DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA TERKAIT MATERI SPLTV DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF SISWA
JURNAL
Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Desi Nalurita Sari
202013016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA TERKAIT MATERI SPLTV DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Desi Nalurita Sari1, Tri Nova Hasti Yunianta2 1
[email protected],[email protected] Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan soal matematika terkait materi SPLTV ditinjau dari gaya kognitif siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud proses berpikir adalah langkah-langkah yang digunakan seseorang saat menerima informasi, mengolah, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan untuk kemudian disesuaikan dengan skema yang ada dalam pikirannya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 3 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 4 siswa yang diambil dari kelas X MIPA 3, yaitu 2 siswa yang mempunyai gaya kognitif FI dan 2 siswa yang mempunyai gaya kognitif FD. Penelitian ini diawali dengan pemilihan subjek bergaya kognitif FI dan FD kemudian pemberian tes (soal) dan wawancara terhadap siswa FI dan FD. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan serta digunakan triangulasi waktu. Materi sistem SPLTV diberikan untuk melihat proses berpikir keempat subjek dalam menyelesaikan masalah. Hasil dari penelitian ini, proses berpikir subjek FI dan FD pada indikator mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal menggunakan bahasa sendiri dan mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasa sendiri tidak ada perbedaan antara keduanya. Proses berpikir FI dan FD pada indikator mampu membuat rencana penyelesaian, menyatakan langkah-langkah mengerjakan sesuai konsep yang dimiliki, dan mampu memperbaiki jawaban yang salah, keduannya terdapat perbedaan bahkan antar subjek. Jenis proses berpikir siswa FI.1 adalah konseptual, dan jenis proses berpikir siswa FI.2, FD.1, dan FD.2 tidak dapat disimpulkan.
Kata kunci: proses berpikir, menyelesaikan soal, gaya kognitif siswa
PENDAHULUAN
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Matematika menjadi sarana untuk menumbuhkembangkan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada setiap butir soal matematika dan membuat siswa untuk berpikir lebih luas lagi melalui konsep yang telah dimiliki. Menyelesaikan masalah dalam matematika tentunya tidak terlepas dari proses berpikir yang membuat siswa mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
berpikir siswa dan cara mengolah informasi yang masuk sambil mengarahkan siswa untuk mengubah cara berpikirnya apabila diperlukan. Dengan mengetahui proses berpikir siswa, guru dapat mengetahui penyebab kesalahan yang dilakukan siswa, kesulitan siswa, dan bagian-bagian yang belum dipahami oleh siswa. Pada saat menyelesaikan soal cerita matematika, setiap siswa kemungkinan mempunyai proses berpikir yang berbeda-beda.
Suparni (2000: 11) mendefinisikan proses berpikir adalah langkah-langkah yang digunakan seseorang saat menerima informasi, mengolah, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan untuk kemudian disesuaikan dengan skema yang ada dalam otaknya. Eka (2008: 22) menyatakan proses berpikir adalah penerimaan informasi yang kemudian dari informasi tersebut diolah untuk dicari kesimpulannya dan kesimpulan tersebut bisa dipanggil kembali dari informasi yang telah didapat tadi bila diperlukan.
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya dalam belajar, sebagai karakteristik perilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama juga, apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar (Uno, 2010: 185-186). Sudirman dkk (2016: 238) berpendapat bahwa setiap siswa memiliki cara, gaya berpikir, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah matematika, dan perbedaan cara atau gaya berpikir individu tersebut dikenal dengan istilah gaya kognitif.
Slameto (2001: 160) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan variabel penting yang mempengaruhi pilihan siswa dalam bidang akademik, kelanjutan perkembangan akademik, cara siswa belajar serta cara siswa dan guru berinteraksi dalam kelas. Sejalan dengan pendapat Slameto mengenai gaya kognitif merupakan variabel yang penting, Uno (2010: 189) menyatakan bahwa kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan oleh guru sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa.
mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah.
Witkin (1971) menyatakan bahwa, dimensi gaya kognitif terdiri dari Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Witkin dan Goodenough (Reid, 2006) mendefinisikan karakteristik utama dari gaya kognitif field dependent adalah individu yang kurang atau tidak bisa memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau konteks yang dominan, sedangkan field independent adalah individu yang dengan mudah dapat ‘bebas’ dari persepsi yang terorganisir dan dapat segera memisahkan suatu bagian dari
kesatuannya.
