Bertalina 1)
Dewi Sri Sumardilah 2)
1)Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang e_mail : bertalina@yahoo.com
Abstract : Factors Compliance Diet of Patients Chronic Renal Failure which Undergoing Hemodialysis. Kidney disease is one cause of death in Indonesia, where the number of patients continues to grow. The purpose of research to determine the factors associated with adherence to the diet of patients with chronic renal failure (CRF) undergoing hemodialysis at the RSUD Abdul Moeloek Province Lampung. The study used a cross-sectional population of CRF patients undergoing hemodialysis in Haemodialysis of space with the number of respondents (sample) as many as 71 people. Data collection using questionnaires and interviews, and then processed statistically (univariate and bivariate). Bivariate analysis using Chi Square test and logistic regression for the most dominant variable. Results showed respondents abiding by 49.3%. Bivariate results obtained variables related to dietary compliance is knowledge, attitude and family support. Multivariate results showed that the most dominant variable is the knowledge (pv = 0.003 and OR = 5938) after controlling the variables attitude and family support.
Key Words: diet, interaction with health workers, family support
Abstrak : Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa.
Penyakit ginjal merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia, dimana jumlah penderita terus bertambah. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa di RSUD. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan populasi pasien GGK yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa dengan jumlah responden (sampel) sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung dan kemudian diolah secara statistik (univariat dan bivariat). Analisis bivariat menggunakan Chi Square serta untuk melihat variabel yang paling dominant digunakan uji Regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan responden yang patuh sebesar 49.3%. Hasil bivariat didapat variabel yang berhubungan dengan kepatuhan diet adalah pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga. Hasil multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan adalah pengetahuan (pv=0,003 dan OR = 5.938) setelah dikontrol dengan variabel sikap dan dukungan keluarga.
Kata Kunci : diet, interaksi dengan petugas kesehatan, dukungan keluarga
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipasi dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional, setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia
akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi Negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat (UU Kesehatan No 36, 2009).
ginjal sebanyak 300 ribu orang dengan hemodialisis sebanyak 220 ribu orang. Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisis 10 ribu orang (wati, 2011).
Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) bagi pasien rawat inap, dimana secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan, yaitu asuhan medik, asuhan keperawatan dan asuhan gizi. Tujuan asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan gizi pasien secara optimal. Asuhan gizi pada pasien rawat inap meliputi lima rangkaian kegiatan yaitu pengkajian status gizi, penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam diet, konseling atau konsultasi gizi dan evaluasi serta tindak lanjut pelayanan gizi (Depkes RI, 2003).
Di zaman sekarang ini banyak ditemukan kelainan pada ginjal diantaranya gagal ginjal. Pasien gagal ginjal memerlukan penanganan dengan hemodialisa, dialisis peritoneal atau hemofiltrasi untuk mencegah komplikasi serius, lamanya penanganan tergantung pada penyebab dan luasnya kerusakan ginjal. Pasien dan keluarga memerlukan bantuan, penjelasan dan dukungan selama masa hemodialisa. Anggota keluarga mungkin takut untuk menyentuh dan mengajak bicara kepada pasien selama prosedur dilakukan namun demikian mereka perlu didorong dan dibantu untuk melakukannya (Smeltzer, 2002).
Penderita yang berada pada stadium
akhir untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya diperlukan terapi pengganti yaitu hemodialisa (HD),
peritoneal dialisis mandiri
berkesinambungan Continuos
Ambulantory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal (Wilson & Price, 1994). Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktifitas
metabolik atau endokrin yang
dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Pasien harus menjalani dialisis sepanjang hidupnya atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan (Smeltzer, 2002).
Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisa sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sukar untuk dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992). Menurut Niven (2002) dan Stein (1986), factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pemahaman tentang instruksi (pengetahuan), kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan sikap dan kepribadian serta pendidikan. Berdasarkan penelitian tahun 2004 di rumah Sakit Umum dr.Pringadi Medan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan pada penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjadi hemodialisa, menunjukan 67,3% penderita yang patuh dan 32,75 penderita yang tidak patuh. Hal tersebut antara lain karena dipengaruhi faktor keterlibatan tenaga kesehatan dan faktor lamanya (> 1 tahun) menjalani hemodialisa (Ikaristi, 2007).
