• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file Penentuan Nilai Limit oleh Bank Kreditur Berdasarkan Penaksiran oleh Penaksir | Efendi | Kanun : Jurnal Ilmu Hukum 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file Penentuan Nilai Limit oleh Bank Kreditur Berdasarkan Penaksiran oleh Penaksir | Efendi | Kanun : Jurnal Ilmu Hukum 1 PB"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Kanun: Jurnal Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 23111. ISSN: 0854-5499 │e-ISSN: 2527-8482. PENENTUAN NILAI LIMIT OLEH BANK KREDITUR BERDASARKAN PENAKSIRAN

OLEH PENAKSIR

DETERMINING THE LIMIT VALUE BY THE SELLER BASED ON THE IMPLEMENTATION OF THE MINISTER OF FINANCE

Basri Efendi dan Chadijah Rizki Lestari

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1 Darussalam, Banda Aceh 23111

E-mail: basrieffendi@unsyiah.ac.id

Diterima: 19/02/2018; Revisi: 25/03/2018; Disetujui: 31/03/2018

DOI: https://doi.org/10.24815/kanun.v20i1.9934

ABSTRAK

Berdasarkan ketentuan Pasal 44 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (PMKN 27/2016) diketahui bahwa bank kreditur menetapkan nilai limit berdasarkan penilaian penilai atau penaksiran penaksir. Pasal 45 PMKN 27/2016 menentukan, penetapan nilai limit berdasarkan penilaian oleh penilai dilakukan apabila nilai limit objek hak tanggungan paling sedikit Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) atau apabila bank kreditur akan ikut sebagai peserta pada lelang tersebut. Terhadap nilai limit objek hak tanggungan yang nilai limitnya berada di bawah Rp. 1.000.000.000 nilai limit akan ditetapkan bank kreditur berdasarkan penaksiran penaksir. Penaksir ini merupakan pihak yang berasal dari pihak bank kreditur, yang melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan oleh bank kreditur, termasuk kurator untuk benda seni dan benda atik atau kuno. Penelitian menggunakan pendekatan yuridis normative bersifat eksplanatoris, yang akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Perlu dilakukan evaluasi dan deregulasi terkait penetapan nilai limit yang dilakukan berdasarkan penaksiran penaksir.

Kata Kunci: Nilai Limit, Penaksiran Penaksir, Bank Kreditur.

ABSTRACT

(2)

analyzed with qualitative approach. It is important to evaluate and deregulate the determination of the limit value based on the assessment of the estimator.

Key Words: Value Limit, Appraiser Assessment, Creditor Bank.

PENDAHULUAN

Sektor perbankan memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional.

Terlebih dengan tren pertumbuhan ekonomi di era modern saat ini menyebabkan tingkat konsumsi

masyarakat semakin tinggi, namun belum tentu setiap orang mampu memenuhinya dengan baik.

Sehingga sebagai salah satu badan usaha, bank memiliki posisi strategis dalam kegiatan

perekonomian. Selain sebagai alat dalam menetapkan kebijakan moneter, bank merupakan sumber

utama pembiayaan atau kredit bagi para pengusaha dan individu.1

Pembiayaan yang disalurkan bank kepada debitur haruslah didasarkan kepada persetujuan

atau kesepakatan para pihak (Pasal 1 angka (11) UU No. 10/1998 tentang Perubahan Atas UU No.

7/1992 tentang perbankan). Namun, kata “sepakat” bukanlah didasarkan atas rasa senang dan tidak

senang. Karena ada unsur risiko dalam penyaluran kredit. Semakin lama jangka waktu kredit

semakin tinggi pula tingkat risiko yang akan dihadapi.2 Untuk meminimalisir risiko yang mungkin

timbul, bank wajib menerapkan prinsip-prinsip perkreditan, antara lain meminta jaminan kredit

untuk memastikan piutangnya akan dikembalikan sebagaimana diperjanjikan.

Sebagai salah satu objek jaminan kredit, tanah merupakan salah satu yang paling disukai.

selain dirasa paling aman, nilai tanah tidak akan pernah turun bahkan akan semakin tinggi nilainya.3

Nantinya, apabila permohonan kredit telah disetujui, hak jaminan atas tanah ini akan diikat dengan

1

Konch dalam Renniwaty Siringoringo, Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2012, hlm. 62.

2

Muhammad Djumhana dalam Yohanes Benny Apriyanto, Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Bank DKI Jakarta Cabang Solo Melalui Jalur Non Litigasi, e-journal.uajy.ac.id79811JURNAL.pdf, diakses tanggal 10 November 2017.

