• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Particulate Matter 10 (Pm10) Di Udara Terhadap Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Pekerja Industri Arang Di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kadar Particulate Matter 10 (Pm10) Di Udara Terhadap Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Pekerja Industri Arang Di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Chapter III VI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis survai bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional studi yaitu untuk mengetahui hubungan kadar Particulate Matter 10 (PM10) terhadap keluhan penyakit saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Sedang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja di pabrik industri arang Kecamatan Sunggal Kanan dengan hasil survai awal ditemui ada pekerja yang menderita gangguan saluran pernafasan dikarenakan tidak menggunakan APD serta belum pernah diadakan penelitian di tempat tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(2)

3.3.2. Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling) yaitu sebanyak 35 orang pekerja.

3.4. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional No Nama variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1 Variabel

Independen

1 Kadar debu PM10 Konsentrasi kelompok partikel dlingkungan (PP No.41 Tahun 1999)

Pengukura n

Gravimetr i

1. Memenuhi syarat Kesehatan,

2 Ventilasi Bentuk ventilasi yang digunakan sebagai tempat sirkulasi udara di dalam ruangan

Pengukura n

Meteran 1. Memenuhi syarat kesehatan (1/6 luas lantai)

2. Memenuhi syarat kesehatan (< 1/6 luas lantai)

1. Memenuhi syarat ( 18ºC – 30ºC)

2. Tidak Memenuhi Syarat

(< 18ºC dan > 30ºC)

Rasio

4 Kelembaban Keadaan kelembaban udara dalam rumah

2. Tidak memenuhi syarat kesehatan (< 40% dan 70%)

Rasio

5 Umur Lamanya hidup pekerja yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun

7 Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh pekerja

Wawancara Kuesioner 1. Tamat SD 2. Tamat SLTP 3. Tamat SLTA 4. Tamat DIII/PT

Ordinal

8 Lama kerja Lamanya pekerja bekerja di industri arang dalam satu hari

Wawancara Kuesioner 1. > 8 jam 2. ≤ 8 jam

Rasio

9 Penggunaan APD Ada atau tidaknya pekerja menggunakan APD dalam mulai dari hidung sampai bronkiolus yang

dikeluhkan oleh responden

Wawancara Kuesioner 1.Terjadi gangguan saluran pernafasan

2. Tidak terjadi gangguan saluran pernafasan

(3)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data yang diperoleh dari responden berdasarkan wawancara berpedoman pada kuesioner tentang pengukuran kadar debu dan penggunaan APD melalui observasi. 3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan, gambaran umum lokasi industri arang dan karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja).

3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan. Untuk menguji validitas digunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkolerasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila koefisien korelasi (r) masing – masing pertanyaan sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3) maka butir instrumen dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang tidak valid dibuang dan dilakukan proses validitas ulang untuk butir yang valid saja. Uji validitas menggunakan kolerasi Pearson Product Moment (SPSS v.17.0) (Sugiyono, 2008). 2. Uji Reliabilitas

(4)

menguji realibilitas data digunakan pengukur Cronbach Alpha. Menurut Sugiyono (2008) bahwa “Cronbach Alpha merupakan salah satu koefisien realibilitas yang paling sering digunakan.” Skala pengukuran yang realibel sebaiknya memiliki nilai

cronbach Alpha minimal 0,70. Pengujian validitas dan realibilitas data dilakukan dengan mengunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service Product) versi 17.0 dengan cara one shot method artinya pengujian validitas dan realibilitas data hanya dilakukan sekali saja, maka secara keseluruhan variabel gangguan saluran pernafasan dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner yang telah disusun dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian (Lampiran 2).

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen dan Dependen A. Pengukuran Variabel Lingkungan Kerja Industri Arang

1 Pengukuran ventilasi menggunakan meteran dengan kategori (829/Menkes/SK/XI/1999) :

a. Memenuhi syarat 1/6 dari luas lantai

b. Tidak memenuhi syarat, jika < 1/6 dari luas lantai

2 Pengukuran suhu menggunakan thermohygrometer yang dinyatakan dalam celcius, dengan kategori (Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002) : a. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika suhu 18 - 30ºC

(5)

3. Pengukuran kelembaban pada lingkungan pemukiman dengan menggunakan termohygrometer dengan kategori (829/Menkes/SK/XI/1999) :

a. Memenuhi syarat kesehatan, jika kelembaban 40 – 70%

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika kelembaban < 40% - 70% B. Pengukuran Variabel Karakteristik Pekerja

1. Pengukuran umur didasarkan pada skala rasio berdasarkan tahun

2. Pengukuran pendidikan didasarkan skala ordinal berdasarkan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh pekerja dan dikategorikan atas :

a. Tamat SD c. Tamat SLTA

b. Tamat SLTP d. Tamat DIII

3. Pengukuran lama kerja didasarkan pada skala rasio berdasarkan jam dan dikategorikan atas :

a. > 8 jam b. ≤ 8 jam

4. Penggunaan APD didasarkan pada skala nominal, dengan kategori : a. Menggunakan APD, jika pekerja menggunakan APD ketika bekerja

b. Tidak menggunakan APD, jika pekerja tidak menggunakan APD ketika bekerja.