Di rumah Sakit Umum dr.Pringa di Medan jumlah penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di ruangan hemodialisa pada tahun 2006 sebanyak 12,83 dari seluruh pasien rawat jalan di bagian penyakit dalam. Tahun 2007 meningkat menjadi 14,48%, dan tahun 2008 menununjukkan 23,5%. Dengan meningkatnya proporsi penderita gagal ginjal kronik harus dicermati bagaimana pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal tersebut. Karena dengan adanya pengaturan diet yang baik maka penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal kembali, dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisis untuk jangka waktu yang cukup lama (Ikaristis, 2007).
13% dari sekitar 50.000 orang pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia menderita gagal ginjal. Penderita gagal ginjal tahap akhir/ terminal di Indonesia bertambah sekitar 100 orang pasien setiap 1 juta penduduk/ tahun dan hanya 3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu orang penderita gagal ginjal di Indonesia saat ini (Sapri, 2004).
Pengaturan diet pada penyakit GGK yang menjalani HD sedemikian komplek, pengaturan diet sukar untuk dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (sidabutar,1992). Menurut Sapri, ( 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi asupan cairan menunjukkan 32,7% penderita yang tidak patuh hal tersebut
diantaranya dipengaruhi faktor
keterlibatan tenaga kesehatan dan faktor lamanya menjalani HD dan menurut Utami,(2010) ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan keluarga.
Jumlah pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisis di RSUD Hi. Abdul Moeloek pada tahun 2006 sebanyak 2.028 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 2.100 orang dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi sebanyak 2.340 orang. Hasil penelitian Azizah (2011), asupan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2011, 50% melebihi dari kebutuhan.Dengan meningkatnya jumlah penderita GGK yang menjalani hemodialisis, maka perlu dicermati bagaimana tingkat kepatuhan penderita gagal ginjal tersebut terhadap diet yang diberikan, karena dengan adanya pengaturan diet yang baik maka penderita dapat hidup normal dan produktif serta dapat menunda dialisis (ikaristri,2007). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani Hemodialisa RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2012”.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana pengukuran dan pengumpulan data dilakukan hanya satu kali pada satu saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien GGK yang menjalani hemodialisa dalam 1 bulan di ruang hemodialisa di RSUD Abdul Moeloek , yaitu sebanyak 195 orang.
Sampel penelitian ini adalah Pasien GGK yang menjalani Hemodialisa yang dihitung dengan rumus perhitungan menurut Lemeshow (1997). Dari perhitungan tersebut didapat 71 sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yaitu metode pengampilan sampel dengan mengambil responden secara acak. Waktu pengumpulan data dilaksankan pada bulan Juni-Juli 2012. Data diolah secara statistik : univariat, bivariat untuk melihat hubungan dan multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan dengan uji regresi logistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Univariat
Hasil univariat yang akan sajikan meliputi usia, jenis kelamin, lama menjalani hd, pengetahuan, pendidikan, interaksi dengan nakes, dukungan keluarga, sikap dan kepatuhan diet sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1: Distribusi Responden berdasarkan Usia, jenis
Interaksi dengan Nakes,
Dukungan keluarga, Sikap dan Kepatuhan Diet Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa
Hasil univariat menunjukkan distribusi responden terbanyak pada usia 41-60 tahun yaitu sebanyak 53,5%, jenis kelamin laki-laki 56,3%, 66,2 % dari responden bekerja, 94.4% responden telah menjalani hemodialisa ≥5tahun, 52,1% responden mempunyai pengetahuan kurang, 67.6% responden mempunyai
antara pengetahuan dengan kepatuhan diet. Hasil penelitian juga menunjukkan pasien dengan pendidikan tinggi yang patuh terhadap dietnya sebesar 52.1% dan pasien dengan pendidikan rendah yang patuh terhadap dietnya 43.5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.671, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan diet.
Responden dengan interaksi tinggi dengan tenaga kesehatan yang patuh dengan dietnya 50.0% dan responden yang interaksinya rendah dengan petugas kesehatan yang patuh terhadap dietnya 48.3%. hasil uji statistik diperoleh nilai p=1.0, yang berarti yidak ada hubungan yang bermakna antara tingginya interaksi tenaga kesehatan dengan kepatuhan diet. Responden dengan dukungan keluarga baik yang patuh terhadap diet yang dianjurkan 63.2% dan responden dengan dukungan keluarga kurang yang patuh terhadap dietnya hanya 33.3%.hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.023, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan kepatuhan diet.
Hasil penelitian juga menunjukkan responden yang mempunyai sikap positif yang patuh terhadap dietnya adalah 65,6% dan responden dengan sikap negatif yang patuh terhadap dietnya adalah 30.6%. hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.003, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan diet.