3 Arie S. Hutagalung dalam Chadijah Rizki Lestari, Penyelesaian Kredit Macet Bank Melalui Parate Eksekusi,

(3)

hak tanggungan.4 Akan tetapi tidak semua pengembalian kredit berjalan lancar. Ada kalanya debitur

tidak mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik. Hal ini tentu menjadi suatu permasalahan

hukum, di satu sisi debitur telah melakukan wanprestasi, di sisi lain bank kreditur tidak mau

dirugikan meskipun dengan berbagai alasan. Untuk menjawab permasalahan tersebut berdasarkan

ketentuan yang disebut dalam Pasal 6 UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT), bank

kreditur pemegang hak tanggungan pertama diberi hak untuk menjual objek hak tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil

penjualan.5 Konsep ini dikenal sebagai parate eksekusi. Melalui parate eksekusi, bank kreditur

pemegang hak tanggungan pertama berhak untuk langsung mengajukan permohonan pelaksanaan

lelang kepada Kepala Kantor Lelang tanpa melalui persetujuan debitur ataupun pengadilan.6

Salah satu rangkaian prosedur yang harus dilengkapi bank kreditur sebelum pelaksanaan

lelang adalah menetapkan nilai limit lelang objek hak tanggungan. Berdasarkan ketentuan Pasal 44

ayat (1) PMKN 27/2016, bank kreditur menetapkan nilai limit berdasarkan penilaian oleh penilai

atau penaksiran oleh penaksir. Pasal 44 ayat (2) menyebutkan bahwa penilai merupakan pihak yang

melakukan penilaian secara independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Pasal 44 ayat (3)

disebutkan tentang pengertian penaksir, yaitu pihak yang berasal dari penjual (bank kreditur), yang

melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan oleh bank kreditur,

termasuk untuk benda seni dan benda atik atau kuno.

Penentuan nilai limit berdasarkan penaksiran penaksir dilakukan apabila nilai limit objek hak

tanggungan dibawah Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam beberapa kasus, timbul

keberatan dan gugatan dari pihak debitur yang mengeluhkan nilai limit objek lelang parate eksekusi

4

Penna Rahmawati dan Diana Tantri Cahyaningsih, Akibat Hukum Perjanjian Kredit dengan Jaminan Benda Tak Bergerak Yang dibuat di Bawah Tangan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Tegal Unit Singkil, Privat Law, Vol. IV No. 2 Juli-Desember 2016, hlm. 73.

5 Lihat ketentuan Pasal 6 UUHT.

6 Tan Kamello, dkk, Kekuatan Eksekusi Hak Tanggungan sebagai Jaminan Pengembalian Hutang Pembiayaan

(4)

yang terlalu rendah. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) telah menerima 2.458 gugatan di

seluruh Indonesia, 1.500 diantaranya adalah terkait lelang eksekusi hak tanggungan dengan pokok

perkara diantaranya terkait nilai jual/harga lelang yang rendah.7 Hal ini diperkuat dengan hasil

penelitian Purnama Sianturi pada tahun 2008, bahwa salah satu karakteristik gugatan yang diajukan

oleh debitur adalah terkait harga lelang yang terlalu rendah.8

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian akan membahas secara kritis penentuan nilai

limit lelang eksekusi hak tanggungan yang dilakukan oleh bank kreditur berdasarkan PMKN

27/PMKN.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif,

menggunakan bahan hukum primer dan sekunder yang bersifat eksplanataris. Dengan pendekatan

demikian, penelitian yang dilakukan hanya menganalisis bahan hukum saja, terkait dengan

penaksiran oleh penaksir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1) Tinjauan Umum tentang Kredit Bank

Dilihat dari sudut bisnis, modal usaha berperan penting dalam kemajuan suatu usaha. Pelaku

usaha tidak dapat hanya menggantungan diri pada kreativitas dan jiwa kewirausahawan yang

dimiliki, namun tetap membutuhkan modal untuk menghasilkan produk usaha yang berdaya saing.

7 Media Kekayaan Negara Edisi 14 Tahun IV/2013, hlm. 12.

8 Purnama Sianturi dalam Abdul Khalim, Perbuatan Melawan Hukum dalam Gugatan Pelaksanaan Lelang di

(5)

Asfia Murni berpendapat bahwa modal usaha dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu

pendapatan.9

Modal bersumber dari modal sendiri maupun kredit. Istilah kredit berasal dari bahasa Romawi

yaitu “credere” yang bermakna percaya akan kebenaran.10 Menurut Simorangkir, kredit merupakan

pemberian prestasi (uang, barang) dengan balas kontraprestasi di masa yang akan datang. Terkait

dengan bank, kredit adalah pembiayaan (dalam hal ini adalah uang) yang diberikan bank kreditur

kepada nasabah debitur yang melahirkan hubungan hukum antara para pihak yang saling menarik

keuntungan serta menanggung risiko.11

Salah satu badan usaha yang dapat memberikan pinjaman kredit kepada pelaku usaha adalah

bank.12 Pasal 23 ayat (2) UU Perbankan menekankan, penyaluran kredit bank wajib berpijak kepada

prinsip kehati-hatian. Hal ini terkait kualitas kredit yang berpengaruh pada kesehatan bank dan

perekonomian nasional.