C. Pengukuran Variabel Kadar Debu Arang (PM10)

Pengukuran kadar PM10 dengan menggunakan alat Gravimetri, dengan kategori (Kepmenkes RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002) :

(6)

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika kadar debu ≥ 150 µg/m³ D. Pengukuran Variabel Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

Pengukuran keluhan gangguan saluran pernafasan, diukur dengan menggunakan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan sehingga diperoleh skor tertinggi 22, dengan kriteria : - Jika jawaban Ya diberi skor 2

- Jika jawaban Tidak diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan atas :

1. Terjadi gangguan saluran pernafasan jika > 70%, apabila responden menjawab pertanayaan benar skor 15-22

2. Tidak terjadi gangguan saluran pernafasan jika < 70%, apabila responden menjawab pertanyaan benar skor 1-14

3.6.2. Mekanisme Pengukuran Kadar Debu Arang

Adapun cara kerja dalam mengukur kadar debu arang melayang dengan menggunakan Gravimetri pada tiga titik sampel yaitu :

1. Titik pertama dilakukan di ruang I tempat pekerja mensortir arang selama 1 jam (jam 09.00 – 10.00 WIB)

2. Titik ke dua dilakukan di ruang II tempat pekerja mengayak arang selama 1 jam (jam 10.00 – 11.00 WIB).

(7)

Adapun prosedur penggunaan alat adalah sebagai berikut : 1. Memilih filter yang tertera pada alat ukur

2. Memasukkan filter ke sleve arm dan ditempatkan dilubang instrument

3. Menekan tombol on dan enter

4. Memilih special function dan ditekan enter

5. Memilih system option dan ditekan enter

6. Memilih extended option dan ditekan enter

7. Memilih size select option dan ditekan enter dan tekan main

8. Memilih calibration dan ditekan enter, dan ditunggu selama 100 detik 9. Menekan mainmenu kemudian memilih run dan enter.

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis data penelitian dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa dan menginterprestasikan data sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi (Sugiono 2006:142). Data yang telah dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan mengunakan metode deskriptif sehingga dapat diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai variabel penelitian berdasarkan data.

3.7.2. Analisa Bivariat

(8)

statistik dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan rumus :

(Soegiyono, 2002) :

k (fo – fn)² χ² = ∑

i=1 fn

Dimana : χ² = Chi Kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasikan fn = frekuensi yang diharapkan

Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilihat dari nilai OR. Nilai OR ini menunjukkan odds terjadinya penyakit pada kelompok beresiko dibandingkan dengan odds terjadinya penyakit pada kelompok tidak beresiko

ad OR =

bc Nilai OR :

1 Tidak ada hubungan asosiasi antara faktor resiko dengan penyakit > 1 ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit

< 1 ada asosiasi negatif antara faktor resiko dengan penyakit (tidak ada hubungan/mengurangi resiko)

3.7.3. Analisis Multivariat

(9)

akan dapat mengetahui variabel independen mana yang besar hubungan dan keeratan hubungannya paling besar terhadap variabel dependen.

Bila hasil uji pada bivariat mempunyai nilai p<0,25, maka variabel tersebut dapat masuk dalam model multivariat dengan menggunakan uji Regresi Logistik

(Logistic Regression), adalah salah satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary.

Model persamaan regresi logistik yang dapat digunakan untuk peramalan probabilitas individu untuk mengalami kejadian yang diamati adalah :

Yi = In { 1 – p } = β + β1x1 + β2x2 + β3x3 +β4x4

Dimana : p = probabilitas menderita gangguan saluran pernafasan 1

P = - (β + β1x1 + ...+ βixi) 1 + e

β 1 = 1,2,3,4,5,6,7,8 adalah parameter model regresi logistik X1 = 1,2,3,4,5,6,7,8 adalah variabel bebas yang diperhatikan

Keterangan : X1 – umur

(10)

X5 = ventilasi X6 = kelembaban X7 = suhu

X8 = penggunaan APD

Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilihat dari nilai OR. Nilai OR ini menunjukkan ods terjadinya penyakit pada kelompok beresiko dibandingkan dengan odds terjadinya penyakit pada kelompok tidak beresiko

ad OR = bc Nilai OR :

1 Tidak ada hubungan asosiasi antara faktor resiko dengan penyakit > 1 ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit

(11)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Pabrik Arang mulai bediri pada tahun 1999 dari usaha meubel yang merupakan usaha yang dimiliki oleh Bapak Lahas Makmur yang bergerak dibidang usaha meubel dan kayu. Usaha pabrik arang ini sudah dirintis sejak tahun 1994. Pabrik arang ini terletak di Jalan Suka Makmur No. 20 Kecamatan Sunggal Kanan.