Perbedaan proses berpikir siswa dengan gaya kognitif FI dan FD akan terlihat melalui proses penyelesaian soal matematika yang bersifat analitis dan terstruktur (Eka, 2012). Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan soal matematika terkait materi SPLTV ditinjau dari gaya kognitif siswa.
KAJIAN PUSTAKA Proses Berpikir
Proses berpikir menghasilkan suatu pengetahuan baru yang merupakan transformasi informasi-informasi sebelumnya. Hudojo (1988: 4) menyatakan bahwa, dalam proses belajar matematika terjadi proses berpikir, sebab seorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika pasti melakukan kegiatan mental.
Gaya Kognitif
Nasution (2008: 94) menyatakan bahwa, gaya kognitif adalah cara yang dilakukan oleh siswa secara konsisten dalam menangkap stimulus atau informasi, cara berpikir, dan memecahkan soal. Dalam hal ini bukan berarti siswa memiliki cara yang sama dalam menyelesian soal, namun setiap siswa memiliki cara tersendiri. Gaya kognitif sangat berkaitan dengan kepribadian seseorang, hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2008:185) bahwa gaya kognitif adalah cara siswa yang khas dalam belajar, baik berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
perbedaan siswa dengan gaya kognitif FI dan FD sebagai berikut: seorang siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent (FD) global perseptual merasakan beban yang berat, sukar memproses, mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya, pada situasi sosial tertentu cenderung bersikap baik (hangat, mudah bergaul, ramah, responsif), selalu ingin tahu lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya kognitif FI, sedangkan siswa dengan gaya kognitif field independent (FI) artikulasi mempersepsi secara analitis, dapat memisahkan stimuli dalam konteksnya tetapi persepsinya lemah ketika terjadi perubahan konteks, biasanya individu dengan gaya kognitif FI menggunakan faktor-faktor internal sebagai arahan dalam mengolah informasi, mengerjakan tugas secara tidak berurutan dan merasa efisien bekerja sendiri, dalam situasi sosial FI merasa ada tekanan dari luar, dan menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, dan tidak sensitif.
Group Embedded Figures Test (GEFT)
Group Embedded Figures Test (GEFT) dikembangkan oleh Philip K. Oltman, Evelyn
Raskin, & Herman A. Witkin (1971), yang digunakan untuk mengetahui gaya kognitif siswa berdasarkan perbedaan psikologinya yaitu gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Menurut Witkin (1971), GEFT terdiri dari tiga bagian yaitu bagian I terdiri dari 7
soal, sedangkan bagian II dan bagian III masing-masing terdiri dari 9 soal. Skor yang dihitung adalah hanya pada tes bagian II dan III dengan rentang skor antara 0-18. Sedangkan untuk soal bagian satu hanya sebagai latihan dan agar familiar dengan tes tersebut. Bagian I diberikan 7 soal yang mudah dalam waktu 3 menit, dan item dalam bagian ini tidak termasuk dalam total skor. Bagian II dan III merupakan bagian inti dari tes ini, dimana siswa diminta untuk mengerjakan 9 soal dalam waktu 6 menit untuk setiap bagiannya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010: 1) penelitian deskriptif kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Peneltian ini akan dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga dengan subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 3 Salatiga. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan Group Embedded Figures Test (GEFT) dengan tujuan untuk membedakan siswa dengan gaya kognitif Field Dependent dan gaya kognitif Field Independent. Subjek penelitian awalnya adalah 1 kelas siswa yang diberi tes GEFT, kemudian setelah mengetahui hasil dari tes GEFT hanya diambil 4 siswa yang terdiri dari 2 siswa yang mempunyai gaya kognitif Field Dependent dan memperoleh skor tertinggi dalam tes GEFT dan 2 siswa yang mempunyai gaya
kognitif Field Independent dan memperoleh skor tertinggi dalam tes GEFT.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes GEFT, tes tertulis proses berpikir, dilanjutkan dengan wawancara mengenai proses penyelesaian soal tes proses berpikir, kemudian pengamatan dilakukan selama subjek melaksanakan tes proses berpikir dan pada saat wawancara, dan dokumentasi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu instrumen utama dan instrumen bantu, dimana instrumen utama yaitu peneliti, karena peneliti yang berhubungan langsung dengan subjek penelitian dan tidak diwakilkan kepada orang lain. Instrumen bantunya adalah GEFT dan tes penyelesaian soal matematika yang memuat masalah sistem persamaan linear tiga variabel, dan pedoman wawancara mendalam.
dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B2.2), mampu membuat rencana penyelesaian tetapi tidak lengkap (B2.3), kurang mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B2.4), dan kurang mampu memperbaiki kekeliruan jawaban (B2.5). 3) proses berpikir komputasional: tidak mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B3.1), tidak mampu menyatakan apa yang ditanya dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B3.2), tidak membuat rencana penyelesaian (B3.3), tidak mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan tidak mampu memperbaiki kekeliruan jawaban (B3.5).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menurut Moleong (2010: 91) mengemukakan bahwa, terdapat 3 tahap analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi teknik yang berarti menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
HASIL DAN ANALISIS
Subjek dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 3 Salatiga. Semua siswa kelas X MIPA 3 diberikan Group Embedded Firgue Test (GEFT) yang sudah divalidasi, untuk mengetahui gaya kognitif setiap siswa. Peneliti memilih empat siswa untuk dijadikan sebagi subjek penelitian. Empat siswa tersebut diantaranya, dua siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent (FI) dan dua siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent (FD). Siswa yang terpilih sebagai subjek FI adalah Annisa Alifatul (FI.1) dan Lutfi
Anggito (FI.2), siswa yang terpilih sebagai subjek FD adalah Hanif Abdul (FD.1) dan Dewi Rohmawati (FD.2). Subjek akan diberikan soal tes penyelesaian oleh peneliti. Tes yang akan diberikan sudah divalidasi oleh validator yang terdiri dari dosen pendidikan matematika dan guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 3. Soal tes berupa soal cerita berisikan materi yang tentunya sudah dipelajari sebelumnya oleh subjek. Soal cerita dibuat dalam bentuk esai berjumlah dua butir soal, yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa.
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek sesuai dengan pedoman dan apabila ada subjek yang kesulitan dalam menjawab atau kesulitan dalam mengartikan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, maka akan diberikan pertanyaan yang lebih sederhana dengan ketentuan tidak menyimpang dari permasalahan atau yang memuat inti dari permasalahan.
Hasil tes dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sudah ditentukan. Hasil tes akan diperiksa oleh peneliti kemudian dianalisis berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Analisis hasil wawancara bertujuan mengetahui lebih dalam mengenai proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Aturan yang digunakan untuk mengetahui jenis proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita yaitu: 1) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir konseptual jika dalam menyelesaikan soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir konseptual; 2) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir semi konseptual jika dalam menyelesaikan soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir semi konseptual; dan 3) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir komputasional jika dalam menyelesaikan soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir komputasional.
Hasil analisis tes dan wawancara untuk siswa FI.1 seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Siswa FI.1
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √
B1.2 √ √
B1.3 √ √
B1.4 √ √
B1.5 √ √
Hasil pekerjaan siswa FI.1 seperti tampak pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: subjek FI.1 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan secara runtut bagian yang diketahui dan ditanyakan. Subjek FI.1 dalam mengerjakan soal, tidak menuliskan langkah-langkah secara lengkap dan sering menggunakan metode substitusi. Ketika dilakukan wawancara, subjek mampu menyatakan apa yang diketahui, ditanya, dan dapat menjelaskan langkah-langkah mengerjakan secara runtut. Hasil dari pekerjaannya pun tidak ada yang salah, namun terdapat sedikit kejanggalan ketika subjek FI.1 membuat kesimpulan jawaban. Subjek tidak jelas dalam menuliskan variabel yang akan dicari pada soal no 1, namun jawaban yang ditulis subjek benar.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 tampak pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Siswa FI.2
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √
B1.2 √ √
B1.3 √ √
B1.4 - √
B1.5 - √
Komputasional
B3.1 -
-B3.2 -
-B3.3 -
-B3.4 √
-B3.5 √
-Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 pada soal no 1, menunjukkan bahwa siswa FI.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), Mampu membuat rencana penyelesaian (B1.3), tidak mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban (B3.5).
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 pada soal no 2, menunjukkan bahwa siswa FI.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap (B1.3), menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan memperbaiki jawaban (B1.5). Berdasarkan indikator yang dipenuhi dan berpedoman pada pengklasifikasian proses berpikir siswa, maka jenis proses bepikir siswa FI.2 tidak dapat disimpulkan karena kelima indikator yang terpenuhi tidak terletak pada satu jenis proses berpikir yang sama.
