• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Diskusi dan Penggunaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Metode Diskusi dan Penggunaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI

DAN DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PELAJARAN

FISIKA PADA KELAS VII SEKOLAH INDONESIA DAVAO-FILIPINA

Oleh: Dwi Apriyanti

NIM: 016440973

tiwi_pascal@yahoo.com

ABSTRAK.

Hasil pengamatan pendahuluan pada pembelajaran Fisika di kelas VII Sekolah Indonesia Davao, Filipina, menunjukkan terdapat banyak kendala. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan masih banyaknya siswa yang nilainya di bawah KKM terhadap materi Gerak dan Perubahan serta turunannya yaitu; Kecepatan, Jarak dan Waktu, serta Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Kendala tersebut antara lain: Kendala bahasa, dimana sebagian besar murid-murid tidak bisa berbahasa Indonesia, adanya gap antara siswa lulusan SID dan Sekolah Dasar Filipina dalam Matematika dan IPA, serta kendala budaya. Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini: 1. Mengetahui metode pembelajaran Fisika yang lebih tepat yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran fisika, kondisi murid dan kondisi sekolah. 2. Meningkatkan kemampuan murid-murid dalam mengerjakan soal-soal/ tugas-tugas baik perorangan maupun kelompok. 3. Meningkatkan rasa kebersamaan, menghormati perbedaan. 4. Bertanggung jawab untuk memperoleh hasil lebih baik dengan melaksanakan percobaan. Penggunaan metodologi pembelajaran yang variatif dan tepat, dalam hal ini metode pembelajaran diskusi dan demonstrasi menunjukkan hasil daya serap materi yang lebih baik dari metodologi ceramah. Dari hasil tes maupun observasi bisa dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata. Nilai rata-rata siklus I=38,95, Siklus II=74,74 dan siklus III=77,11.

(2)

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah 1. Identifikasi Masalah:

Berdasarkan beberapa kali hasil tes harian, diketahui bahwa nilai yang di dapat oleh oleh murid-murid kelas VII Sekolah Indonesia Davao dalam pelajaran Fisika kurang dari KKM. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan anak menyerap materi ajar yang disampaikan oleh guru sehingga hasil yang diharapkan bersama tidak tercapai; Pertama adalah metode ceramah yang selama ini digunakan dalam pembelajaran Fisika di kelas tersebut. Kedua, sebagian besar murid-murid kelas VII belum bisa berbahasa Indonesia dan yang ketiga adalah sebagian besar murid-murid tersebut lulusan dari Sekolah Dasar Filipina, dimana untuk kurikulum mata pelajaran IPA dan Matematika Sekolah Dasar Filipina secara umum masih di bawah standard kurikulum pelajaran IPA dan Matematika di Indonesia.

Selain memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki kekurangan. Casinto (2010:46). Menurut Casinto kelebihan metode ceramah adalah: Dapat digunakan untuk mengajar siswa dalam jumlah besar, tujuan pembelajaran dapat didefinisikan secara jelas, guru dapat mengendalikan isi, arah dan kecepatan pembelajaran dan ceramah yang inspiratif dapat memancing siswa untuk belajar mandiri. Sedang kekurangan metode ceramah adalah; Guru menjadi center pembelajaran yang kemudian membuat murid tidak aktif. Murid hanya mencatat apa yang disampaikan guru, yang terjadi adalah komunikasi satu arah dan itu sangat tergantung pada guru sebagai penyaji. Apabila guru sebagai penyaji tidak pandai mengkomunikasikan pelajaran, maka antusias murid pasti akan turun.

Dengan latar belakang murid yang sebagian besar tidak mengerti bahasa Indonesia, maka juga akan sangat membebankan guru untuk menerangkan materi Fisika dengan ceramah dan Tanya jawab. Selain akan memberatkan guru untuk menyampaikan dalam bilingual bahkan trilingual, akhirnya guru kehabisan waktu untuk menyelesaikan materi yang sudah dirancang dalam RPP.

