• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Hadis tentang Kebolehan dan Larangan Tertawa Perspektif Psikologi - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemahaman Hadis tentang Kebolehan dan Larangan Tertawa Perspektif Psikologi - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

141 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Kebolehan tertawa Rasulullah yakni dalam konteks dapat menimbulkan

kebahagiaan setiap orang yang ada disekelilingnya. Tertawa Rasulullah

bertujuan untuk memberikan solusi permasalahan. Konteks ini sesuai dengan

tertawa tataran yang pertama yakni tersenyum. Sedangkan Larangan tertawa

dalam konteks menimbulkan sikap meremehkan atau dikaitkan dengan

sejarah Nabi Muhammad saw yang sering dicaci dan diremehkan ketika

berdakwah. Tertawa dalam konteks larangan sesuai dengan tataran larangan

tertawa yakni tertawa dengan lepas kontrol.

2. Relasi antara hadis dengan psikologi adalah Hadis tentang tertawa

memberikan landasan normatif yang menjelaskan aturan tertawa berdasarkan

sudut pandang agama. Sedangkan psikologi bersifat implikatif yang secara

detail menjelaskan secara detail proses dan dampak tertawa secara ilmiah.

3. Adapun dampak dari tertawa dapat dikategorikan sebagai berikut: Pertama,

Dampak positif tertawa bagi fisik yakni mengatasi penyakit degeratif,

meningkatkan kekebalan tubuh, dan menurunkan hormon stress. Namun,

apabila tertawa yang secara berlebihan tidak cocok untuk pengidap sesak,

wasir, hernia, kehamilan dan tuberkolosis. Tertawa secara berlebihan akan

(2)

142

yakni menghilangkan stress, mengontrol emosi, dan mengusir energi negatif.

Namun apabila banyak tertawa membuat orang gampang sedih sebab kondisi

emosi tidak stabil.

4. Hikmah kebolehan dan larangan tertawa yakni menambah keimanan terhadap

Allah. Sebab segala sesuatu yang “banyak atau berlebihan” dibenci Allah.

Tertawa yang indah adalah tersenyum. Hal itu mengikuti tabi’at rasulullah dan

tentunya bernilai ibadah yang dibalas berupa pahala.

B.Saran

Akhlak tertawa adalah cerminan emosi positif Rasulullah. Pemaparan

tentang tertawa mengingatkan kepada pribadi peneliti dan orang-orang dari

berbagai kalangan. Peneliti menyarankan kepada:

1. Para Da’i agar tersenyum dalam berdakwah. Dalam suatu kondisi tertentu para

da’i silakan menyisipkan tertawa agar mad’u tidak kaku dalam menerima

pesan yang disampaikan. Namun, Tertawa kurang tepat apabila dalam durasi

panjang atau bahkan selama berdakwah selalu tertawa. Alangkah baiknya para

da’i memetakan materi dan waktu dimana sekiranya menyisipkan unsur

tertawa. Materi tertawapun yang disisipkan jangan sampai berkonten sara.

2. Para pengajar agar menyampaikan materi dengan metode humor yakni

menyampaikan materi dengan menyisipkan humor. Namun, pengajar sampai

materi tertawa bersifat melecehkan ataupun menghina syariat islam. Misalnya,

(3)

143

3. Pelaku media hiburan silakan membuat program yang menyajikan

lawakan-lawakan. Namun, lawakan yang ditunjukkan adalah lawakan yang

menyehatkan dan tidak bersifat Bullying, berkonten sara, ataupun melanggar

kode etik kepenyiaran. Biasanya kode etik inilah yang sering kali dilupakan

oleh media hiburan ataupun para komedian.

4. Umat manusia khususnya kaum muslim agar tertawa sesuai dengan contoh

Rasulullah. Akhlak tertawa adalah cerminan emosi positif Rasulullah. Tertawa

secara tulus dari hati dan tidak dibuat-buat. Keadaan sulit ataupun bahagia

diimbangi dengan tertawa. Sebab tertawa sesuai dengan porsinya akan

mendapatkan kebahagian lahir batin.

Poin paling utama dari sekian saran yakni marilah setiap insan dan

khususnya peneliti agar tertawa sesuai dengan perilaku Rasulullah yakni tertawa

tersenyum. Sebab tertawa tertawa yang bernilai ibadah adalah tertasenyum. Cara

yang sesuai dengan rasulullah yakni terseneyum dengan menarik bibir bagian

Referensi

Dokumen terkait

Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,

banyak orang berpendapat bahwa hidup di dunia tidak ada yang gratis, semua.. pasti

yang juga dimaknai dengan orang yang tidak punya apa-apa atau orang-orang. yang sangat butuh

makna orang yang butuh, sedangkan kata al-faqi>r menunjukkan makna.. orang yang sangat

Berimplikasi diantaranya yang positif :bisa dijadikan salah satu sarang mendekatkan antar madzhab,menambah kadar keimanan seseorang, dapat dijadikan sebagai solusi bagi sebagian

Dari diagram transmisi hadis di atas dapat diuraikan bahwa Muslim menyandarkan periwayatan haditsnya pada dua orang perawi sebelumnya yaitu Ahmad bin Yunus dan Aun bin

Jamaluddin Rahmat, Meraih Kebahagiaan , (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), Cet.. topik atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asba b al-wuru d dan

Habib bin Abi Tsabit telah menceritakan kepadaku Jamil telah mengabarkan kepada kami dan Mujahid dari Nafi’ bin ‘bdilharits berkata, Nabi SAW bersabda: kebahagiaan