Hasil pekerjaan siswa FI.2 seperti tampak pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Hasil Pekerjaan FI.2 Soal Pertama Gambar 4. Hasil Pekerjaan FI.2 Soal Kedua
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: subjek FI.2 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, jawaban yang ditulis dalam lembar jawab pun tidak tertata rapi dan persamaan-persamaan yang sudah ia cari tidak digunakan dalam mencari variabel yang ditanyakan. Ketika dilakukan wawancara, subjek FI.2 dapat menyatakan apa yang diketahui dan apa yang menjadi pertanyaan dalam soal, tetapi ia kurang mampu dalam menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan dalam menjawab soal. Jawaban yang diperoleh sudah tepat, namun subjek tidak menggunakan konsep yang sudah ia pelajari sebelumnya meskipun saat diwawancara subjek FI.2 mengatakan bahwa, dalam menyelesaikan soal ia menggunakan metode eliminasi.
menjawab soal. Langkah yang subjek tuliskan dalam lembar jawab terbilang singkat dan ketika dilakukan wawancara, subjek dapat menjelaskan langkah-langkah secara jelas dan runtut.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.1 tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Siswa FD.1
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √
B1.2 √ √
B1.3 -
-B1.4 √ √
B1.5 - √
Komputasional
B3.1 -
-B3.2 -
-B3.3 √ √
B3.4 -
-B3.5 √
-Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.1 pada soal no 1, menunjukkan bahwa siswa FD.1 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), tidak mampu membuat rencana penyelesaian (B3.3), mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban (B3.5).
Hasil pekerjaan siswa FD.1 seperti tampak pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Hasil Pekerjaan FD.1 Soal Pertama Gambar 6. Hasil Pekerjaan FD.1 Soal Kedua
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: subjek FD.1 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, subjek menuliskan langkah-langkah dengan rapi dan tersturktur. Subjek FD.1 menggunakan konsep yang sudah ia pelajari dan menggunakan metode gabungan dalam mengerjakan soal. Ketika dilakukan wawancara, subjek dapat mengungkapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, ia juga bisa menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan dalam mengerjakan secara runtut dan jelas. Variabel-variabel yang ditanyakan dalam soal, dapat ia jawab meskipun hasilnya kurang tepat. Subjek tidak memperhatikan pernyataan yang ada di dalam soal, sehingga jawaban yang ia peroleh kurang tepat meskipun dalam membuat kesimpulan jawaban jumlah yang diketahui dalam soal dan hasil penjumlahan variabel yang ia cari sama. Subjek FD.1 ketika diminta untuk membetulkan jawaban, dengan tegas ia menyatakan jika jawaban yang ia peroleh sudah benar.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.2 tampak pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Siswa FD.2
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √
B1.2 √ √
B1.3 - √
B1.4 - √
B1.5 - √
Komputasional
B3.1 -
-B3.2 -
-B3.3 √
-B3.4 √
-B3.5 √
-Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.2 pada soal no 1, menunjukkan bahwa siswa FD.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), tidak mampu membuat rencana penyelesaian (B3.3), tidak mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban (B3.5).
Hasil pekerjaan siswa FD.2 seperti tampak pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7. Hasil Pekerjaan FD.2 Soal Pertama Gambar 8. Hasil Pekerjaan FD.2 Soal Kedua
Hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: subjek FD.2 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, pekerjaan subjek FD.2 sudah terlihat ada kesalahan pada saat ia bermaksud untuk menyamakan kedua ruas. Subjek FD.2 sudah mengerjakan sesuai dengan konsep yang sudah ia pelajari sebelumnya, saat diminta untuk menjelaskan langkah-langkah ia mengerjakan soal, ia tidak mampu menjelaskan dengan jelas dan runtut sesuai dengan hasil pekerjaannya. Ketika subjek FD.2 menjelaskan soal no 1, ia menjumpai kesalahan dalam menghitung, sehingga ia tidak memperoleh jawaban. Subjek FD.2 tidak bisa memperbaiki jawaban yang salah ketika diminta oleh peneliti untuk memperbaiki.
Subjek FD.2 dalam mengerjakan soal no 2, ia mengerjakan dengan menggunakan metode substitusi dan hasilnya tepat. Ketika dilakukan wawancara, subjek FD.2 dapat menjelaskan langkah-langkah dalam mengerjakan soal. Subjek FD.2 juga dapat mengerjakan soal no 2 dengan tidak menggunakan konsep yang sudah ia miliki. Namun, ketika dilakukan wawancara mengenai bagaimana ia mengerjakan, ternyata hasilnya tidak sama dengan saat ia mengerjakan menggunakan konsep. Subjek FD.2 mengatakan bahwa, mengerjakan soal dengan tidak menggunakan konsep bisa ia pakai pada saat menjumpai soal pilihan ganda.