Pembelajaran Fisika pada SMP selayaknya memberikan penekanan pada pemberian pengalaman langsung dalam kegiatan praktek untuk mengembangkan potensi murid yang ada sehingga murid bisa menemukan sendiri konsep-konsep atau definisi-definisi tanpa harus dibatasi oleh kendala bahasa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memiliki asas keadilan dimana segala macam potensi dan gaya belajar murid dapat dilayani dengan baik.

(3)

ide-idenya dengan baik serta dapat menghormati perbedaan pendapat diantara sesamanya. Diharapkan dari kegiatan di atas, pembelajaran Fisika bukanlah hanya menghapal teori-teori dan rumus-rumus, tetapi jauh dari pada itu dapat membuat murid mempunyai sikap kritis dalam mengamati, mencatat, bekerjasama serta dapat mengkomunikasikan ide-idenya dalam bahasa yang baik. Keterlibatan murid dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar yang dicerminkan dalam nilai yang di dapat dalam setiap tes.

2. Analisis Masalah.

Secara umum bahwa pembelajaran Fisika pada kelas VII Sekolah Indonesia Davao tidak mencapai sasaran karena disebabkan beberapa hal: 1. Metodelogi pembelajarannya yang kurang variatif. 2. Latar belakang murid-muridnya yang sebagian besar tidak bisa berbahasa Indonesia. 3. Sebagian besar murid-muridnya lulusan dari Sekolah Dasar Filipina yang secara umum materi IPA dan Matematikanya masih di bawah standar Indonesia.

Untuk meningkatkan prestasi belajar dan memiliki sikap bekerja ilmiah dan mampu berkomunikasi dengan baik, maka metodelogi pembelajarannya harus bervariasi, bukan hanya dengan metode ceramah dan Tanya jawab saja, tapi juga harus menggunakan metodelogi lain yang sesuai dengan pembelajaran Fisika, yang dapat mengembangkan potensi anak dan berkeadlian dengan cara dapat melayani lebih banyak lagi gaya belajar murid.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Memadukan metode ceramah dengan metode diskusi serta metode demonstrasi diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru pada pembelajaran Fisika di kelas VII Sekolah Indonesia Davao.

B. Rumusan Masalah.

Dengan melihat permasalahan di atas maka:

1. Apakah metode diskusi dan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat belajar murid murid kelas VII Sekolah Indonesia dalam belajar Fisika? 2. Apakah ada peningkatan prestasi ketika digunakan metode diskusi dan

metode demonstrasi dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu metode ceramah? Peningkatan prestasi bisa dilihat dari kenaikan nilai rata-rata kelas. C. Tujuan Penelitian.

1. Membuat siswa mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal yang diukur dari hasil Ujian Akhir Sekolah.

2. Melalui metode Diskusi kelompok maupun diskusi kelas, siswa diharapkan mempunyai rasa kebersamaan dan menghargai pendapat orang lain, melatih emosional dan melatih berargumen dengan =las an-alasan yang logis berdasarkan fakta dan data serta bersikap sopan santun.

(4)

melalui percobaan-percobaan yang dilakukan secara jujur, tanapa ada rekayasa dari hasil percobaannya.

D. Manfaat Penelitian. 1. Bagi Siswa :

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Fisika b. Meningkatkan hasil belajar siswa

c. Memupuk rasa kebersamaan siswa

d. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dengan sopan serta dapat berargumen dengan alas an-alasan yang logis dan rasional dan menghargai pendapat orang lain.

e. Melatih siswa jujur serta objektif dalam menerima hasil. 2. Bagi Guru :

a. Memperbaiki strategi pembelajaran.

b. Melatih rasa dan kepekaan guru terhadap karakteristik murid.

c. Meningkatkan ketrampilan guru untuk memilih metode yang lebih tepat sesuai dengan karakteristik murid dan lingkungan

d. Melatih guru untuk selalu termotivasi melakukan inovasi dalam pembelajaran.

e. Menghilangkan kesombongan guru bahwa guru adalah pusat daripembelajaran.