Hasil Multivariat
Hasil multi variat dengan uji regresi logistik model akhir antar variabel pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dengan kepatuhan diet dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Uji regresi Logistik
Model Akhir Antara
Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Diet Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa
Varia bel Indep enden
P Value
OR
CI 95% Lowe r
Uppe r
Pengetahua
n 0.003
5.93
8 1.808
19.50 2 Dukungan
Keluarga 0.024 3.94
5 1.198
12.99 3 Sikap
0.060 2.94
7 0.957 9.077
Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan diet adaah pengetahuan dan dukungan keluarga dengan pv<0.05. dari hasil analisis didapatkan bahwa variabel pengetahuan memiliki OR terbesar yaitu 5.938 artinya responden yang memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 5.938 kali untuk patuh terhadap dietnya setelah dikontrol dengan variabel dukungan keluarga dan sikap. Variabel sikap responden tidak menunjukkan ada hubungan yang bermakna atau signifikan secara statistik (p value>0.005) merupakan variabel
counfounding (pengganggu) pada
penelitian ini.
Pembahasan
Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan
yang patuh dengan asupan cairan sebanyak 67,3 % di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan lebih rendah dari hasil penelitian Utami (2010), dimana responden yang patuh (57,5%) terhadap pembatasan diet dan asupan cairan.
Kepatuhan diet yang rendah dimungkinkan karena dalam penelitian ini kepatuhan tidak hanya melihat konsumsi cairan tetapi juga melihat melihat konsumsi sehari-hari pasien dengan melihat pola makan, konsumsi protein dan konsumsi natrium, kalium dan kalsium.
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet diperoleh bahwa ada sebanyak 24(70.6%) responden dengan pengetahuan baik patuh terhadap diet yang dianjurkan dan responden dengan pengetahuan rendah 11 (29.7%) patuh terhadap diet yang dianjurkan. Hasil uji statistic diperoleh nilai p =0.001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian kepatuhan diet antara responden dengan pengetahuan baik dan kurang (ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet).
Pada penderita yang mempunyai
pengetahuan yang lebih baik
memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman dan menpunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari kesehatan (Notoatmojo,2003)
Pengetahuan seseorang tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memilih dan memutuskan terapi hemodialisa yang sesuai dengan
kondisinya, dengan pengambilan
keputusan yang tepat ketaatan klien dalam menjalani terapi hemodialisa dapat dipertahankan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendiri (Arianto dalam Fitriani, 2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamaluddin dan Rahayu (2009) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan (p value= 0.001). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Hakim (2010), dengan judul Analisis faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien GGK di Instalasi Hemodialisis RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dimana ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet dengan p value sebesar 0.005.
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Menurut Notoatmojo (2003), tingkat pendidikan yang rendah akan mempersulit seseorang atau masyarakat menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan sedangkan tingkat
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.
Hasil penelitian menunjukkan
responden dengan pendidikan tinggi 52.1% yang patuh dengan dietnya dan responden dengan pendidikan rendah 43.5% yang patuh terhadap dietnya, terlihat ada perbedaan, namun hasil uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p value = 0.671) antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Kamaluddin dan Rahayu (2008), dimana ada hubungan antara tingkat pendidikan dan kepatuhan diet dengan p value = 0.000. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Utami (2010), dimana ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan pembatasan diet dan asupan cairan dengan p value sebesar 0.004.
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
pendidikan tersebut merupakan
pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri lewat tahapan-tahapan tertentu. Gunarso dalam Suparyanto (2010), menyatakan semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak tidak secepat ketika berusia belasan tahun.
Hubungan Antara Interaksi Dengan Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara interaksi dengan petugas kesehatan dan kepatuhan diet diperoleh bahwa ada sebanyak 21 (50.0%) responden yang interaksi dengan petugas kesehatan tinggi yang patuh terhadap dietnya dan responden yang interaksi dengan petugas kesehatannya rendah 14 (48.3%) yang patuh terhadap dietnya. Hasil uji statistic diperoleh nilai
p =1.0 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian kepatuhan diet antara responden dengan interaksi dengan tenaga kesehatan baik dan kurang dengan kata lain tidak hubungan yang signifikan antara interaksi dengan petugas dengan kepatuhan diet.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Utami (2010), dimana ada hubungan antara interaksi dengan petugas kesehatan dengan kepatuhan pembatasan diet dan asupan cairan dengan p value sebesar 0.011. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamaluddin dan Rahayu (2009), yang menunjukkan adanya hubungan antara keterlibatan tenaga kesehatan dengan kepatuhan asupan cairan (p value= 0.001).