Pasal 8 UU No. 10/1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7/1992 tentang perbankan (UU

Perbankan) menegaskan bahwa “bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan

dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia”. Secara teknis, isi pengaturan dan pedoman perkreditan tersebut tidak harus persis sama

antara bank satu dengan bank lainnya. Pedoman harus mengacu pada Penjelasan Pasal 8 ayat (2)

UU Perbankan, yang pada pokoknya harus memuat antara lain: (a) Pemberian kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam bentuk tertulis; (b) Bank harus memiliki

9

Asfia Murni dalam F. Erlina, Pengaruh Besar Modal (Modal Sendiri), Pemberian Kredit, dan Tingkat Suku Bunga Kredit TerhadapPeningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Bantul, Tesis, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 48, dikutip dari eprints.uny.ac.id/8760/3/bab%202%20-08404244001.pdf, diakses tanggal 15 November 2017.

10

Saduldyn Pato, Analisis Pemberian Kredit Mikro Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Manado, Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 4 Desember 2013, hlm. 877..

11

OP. Simorangkir dalam Nuzulia Kumala Sari, Tinjauan Yuridis Kredit Perbankan di Indonesia, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI, hlm.56.

12 Jerry M Rosenberg dalam Gunarto Suhardi, Resiko dalam Pemberian Kredit, Jurnal Hukum Projustitia,

(6)

keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari

penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha (prinsip

5-C) dari nasabah debitur; (c) Kewajiban untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit

atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; (d) Kewajiban bank untuk memberikan informasi

yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;

(e) Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan

persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi; (f) Penyelesaian

sengketa.

Munir Fuady menyebutkan bahwa pemberian kredit harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:13 (a) Prinsip kepercayaan; (b) Prinsip kehati-hatian; (c) Prinsip 5-C, yaitu character

(kepribadian), capacity (kemampuan), capital (modal), condition of economy (kondisi ekonomi),

dan collateral (agunan); (d) Prinsip 5P, yaitu party (para pihak), P urpose (tujuan), payment

(pembayaran), profitability (perolehan laba), protection (perlindungan); (e) Prinsip 3R, yaitu return

(hasil yang diperoleh), repayment (pembayaran kembali), risk bearing ability (kemampuan

menanggung risiko).

Pada saat bank menerima permohonan kredit dari calon debitur, proses analisis kredit menjadi

salah satu tahapan penting, untuk menjamin kemanfaatan penyaluran kredit bagi para pihak dan

meminalisir terjadinya kredit macet. Indikator penilaian atas kualitas permohonan kredit

diantaranya adalah:14 (a) Jumlah yang diberikan; (b) Jangka waktu kredit; (c) Jenis dan jumlah nilai

jaminan kredit yang akan disediakan debitur; (d) Reputasi calon debitur dan perusahaannya di mata

masyarakat; (e) Hubungan antara calon debitur dengan bank. Keseluruhan analisis tersebut

13

Munir Fuadi dalam Nuzulia Kumala Sari, Op. Cit., hlm. 61.

14 Siswanto Sutojo dalam Andita Pritasari, Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip 5C (The Five C’S Of

(7)

nantinya akan menghasilkan suatu kesimpulan terkait layak atau tidaknya suatu permohonan kedit

yang diajukan.

2) Eksekusi Hak Tanggungan

Tanah berperan penting bagi penghidupan manusia. Tanah dimaknai secara sakral karena

berurusan dengan warisan dan masalah-masalah transedental bahkan dapat menentukan tinggi

rendahnya status sosial pemiliknya.15

Fungsi dan peranan tanah tersebut hanya dapat dicapai apabila seseorang dan atau badan

hukum mempunyai hak penguasaan atas tanah.16 Pengaturan mengenai hak penguasaan atas tanah

dapat ditemukan dalam UU No. 5/1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria (UUPA). Meskipun tidak

dinyatakan secara tegas, Boedi Harsono menyimpulkan bahwa terdapat beberapa tingkatan hak

penguasaan atas tanah berdasarkan UUPA, yaitu:17 Pertama, hak bangsa Indonesia. Menunjukkan

bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan kepunyaan seluruh bangsa Indonesia, bersifat abadi

sepanjang rakyat dan Negara Indonesia masih ada.

Kedua, hak menguasai dari negara. Meskipun semua wilayah Indonesia merupakan “milik”

bersama seluruh rakyat, namun berdasarkan nilai filosofis bangsa yang terdapat pada Pancasila dan

UUD 1954 maka tugas dari hak bangsa Indonesia dilimpahkan kepada Negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat. Implikasi pelimpahan tugas tersebut dapat dilihat pada ketentuan Pasal

33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Secara

khusus, menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUPA ditentukan bahwa: “hak menguasai dari Negara

15

Heru Nugroho dalam Rosmidah, Kepemilika n Hak Atas Tanah di Indonesia, https://media.neliti.com/media/publications/43217-ID-kepemilikan-hak-atas-tanah-di-indonesia.pdf, diakses tanggal 1 Oktober 2017.