3. Bagi Sekolah :

a. Hasil penelitian ini bisa dijadikan refrensi bagi guru-guru lain yang mempunyai problem yang sama.

b. Mutu sekolah akan semakin baik, terutama dalam peningkatan Standar Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Fisika.

c. Dapat membantu sekolah dalam memetakan sekaligus mencari solusi permasalahn belajar siswa.

II. Kajian Pustaka.

A. Metode Pembelajaran. 1. Definisi

Metode Pembelajaran terdiri dari dua kata “Metode” dan “Pembelajaran”. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Gita Media Press: 448) Metode adalah cara sistematis dan berpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Pembelajaran terambil dari kata ajar, yang dalam kamus yang sama (hal:24) pembelajaran mempunyai arti proses atau cara menjadikan orang belajar. Abdorrakhman Gintings (2010:42) memberikan definisi metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.

Dari definisi di atas kita dapat simpulkan pengertian metode pembelajaran adalah cara ilmu atau jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan dari belajar dan mengajar.

(5)

Macam-macam metode pembelajaran sebenarnya sangat banyak, tergantung dari keunikan mata pelajaran yang diajarkan. Casinto dalam bukunya Handbook on Principles of Teaching (2010:45) ada tujuh macam metode pembelajaran yaitu:

a. Ceramah b. Demonstrasi c. Diskusi d. Studi kasus e. Simulasi

f. Instruksi Individu g. Kerja Group

3. Cara Menentukan/ Memilih Metode Pembelajaran.

Sebelum kita menerapkan metode pembelajaran dalam suatu kelas. Dalyono (2007:23) mengingatkan agar seorang guru harus mengetahui dan memerlukan prinsip-prinsip psikologi. Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2006:46) menambahkan ada 5 macam yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran yaitu: 1. Tujuan berbagai jenis dan fungsi lembaga pendidikan. 2. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, latar belakang ekonomi, sosial dsbnya. 3. Situasi yang berbagai macam keadaan. 4. Fasilitas yang berbagai kualitasnya. 5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

4. Metode Pembelajaran Diskusi dan Demonstrasi.

a. Metode Pembelajaran Diskusi.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Diskusi adalah pembahasan atau tukar pikirantentang suatu maslah yang dilakukan oleh dua orang atau l;ebih demi mendapatkan kesimpulan.

Killen dalam Surya Dharma, Ph.D (2008) mengatakan bahwa

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan metode.

Surya Dharma membagi diskusi ke dalam beberapa kategori; Diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, symposium dan diskusi panel.

Sanjaya (2007) dan Sabri (2005) mengatakan ada beberapa keunggulan dan kekurangan dalam metode pembelajaran diskusi kelas antara lain:

a.1. Kelebihan Metode Diskusi.

(6)

a.1.3. Memberi kesempatan siswa dapat mwnyelesaikan problem bersama-sama.

a.1.4. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.

a.1.5. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri menyetujui atau menentang pendapat teman-teman.

a.1.6. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi.

a.1.7. Melatih siswa untuk dapat berfikir secara matang-matang sebelum berbicara.

a.1.8 Melatih siswa berbicara secara sistematis.

a.1.9. Menambah wawasan siswa terhadap problem yang di bahas. a.2. Kekurangan Metode Diskusi.

a.2.1. Tidak semua topik dapat di jadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematik saja yang dapat didiskusikan.

a.2.2. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.

a.2.3. Sulit menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi. a.2.4. Biasaanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat.

a.2.5. Pembicaraan di dalam diskusi lebih di dominasi oleh siswa yang berani dan telah terbiasa bicara.

a.2.6. Memungkinkan minculnya rasa permusuhan antar kelompok,dan menganggap kelompoknyalah yang paling benar.