Salah satu faktor yang mendukung kepatuhan adalah meningkatnya interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Untuk meningkatkan interaksi tenaga kesehatan dengan pasien, diperlukan suatu komunikasi yang baik oleh tenaga kesehatan. Dengan komunikasi, seorang tenaga kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pengetahuan pasien dalam setiap instruksi yang diberikan kepadanya, sehingga diharapkan lebih dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi (Niven, 2002). Menurut Niven (2002), kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien merupakan bagian penting dalam dalam menentukan derajat kepatuhan, orang-orang yang merasa menerima perhatian dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis daripada pasien yang kurang mendapat dukungan sosial.
Komunikasi yang baik oleh petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan haruslah dipahami oleh pasien yang menjalani terapi hemodialisa,
pengetahuan pasien tentang diet yang dianjurkan (Smeltzer, 2002). Dalam hal ini peran petugas kesehatan sangat penting untuk memberikan dorongan positif kepada pasien untuk mengontrol dietnya (Grodner, et.al. 1996). Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam hal sebagai pemberi pelayanan kesehatan, memberi informasi bagi pasien dan keluarga serta rencana pengobatan selanjutnya. Berbagai aspek keterlibatan tenaga kesehatan dengan pasien misalnya informasi dan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap asfek hubungan emosional serta ketidakpuasan terhadap pelayanan akan mempengaruhi ketaatan pasien. Namun pada penelitian ini menunjukka tidak ada hubungan yang bermakna antara interaksi tenaga kesehatan dengan kepatuhan diet, hal ini dimungkinkan karena pasien yang menjalani hemodialisa 94,4% pasien telah menjalani terapi hemodialisa sudah diatas 5 tahun. Menurut Kamaluddin (2009), semakin lama pasien menjalani hemodialisa maka adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah banyak mendapat informasi kesehatan dan mampu mengontrol diet dalam menjaga kesehatannya sehingga pasien menjadi lebih patuh.
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisa
Keluarga juga merupakan factor yang berpengaruh dalam menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain secara negatif berhubungan dengan kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, dapat mengurangi godaan dari ketidaktaatan dan dapat menjadi kelompok pendukung dari ketidakpatuhan (Niven,2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan dukungan keluarga baik mempunyai tingkat kepatuhan 63,2% dan
responden dengan dukungan keluarga rendah mempunyai tingkat kepatuhan 33.3% terlihat ada perbedaan proporsi antara dukungan keluarga baik dan kurang dengan tingkat kepatuhan. Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet dengan p value = 0.023.
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet dengan p value sebesar 0.003.
Hubungan Antara Sikap dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Sikap pasien dan keluarga yang harus menjalani hemodialisa perasaan mereka pertama sedih takut dan cemas, tetapi pasien lama-lama tidak takut, ihklas menerima,berdoa mungkin ada mukzizat jadi harus mau dijalani, berhati-hati baik makan maupun minum, menyadari cuci darah penting pasien mau menerima dan keluarga mendukung memotivasi pasien untuk menjalani cuci darah dengan sabar mengantar dan menemani pasien sesuai pernyataan pasien saat di wawancara. Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya. Seseorang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap tindakan hemodialisa. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman pasien menjalani terapi hemodialisa. Sikap merupakan faktor penentu dalam tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani terapi hemodialisa. Sikap pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, komplikasi penyerta, gagal ginjal yang makin memburuk. (Arianto dalam Fitriani , 2010).
Penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara sikap dan kepatuhan diet diperoleh bahwa ada sebanyak 24 (65.6%) responden dengan sikap positif yang patuh terhadap dietnya dan responden dengan sikap negatif 11 (30.6%) yang patuh terhadap diet. Hasil uji statistic diperoleh nilai p =0.003 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian kepatuhan diet antara responden dengan sikap positif dan responden dengan sikap negative atau ada
hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan kepatuhan diet.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Utami (2010), dimana ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan pembatasan diet dan asupan cairan dengan p value sebesar 0.005 dan hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kamaluddin dan Rahayu (2008), dimana ada hubungan antara sikap dan kepatuhan diet dengan p value = 0.016.
Faktor Dominan yang berhubungan dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa
Hasil analisis multivariat pada penelitian ini didapat bahwa variabel yang paling berhubungan adalah adalah pengetahuan dan dukungan keluarga. Hasil analisis didapat variabel pengetahuan memiliki OR terbesar yaitu 5.938 artinya responden yang memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 5.938 kali untuk patuh terhadap dietnya setelah dikontrol dengan variabel dukungan keluarga dan sikap. Variabel dukungan keluarga memiliki OR sebesar yaitu 3.945 artinya responden yang memiliki dukungan keluarga baik mempunyai peluang 3.9845 kali untuk patuh terhadap dietnya setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan dan sikap.
Pengetahuan dalam penelitian ini berkaitan dengan fungsi ginjal, kemodialisa, diet ginjal, pembatasan makanan dan cairan berkaitan dengan penyakitnya. Pada responden yang memiliki pengetahuan yang lebih luas
memungkinkan responden dapat
Menurut Notoatmojo (2005), perilaku yang didukung dengan pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Fitriani(2010), menyatakan kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan.
SIMPULAN
Responden gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terbanyak pada usia 41-60 tahun yaitu 53.5%, sebanyak 56,3% berjenis kelamin laki-laki,
sebanyak 94.4% telah menjalani hemodialisa >5 tahun, yang patuh terhadap diet penyakit yang diderita sebanyak 49.3%, berpengetahuan kurang 52.1%, berpendidikan tinggi sebanyak 67.6%, yang interaksi dengan tenaga kesehatan tinggi 58.2%. dengan dukungan keluarga baik 53.5%, dan responden dengan sikap negative sebanyak 50.7%. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, dukungan keluarga, dan sukap yang positif dengan Kepatuhan diet. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, interaksi dengan tenaga kesehatan, dengan kepatuhan diet. Hasil analisis multivariat didapat faktor yang paling berhubungan dengan kepatuhan diet adalah pengetahuan (pv = 0.003 dan OR = 5.938) dan dukungan keluarga (pv=0.024 dan OR=3.945).
DAFTAR RUJUKAN
Almatsier, Sunita. (2006). Pemilihan Diet. Edisi Baru, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Edenton, James.J, Gagal Ginjal dan Faktor-Faktor Pemburuknya, (Bandung : FK. UNPAD RS. Hasan Sadikin, 1985).
Fitriani, 2010, Pengalaman Pasien gagal Ginjal Kronik yang menjalani Perawatan Hemodialisa di RS Tegalrejo Semarang Tahun 2010 (Skripsi) Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro Tersedia (http://eprints.undip.ac.id/10495/1/Arti kel... pdf) (23 Juli 2012)
Fuad, Ihsan, 2008, Dasar- Dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta
Friedman, Marilyn (1998), Keperawatan keluarga Teori dan Praktek. EGC, Jakarta
Gizi, instalasi, ASDI, Persagi, (2006), Penuntun Diet, Edisi baru. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Hakim, Prima, Sulthonul, (2008), Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diet Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Instalasi hemodiaisis RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan UNAIR
Hastono, Susanto, Priyo, (2007), “Analisis Data Kesehatan” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta
Ikaristi, S, 2003, Kepatuhan Diet dan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dilakukan Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Panti Rapih, Skripsi, PSIK Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwekerto, Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 4 No.1 Maret 2009
Kresnawan, T, 2001, Pengatur Makanan (Diet) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa dengan Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti, Instalasi gizi, RSCM, Jakarta
Moore, Mary Courtney.1997.Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi 2. Hipokrates. Jakarta
Niven, Neil, 2002, Psikologi Kesehatan , EGC, Jakarta
Sapri. 2004. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronik RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
(
http://www.J210050082.Gagal-Ginjal-Kronik. [8 November 2010]
Schiffman, Kanuk, 2004, di dalam Ratni Prima, Jurnal Kesehatan, Penelitian tentang Karakteristik Pasien dan Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Barat
Smeltzer. 2001. Gagal Ginjal Kronik.
(
http://jtptunimus-gdl-sitimasuda-5161-bab2.pdf) [17 Desember 2010]
---. 2002. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronik RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA.
(
http://www.J210050082.Gagal-Ginjal-Kronik. [8 November 2010]
---,(1992), Gizi pada Gagal Ginjal Kronik, Perhimpunan Nefrologi Indonesia, Jakarta
Utami,Sri (2011), Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan pada Pasien GGK dengan Kemodialisa di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2010, Skripsi, Keperawatan Poltekkes Medan
Triyani. 2005. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronik rsud dr. moewardi surakarta.
http://www.J210050082.GagalGinjalKr
onik (Diunduh tanggal 8 November