16 Arie S.Hutagalung,dkk., Hukum Pertanahan di Belanda dan Indonesia , Pustaka Larasan, Bali, 2012, hlm.161.

17 Boedi harsono, “Macam-macam Hak Penguasaan atas Tanah”, dalam

(8)

termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk: (a) mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; (b)

menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan

ruang angkasa; (c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa”.

Ketiga, hak ulayat masyarakat hukum adat. Adalah serangkaian wewenang dan tanggung

jawab suatu masyarakat hukum adat tertentu terhadap tanah ulayat yang berada di wilayahnya.18

Pengakuan Negara terhadap adanya hak ulayat ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 18B ayat (2)

UUD 1945 amandemen kedua, bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam

undang-undang”. Selain itu, pengakuan terhadap hak ulayat dapat dilihat pada ketentuan Pasal 3

UUPA yang intinya menyatakan bahwa hak ulayat tetap diakui keberadaannya sepanjang masih

ada, sesuai dengan kepentingan nasional dan negara serta tidak bertentangan dengan

undang-undang dan peraturan perundang-undang-undang-undangan yang lebih tinggi.19

Keempat, hak-hak perorangan/individual. Termasuk ke dalam hak-hak perorangan adalah:20

hak atas tanah, wakaf, dan hak jaminan atas tanah. Hak atas tanah, terdiri atas hak atas tanah primer

dan hak atas tanah derivatif atau sekunder. Hak atas tanah primer adalah hak atas tanah yang

bersumber dari pemberian negara kepada subjek hak dengan cara permohonan hak, seperti hak

milik; hak guna bangunan; hak guna usaha; hak pakai; dan hak pengelolaan. Hak atas tanah

derivatif atau sekunder, merupakan hak atas tanah yang tidak langsung bersumber dari hak bangsa

18

Mutiara Putri Artha, Tanah Ulayat”, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6522/tanah-ulayat, diakses tanggal 3 Oktober 2017.

19

Rosmidah,”Pengakuan Hukum terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hambatan

Implementasinya”, https://online-journal.unja.ac.id/index.php/jimih/article/view/370/287, hlm.96.

20 Arie S.Hutagalung,dkk., Op. Cit., hlm.162-163.

20

(9)

Indonesia dan diberikan pemilik tanah kepada pihak lain melalui perjanjian pemberian hak antara

pemilik tanah dengan calon pemegang hak yang bersangkutan, seperti hak guna bangunan, hak

pakai, hak sewa, hak usaha bagi hasil, hak gadai, hak menumpang. Sementara hak jaminan atas

tanah, dapat ditemukan pada saat terjadi transaksi kredit antara debitur (pemberi hak) dengan

kreditur/bank (penerima atau pemegang hak). Dimana debitur berdasarkan ketentuan

undang-undang telah memberi wewenang yuridis kepada kreditur untuk melelang hak atas tanah milik

debitur melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) apabila debitur

melakukan wanprestasi.

Menurut hukum, hak jaminan atas tanah di atas disebut dengan hak tanggungan (lihat Pasal 1

ayat (1) UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang berkaitan

Dengan Tanah (UUHT)). Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan diatur dalam Pasal 4

ayat (1) dan (2), dan Pasal 27 UUHT. Pasal 4 ayat (1) UUHT disebutkan bahwa hak atas tanah yang

dapat dibebankan hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan. Pasal

4 ayat (2) UUHT menentukan hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku

wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak tanggungan.

Pasal 27 UUHT menyebutkan bahwa hak milik atas satuan rumah susun juga dapat dijadikan

sebagai objek hak tanggungan.

Penyaluran kredit menginginkan para pihak memenuhi kewajibannya dengan sempurna. Akan

tetapi kredit macet selalu tidak dapat dihindari, meskipun bank kreditur dan debitur telah melakukan

upaya pencegahan (preventif). Apabila debitur telah wanprestasi, UU memberikan hak kepada bank

kreditur untuk melakukan penyelamatan piutangnya dengan melakukan eksekusi hak tanggungan

(lihat Pasal 6 UUHT). Eksekusi ini lazim disebut sebagai parate eksekusi. Selain parate eksekusi,

terdapat hak atau cara pengambilan pelunasan piutang lainnya yang diberikan UUHT kepada bank

kreditur, yaitu: (1) Berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan

(10)

hak tanggungan yang dilakukan di bawah tangan berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (2) UUHT

jika cara tersebut diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

3) Ketentuan Umum Lelang Eksekusi Hak Tanggungan

Kata lelang berasal dari bahasa latin “auctio” yang bermakna peningkatan harga secara

bertahap.21 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang, menyebutkan lelang sebagai “Penjualan barang yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang”.