Agar guru dapat memaksimalkan dan mengeksplorasi kemampuan murid serta agar semua murid aktif, maka seorang guru benar-benar harus jeli menjadi moderator dalam diskusi kelas tersebut.

b. Metode Pembelajaran Demonstrasi.

Muhibbin Syah (1995) Mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode

Demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

b.1. Keunggulan Metode Demonstrasi

(7)

Disamping itu, perhatian siswapun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya.

b.1.2. Dapat membimbing siswa kea rah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

b.1.3. Ekonomis dalam jam pembelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

b.1.4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatnnya.

b.1.5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan, maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

b.1.6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

b.2. Kekurangan Metode Demonstrasi

b.2.1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.

b.2.2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

b.2.3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik.

b.2.4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.

b.2.5. Memerlukan banyak waktu, kadang-kadang hasilnya sangat minimum. b.2.6. Kadang hal-hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

b.2.7. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

B. Media Pembelajaran 1. Definisi

Media Pembelajaran terdiri dari dua kata “Media” dan “Pembelajaran”. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Gita Media Press: 441) kata Media mempunya arti sebagai berikut: 1. Sarana, alat; 2. Perantara, penghubung; 3. Yang terletak di antara dua pihak. 4.

(8)

alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep.

2. Macam-Macam Media Pembelajaran

Haryanto S.Pd membagi media pembelajaran secara garis besar terbagi kedalam :

a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya c. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan

sejenisnya

d. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

3. Cara Memilih Media Pendidikan.

Abdorrakhman Gintings membuat kriteria untuk memilih media pembelajaran yang baik dan efektif sebagai berikut:

a. Harus menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.

b. Sesuai dengan karakteristik kelas.

c. Sesuai dengan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dirancang d. Sesuai dengan tempat penyelenggaraan belajar dan pembelajaran.

e. Memuat informasi yang dapat memicu terjadinya proses belajar mengajar yang interaktif

(9)

h. Didukung oleh sarana prasarana.

i. Biayanya cukup terjangkau oleh sekolah. C. Hasil Belajar.

1. Belajar.

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Heru Prasusi mendefdinisikan belajar sebagai proses berkelanjutan dimulai dari titik awal yang sebelumnya tidak bisa atau mengerti. Atau, belajar yaitu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.

Abdorrakhman Gintings (2010:34) menyatakan bahwa definisi modern tentang belajar adalah “Pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku”. Menurut Bloom dalam Gintings (2010:35) bahwa tingkah laku dapat dibedakan atas tiga ranah: Pengetahuan (Cognitive), Ketrampilan (Psychomotoric) dan Sikap (Affective).

Kolesnik dalam Asturias (2004:21) mengatakan bahwa “Learning may be defined as the acquisition, retention, and application of knowledge, skills, attitudes, ways of thingking, on some other type of new response

Asturias juga menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks, yang menghasilkan perubahan pada pada tingkah laku dan belajar adalah hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya.

2. Hasil Belajar.

Heru Prasusi mendefinisikan Hasil Belajar adalah akibat dari proses belajar dengan adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah menerima pengalaman belajar. Peningkatan hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan/ membandingkan selisih nilai pretes dengan nilai post tes.

Menurut Gintings bahwa apabila pendapat Bloom diterapkan dalam tujuan proses pembelajaran, maka ada tiga domain yang harus meningkat yaitu: Cognitive, Psychomotoric dan Affective dibandingkan dengan kondisi awal, maka itulah yang disebut dengan hasil belajar.

3. Hasil Belajar dalam Fisika

Secara umum, hasil belajar dalam pelajaran Fisika sama dengan hasil belajar mata pelajaran IPA lainnya, yaitu adanya perubahan sikap dan tingkah laku siswa dari aspek ketrampilan berfikir, bekerja, berkomunikasi, bersosialisasi yang diukur dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes. Selain itu, hasil belajar juga harus bisa memenuhi indikator-indikator yang sudah dibuat berdasarkan SK-KD mata pelajaran IPA yang dijabarkan dalam RPP.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

(10)

1. Subjek Penelitian adalah murid-murid Sekolah Indonesia Davao-Filipina kelas VII yang berjumlah sembilan belas murid, pada mata pelajaran Fisika.

2. Tempat Penelitian adalah kelas VII Sekolah Indonesia Davao-Filipina yang terletak dalam compound Konsulat Jenderal RI Davao City, Ecoland Sub. Division, Matina, Davao City 8000, Philippines.

3. Waktu Penelitian dimulai dari tanggal; 5 Juli 2012- 2 Agustus 2012 N0 Hari/Tanggal Kela

s

Materi Pelajaran Siklus Metode

1 Kamis, 5 Juli 2012 VII Gerak dan Perubahan I Ceramah & Tanya

Jawab 2 Kamis, 19 Juli 2012 VII Kecepatan, Jarak dan

waktu

II Ceramah & Tanya

Jawab & Diskusi 3 Kamis, 2 Agustus 2012 VII GLB dan GLBB III Ceramah & Tanya

Jawab &

Demonstrasi

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan. 1. Perencanaan

a. Membuat skenario pembelajaran

b. Membuat perencanaan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya setelah mengamati (observasi) dan menilai hasil tes.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan apa yang sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan di kelas, sesuai dengan jadwal dan materi yang diajarkan.

a. Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah dibuat oleh guru tersebut pada setiap siklus

b. Mengobservasi dan mencatat murid dan guru yang dilakukan oleh teman sejawat pada setiap siklus

c. Melakukan tes setiap selesai pembelajaran pada setiap siklus.

d. Mengevaluasi setiap siklus dengan cara membandingkan hasil tes yang di dapat murid ketika menerima pelajaran dengan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi.

3. Instrumen Penilaian/ Pengamatan.

(11)

b. Untuk mengamati aktifitas guru, seperti apakah sudah sesuai dengan RPP, mengatur ruangan, respon terhadap aktifitas di kelas digunakan lembar observasi.

c. Untuk mengamati sejauh mana siswa memahami dan mengaplikasikan pengetahuannya digunakan tes multiple choice pada setiap akhir siklus. 4. Teknik Analisa Data

a. Guru mengumpulkan data-data tentang murid, terutama sebelum adanya Penelitian Perbaikan Pembelajaran, seperti nilai tugas, nilai tes harian, quiz latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, latar belakang bahasa, kehadiran, keaktifan di kelas dsb.

b. Mengumpulkan data tes akhir setiap selesai siklus. c. Mengolah dan menafsirkan data.

d. Menindak lanjuti hasil dari pengolahan dan tafsiran data tersebut di atas. Tabel 1. Nilai Hasil Tes Setiap Siklus (Kuantitatif)

No Nama Siswa Nilai Keterangan Komentar

1 Sama/ di bawah/ di atas

Tabel 2. Nilai Hasil Tes Setiap Siklus dalam persentase (%) kualitatif No Nilai Jumlah

Siswa

Jumlah Nilai

Prosentase ( % )

Dibawah KKM Sama dengan KKM Diatas KKM

1 2

19

(12)

3

19

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

1. Nilai 4. Tes Per siklus.

2. Nilai Afeksitas

Kedisiplinan 87 100 87 %

Keaktifan 40 100 40 %

Ketertiban 78 100 78 %

N O

NAMA MURID NILAI TES PER-SIKLUS

I II PENINGKATAN III PENINGKATAN

1 Anglie Q. Betahay 70 85 15 90 5 2 Fernan C. Santoso 35 75 40 80 5 3 Sarah Sasamu 45 75 30 75 0 4 Ivan Loyd Bacquiano 20 85 65 85 0 5 Gilbert Daling Kansil 30 80 50 75 -5 6 Raldo M. D. Polii 30 75 45 75 0 7 Aaron J.F. Paparang 30 60 30 65 5 8 Jerrica M. Damasin 25 75 50 75 0 9 Joshua M. Manis 40 80 40 80 0 10 Jessika Kalentuang 35 70 35 70 0 11 Precious V.

Kalentuang

25 70 45 75 5

12 Risline G. Lumpid 45 70 25 80 10 13 Kristina P. Mendome 55 70 15 75 5 14 Imee Sendiang 70 90 20 95 5 15 Aprian M. Pangumpia 45 80 35 80 0 16 Jhon Angelo Tulas 35 80 45 75 -5 17 Herman Arbaan 50 75 25 80 5 18 Reinheart S.

Mendome

35 60 25 65 5

(13)

ASFEK YANG DIAMATI

SIKLUS II SKOR YANG

DIPEROLEH

SKOR SEHARUSNYA

PROSENTASE

Kehadiran 19 19 100 %

Kedisiplinan 88 100 88 %

Keaktifan 70 100 70 %

Ketertiban 80 100 80 %

c. Tabel 7. Siklus III

ASFEK YANG DIAMATI

SIKLUS III SKOR YANG

DIPEROLEH

SKOR SEHARUSNYA

PROSENTASE

Kehadiran 19 19 100 %

Kedisiplinan 92 100 92 %

Keaktifan 85 100 85 %

Ketertiban 90 100 90 %

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Kalau kita lihat data yang ada, maka dari siklus I ke siklus ke II ada kenaikan rata-rata kelas. Rata-rata kelas yang sebelumnya pada siklus I yaitu 38,95 pada siklus II naik menjadi 74,74 dari jumlah siswa 19 orang. Dilihat dari data prosentase nilai siklus II nilai paling rendah 60 dimana pada siklus sebelumnya 20. Nilai tertinggi pada siklus I yaitu 70, sedang pada Siklus II nilai tertinggi adalah 90. Kita juga dapat melihat adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus III apabila dibandingkan dengan siklus II. Nilai rata-rata pada Siklus III ini yaitu 77,11 sedang pada Siklus II nilai rata-ratanya adalah 74,74, berarti ada kenaikan rata-rata sebesar 2,37.

Untuk afeksitas murid juga terjadi kenaikan yang signifikan rata-ratanya, baik kehadiran, kedisiplinan, keaktifan murid dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta ketertiban mematuhi aturan ketika kegiatan belajar mengajar sedang dilaksanakan.

Hal ini bisa disimpulkan bahwa kombinasi metode pembelajaran ceramah, diskusi dan demontrasi apabila disiapkan secara baik dan benar akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar murid.

(14)

Pada hakekatnya suatu Penelitian Tindakan Kelas pada setiap Satuan Pendidikan adalah sebuah “respon cepat” dari seorang guru terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas ketika suatu proses Kegiatan Belajar Mengajar dilaksanakan. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan adanya latar belakang masalah. Dari latar belakang permasalahan itulah, guru lalu mengidentifikasi permasalahan itu untuk kemudian dianalisis serta dirumuskan permasalahannya yang terjadi di dalam kelas. Langkah selanjutnya adalah guru membuat hipotesa, baik hipotesa tentang latar belakang dan sebab terjadinya permasalahn serta hipotes tindakan yang akan dilakukan.

Dari kegiatan Penelitian Kelas di kelas VII Sekolah Indonesia Davao pada pelajaran Fisika yang dilakukan dengan tiga Siklus, akhirnya penulis dapat menyimpulkan sebagagi berikut:

1. Penerapan berbagai Metode Pembelajaran yang dilakukan secara tepat akan meningkatkan hasil belajar para murid.

2. Penerapan Metode Pembelajaran yang bervariasi akan melahirkan keaktifan para murid.

3. Penerapan Metode Pembelajaran yang tepat dan bervariasi akan membuat suasana kelas lebih kondusif dan para murid akan merasa lebih nyaman dan senang belajar di dalam kelas.