PEMBAHASAN
tersebut, subjek FI dan FD mengolah informasi tersebut dengan mengemukakan yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
Pada langkah merencanakan penyelesaian masalah, subjek FI mengatakan bahwa setelah membaca soal penyelesaian masalah maka yang pertama dipikirkan adalah menggunakan metode gabungan karena metode tersebut dianggap cara yang mudah untuk menyelesaikan soal cerita, sedangkan subjek FD mengatakan bahwa yang pertama dipikirkan setelah membaca soal penyelesaian masalah adalah menuliskan informasi yang terdapat di dalam soal dan langsung mengerjakan tanpa merencanakan terlebih dahulu metode apa yang akan digunakan dalam mengerjakan soal. Dari jawaban kedua subjek, terlihat bahwa dalam merencanakan pemecahan masalah subjek FI cenderung lebih dipengaruhi isyarat dari dalam dirinya sendiri karena membayangkan penggunaan metode gabungan yang sudah tersimpan dalam memorinya, sedangkan subjek FD cenderung dipengaruhi isyarat dari luar, yaitu informasi yang diketahui dari soal penyelesaian masalah. Proses berpikir yang ditampakkan oleh subjek FI dan FD sejalan dengan pendapat Witkin (Weiner, 1978:214) bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif FI didalam menanggapi suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat yang dimilikinya sendiri sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif FD didalam menanggapi suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat di luar dirinya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, proses berpikir subjek FI dan FD pada indikator mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal menggunakan bahasa sendiri dan mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasa sendiri tidak ada perbedaan antara keduanya. Subjek FI dan FD menerima informasi dengan cara membaca dan memahami soal, setelah dirasa subjek FI dan FD memahami apa yang dimaksud dalam soal, kemudian subjek FI dan FD mengolah informasi yang terdapat dalam soal. Proses berpikir FI dan FD pada indikator mampu membuat rencana penyelesaian, menyatakan langkah-langkah mengerjakan sesuai konsep yang dimiliki, dan mampu memperbaiki jawaban yang salah, keduannya terdapat perbedaan bahkan antar subjek. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis proses berpikir siswa FI.1 adalah konseptual, dan jenis proses berpikir siswa FI.2 tidak dapat disimpulkan, jenis proses berpikir siswa FD.1 tidak dapat disimpulkan, dan jenis proses berpikir siswa FD.2 tidak dapat disimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastable. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC
Chasanah, Anis. 2010. Identifikasi Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Gaya Kogitif pada Materi Kubus dan Balok. Skripsi: UNESA 2010
Danili, E & Reid, N. 2006. Cognitive Factors That Can Potentially Affect Pupils’ Test Performance.http://www.rsc.org/images/DaniliReid%20final_tcm18-52108.pdf.
diakses 1 Juli 2016.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Dina, Rahma. 2015. Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent- Field Independent. Jurnal Pendidikan Matematika Unesa. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/articel/view/8715/ 11680.diakses pada 25 Juni 2016
Maulana, K. E. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita di SMU Kelas X. Skripsi: UNESA 2008
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Ngilawajan, Darma Andreas. 2013. Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent Dan Field Dependent. Jurnal Pendidikan Matematika Umsida. http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/download/48/54
Retna, Milda. Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan
Kemampuan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Uny.
http//eprint.uny.ac.id/jurnalpendidikanmatematika. diakses pada 17 juli 2016
Rifqiyana, Lilyan. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Pembelajaran Model 4K Materi Geometri Kelas VIII Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Skripsi: UNNES 2015 Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Kencana
Slametto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta Suparni. 2000. Proses Berpikir Siswa SLTP dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Hitung
Pecahan Bentuk Aljabar. Skripsi: UNESA 2000
Susanto. 2011. Proses Berpikir Siswa Tunanetra dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http//download.portalgaruda. org. diakses pada 17 Juli 2016
Uno, B. Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Witkin, C. A. More, D. R. Goodenough,P. W. Cox. 1997. Field Dependentand Field Independent Cognitive Style and Their Educational Implication. Review of Education Research
Yunus. 2014. Mindset Revolution. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher