunan yang berlangsung. Keterlibatan aktif masyarakat merupakan gambaran utama yang harus diperlihatkan dalam mengkaji pembangunan kawasan pedesaan utamanya pada kajian pengembangan aktivitas perekonomian, oleh karenanya peneliti menyarankan dalam penelitian-penelitian yang serupa, maka pengkajian terhadap kelibatan aktif masyarakat juga dilakukan.

Melibatkan masyarakat secara aktif berarti melakukan upaya pemberdayaan masyarakat, dimana tujuan utama dari upaya ini adalah untuk melebih mampukan individu, agar dapat berperan didalam kelompok masyarakat dan sebaliknya juga ditujukan untuk menemukenali peluang yang berkembang di lingkungan kelompok masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kehidupan individu dan kelompok masyarakat itu sendiri (Mardikanto dan Soebiato, 2013: 69). Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan merupakan modal utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembangunan dan juga menjamin keberhasilan pencapaian tujuan dari pembangunan itu sendiri.

(9)

pihak-pihak terkait dapat dilakukan dan peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya juga dilakukan pembahasan dan pengkajian tentang keterlibatan dari pihak-pihak yang mendukung masyarakat dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

70 Tahun 2012 dan Penyesuaian dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 , kepada Rekanan yang berkeberatan atas pengumuman ini diberikan kesempatan

Pada Hari ini Kamis Tanggal Empat Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Dua Belas, bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan setelah dilakukan Pembukaan

Keramika Indonesia Asosiasi,Tbk Tahun 2015 Lampiran 8 Laporan Laba Rugi PT.Keramika Indonesia Asosiasi,Tbk Tahun 2015 Lampiran 9 Perhitungan Elemen Perputaran Modal Kerja..

ditentukan karena itu mencerminkan sebuah kinerja perusahaan yang baik.. Karena keterlambatan dalam penyusunan laporan internal tersebutlah maka tak.. jarang

Kesialan PPM peladnd fisik basi pelarih ppl-p da pOpNAS pcndidikd Kepelalihm Oknmga di Dadah Isriheq Yog/akarta dapar dilindat lanjuti denge Untut nenp€mud.h dalm noingtattm

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’Analisis Faktor -faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Gadai Pada PT.. Pegadain Cabang

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

[r]