B. Saran

Sebagai penyampai pengetahuan (Tranferer) dan pembentuk karakter/ kepribadian (Tranformer), guru menjadi manager di kelas. Guru disarankan untu tidak pernah berhenti berinovasi dalam menciptakan kelas menjadi kelas yang hidup dan kelas yang kondusif. Karena pada kelas itulah murid akan merasakan senang dan nyaman ketika belajar.

Penggunaan berbagai Metode Pembelajaran juga sangat disarankan, disesuaikan dengan kondisi mata pelajaran/ materi yang hendak disampaikan, kondisi sekolah, kondisi guru itu sendiri dan kondisi para murid, agar semua yang terlibat dalam Proses Belajar Mengajar menjadi bergairah dan bersemangat, terutama para murid, mengembangkan semua potensi yang ada dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru.

(15)

perwakilan murid dan pihak KJRI disarankan agar lebih sering berbicara dari hati ke hati. Dimana Pembina asrama dan pihak KJRI dalam hal ini menjadi pengganti dari orang tua murid yang sebagian besar tinggal di asrama.

Berdasarkan dari kesimpulan diatas untuk menindaklanjuti hasil penelitian tindakan kelas ini, guru dituntut untuk mempersiapkan strategi pembelajaran yang tepat sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik seluas-luasnya dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Ada beberapa kendala yang sering menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran, guru dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan materi yang bersifat fakta bukan bersifat prinsip. Disini disarankan agar dalam menyampaikan materi dengan prinsip secara umum agar siswa dilatih memecahkan berbagai persoalan. Upaya agar di sekolah menarik dan meyenangkan bagi siswa sehingga motivasi siswa untuk belajar meningkat maka guru harus menciptakan model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asturias, Marilou, 2004, Educational Psychology, Mandaluyong City, Book Atbp. 2. Casinto, Dr. Carlo Domingo, 2010, Handbook on Principles of Teaching 1, Manila,

Philippines, Rex Book Store.

3. Dalyono, Drs. M, 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta

4. Dharma, Surya, MPA, Ph.D, 2008, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta, Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional 5. Djamarah, Syaiful Bahri; Zain, A, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta. 6. Gintings, Prof. Abdorrakhman, 2010, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung,

(16)

7. Haryanto, S.Pd, http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/

diunduh tanggal 28 Juni 2012.

8. Kasan, Tholib, 2009, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta, Studia Press

9. Prasusi, Heru, (2009), Pengaruh Kompetensi Profesi Guru, Kretivitas Guru dan Superlink Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Kelas X Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Tangerang, Matahari Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Vol 10, hal 4.

10. Sabri, Ahmad, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Quantum Teaching 11. Sanjaya, Wina, 2007, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana

12. Suhartono, Suparlan, M.Ed, Ph.D, 2009, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media. 13. Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja

Rosdakarya

14. Tim Prima Pena, tanpa tahun, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Gita Media Press. 15. Wardhani, IGAK.: Wihardit, K, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas

(17)

Gambar

Tabel 2. Nilai Hasil Tes Setiap Siklus dalam persentase (%) kualitatif
Tabel 5. Siklus I
Tabel 7. Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

pendidikan ibu, nilai aset, pendapatan per kapita, dan pengeluaran per kapita keluarga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kesejahteraan keluarga

* Disesuaikan dengan nama lembaga penelitian dan atau pengabdian kepada masyarakat di PT...

a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat. b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru bimbingan dan konseling tentang bagaimana metode yang dilakukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

o Clip, digunakan untuk ‘memotong’ dan ’menggunting’ suatu layer (layer yang bertindak sebagai objek) berdasarkan (batas- batas yang di miliki oleh) layer yang lain