DAMPAK PADA KUALITAS UDARA
oleh : Ambo Upe
PENDAHULUAN
Udara merupakan kebutuhan primer bagi ummat manusia dan semua benda hidup di bumi ini. Apabila tercemar, maka yang lainnya akan terikut pula menerima dampaknya.
Untuk itu pencemaran udara akan dibahas dalam makalah ini, termasuk baku mutu yang diterapkan untuk mengetahui apa kondisi lingkungan yang diharapkan sudah memenuhi persyaratan.
Berbagai dampak telah timbul akibat perkembangan bidang sains dan teknologi baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Seperti halnya Bangsa Indonesia, untuk mengejar ketinggalannya dari pembangunan di masa lampau, maka berbagai jenis industri telah didirikan. Selain dampak positif yang dapat diharapkan dari pembangunan tersebut, tentu akan muncul pula dampak-dampak yang tidak diharapkan. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan pemakaian mesin-mesin berat untuk industri, pembangunan kompleks pemukiman, pembangunan kompleks perkantoran, dsb yang walaupun akan meningkatkan keaktifan dan pendapatan bagi penduduk, namun dampak lain yang tak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan tersebut adalah dampak pada kualitas udara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.
Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian lingkungan hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran udara.
Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang diharapkan dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.
BEBEPARA PENGERTIAN BERKAITAN DENGAN KUALITAS UDARA
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan pencemar yang masuk ke dalam udara atmosfir oleh suatu sumber, baik melalui aktifitas manusia maupun alamiah yang dapat menimbulkan ketimpangan susunan udara atmosfir secara ekologis. Bahan pencemar ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada kesehatan manusia, tanaman dan binatang atau pada benda-benda, dapat pula mengganggu pandangan mata, kenyamanan hidup dari manusia dan penggunaan benda-benda. Bahan-bahan pencemar udara tersebut dapat berupa debu, asap, uap, gas, kabut, atau bau.
Pengertian pencemaran udara berdasarkan aturan di PP 41 Tahun 1999 adalah dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sumber pencemar udara adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas.
Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima indra penciuman.
Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Indeks standar pencemar udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.
Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Baku mutu emisi adalah batas maksimum emisi yang diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan hidup.
Mutu emisi adalah emisi yang dibuang oleh suatu kegiatan ke udara ambien.
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.
PENCEMAR DAN SUMBERNYA
Untuk sendi-sendi kehidupan, udara sangat menentukan bagi hidup matinya mahluk hidup di bumi. Kalau seandainya tidak ada udara, maka dapat dibayangkan bahwa mungkin tidak akan ada kehidupan di bumi. Manusia dapat hidup sampai 5 minggu tanpa makan, 5 hari tanpa minum, akan tetapi tanpa udara, manusia hanya mampu bertahan sampai beberapa menit. Jadi dari sini kita sudah dapat mengetahui betapa pentingnya udara itu. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk menentukan secara cepat sumber-sumber pencemar udara dan cara-cara mengatasinya.
Untuk memudahkan menentukan sumber pencemaran udara, maka bahan pencemar udara tersebut kita bagi atas dua kelompok berdasarkan sumbernya (asal mulanya) dan kelanjutan perkembangannya di udara sebagai berikut :
a. Pencemar Primer
primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia (karena perbuatan tangan manusia), antara lain yang diakibatkan pada proses pembakaran batubara di Industri.
Contoh untuk pencemar-pencemar primer antara lain :
- Oksida belerang (SO2) : yang dikeluarkan dari cerobong industri peleburan atau
pemurnian logam dan pada pusat-pusat penyulingan minyak.
- CO2, CO, NOx, CH4, SO2 : Bahan/gas buangan dari industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara. b. Pencemar sekunder
Pencemar sekunder yaitu pencemar yang di udara sudah berubah sifat-sifat dan komposisinya karena hasil reaksi antara dua kontaminan/pollutan. Umumnya pencemar sekunder tersebut merupakan hasil antara pencemar primer dengan kontaminan/polutan lain yang ada di dalam udara. Reaksi-reaksi yang dimaksud adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalitis.
Pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi fotokimia umumnya diwakili contohnya oleh pembentukan ozon yang terjadi antara zat-zat hidrokarbon yang ada di udara dengan NOx melalui sinar ultra violet yang dipancarkan matahari. Sebaliknya pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi-reaksi oksida katalitis diwakili oleh pencemar-pencemar berbentuk oksida-oksida gas, yang terjadi karena adanya partikel-partikel logam di udara sebagai katalisator.
Contoh-contoh pencemar sekunder antara lain debu, ozon dan senyawa-senyawa peroksida.
Dengan lajunya industri yang begitu cepat maupun kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya, khususnya di daerah-daerah yang dikembangkan, maka akan muncul berbagai jenis pencemar yang dibebaskan ke udara sebagai hasil buangan industri atau aktifitas manusia.
Adanya berbagai jenis bahan pencemar yang di bebaskan ke udara menyebabkan udara yang kita hirup sudah tidak aman lagi.
PENGGOLONGAN SUMBER PENCEMAR UDARA
Dalam memperkirakan dan menilai dampak yang timbul terhadap lingkungan udara, sumber pencemar umumnya dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sumber titik, yang termasuk di dalam kelompok ini adalah titik cerobong asap industri, misalnya emisi SOx dari cerobong PLTU.
2) Sumber garis, yang merupakan integrasi dari sumber-sumber titik yang tak terhingga banyaknya sehingga dapat dianggap menjadi sumber garis yang seluruhnya memancarkan pencemar udara : contohnya adalah jalan raya di mana kendaraan-kendaraan yang melewatinya mengemisikan CO, HC, NOx, partikulat, SOx.
3) Sumber area, yang sebenarnya merupakan integrasi dari banyak sumber titik dan sumber garis, contohnya adalah aglomerasi industri yang sejenis, daerah
penimbunan sampah, dsb nya.
Di samping itu, sumber pencemar udara dapat pula digolongkan ke dalam sumber diam (stationer) dan sumber bergerak (mobil). Pabrik-pabrik adalah sumber pencemar
MEKANISME PENCEMARAN UDARA
Perlu kita ketahui bahwa kehadiran zat pencemar di udara kebanyakan berasal dari aktifitas manusia dan jarang terjadi secara alamiah. Aktifitas-aktifitas manusia yang paling berpengaruh dalam mengubah kondisi lingkungan karena adanya penggunaan teknologi serta pola konsumtif yang berlebihan. Hal ini akan menimbulkan banyak ekses terhadap "domestic and human waste".
Pencemaran yang terjadi di atmosfir sangat ditentukan pula oleh jenis bahan pencemar yang dibebaskan ke udara, misalnya :
a. Oksida karbon (CO dan CO2 )
b. Oksida nitrogen (NO, NO2 dan NOx ) c. Oksida belerang (SO2 dan SO3 ) d. Hidrokarbon (CH4 , C4H10, C6H6) e. Gas air mata
f. Fotokimia oksidan (O3 , peroksida, aldehida)
g. partikel (debu, asap, jelaga, asbestos, logam, dan minyak)
h. Senyawa anorganik (SOCl2 , AsCl3 , PCl3 , Cl2 , NH3 , H2S, HNO3)
i. Senyawa organik/anorganik lain (raksa, pestisida, herbisida, alkohol, asam-asam dan zat kimia lainnya).
j. Zat radioaktif k. Panas
l. Bising/Kenyamanan m. faktor-faktor difusi n bau
DAMPAK PADA KUALITAS UDARA
Pengaruh yang sangat penting dari adanya pencemaran udara pada manusia adalah dalam aspek kesehatan, kenyamanan, keselamatan, estetika dan perekonomian.
Bahaya terhadap kesehatan dapat ditimbulkan oleh udara yang telah tercemar, misalnya pengaruh dari debu dan gas-gas beracun (CO, SO2, H2S). Telah banyak pula tercatat adanya penyakit yang acute sampai kepada kematian yang disebabkan oleh udara yang tercemar.
Kenyamanan yang berkurang atau hilang dari manusia dapat ditimbulkan oleh adanya oksidan atau bahan pencemar lainnya seperti asap, gas formalin, klor, ammoniak, HCl, dsb yang menyebabkan terjadinya iritasi pada mata. Adanya pencemaran udara yang mengganggu mata atau pandangan mata dapat membahayakan keselamatan manusia, misalnya menyebabkan terjadinya kecelakaan lalulintas udara, air maupun darat.
Gangguan perekonomian dapat pula terjadi akibat tercemarnya udara, misalnya sulfur dioksida dan nitrogen oksida merupakan penyebab berkurangnya hasil produksi. Benda-benda dapat menjadi rusak atau hancur karena adanya polutan yang bersifat asam (Lihat tabel pengaruh pencemar udara pada benda-benda).
Estetikapun dapat terganggu akibat adanya pencemar udara yang mengganggu kecerahan atmosfir. Misalnya asap dan bau yang tidak enak.
suatu lingkungan. Nilai ambang batas tersebut umumnya dinyatakan dalam satuan bds atau ppm. Satuan ini dapat pula dikonversikan ke satuan mg/l sebagai berikut :
mg/dm3 (273 + t) K 760
ppm = x 22400 x x M 273 K p
M = bobot molekul senyawa t = suhu pengamatan
p = tekanan udara dalam mmHg
Tabel berikut menunjukkan faktor konversi beberapa zat pencemar udara.
Tabel Faktor konversi beberapa pencemar udara
Jenis Pencemar Suhu / Tekanan Faktor konversi untuk
1 ppm dalam mg/m3
CO 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,450 mg/m3
NO 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,230 mg/m3
NO2 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,880 mg/m3
Ozon (O3) 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,962 mg/m3
SO2 25 C/760 mmHg 1 ppm = 2,620 mg/m3
Tabel Pengaruh Pencemar Udara
Benda (material) Akibat-akibat yang ditimbulkan
Pencemar
Logam Pengkaratan pada permukaan, serta
penyusutan berat SO2 dan asam dalam bentuk gas
Bahan-bahan bangunan Perubahan warna, menjadi rapuh SO2, dan gas yang bersifat asam
Lukisan-lukisan/
Gambar-gambar Perubahan warna, menjadi rapuh SO2, H2S
Kulit Permukaan bertepung, mudah
lunak/nyonyot
SO2, dan gas yang yang bersifat asam
Kertas Termakan/getas SO2, dan gas yang yang
bersifat asam
Tekstil Berkurang kekuatan lentur dari
benang-benangnya, getas SO2, dan gas yang yang bersifat asam
Zat warna pucat/hilang warnanya NO2, SO2, dan pencemar
yang bersifat oksidator
Karet Pecah/retak, lunak O3, dan lain-lain oksidan
Keramik Perubahan permukaan Gas-gas yang bersifat asam
Untuk menentukan sedini mungkin dampak yang mungkin terjadi maka sebagai acuan perlu kita membaca buku yang diterjemahkan oleh Surna T. Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir yang berkaitan dengan "Penilaian Secara Cepat Sumber-sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara", Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-35/MENLH/10/1993 tentang Nilai Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Nomor : Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Nomor : Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan serta Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA
Komponen-komponen yang terkait dalam sistem pencemaran udara adalah :
a. Sumber-sumber emisi, yang akan merupakan suatu sub sistem tersendiri pada peroses penanggulangannya.
b. Dunia udara kita (atmosfir) sebagai suatu sub sistem dari sistem ekologi.
c. Reseptor sebagai pihak-pihak yang nantinya akan mengalami akibat peristiwa pencemaran. Reseptor tersebut adalah unsur biotis dan abiotis dalam sistem ekologi.
Beberapa tindakan yang dapat ditempuh antara lain : a. Tindakan tehnologis
- Menggunaan kendaraan umum yang menggunakan bahan bakar yang relatif sedikit emisi pencemarannya.
- mengharuskan industri-industri besar melakukan inplant treatment.
- melengkapi industri-industri dengan "Dust Exhauser" dan “Air Exhauser” seperti cyclon, settling chamber, absorber gas dan bau, condenser, scrubber, fabric filter, presipitator termal atau presipitator elektrostatik, serta incinerator.
b. Tindakan Planologis
Tindakan planologis harus sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh pemerintah, jangan sampai volume pembangunan di suatu daerah "overloaded".
c. Tindakan administratif
Perlu adanya bimbingan kepada masyarakat, dan bukan sebaliknya menyalah gunakan ketentuan-ketentuan hukum yang ada (seperti dalam masalah perijinan). d. Tindakan "Community Educatif"
PUSTAKA
1. F.Gunawan Suratmo, 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press,.
2. Dr.AL.Slamet Ryadi Skm, 1982, Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya. 3. Surna T.Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir, Penilaian cepat sumber-sumber
pencemaran air, tanah dan udara, Gajah Mada University Press, 1989.
4. Chafid Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan Pemapanannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta,.
5. Ir. Perdana Ginting, 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
6. Albert Palker, 1977. Industrial Air Pollution Handbook. McGraw-Hill Book Company (UK) Limited, London.
LAMPIRAN :
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
No. Parameter Waktu
Perarosanilin Spektrofotometer
2. CO
(Debu Jatuh) 30 Hari 10 Ton/Km
2/Bulan
(Pemukiman) 20 Ton/Km2/Bulan
(Industri)
Gravimetric Conister
10. Total Fluorides
(as F) 90 Hari24 Jam 3 g/Nm
3
0,5 g/Nm3
Spesific ion
Ekectrode Impinger atauContinous Analyzer
11. Fluor Indeks 30 Hari 40 g/100 cm2
dari kertas limed filter
Colourimetric Limed Filter Paper
12. Khlorin &
Khlorin Dioksida 24 Jam 150 g/Nm
3 Spesific ion
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA
No. Sumber Parameter Batas Maksimum
mg/m3
(Raw Material Handling)
Tanur Oksigen Basa
Dapur proses Pelunakan Baja
(Annealing Furnace)
Proses Celup Lapis Metal
(Acid Pickling & Regeneration)
Tenaga Ketel Uap Sulfur Dioxide (SO2)
Nitrogen Oxide (NO2)
Opasitas
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS
No. Sumber Parameter Batas Maksimum
mg/m3
Tanur Putar Pembakaran Kapur
(Lime Kiln)
(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Partikel Total Sulfur Tereduksi
(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Partikel Total Sulfur Tereduksi
(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Sulfur Tereduksi
(Total Reduced Sulphur – TRS)
Klorin (Cl2)
Klorin Dioksida (ClO2)
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)
Nitrogen Oxide (NO2)
- TRS ditentukan sebagai H2S, TRS meliputi senyawa Hidrogen Sulfida, Metil Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida.
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Koreksi 8 % Oksigen untuk Tungku Recovery.
- Koreksi 7 % Oksigen untuk Boiler.
- Koreksi 10 % untuk Sumber Lain (selain Tungku Recovery dan Boiler).
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP BERBAHAN BAKAR BATU BARA
No. Parameter Batas Maksimum
mg/m3
1.
2.
3.
4.
Total Partikel
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida (NO2)
Opasitas
150
700
850
20 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Konsentrasi Partikulat dikoreksi sebesar 3 % O2.
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
No. Sumber Parameter Batas Maksimum
mg/m3
1.
2.
3.
4.
Tanur Putar
(Kiln)
Pendingin Terak
(Clinker Cooler)
Milling Grinding
Alat Pengangkut (Conveying) Pengepakan (Bagging)
Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler)
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)
Nitrogen Oxide (NO2)
Opasitas
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)
Nitrogen Oxide (NO2)
80 750 900 20 %
80
80
200 750 900
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus dikoreksi sampai 10% Oksigen.
- Batas maksimum total partikel untuk :
(1) Proses basah = 250 mg/m3.
(2) Shalt Kiln = 500 mg/m3.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN
No. Parameter Batas Maksimum
mg/m3
Total Sulfur Tereduksi (H2S) (Total Reduced Sulphur)
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
BAKU MUTU EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR
No. Jenis Kendaraan Bermotor
Jenis Bahan Bakar
1 Mobil
2 Mobil Barang - Bensin/
Premix
4 Sepeda Motor - Bensin/
Premix
Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin ( 87 ) Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar/diesel ( 45 )
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
KATEGORI RENTANG PENJELASAN
Baik 0 - 50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.
tumbuhan yang sensitif, dan nilai stetika
Tidak sehat 101 – 199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat tidak sehat 200 – 299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Berbahaya 300 – lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
I = ISPU terhitung Xa = Ambien batas atas Ia = ISPU batas atas Xb = Ambien batas bawah
Ib = ISPU batas bawah Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
BATAS INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA DALAM SATUAN SI
Dalam bentuk Tabel :
1. Pada 25 ºC dan 760 mmHg
2. Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka pemaparan pendek
CONTOH PERHITUNGAN ISPU untuk SO2
Diketahui konsentrasi udara ambien untuk jenis parameter SO2 = 322 µg/m3
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas = 100 Ib = ISPU batas bawah = 50
Xa = Ambien batas atas = 365 Xb = Ambien batas bawah = 80
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran = 322 322 µg/m3
100 - 50
I = --- (322 - 80) + 50 = 92,45 365 - 80
= 92 (pembulatan)
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)
Hari/Tanggal : / (n)
Berlaku : Pk 15.00 (tanggal n) s/d Pk 15.00 (tanggal n + 1) Lokasi : ...
Parameter PM 10 SO2 CO O3 NO2
ISPU
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA MAKSIMUM : ...
PARAMETER PENCEMAR KRITIS : ...
0 50 51 100 102 199 200 299 300 500
BAKU TINGKAT KEBISINGAN UNTUK KENYAMANAN DAN
KESEHATAN
Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dBA
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruangan Terbuka Hijau 5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi
55 70 65 50 70 60 65
BAIK SEDANG TIDAK
SEHAT
SANGAT
8. Khusus :
Bandar Udara *) Pelabuhan Laut *) Cagar Budaya b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan Sejenisnya 2. Sekolah dan Sejenisnya 3. Tempat Ibadah dan Sejenisnya
75 70 60
55 55 55
Keterangan :
*) atau disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
BAKU TINGKAT KEBAUAN
KEP-50/MENLH/11/1996A. Bau dari odoran tunggal
No. PARAMETER SATUAN NILAI
BATAS METODE PENGUKURAN PERALATAN
1
2
3
Amoniak (NH3)
Metil Merkaptan (CH3SH)
Hidrogen Sulfida (H2S)
ppm
ppm
ppm
2,0
0,002
0,2
Metode Indofenol
Absorpsi gas
a. Merkuri tiosianat
Spektrofotometer
Gas Khromatograf
4
5
Metil Sulfida (CH3)2S)
Stirena (C6H5CHCH2)
ppm
ppm
0,01
0,1
b. absorpsi gas
Absorpsi gas
Absorpsi gas
Gas Khromatograf
Gas Khromatograf
B. Bau dari odoran campuran