Luas area dari pabrik arang ini mencapai 3000 m2 dan luas bangunannya 2850 m2

1. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk

. Adapun batas-batas dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

2. Sebelah timur berbatasan dengan PT. Kuningan

3. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk dan Sekolah Dasar Istiqomah

4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk

Pabrik arang merupakan usaha industri rumah tangga (home industri) yang pembuatan arangnya dilakukan dengan cara tradisional. Adapun jumlah karyawan pabrik arang ini adalah:

(12)

4.1.1.Proses Produksi

Pada dasarnya industri arang yang ada di Kecamatan Sunggal Kanan bukan sebagai tempat pembuatan arang atau pembakaran arang, tetapi hanya sebagai tempat penyortiran, pengayakan dan tempat pengepakan arang. Tempat tersebut dibagi menjadi 3 ruangan yaitu :

4. Ruang I Penyortiran.

Ruangan ini merupakan tempat penyortiran arang yang akan dikirim ke luar negeri. Pekerja yang berjumlah 19 orang membuka karung yang berisi arang yang akan disortir, arang yang memenuhi standar untuk dikirim dipisahkan. Pekerja di ruang penyortiran tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker dan tutup kepala.

5. Ruang II, Pengayakan

Ruang II merupakan tempat pengayakan debu arang dengan arang yang kecil. Arang diayak mempergunakan alat seperti untuk mengayak pasir, hasilnya yang berupa debu arang dan butiran arang yang kecil mereka kumpulkan dan dimasukkan ke dalam plastik untuk dijual ke perusahaan lain yang membutuhkan. Pekerja juga tidak menggunakan masker, sarung tangan (APD).

6. Ruang III, Pengepakan

(13)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

4.2.1.Distribusi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Lama Keja pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang

No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1. Umur Responden

3. Tingkat Pendidikan

(14)

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa berdasarkan umur, mayoritas responden berada pada kelompok umur 17 - 35 tahun yaitu sebanyak 19 orang (54,3%) dan yang terendah pada kelompok umur 35 - 55 tahun yaitu sebanyak 16 orang (45,7%). Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (54,3%) dan terendah adalah laki-laki yaitu sebanyak 16 orang (45,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki pendidikan SLTP yaitu sebanyak 14 orang (40%) dan terendah adalah DIII/ Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 4 orang (11,4%). Berdasarkan lama kerja, mayoritas responden bekerja selama >8 jam sehari yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) dan terendah adalah terendah adalah dengan lama kerja ≤8 jam yaitu sebanyak 11 orang (31,4%). Berdasarkan penggunaan APD, mayoritas responden tidak menggunakan APD saat bekerja yaitu sebanyak 23 orang (65,7%) sedangkan yang menggunakan APD yaitu sebanyak 12 orang (34,3%).

4.2.2.Distribusi Kadar Partikulat Matter 10 (PM10) di Industri Arang

(15)

Tabel 4.2. Kadar Partikulat Matter 10 (PM10) pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang

Ruang Kadar Partikulat Matter 10

Hasil Ket

Sortir 383 μg/m3 TMS

Pengayakan 492 μg/m3 TMS

Pengepakan 127 μg/m3 MS

Keterangan :

Kadar Partikulat Debu

MS (memenuhi syarat) : <150 μg/m TMS (tidak memenuhi syarat : ≥150 μg/m 3

3

Berdasarkan Tabel 4.2. di atas dari 3 (tiga) ruangan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan diketahui bahwa kadar partikulat Matter 10 yang

memnuhi syarat kesehatan adalah pada ruangan Pengepakan yaitu 127 μg/m3

dengan mayoritas mengalami keluhan pernafasan sebanyak 13 orang, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah pada ruang Sortir yaitu 383 μg/m3 dengan mayoritas mengalami keluhan pernafasan sebanyak 7 orang & Pengayakan 492 μg/m3

4.2.3. Distribusi Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang

dengan mayoritas tidak mengalami keluhan pernafasan sebanyak 6 orang.