Terdapat tiga jenis lelang yang berlaku di Indonesia, yaitu lelang eksekusi; lelang noneksekusi

wajib; dan lelang noneksekusi sukarela (Pasal 5 PMKN 27/2016). Lelang eksekusi merupakan

lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang

dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Termasuk ke dalam kategori lelang eksekusi adalah (Pasal 6 PMKN 27/2016): (a) Lelang Eksekusi

Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN); (b) Lelang Eksekusi Pengadilan; (c) Lelang Eksekusi

Pajak; (d) Lelang Eksekusi harta pailit; (e) Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT; (f) Lelang eksekusi

benda sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); (g) Lelang Eksekusi

barang rampasan; (h) Lelang eksekusi jaminan fidusia; (i) Lelang eksekusi barang yang dinyatakan

tidak dikuasai atau barang yang dikuasai Negara eks kepabeanan dan cukai; (j) Lelang eksekusi

barang temuan; (k) Lelang eksekusi gadai; (l) Lelang eksekusi barang rampasan yang berasal dari

benda sitaan Pasal 18 ayat (2) UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20/2001; dan (m) Lelang eksekusi lainnya sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

21

(11)

Lelang eksekusi hak tanggungan nantinya akan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Lembaga ini tidak boleh menolak permohonan lelang

yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan telah

memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang (Pasal 13 PMKN 27/2016). Legalitas formal

subjek dan objek lelang merupakan suatu kondisi dimana dokumen persyaratan lelang dipenuhi oleh

penjual sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data, menunjukkan hubungan hukum antara

penjual (subjek lelang) dengan barang yang akan dilelang (objek lelang), sehingga meyakinkan

pejabat lelang bahwa subjek lelang berhak melelang objek lelang, dan objek lelang dapat dilelang

(Pasal 1 angka 24 PMKN 27/2016). Salah satu persyaratan penting yang harus dilengkapi oleh bank

adalah nilai limit, yang penentuannya atas dasar penilaian oleh penjual untuk nilai limit paling

sedikit satu miliar rupiah, dan penilaian oleh penaksir berdasarkan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan oleh penjual (Pasal 44 PMKN 27/2016).

4) Tinjauan Kritis Penentuan Nilai Limit Lelang Oleh Bank Kreditur

Nilai limit merupakan salah satu bagian penting dalam pelaksanaan lelang (dalam hal ini

adalah lelang eksekusi hak tanggungan), karena nilai limit berfungsi sebagai patokan harga terendah

yang dapat diajukan peserta lelang ketika lelang dilaksanakan dan menjadi pedoman bagi pejabat

lelang untuk menahan/melepas objek lelang.22 Selain itu, nilai limit menjadi salah satu penentu bagi

masyarakat dan/atau badan hukum untuk ikut atau tidak ikut sebagai peserta lelang.

Pasal 1 Angka 28 PMKN 27/2016 menentukan nilai limit merupakan harga minimal barang

yang akan dilelang dan ditetapkan oleh penjual. Menilik penyaluran kredit yang dilakukan bank

kreditur kepada debitur dengan agunan tanah, maka yang menjadi pihak penjual adalah bank

kreditur. Meskipun bank adalah pihak yang menentukan nilai limit objek lelang, Pasal 44 ayat (1)

22

(12)

PMKN 27/2016 secara eksplisit mengatur bahwa dalam hal menentukan nilai limit, bank wajib

mempertimbangkan masukan dari: (a) Penilaian dari penilai (pihak yang melakukan penilaian

secara independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya).23 (b) Penaksiran oleh penaksir (pihak

yang berasal dari penjual, yang melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan oleh penjual, termasuk kurator dan untuk benda seni dan benda antik atau

kuno).24

Dalam hal penentuan nilai limit, ada dua pihak yang wajib diperhatikan oleh bank, yaitu

penilai dan penaksir. Penilaian dari masing-masing pihak tersebut sangat tergantung pada nilai limit

terendah objek hak tanggungan. PMKN 27/2016 hanya mengatur secara tegas penilaian yang

dilakukan oleh penilai. Pada Pasal 45 PMKN 27/2016 disebutkan bahwa nilai limit yang ditetapkan

oleh penjual harus berdasarkan hasil penilaian dari penilai dalam hal: (a) Lelang noneksekusi atas

barang berupa tanah dan/atau bangunan dengan nilai limit paling sedikit Rp.1000.000.000,00 (satu

milyar rupiah); (b) Lelang eksekusi Pasal 6 UUHT, elang eksekusi fidusia, dan elang eksekusi harta

pailit dengan nilai limit paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah); atau (c) Bank

kreditur akan ikut menjadi peserta pada lelang eksekusi Pasal 6 UUHT atau lelang eksekusi fidusia.

Meskipun tidak disebutkan secara tegas, penafsiran PMKN 27/2016 juga dapat dilakukan

secara implisit. Artinya penaksiran oleh penaksir dilakukan selain pada ketentuan Pasal 45 PMKN

27/2016, yaitu terhadap lelang yang tidak diikuti oleh bank kreditur serta nilai limit objek hak

tanggungan di bawah satu miliar rupiah. Tolak ukur atau metode yang digunakan dalam

merumuskan penentuan nilai limit diatur secara tegas. Pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan

hanya ditentukan bahwa nilai limit ditetapkan paling sedikit sama dengan nilai likuidasi.25

Akibatnya potensi ketidakpuasan dan gugatan menjadi tinggi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Purnama Sianturi tahun 2008, salah satu karakteristik gugatan yang diajukan oleh

(13)

debitur adalah terkait harga lelang yang terlalu rendah.26 Debitur tidak mempunyai pilihan lain

selain menerima isi perjanjian kredit yang telah dibakukan bank. Johannes Ibrahim menyebutkan,

bank harus memperhatikan beberapa hal sebelum perjanjian kredit berlaku efektif bagi para pihak,

yaitu memberikan peringatan secukupnya kepada para nasabah akan adanya dan berlakunya

kalusul-klausul penting dalam perjanjian, pemberitahuan dilakukan sebelum atau pada saat

penandatanganan perjanjian kredit/pembiayaan, merumuskan dalam kalimat yang jelas, dan

memberikan kesempatan yang cukup bagi debitur untuk mengetahui isi perjanjian.27

Pasal 18 ayat (2) UU No. 8/1999 menentukan, pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula

baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti. Ketentuan tersebut penting terkait perlindungan hukum bagi

debitur, karena tidak semua debitur paham dan mengerti akan isi, bahasa, dan akibat hukum yang

akan mereka terima apabila terjadi wanprestasi. Tidak selamanya wanprestasi atau kredit macet

diakibatkan oleh kesalahan debitur. Pada saat tertentu bank ikut andil terhadap kredit macet yang

dialami debitur.28 Kesalahan karena kelalaian, termasuk dalam kategori perbuatan melawan hukum,

yang mana melawan hukum tidak hanya perbuatan yang langsung melanggar hukum, melainkan

juga perbuatan yang secara langsung melanggar kesusilaan, keagamaan, dan sopan santun yang

secara tidak langsung juga melanggar hukum.29

Eksekusi hak tanggungan yang dilakukan oleh kreditur melalui KPKNL sudah dilakukan

aturan yang berlaku. Pelaksanaan ini tidak sebatas pada ketaatan pada aturan hukum, melainkan

harus menjangkau perlindungan hukum masyarakat. Dalam teori John Locke disebutkan bahwa

26 Purnama Sianturi dalam Abdul Khalim, Op. Cit.

27 Johannes Ibrahim dalam Ni Luh Putu Widyantini, dkk, Perlindungan Hukum Bagi Debitur (Nasabah) Dalam

Pelaksanaan Perjanjian Kreidt Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmu Hukum Kertha Wicara, Vol. 2 No. 1. Februari 2013, hlm. 4-5.

28

Mei H.M. Munte dan Santi Pebrina Sitorus, Analisis Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.BPR Mangatur Ganda Aek Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Bara, Laporan Penelitian, Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2014, hlm. 18.

29

(14)

masyarakat yang ideal adalah yang tidak melanggar hak-hak dasar manusia. Hukum yang dibuat

negara adalah untuk melindungi hak-hak dasar manusia mampu mengembangkan diri pribadi,

peranan, dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia.30 Plato menyebutkan negara yang

baik adalah negara yang didasarkan kepada pengaturan hukum yang baik. Menurut Aristotoles,

negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum,

dengan unsur, yaitu pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum; Pemerintahan

dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum

yang dibuat secara sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; Pemerintahan

berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa

paksaan-paksaan yang dilaksanakan pemerintahan despotic.31 Dalam kaitannya dengan norma hukum,

terdapat teori yang dikemukakan Hans Kelsen dan disempurnakan Hans Nawiasky. Menurutnya

norma fundamental negara merupakan norma hukum tertinggi dalam suatu negara yang tidak

dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, sehingga ia akan menjadi tempat bergantung bagi

norma hukum di bawahnya.32

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia telah mengisyaratkan mengenai keadilan

bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadilan ini termasuk dalam memperhatikan nilai limit objek

hak tanggungan yang akan dieksekusi. Jika penentuan limit ini diserahkan kepada bank kreditur, hal

ini tentu akan merugikan kepentingan debitur. Apalagi ada indikasi bahwa pihak kreditur menjual

hutang dan bukan berusaha mencari kewajaran harga barang yang dijual.33

Sebagai gambaran dapat dilihat pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Nomor

92/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel. dimana terdapat perbedaan penentuan nilai limit yang diajukan oleh

30

Bernard L. Tanya, dkk dalam Raypratama, Teori Perlindungan Hukum, http://raypratama.blogspot.co.id/20-15/04/teori-perlindungan-hukum.html, diakses tanggal 14 Maret 2016.

31

Thahir azhari, Negara Hukum, dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara , PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.2-5

32 Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan 1, cet.13, Kanisius, Jakarta, 2013, hlm.44.

