SEMARAK kreasi kriya Indonesia itu tampak pada sejumlah perhelatan penting, seperti pameran Adiwastra Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15 April dan Inacraft 2018 pada 25–29 April mendatang di Jakarta Convention Center. Kedua ajang ini bisa disebut barometer perkembangan kriya tekstil dan kerajinan tangan di Indonesia yang mampu menunjukkan dinamika terbaru industri kriya Tanah Air.
Adiwastra Nusantara menampilkan wastra dari para perajin, desainer, dan pelaku bisnis UKM. Bertema “Nuansa Kekinian dalam Balutan Wastra Adati Nusantara”, pameran ini menampilkan wajah baru kain Nusantara kepada generasi milenial. Keragaman wastra itu begitu tampak, baik dari asal daerahnya, materialnya, sampai teknik pembuatannya. Yang menggembirakan, banyak pelaku industri yang sudah sadar untuk menggunakan material yang ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya lokal. Teknik pembuatannya pun berkembang, seperti teknik marbling dan teknik ciprat.
Badan Ekonomi Kreatif
memanfaatkan dengan baik ajang ini untuk menghadirkan 34 pelaku industri kreatif yang terkurasi dalam payung IDentities. Cindy Wowor dengan merek Cofo misalnya, mengusung motif dan kain tenun koff o yang sempat punah dari Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Tenun ini dibuat dari serat alami pisang abaka (Musa textilis) dengan motif kakunsi, ragam hias koff o yang paling banyak dikenal. Bisnis ini juga sekaligus bentuk upayanya merevitalisasi budaya dan kemampuan menenun penduduk Sangir Talaud.
Inovasi yang lain dilakukan Lusiana Limono. Ia membuat produk-produk rajutan seperti blus,
outerwear,dan syal dengan merek Kait Handmade. Material rajutan ini
adalah benang bambu besertifi kasi hijau yang lebih berkelanjutan dan aman dari bahan kimia berbahaya. Rajutan itu juga diperkaya
pemberian motif dengan teknik celup ikat dan batik. Kait Handmade mendapatkan penghargaan sebagai pemenang terbaik Good Design Indonesia 2017.
Karya menjanjikan
Beberapa waktu ke depan Inacraft 2018 akan digelar. Penyelenggaraannya juga menjanjikan hadirnya ragam kerajinan tangan yang unggul dari sisi desain dan kualitas. Seperti pada Adiwastra Nusantara, peserta pameran yang tersaring lewat kurasi
IDentities akan hadir pula di Inacraft 2018. Sebanyak 23 pelaku kreatif dalam industri kriya difasilitasi stan gratis selama lima hari pameran.
Pada Inacraft 2018, kita juga akan melihat kreativitas mengeksplorasi material. Dalam pengolahan resin, misalnya. Bahan resin telah lama menjadi salah satu material kerajinan tangan. Namun, di tangan Chairunnisa Larasati Dewi (24) dan Irvanda Aprila Widyatama (30), kerajinan tangan dari bahan resin itu menjadi kanvas yang mengabadikan perjalanan mereka ke berbagai daerah di Indonesia.
“Kami sama-sama doyan
traveling, nomaden ke berbagai area pantai di Indonesia. Setiap kali kami selalu bertemu dengan berbagai aksesori handmade. Akhirnya terpikir, kenapa kita tidak bikin sendiri saja. Tempat yang kami datangi jadi sumber inspirasi desain,” terang Larasati yang kemudian menggaungkan label Re.SEEN bersama partnernya.
Koleksi anting, cincin, serta liontin dan kalung dengan beragam desain pun menjadi wujud inspirasi perjalanan yang dikemas dalam tema koleksi. Sunset in Pari, Midnight in Pangandaran, atau Sunshine in Sumba adalah beberapa di antaranya.
Eksplorasi bahan keramik juga kembali unjuk gigi dengan tampilan desain yang terasa lebih modern. Nabila (25)—lewat labelnya Nabila Ardhani Studio—sengaja mengangkat desain clean look, yang selaras dengan selera anak muda dewasa ini. Tanpa banyak elemen dekoratif, keramiknya mempertahankan kesan simpel dengan warna-warna alami seperti cokelat, putih, dan biru.
“Proses pembuatan keramik itu panjang. Setelah dibentuk satu demi satu, butuh proses pembakaran yang memakan waktu satu hari sendiri. Tetapi pasar sering protes kalau harganya dirasa mahal,” terang Nabila sambil tertawa kecil.