(16)

4.3. Distribusi Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang Mengenai Ventilasi, Suhu dan Kelembaban di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang TMS (tidak memenuhi syarat) : <60 m luas lantai Ruang sortir Ruang pengepakan 30,60 m2

(17)

Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dari beberapa ruang pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan diketahui bahwa variabel ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah ruang 1 yaitu ¼ luas lantai dan ruang 2 yaitu ½ luas lantai sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah ruang 3 yaitu 1/8 luas lantai

Berdasarkan variabel suhu dari 3 (tiga) ruangan tidak ada suhu yang memenuhi syarat kesehatan karena >30 ºC.

Berdasarkan variabel kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan adalah ruang 1 yaitu 72% dan ruang 3 yaitu 64%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah ruang 2 yaitu 59%.

4.2.4.Distribusi Kadar Partikulat Matter 10

Kadar partikulat Matter 10 diruangan di tempat responden bekerja. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Kadar Partikulat Matter 10 (PM10) pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang

Kadar Partikulat Matter 10 Jumlah (n)

Persentase (%) Memenuhi syarat kesehatan (<150 µg/m3) 8 22,9 Tidak memenuhi syarat kesehatan (≥150 µg/m3) 27 77,1

Total 35 100

(18)

4.2.5.Distribusi Keadaan Lingkungan Kerja

Keadaan lingkungan kerja responden berdasarkan ventilasi, suhu dan kelembaban. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5. di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Pekerja dengan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang Berdasarkan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang

No Variabel Jumlah

(n)

Persentase (%) 1. Ventilasi

1.Memenuhi syarat kesehatan 8 22,9

2.Tidak memenuhi syarat kesehatan 27 77,1

Total 35 100

2. Suhu

3.Memenuhi syarat kesehatan - -

4.Tidak memenuhi syarat kesehatan 35 100

Total 35 100

3. Kelembaban

5.Memenuhi syarat kesehatan 27 77,1

6.Tidak memenuhi syarat kesehatan 8 22,9

Total 35 100

(19)

4.2.6.Distribusi Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

Penilaian keluhan gangguan saluran pernafasan pekerja di Industri Arang Kecamatan Sunggal Kanan dilakukan wawancara langsung kapada responden dengan menggunakan kuesioner.

Berdasarkan hasil penelitian variabel keluhan gangguan saluran pernafasan dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan sedangkan yang tidak mengalami keluhan hanya sebagian kecil. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6. Distribusi Pertanyaan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

No Pertanyaan Ya Tidak %

n % n %

1. Pernah merasakan gejala besin dalam 3 bulan terakhir dan berulang-ulang

22 63 13 37 100 2. Pernah merasakan gejala batuk-batuk dalam 3

bulan terakhir dan berulang-ulang

22 63 13 37 100 3. Pernah merasakan gejala sesak nafas dalam 3

bulan terakhir dan berulang-ulang

12 34,3 23 65,7 100 4. Pernah merasakan gejala pilek dalam 3 bulan

terakhir dan berulang-ulang

17 49 18 51 100 5. Gangguan saluran pernafasan diatas dialami

sepanjang hari

8 22,9 27 77,1 100 6. Merasa di tempat kerja banyak debu dari arang 35 100 0 0 100 7. Gangguan saluran pernafasan yang dialami

disebabkan oleh debu ditempat kerja

29 83 6 17 100 8. Gangguan saluran pernafasan memburuk saat

bekerja

17 49 18 51 100 9. Saat di rumah/sepulang kerja jg mengalami

gangguan pernafasan

7 20 28 80 100 10 Gangguan saluran pernafasan sudah parah

sehingga menyebabkan tidak bisa bekerja

(20)

Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.6. di atas, maka dapat disimpulkan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini:

Tabel 4.7. Distribusi Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Jumlah (n) Persentase (%)

Terjadi keluhan 22 62,9

Tidak terjadi keluhan 13 37,1

Total 35 100

Berdasarkan Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang bekerja pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 23 orang (62,9%).

4.3.Analisis Bivariat

(21)

4.3.1. Analisis Hubungan Karakteristik Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

Berdasarkan hasil analisis hubungan karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan penggunaan APD dengan keluhan gangguan saluran pernafasan dapat dilihat pada Tabel 4.8. di bawah ini:

Tabel 4.8. Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja dan Penggunaan APD dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

(22)

yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 8 orang (42,1%). Sedangkan 16 responden yang berumur 36 – 55 tahun mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 11 orang (69%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 5 orang (31%).

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,756 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

Variabel jenis kelamin dapat diketahui bahwa dari 16 responden yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 9 orang (56%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 7 orang (44%). Sedangkan 19 responden yang berjenis kelamin perempuan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 13 orang (68,4%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 6 orang (31,6%).