33

(15)

bank kreditur/tergugat yaitu Unit Bisnis Kredit Costumer cq.PT. Bank Central Asia,Tbk sebesar

Rp.1.413.160.000,- (satu miliar empat ratus tiga belas juta seratus enam puluh ribu rupiah) jauh dari

laporan penilaian jaminan property oleh PT. Bank Commonwealth yaitu sebesar Rp.3.394.300.000,-

(tiga miliar tiga ratus sembilan puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah).34 Contoh lainnya Putusan

Pengadilan Negeri Kediri Nomor 61/Pdt.G/2012/Pn.Kdr yang kemudian dikuatkan dengan Putusan

Mahkamah Agung Nomor 1908/K/Pdt/2014, dimana dalam salah satu pokok sengketa, nilai limit

objek lelang hanya sejumlah Rp.375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah) terpaut jauh

dari hasil penilaian jaminan objek tanah milik debitur yang dilakukan sebelumya oleh Account

Officer PT. Bank BRI Tbk. Kantor Cabang Kediri pada tanggal 04 Mei 2011 sebesar

Rp.592.920.000,- (lima ratus sembilan puluh dua juta sembilan ratus dua puluh ribu rupiah);35

Salah satu materi pokok PMKN 27/2016 ternyata penentuan nilai limit di bawah

Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) menjadi tanggung jawab bank kreditur berdasarkan

penaksiran oleh penaksir yang notabane pihak yang berasal dari bank kreditur sendiri. Jika merujuk

pada aturan sebelumnya yaitu Pasal 36 ayat (6) PMKN 106/PMK.06/2013 dapat disimpulkan

bahwa bank kreditur menentukan nilai limit berdasarkan penaksiran dari penaksir apabila nilai limit

di bawah Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Terhadap nilai limit Rp.300.000.000,- (tiga ratus

juta) keatas, nilai limit ditentukan berdasarkan penilaian dari penilai.

PMKN 27/2016 seharusnya juga memperhatikan kepentingan debitur selaku masyarakat yang

berhak mendapatkan perlindungan hukum dan kesempatan yang sama di bidang perekonomian.

34

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 92/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel, hlm.6, diakses melalui http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/95dbf2ba17e084f6b902d337929bcdbd, diakses tanggal 27 November 2017.

35 Putusan Pengaddilan Negeri Kediri Nomor 61/Pdt.G/2012/PN.Kdr., hlm.39, melalui

(16)

Salah satu perwujudannya dengan pengaturan penetapan nilai limit lelang memperhatikan asas

keadilan dan asas kepatutan/kewajaran berbasis Pancasila.36

Berdasarkan hal di atas, evaluasi dan deregulasi terkait ketentuan penentuan nilai limit objek

hak tanggungan oleh bank kreditur sangat penting dilakukan secara cermat dan seksama dengan

memperhatikan kepentingan seluruh lapisan pelaku ekonomi masyarakat. Minimal batas maksimal

nilai limit yang ditetapkan penjual berdasarkan penaksiran penaksir menjadi lebih kecil dari aturan

yang berlaku saat ini (PMKN 27/2016) yaitu Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), berbeda jauh

dengan ketentuan sebelumnya yaitu Pasal 36 ayat (6) PMKN 106/2013 yang membatasi penaksiran

penaksir hanya sampai Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Diharapkan hasil deregulasi akan

berdampak nyata dalam melindungi debitur yang notabane merupakan pihak yang memiliki posisi

tawar yang lemah, sehingga hasil penjualan objek hak tanggungan dapat berniai maksimal baik

kepada kreditur maupun debitur.

SIMPULAN

Bank berfungsi menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.

namun, pemberian kredit selalu mengandung resiko kegagalan atau kredit macet. Sehingga kredit

harus dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Dalam hal terjadi kredit macet, bank kreditur

pemegang hak tanggungan pertama berwenang menjual atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan

umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Nantinya, bank kreditur

akan mengajukan permohonan pelanksanaan lelang kepada Kepala Kantor Lelang setempat. Untuk

memenuhi peryaratan administratif, bank kreditur harus menyerahkan lampiran nilai limit objek

lelang eksekusi hak tanggungan. Selama ini nilai limit yang ditentukan debitur terlalu rendah.

36 Siti Malikhatun Badriyah, P emuliaan (Breeding) Asas-asas Hukum Perjanjian dalam Perjanjian Leasing di

(17)

Akibatnya, banyak terjadi gugatan yang diajukan ke pengadilan dengan karakteristik nilai limit

yang terlalu rendah.

Penelitian ini menyarankan bahwa evaluasi dan deregulasi terkait ketentuan penentuan nilai

limit objek hak tanggungan oleh bank kreditur sangat penting dilakukan, disamping adanya aturan

mengenai metode dan rumus yang jelas dalam menentukan nilai limit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khalim, 2016, “Perbuatan Melawan Hukum dalam Gugatan Pelaksanaan Lelang di

KPKNL”, dikutip dari

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/detail/perbuatan-melawan-hukum-dalam-gugatan-pelaksanaan-lelang-kpknl, diakses tanggal 15 Maret 2016.

Adwin Tista, 2013, Perkembangan Sistem Lelang di Indonesia, Jurnal al ‘Adl, Vol. 5 No. 10.

