BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Persaingan bisnis di bidang kesehatan terjadi pada seluruh tingkat pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai penyedia jasa kesehatan harus
meningkatkan pelayanan agar tetap bertahan dan berkembang sehingga pelanggan akan merasa puas. Kualitas rendah yang diberikan oleh rumah sakit akan menimbulkan ketidakpuasan pada pelanggan yang menerima layanan yang
juga berdampak pada orang lain (Lupiyadi & Hamdani, 2006). Kepuasan pasien merupakan perasaan senang atau kecewa yang ada pada seseorang setelah
membandingkan hasil dari harapan pasien. Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang hingga pasien meninggalkan rumah sakit (Kotler & Keller, 2007)
Kebutuhan dan harapan terhadap pelayanan yang cepat dan tepat,biaya pengobatan yang murah, tenaga medis yang terampil serta sikap yang ramah dan
komunikatif merupakan sebagian dari tuntutan pasien. Namun hanya sebagian pelayanan kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut (Simbolon, 2011). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling mengetahui keadaan
kesehatan dan kebutuhan pasien. (Potter & Perry, 2005). Menurut Worlh Health
Organization (WHO) sehat merupakan suatu keadaan sejahtera yang ,meliputi
sering diabaikan dalam pemberian kebutuhan pasien yang hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan fisik.
Pada pasien dengan penyakit kanker, kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi selain aspek kebutuhan lainnya seperti aspek fisik dan pengobatan, karena penyakit ini berdampak pada aspek kehidupan
penderita baik secara fisik, psikologis maupun spiritual. Spiritual merupakan salah satu sumber koping dan memberikan dampak yang positif bagi kesehatan dan
dapat dijadikan sebagai sumber kesembuhan (Nuraeni, 2015). Dunning (2003 dalam Sidabutar, 2013) menjelaskan apabila kebutuhan spiritual seseorang tidak dipenuhi orang tersebut berisiko depresi dan dapat memgurangi makna spiritual
dan perdamaian.Perawat memberikan kebutuhan spiritual dengan berfokus dalam memampukan batin pasien dalam menemukan tantangan hidup, memperoleh
makna, tujuan dan memiliki wawasan terhadap kesehatan (Vincensy, 2011)
Pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan berpengaruh pada peningkatan status kesehatan pasien. Spiritual dapat meningkatkan kemampuan
dalam menghadapi penyakit yang diderita. Pada pasien kanker bermanfaat dalam menjaga harga diri, ketenangan emosional meningkatkan harapan hidup. Hasnani
(2011) menjelaskan bahwa apabila spiritualitas seseorang berkurang akan berdampak pada penurunan kualitas hidup pada dimensi psikologis sebesar 19.286
kali dibanding dengan tingkat spiritualitas pasien yang tinggi.
terjadi pada 70% penderita kanker melalui berbagai mekanisme keadaan seperti peningkatan tekanan intrakranial,ulserasi jaringan, penekanan terhadap jaringan
saraf dan akibat pengobatan seperti pembedahan, kemoterapi, dan radiasi yang berdampak pada spiritual pasien.(Dunleavey, 2009)
Pasien kanker memandang kanker secara spiritual sebagai petualangan dan
menemukan potensi untuk tumbuh dan membuat arti kehidupan, sebagian bersikap bersyukur, spiritual sebagai cara bertahan hidup, memiliki harapan dan
keyakinan merupakan suatu keharusan, sebagian mengatakan bahwa pasien masih hidup dikarenakan sikap bersyukur, harapan, dan kepercayaan (Stein,
Kolidas&Moadel, 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% hingga 90% penderita kanker menjelaskan kebutuhan spiritual sangatlah penting dan 32% pasien kanker
mengekspresikan bahwa bagi seseorang untuk dapat berdiskusi pada orang lain tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan spiritualitas merupakan suatu kebutuhan, serta 72% pasien kanker stadium lanjut bahwa kebutuhan
spiritual pasien dipenuhi secara minimal bahkan sebagian besar merasa tidak menerima dukungan spiritual (Stein, Kolidas&Moadel, 2013).Kebutuhan spiritual
pasien dengan kondisi terminal meliputi kebutuhan religi atau agama seperti mendatangkan pemuka agama, menyediakan perlengkapan ibadahdan kebutuhan
eksistensi diri (Nuraeni, 2015).
Pasien yang puas terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui komunikasi dari mulut ke mulut yang akan menjadi informasi sebagai referensi
untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan, kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan, pasien yang
pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu berdasarkan pengalaman masa lalu, dan sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas, sumber
daya manusia serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Hodge, Sun dan Wolosin (2014 dalam Nuraeni, 2015) menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara kebutuhan spiritual dengan kepuasan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2016) juga
menyatakanbahwa kepuasan pasien meningkatsebesar 42,9% setelahdilakukanpenerapanasuhankeperawatanspiritual.
RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit yang besar dengan jumlah
pasien yang besar pula yang berasal dari berbagai daerah. Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit ini sebesar 80%. Oleh
sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP H Adam
Malik Medan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian yang perlu diketahui adalah bagaimana gambaran tingkat kepuasan
klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP H Adam Malik Medan.
1.3.Tujuanpenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP H Adam Malik
Medan.
1.4. Manfaatpenelitian
1.Bagi pendidikan keperawatan
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan bacaan perpustakaan.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Sebagai referensi dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
optimal pada pemenuhan kebutuhan spiritual.
3. Bagi penelitian keperawatan
Untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dalam melakukan