Baik Nabila maupun Larasati pun berharap, kesempatan berpameran di Inacraft 2018 dapat menjadi momen untuk memperluas pasar, terutama menembus pasar global. Terkait hal
itu, Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simandjuntak mengatakan industri kriya memerlukan strategi khusus karena produk yang kualitasnya bagus kebanyakan bukan produksi massal dan membutuhkan waktu untuk diproduksi.
“Untuk mencapai harga yang sesuai, dalam artian pantas dan menutupi biaya produksi, harus ada added value yang signifi kan. Pendekatannya bisa dari story telling
yang dikemas dengan baik. Pasar juga harus sadar ini produk artisan,” kata Joshua.
Ajang pameran kriya seperti Adiwastra Nusantara dan Inacraft pun diharapkan menjadi jalan untuk mengedukasi konsumen dan membuat mereka lebih menghargai proses berkarya para pelaku industri. Kelak, kriya-kriya Tanah Air pun berjaya di kancah global dan kian mendapatkan tempat di negeri sendiri. [ADT/NOV]
Seni kriya merefl eksikan peradaban manusia.
Dalam perjalanannya, kriya bahkan menjadi
cara melestarikan budaya dan warisan bangsa.
Perkembangan kriya buatan tangan khas
Indonesia kini kian menarik karena dapat
turut padu dalam derap teknologi. Karya yang
bersumber pada tradisi itu pun meniupkan
napas kontemporer.
S
alone del Mobile yang pertama kali digelar pada 1961 sebagai usaha pro mosi furnitur buat-an Italia ini kini men-jadi pameran yang paling ditung-gu-tunggu dalam mempromosikan furnitur dunia. Pada penyelenggaraan Salone del Mobile yang ke-57 ini, lebih dari 2.000 ekshibitor dari 165 negara akan unjuk karya, termasuk ekshibitor dari Indonesia.Tahun ini, pada pameran yang berlangsung 17–22 April di Milan itu, Badan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) mengusung paviliun Indonesia yang bertajuk IDentities, dengan tema Global Creative Resources. Payung IDentities mengandung spirit ber-karya dengan keberagaman dan pluralnya kebudayaan Indonesia. Kera gaman material dan budaya yang direpresentasikan dalam karya dan produk inilah yang ditawarkan Indonesia kepada dunia.
Deputi Pemasaran Badan Eko-nomi Kreatif Joshua Simandjuntak mengatakan, “Salone del Mobile adalah pameran mebel yang juga menampilkan kriya yang berorientasi
desain,
i n t e l e c -tual property
(IP), atau karya cipta. Di sinilah kami pandang pentingnya hasil kurasi Bekraf untuk memilih produk-produk yang memiliki IP, yang dirancang oleh desainer dan dari sisi kualitas mumpuni.”
Sebanyak 27 peserta dari berbagai kota mengisi paviliun Indonesia di Salone del Mobile. Produk yang diangkat bervariasi. Ada yang menggunakan material rotan, kayu, serat alam, dan keramik. Hampir semua dikemas dengan desain modern dan keahlian ketukangan (craft manship). Yang menarik, ke-pia waian para desainer dalam merancang produk dibarengi pula dengan kepedulian mereka terhadap keberlanjutan lingkungan dan peru-bahan sosial.
Kurator IDentities Baskoro Junianto menambahkan, “Karya-karya yang terpilih adalah produk dengan desain orisinal, mengikuti tren global dalam mengeksplorasi material, dapat mengeksekusi ide dengan baik, dan memiliki story telling.”
Kepala Bekraf Triawan Munaf yang juga hadir di Salone del Mobile 2018 sepakat, kurasi sudah kian baik. Tolok ukurnya, ada transaksi langsung di Paviliun Indonesia selama berlangsungnya Salone del Mobile.
Bangun jejaring
Peserta Indonesia di Salone del Mobile dibagi menjadi dua kategori. Sebanyak 13 peserta untuk kategori industri dan 14 di kategori talenta kreatif.
“Pada kategori industri, peser-tanya adalah industri berbasis IP yang telah bekerja sama dengan desainer dan memiliki lini produksi di dalam industrinya. Kategori kedua adalah talenta kreatif, para desainer unggulan. Ini sesuai dengan
tema yang diusung, yaitu Global Creative Resources. Bahwa salah satu sumber kreativitas Indonesia adalah talentanya itu sendiri. Di pameran ini, mereka punya kesempatan besar untuk mendapatkan proyek-proyek,” jelas Joshua.
Salone del Mobile membuka peluang bagi para desainer un tuk membangun jejaring dan memperkuat pasar. Achmad Kurnia, pendiri sekaligus Direktur Siji Lifestyle yang mengikuti ajang ini pada kategori industri menampilkan salah satu karyanya. Ia memamerkan nampan atau tray untuk ditempel di dinding menjadi art statement.
Uniknya, nampan ini dibuat menggunakan pelepah pisang, ma-terial ramah ling kungan yang kini jarang dimanfaatkan secara optimal. Dalam berkarya, keberlanjutan memang menjadi perhatian Siji Lifestyle, yang pernah men dapatkan penghargaan sebagai juara pertama Sustainable Design Competition in Storage Category 2007.
Siji banyak mengeksplorasi material seperti eceng gondok, goni/
jute, gedebok pisang, kulit kayu, bagor (anyaman dari serat pohon palem), klobot atau daun jagung, dan cangkang kelapa sawit. Prinsipnya, material ini mudah didapat atau dibudidayakan, suplai dari area yang dekat, dan memiliki nilai ekonomi yang rendah.
“Buyer sangat tertarik ketika saya menjelaskan material yang digunakan, seperti eceng atau gedebok (pelepah), sampai bisa menjadi suatu produk unik yang berkualitas,” cerita Achmad.
Denny Priyatna, desainer yang masuk di kategori talenta kreatif, juga berharap keikutsertaannya di Salone del Mobile akan membuka kesempatan lebih jauh untuk mengembangkan desainnya. Denny
memang dikenal karena desainnya yang kerap mengeksplorasi perspektif baru sebagai cara bercerita (story telling) kepada audiens.
Di Salone del Mobile kali ini, Denny membawa koleksi baru, Cirva Collection. Ini adalah produk-produk kecil dari rotan yang berfungsi sebagai
desk organiser. “Pada produk ini, saya mencoba mengolah sisi dalam rotan yang masih jarang terlihat dengan cara mengukirnya,” tutur Denny.
Para desainer ini telah menjalani proses kreatif untuk penemuan-pen e muan estetisnya. Untuk mera-yakan keberagaman Indonesia dengan berbagai cara dan mendapat pengakuan di mata dunia. [NOV]
RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS
RAYAKAN TRADISI DENGAN
NAPAS KONTEMPORER
Identitas Indonesia tecermin dari karya yang
dihasilkan talenta-talenta terbaik negeri ini—
yang berkreasi dengan inspirasi kekayaan
Nusantara sekaligus gesit mengikuti gerak
zaman. Kreativitas dan inovasi dalam mencipta
itu kembali dibuktikan pada ajang penting
dunia, Salone del Mobile 2018.
KERAGAMAN
NUSANTARA
DI
SALONE
DEL MOBILE
Informasi prosedur pendukungan Bekraf dapat diakses lewat situs web satupintu.bekraf.go.id
Edisi Kreatorial dan Retas sebelumnya dapat diunduh di tautan bit.ly/dokumenberitabekraf
@BekrafID www.bekraf.go.id @bekraf.go.id Informasi
kegiatan Bekraf bisa diakses di
EKSPOR PRODUK EKONOMI KREATIF
INDONESIA 2016
Lainnya: 1%
Fashion: 56%
Kriya: 37%
Kuliner: 6%
Jawa Barat
Jawa Timur
Banten
Jawa Tengah
Jakarta
5 Besar Daerah Asal Ekspor
Ekonomi Kreatif
33,56%
20,85%
15,66%
14,02%
10,50%
Kontribusi
per Subsektor
Sumber: Survei Khusus Ekonomi Kreatif BPS dan Bekraf 2016
FOTO-FOTO DOK NABILA ARDHANI & IKLAN KOMPAS/ E SIAGIAN
FOTO-FOTO DOK BEKRAF & DENNY PRIYATNA
Paviliun Indonesia tidak
hanya menarik banyak
pengunjung untuk
melihat-lihat, tetapi juga
langsung bertransaksi.
Jadi kurasi kami semakin
lama semakin tepat. Kita
juga harus menyesuaikan
selera yang ada di sini. Ada
penyesuaian dari beberapa
teman, desain lebih ke
arah monokrom dengan
tidak meninggalkan akar
budayanya.
Triawan Munaf