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,696 (p>0,05), artinya artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

(23)

(71,4%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 2 orang (28,6%). Dari 14 responden yang tamat SLTP mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 10 orang (71,4%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 4 orang (28,6%). Dari 10 responden yang tamat SLTA mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 6 orang (60%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 4 orang (20%). Sedangkan 4 responden yang tamat DIII/Perguruan Tinggi mayoritas tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 3 orang (75%), dibandingkan dengan responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 1 orang (25%).

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,369 (p>0,05), artinya artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

(24)

Hasil analisis bivariat dengan uji Fisher exact didapat nilai p = 0,007 (p<0,05), artinya artinya ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

Variabel penggunaan APD dapat diketahui bahwa dari 12 responden yang menggunakan APD saat bekerja mayoritas tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 8 orang (66,7%) dibandingkan dengan responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 4 orang (33,3%). Sedangkan 23 responden yang tidak menggunakan APD saat bekerja mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 18 orang (78,3%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 5 orang (21,7%).

Hasil analisis bivariat dengan uji Fisher exact didapat nilai p = 0,024 (p<0,05), artinya artinya ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

4.3.2. Analisis Hubungan Kadar Partikulat Matter 10 dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

(25)

Tabel 4.9. Hubungan Kadar Partikulat Matter 10 dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

Kadar Partikulat Matter 10

Berdasarkan Tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa dari 8 responden yang bekerja dalam ruangan dengan kadar partikulat Matter 10 memenuhi syarat kesehatan mayoritas tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 6 orang (75%) dibandingkan dengan responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 2 orang (25%). Sedangkan 27 responden yang bekerja dalam ruangan dengan kadar partikulat Matter 10 tidak memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 20 orang (74,1%), dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 7 orang (25,9%).

(26)

4.3.3. Analisis Hubungan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

Berdasarkan hasil analisis keadaan lingkungan kerja Industri Arang yang terdiri dari ventilasi, suhu dan kelembaban dengan keluhan gangguan saluran pernafasan dapat dilihat pada Tabel 4.10. di bawah ini:

Tabel 4.10. Hubungan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Berdasarkan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

(27)

gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 2 orang (25%). Sedangkan 27 yang bekerja dalam ruangan dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 20 orang (74,1%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 7 orang (25,9%).

Hasil analisis bivariat dengan uji Fisher Exact didapat nilai p = 0,032 (p<0,05), artinya ada hubungan antara ventilasi dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

Berdasarkan variabel suhu dapat diketahui bahwa seluruh responden bekerja dalam ruangan dengan suhu yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 22 orang (62,9%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 13 orang (37,1%).

(28)

Hasil analisis bivariat dengan uji Fisher Exact didapat nilai p = 0,210 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan antara kelembaban dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

4.4.Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan penggunaan APD), kadar partikulat Matter 10, dan keadaan lingkunga kerja industri arang (ventilasi, suhu dan kelembaban) yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu keluhan gangguan saluran pernafasan.

Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik berganda yaitu untuk mencari yang berpengaruh terhadap keluhan gangguan saluran pernafasan. Pada penelitian ini, variabel independen yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik (p<0,25) akan dimasukkan ke dalam model, yaitu variabel lama kerja, penggunaan APD, kadar partikulat Matter 10, ventilasi dan kelembaban.

(29)

Tabel 4.11. Pengaruh Karakteristik Responden, Kadar Partikulat Matter 10 dan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang terhadap Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

Variabel B p value Exp (B) 95% CI

Lama Kerja 1,087 0,326 2,966 0,339 – 25,921 Penggunaan APD -2,093 0,084 0,123 0,011– 1,326 Kadar partikulat Matter 10 -2,177 0,057 0,113 0,012 – 1,070 Kelembaban -1,420 0,315 0,242 0,015 – 3,851

Constant 6,847 0,132 941,363

Berdasarkan Tabel 4.11. diatas dapat di ketahui variabel lama kerja dikeluarkan dari analisis uji regresi logistik karena mempunyai nilai p>0,05. Dan ada 2 (dua) variabel yang masuk ke dalam kandidat model yaitu variabel penggunaan APD, kadar partikulat Matter 10, untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap keluhan gangguan saluran pernafasan pada industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan dapat dilihat pada Tabel 4.12. di bawah ini:

Tabel 4.12. Pengaruh Karakteristik Responden, Kadar Partikulat Matter 10 dan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang terhadap Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

Variabel B p value Exp (B) 95% CI

Penggunaan APD -2,737 0,010 0,065 0,008– 0,518 Kadar partikulat Matter 10 -2,357 0,038 0,095 0,010 – 0,878 Kelembaban -1,775 0,194 0,169 0,012 – 2,472

Constant 10,106 0,004 24495,253

(30)

variabel yang berpengaruh terhadap keluhan gangguan saluran pernafasan pada industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan dapat dilihat pada Tabel 4.13. di bawah ini:

Tabel 4.13. Pengaruh Penggunaan APD dan Kadar Partikulat Matter 10 terhadap Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

Variabel B p value Exp (B) 95% CI

Penggunaan APD -2,452 0,011 0,086 0,013– 0,572 Kadar partikulat Matter 10 -2,692 0,015 0,068 0,008 – 0,594

Constant 8,124 0,005 375,302

Berdasarkan Tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel penggunaan APD dan kadar partikulat Matter 10 terhadap keluhan gangguan saluran pernafasan. Dari kedua variabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa variabel yang dominan mempengaruhi keluhan gangguan saluran pernafasan adalah penggunaan APD dengan nilai koefisien (Exp.β) tertinggi yaitu 0,086.

Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah:

Y = β0 + β1X1 + β1X2 atau Y = 8,124 - 2,452 X1 - 2,692 X2

Keterangan :

Y = Probabilitas keluhan gangguan saluran pernafasan X1

X

= Penggunaan APD

2 = kadar partikulat Matter 10

(31)

saluran pernafasan pada industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan. Dapat dihitung ramalan probalilitas (risiko) responden untuk mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

y = 8,124 + -2,452 (penggunaan APD) + -2,692 (kadar partikulat Matter 10) y = 8,124 - 2,452 (1) - 2,692 (1)

y = 2,98

Dengan nilai probalilitasnya adalah : p = 1/(1+e-y) = 1/ (1+2,7-(2,98)

Dengan demikian, probabilitas responden untuk mengalami keluhan gangguan pernafasan adalah 95%. Dan dideskripsikan bahwa semakin tidak menggunakan APD dan tingginya kadar partikulat Matter 10 maka kemungkinan untuk mengalami keluhan gangguan saluran akan meningkat sebesar 95%.

(32)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karekteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja dan Penggunaan APD) dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan

5.1.1. Umur

Umur dalam penelitian ini adalah lamanya pekerja hidup yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16 responden yang berumur 36 – 55 tahun mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 11 orang (69%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan keluhan gangguan saluran pernafasan (p=0,756), artinya nilai p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan kelompok umur dewasa lebih berisiko mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunus (2010) bahwasanya tidak terdapat hubungan antara umur dengan gangguan kapasitas vital paru pada pekerja Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian Purnomo (2007) mengatakan bahwa kelompok umur dewasa lebih berisiko untuk mengalami gangguan vital paru seperti asma, bronchitis dan pneumonia kronik.

(33)

Usia berhubungan dengan proses penuaan dan bertambahnya umur, semakin tua seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi faru (Joko Suyono, 2001).

5.1.2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih besar mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu dari 19 orang responden sebanyak 13 orang (68,4%) yang mengalami keluhan sedangkan 6 orang (31,6%) tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan (P=0,696). Hal ini dikarenakan perempuan lebih rentan untuk mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki dengan pemajanan yang sama oleh lingkungan kerja.

5.1.3. Pendidikan

(34)

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yunus (2010) yang menyatakan bahwasanya ada pengaruh pendidikan terhadap kapasitas vital paru pekerja Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh.

5.1.4. Lama Kerja

Lama kerja dalam penelitian ini adalah lamanya pekerja industri arang bekerja dalam waktu satu hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sebagian besar bekerja lebih dari 8 jam sehari. Dari 24 orang pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam sehari, yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan adalah sebanyak 19 orang (79,2%). Hasil analisis statistik dengan uji chi Square menunjukkan ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang dengan nilai p=0,007. Ini berarti membuat risiko pekerja akan semakin besar untuk terpapar dengan lingkungan kerja industri arang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Huda (2004) mengatakan bahwa masa kerja yang lebih tinggi menimbulkan kerentanan terhadap efek kesehatan yang berhubungan dengan pemajanan Particulate Matter 10. Hasil penelitian Yunus (2010) juga mengatakan bahwasanya ada pengaruh antara masa kerja terhadap kapasitas vital paru pekerja Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh.

5.1.5. Penggunaan APD

(35)

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 23 orang pekerja yang tidak menggunakan APD, sebanyak 18 orang (78,3%) mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan. Hasil analisis statistik dengan uji chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan pemakaian APD dengan keluhan saluran pernafasan dengan nilai

p=0,024. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar risiko pekerja untuk mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan jika tidak menggunakan APD saat bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunus (2010) bahwa ada pengaruh penggunaan APD terhadap kapasitas vital paru pekerja Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Mawardi (2009) bahwa ada hubungan antara pemakaian APD dengan fungsi saluran nafas, artinya semakin sering pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja maka akan semakin besar kemungkinan pekerja untuk mengalami gangguan pernafasan karena tanpa penutup mulut atau hidung saat bekerja, akan memudahkan debu untuk masuk dan mengendap ke paru-paru. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yusri (2011) bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan penyakit ISPA pada pekerja industri aspal di Pelabuhan Balohan Sabang.

5.2. Hubungan Kadar Particulate Matter 10 dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Pekerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

(36)

Gravimetri dan dinyatakan dalam μg/m3

. Hasil pengukuran diperoleh dari 3 (tiga) ruangan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan diketahui bahwa kadar

Particulate Matter 10 yang memenuhi syarat kesehatan adalah pada ruangan 3 yaitu 127 μg/m2

sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah pada ruang 1 yaitu 383 μg/m3 dan ruangan 2 yaitu 492 μg/m3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden yang bekerja dalam ruangan dengan kadar Particulate Matter 10 tidak memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 20 orang (74,1%) jika dibandingkan dengan yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 2 orang (25%) dari 8 responden yang bekerja dalam ruangan dengan kadar Particulate Matter 10 memenuhi syarat kesehatan. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,032 (p<0,05), artinya ada hubungan antara kadar ParticulateMatter 10dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan. Ini memperlihatkan bahwa jika responden bekerja di ruangan dengan kadar Particulate Matter 10 yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka pekerja akan lebih berisiko untuk mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan.

.

(37)

sesuai dengan penelitian Purnomo (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar debu kayu dengan kapasitas vital paru pekerja meubel di kota Pontianak.

Konsentrasi debu yang tinggi di tempat kerja akan menyebabkan terpaparnya pekerja melalui inhalasi, apalagi pekerja di industri arang ini mayoritas bekerja > 8 jam sehari, sesuai dengan pendapat Mangkunegoro (2003) semakin tinggi partikel debu dalam udara dan semakin lama paparan berlangsung maka jumlah partikel debu yang mengendap di paru akan semakin banyak. Pengaruh Particulate debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran Particulate debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran Particulate debu sekitas 5 mikron merupakan Particulate udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pernapasan. Yunus (2007) mengatakan bahwa lama paparan mempunyai pengaruh terhadap gangguan fungsi paru dan Pope (2003) juga mengatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antara gejala saluran pernafasan dengan kadar partikel debu di udara.

5.3. Hubungan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Berdasarkan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada Pekerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

5.3.1. Ventilasi

(38)

30,60m2) dan ruang 2 yaitu ½ luas lantai (luas lantai 122,5m2 dan ventilasi 61,25m2) sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah ruang 3 yaitu 1/8 luas lantai (luas lantai 225m2 dan ventilasi 28,12m2

Hasil penelitian menunjukkan dari 27 responden yang bekerja dalam ruangan dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 20 orang (74,1%). Hasil penelitian menunjukkan dengan uji chi square didapat nilai p = 0,032 (p<0,05), artinya ada hubungan antara ventilasi dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan.

). Dari 35 orang responden mayoritas responden bekerja dalam ruangan dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 27 orang (77,1%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Suryohadi (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ventilasi dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bayat Kabupaten Klaten (p = 0,03). Hasil penelitian Oktaviani (2009) menyatakan bahwa ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali (p = 0,046).

(39)

5.3.2. Suhu

Suhu udara dalam penelitian ini adalah keadaan suhu ruang kerja pada pengukuran di industri arang dengan menggunakan thermometer dinyatakan dalam derajat celcius. Berdasarkan hasil penelitian untuk suhu, seluruh responden bekerja dalam ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 35 orang (100%).

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden bekerja dalam ruangan dengan suhu yang tidak memenuhi syarat kesehatan, mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 22 orang (62,9%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 13 orang (37,1%).

Menurut Depkes RI (2002), keadaan suhu yang nyaman di tempat kerja adalah suhu yang tidak dingin dan tidak menimbulkan kepanasan bagi tenaga kerja yaitu berkisar antara 24ºC sampai 26ºC. Menurut Suma’mur (2009), suhu udara di tempat kerja tidak dapat dilepaskan dari keadaan iklim kerja, iklim kerja merupakan keadaan udara di tempat kerja yang merupakan interaksi dari suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi.

5.3.3. Kelembaban

(40)

yaitu 59% dan mayoritas responden bekerja dalam ruangan dengan kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 27 orang (77,1%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden yang bekerja dalam ruangan dengan kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 15 orang (55,6%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 12 orang (44,4%). Sedangkan 8 orang yang bekerja dalam ruangan dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat kesehatan mayoritas mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu sebanyak 7 orang (87,5%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan yaitu hanya 1 orang (12,5%).

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,210 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan antara kelembaban dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yusri (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan penyakit ISPA pada pekerja dan penduduk di kawasan Pelabuhan Baholan Sabang.

(41)

lingkungan industri dan perkantoran menjelaskan bahwa Nilai Ambang Batas kelembaban udara yang berlaku untuk lingkungan kerja industri yang memenuhi syarat kesehatan adalah 60%.

5.4. Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja (Ventilasi, Suhu dan Kelembaban),

Particulate Matter 10 dan Karakteristik Kerja dengan Keluhan Gangguan

Saluran Pernafasan pada Pekerja Industri Arang di Kecamatan Sunggal Kanan

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan penggunaan APD), kadar Particulate Matter 10, dan keadaan lingkungan kerja industri arang (ventilasi, suhu dan kelembaban) yang paling besar hubungannya dengan variabel dependen yaitu keluhan gangguan saluran pernafasan. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang dominan mempengaruhi keluhan gangguan saluran pernafasan adalah penggunaan APD dengan nilai koefisien (Exp.β) tertinggi yaitu

0,086.

Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika penggunaan APD (X1) dan kadar Particulate Matter 10 (X2

y = 8,124 + -2,452 (penggunaan APD) + -2,692 (kadar Particulate Matter 10)

(42)

y = 8,124 - 2,452 (1) - 2,692 (1) y = 2,98

Dengan nilai probalilitasnya adalah : p = 1/(1+e-y) = 1/ (1+2,7-(2,98)

Dengan demikian, probabilitas responden untuk mengalami keluhan gangguan pernafasan adalah 95%. Dan dideskripsikan bahwa semakin tidak menggunakan APD dan tingginya kadar Particulate Matter 10 maka kemungkinan untuk mengalami keluhan gangguan saluran akan meningkat sebesar 95%.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini :

a) Tidak ada hubungan umur, jenis kelamin dan pendidikan dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan, sedangkan variabel karakteristik responden untuk lama kerja dan penggunaan APD (Masker) menunjukkan ada hubungan dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

b) Ada hubungan Partikulat Matter 10 dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

c) Ada hubungan ventilasi dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012, sedangkan suhu dan kelembaban menunjukkan tidak ada hubungan dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 d) Variabel yang paling berhubungan dengan keluhan gangguan saluran

(44)

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah :

1. Kepada pemilik industri arang di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang agar menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan pada pekerja industri arang (khususnya menyangkut gangguan saluran pernafasan dan pemeriksan kesehatan pekerja 6 bulan sekali)

2. Kepada pemilik industri arang Kabupaten Deli Serdang agar menyediakan

local Exhauster pan disetiap ruang kerja dan penanaman pohon di sekitar wilayah industri arang

3. Dinas Kesehatan yang melakukan penyuluhan pada pekerja mengenai kesehatan dan tata cara kerja yang baik sesuai dengan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja untuk industri arang.

4. Pekerja industri arang sebaiknya bekerja dengan baik dan lebih hati-hati serta menggunakan alat pelindung diri/APD seperti masker saat bekerja untuk menghindari terjadinya keluhan gangguan saluran pernafasan.

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Tabel 4.5. Distribusi Pekerja dengan Keadaan Lingkungan Kerja Industri Arang Berdasarkan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban di Kecamatan Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.6. Distribusi Pertanyaan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan pada
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat yang tersisa (tabel 4.4.) diatas merupakan perangkat yang rencananya akan digunakan untuk lokasi pabrik yang membutuhkan jaringan ke server ataupun

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini adalah Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Keluarkan secret dengan batuk atau suction Auskultasi

Pelaksanaan hukuman zina Apabila jarimah zina sudah bisa dibuktikan dan tidak ada syubhat maka hakim harus memutuskannya dengan menjatuhkan hukuman had, yaitu rajam

PERBANDINGAN HASlL BELAJAR KELOMPOK SlSWA YANG DlBERl DAN TlDAK DlBERl PENEKANAN DAN PEMILAHAN MATERI.. BERDASARKAN HASlL PRE-TES PADA SUB BIDANG STUD1 SEJARAH Dl

Proses pemilihan berbeda antara Ketua dan Wakil Ketua terhadap keanggotaan yang lain dimungkinkan menimbulkan konflik kepentingan serta tidak memenuhi asas negara hukum

Pengaruh Komposisi Bahan Dan Waktu Kempa Terhadap Sifat Papan Partikel Serutan Bambu Petung Berlapis Muka Partikel Feses Sapi (Skripsi).. Universitas

Kn.; (2) Kedudukan Akuntan Publik Untuk Melakukan Audit Investigatif Terhadap Kekayaan Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Persero Dalam Rangka Menghitung Kerugian

Walaupun banyak ahli mengatakan bahwa khalayak selektif terhadap pesan dari media massa (televisi), juga faktor pendidikan, budaya, dan lingkungan tempat tinggal lebih