Andita Pritasari, Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip 5C (The Five C’S Of Credit) dalam

Analisis Pemberian Kredit dan Pengaruhnya dalam Pencegahan Terjadinya Kredit

Bermasalah pada PT. Bank X Tbk Cabang Bogor, hlm.8. diambil melalui

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S-Andita%20Pritasari, diakses tanggal 1 November

2017.

Arie S.Hutagalung,dkk., 2012, Hukum Pertanahan di Belanda dan Indonesia, Pustaka Larasan,

Bali.

Boedi Harsono, “Macam-macam Hak Penguasaan atas Tanah”, dikutip dari

http://www.jurnalhukum.com/macam-macam-hak-penguasaan-atas-tanah/, diakses tanggal 1

oktober 2017.

Chadijah Rizki Lestari, 2017, Penyelesaian Kredit Macet Bank Melalui Parate Eksekusi, Kanun

Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 19 No. 1.

F. Erlina, P engaruh Besar Modal (Modal Sendiri), P emberian Kredit, dan Tingkat Suku Bunga

(18)

Kasihan Bantul, Tesis, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, dikutip dari

eprints.uny.ac.id/8760/3/bab%202%20-08404244001.pdf, diakses tanggal 15 November

2017.

Gunarto Suhardi, 2006, Resiko dalam Pemberian Kredit, Jurnal Hukum Projustitia, Vol. 24 No.1.

Maria Farida Indrati S., 2013, Ilmu Perundang-Undangan 1, Cet. 13, Kanisius, Yogyakarta.

Mei H.M. Munte dan Santi Pebrina Sitorus, 2014, Analisis Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada

PT.BPR Mangatur Ganda Aek Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Bara, Laporan Penelitian,

Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Mutiara Putri Artha, Tanah Ulayat”,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6522/tanah-ulayat, diakses tanggal 3 Oktober 2017.

Ni Luh Putu Widyantini, dkk, 2013, Perlindungan Hukum Bagi Debitur (Nasabah) Dalam

Pelaksanaan Perjanjian Kreidt Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, Jurnal Ilmu Hukum Kertha Wicara, Vol. 2 No. 1.

Penna Rahmawati dan Diana Tantri Cahyaningsih, 2016, Akibat Hukum Perjanjian Kredit dengan

Jaminan Benda Tak Bergerak Yang dibuat di Bawah Tangan Pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Cabang Tegal Unit Singkil, Privat Law, Vol. IV No. 2.

Renniwaty Siringoringo, 2012, Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia ,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rosmidah, Kepemilikan Hak Atas Tanah di Indonesia,

https://media.neliti.com/media/publicati-ons/43217-ID-kepemilikan-hak-atas-tanah-di-indonesia.pdf, diakses tanggal 1 Oktober 2017.

Rosmidah,”Pengakuan Hukum terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hambatan

Implementasinya”, https://online-journal.unja.ac.id/index.php/jimih/article/view/370/287.

Saduldyn Pato, 2013, Analisis Pemberian Kredit Mikro Pada Bank Syariah Mandiri Cabang

(19)

Siti Malikhatun Badriyah, 2012, Pemuliaan (Breeding) Asas-asas Hukum Perjanjian dalam

Perjanjian Leasing di Indonesia, Jurnal Yustisia Vol. 1 No. 2.

Tan Kamello, dkk, 2014, Kekuatan Eksekusi Hak Tanggungan sebagai Jaminan P engembalian

Hutang Pembiayaan Bermasalah pada Praktik PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang

Medan, USU Law Jurnal, Vol. 2 No. 2.

Yohanes Benny Apriyanto, 2017, “Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Bank DKI Jakarta

Cabang Solo Melalui Jalur Non Litigasi”, e-journal.uajy.ac.id79811JURNAL.pdf, diakses

tanggal 10 November 2017.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang perbankan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Negeri Kediri No.61/Pdt.G/2012/PN.Kdr, melalui

https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/4b0271cb83fb9c295d940d567c330807.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 92/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel, diakses melalui

Referensi

Dokumen terkait

Khususnya di Indonesia, data Kementrian PUPR menyebutkan bahwa sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1 juta rumah tangga tinggal di dalam kondisi rumah yang tidak layak huni dan

ANALISIS ALOKASI DANA DESA DALAM FORMULASI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012 ; Agisma Dyah Fastari, 060910201079; 2013, 77 halaman;

Bapak dan Ibu petugas Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakara, atas

These two algorithms use unrealistic assumptions about distribution of sensor nodes and density: nodes must be uniformly randomly distributed and average degree is 100

sistem tumpang sari tanaman cabai dengan tomat dan penggunaan mulsa plastik hitam keperak-perakan berpengaruh baik dalam menekan populasi vektor virus, insiden

1 Approval of the Company’s Annual Report and validation of the Company’s Consolidated Financial Statements, approval the Board of Commissioners’ Supervisory Actions Report and

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kualitas air sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten

Gambar 1 menjelaskan sebuah konsep dimana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten,