• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - 121 RAHMAWATI INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (ALOE ... 5235 10431 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - 121 RAHMAWATI INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (ALOE ... 5235 10431 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

121 Rahmawati

Prodi Pendidikan Biologi FKIP Almuslim, Bireuen, Aceh

Korespondensi: rahmabio@ymail.com

INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN DAUN SIRIH

(Piper betle L.) TERHADAP DAYA HAMBAT Stapylococcus aureus SECARA IN VITRO ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan jenis ekstrak daun

lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah diameter daya hambat yang terbentuk dan karakteristik diameter daya hambat. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada interaksi antar konsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Semakin tinggi konsentrasi interaksi yang diberikan semakin besar daya hambat yang terbentuk. Diameter daya hambat terbesar terdapat pada perlakuan A3P3 yaitu 25 mm pada

Staphylococcus aureus.

Kata Kunci: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

INTERACTION EXSTRACT Aloe vera LEAF AND Piper bettle LEAVES TO THE INHIBITION OF Staphylococcus aureus BY IN VITRO

ABSTRACT: The study aims to determine the interaction between concentration and type of leaf Aloe vera L extract to inhibition Staphylococcus aureus. The research method was experimental method. The antibacterial activity assays performed using the diffusion method. The research used Randomized Completely Design (RCD) factorial and three replications. Variables measured were diameter of inhibition formed and color characteristics diameter inhibition. Data were analyzed using analysis of varian, followed by Duncan's test. The results showed there are interaction between the concentration and type ofextract Aloe veraL. Leaf and Piper betel Lleavestothe inhibition of Staphylococcus aureus. The greater concentration of extract, the greater inhibition zone made. Interaction of extract had different capacities to inhibit Staphylococcus aureus. The largest diameter of the inhibition contained in A3P3treatment that was 25 mm on Staphylococcus aureus.

Keywords: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN

Penggunaan senyawa tanaman untuk meng-obati penyakit merupakan praktek kuno di seba-gian besar dunia, terutama di negara-negara ber-kembang. Menurut Worid Health Organization (WHO) 80% penduduk dunia masih menggunakan tanaman obat untuk pemeliharaan kesehatan (Sheikh et al., 2012). Indonesia sebagai negara yang berada di daerah tropis mempunyai keaneka-ragaman hayati yang sangat besar sehingga kaya akan bahan baku obat. Obat tradisional yang berisi ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia seca-ra turun temurun (Depkes, 2000).

Dewasa ini perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam karena obat tradisional

telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat sintesis (ki-mia). Tanaman berkhasiat obat mudah didapat-kan dan lebih ekonomis. Hal ini sesuai dengan Kun-torini (2005) yang menyatakan bahwa melonjak-nya harga obat sintetis dan efek sampingmelonjak-nya bagi kesehatan meningkatkan kembali penggunaan obat tradisional oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar.

(2)

mi-kroba baru dari sumber daya alam. Kuete et al. (2011) menyebutkan, antimikroba alami dapat ber-asal dari tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tanaman obat akan menjadi sumber terbaik untuk berbagai obat. Sheikh et al. (2012) menyatakan ekstrak tum-buh-tumbuhan mempuyai peran pen-ting terhadap penghambatan kuman patogen. Penggunaan eks-trak tanaman dengan sifat antimikroba sangat pen-ting dalam penyembuhan penyakit.

Salah satu tanaman yang bermanfaat seba-gai obat yang digunakan secara turmenurun un-tuk menyembuhkan luka yaitu sirih (Piper betle L.). Daun sirih digunakan sebagai obat batuk, obat cacing, dan antiseptik pada luka (Priyono, 2009). Pemanfaatan sirih dalam pengobatan tradisional disebabkan adanya sejumlah zat kimia atau alami yang mempunyai aktivitas antimikroba. Menurut Suliantari et al. (2008) ekstrak sirih hijau mampu membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan ka-rena di dalamnya terkandung bahan kimia yang mempunyai aktivitas anti bakteri yaitu: minyak at-siri, tanin, flavonoid, dan saponin.

Lidah buaya (Aloe vera L.) juga merupakan tanaman yang telah lama digunakan untuk pengo-batan. Secara tradisional lidah buaya telah diguna-kan sebagai obat secara tersendiri atau dicampur dengan bahan lain. Masyarakat menggunakan li-dah buaya untuk mengobati bisul, borok, dan in-feksi kulit lainnya. Berdasarkan penelitian sebe-lumnya, ekstrak daun lidah buaya mampu meng-hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus au-reus secara invitro (Rahmawati, 2007). Sulistiya-wati (2011) melaporkan bahwa kandungan sapo-nin dan anthaquinone merupakan bahan dasar obat yang bersifat sebagai antibiotik dan penghilang ra-sa ra-sakit. Menurut Thirupphati et al. (2010) daun li-dah buaya mengandung Anthroquinone yang me-rupakan senyawa fenolik dan ditemukan dalam ge-tah. Senyawa ini berperan sebagai pencahar, agen antimikroba dan memiliki efek analgesik yang ku-at. Lidah buaya juga memiliki anti infla-masi dan anti bakteri dan membantu penyembuhan luka jari-ngan nekrotik.

Penyembuhan infeksi yang disebabkan le-bih dari satu jenis mikroorganisme biasanya meng-gunakan kombinasi antimikroba. Hal ini sesuai dengan Otieno et al. (2008) ekstrak beberapa tana-man yang disatukan memiliki daya hambat anti-bakteri lebih besar dibandingkan dengan ekstrak tanaman tunggal. Untuk mengetahui aktifitas anti-mikroba diuji pada media pembenihan lalu diama-ti dan diukur daya hambat yang terbentuk. Daya hambat yang terbentuk dari ekstrak yang berasal

dari bahan alam biasanya berwarna, tidak sejernih zona hambat yang dibentuk oleh antibiotik. Hal ini disebabkan oleh komponen aktif yang terdapat di dalam ekstrak.

Penyakit atau infeksi pada kulit umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Schele-gel, 1994). Bakteri ini dapat masuk kedalam kulit melalui folikel rambut, kelenjar sebasea, luka, atau lecet pada kulit (Gupte, 1990). Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya berbagai infeksi epidermal dan subkutan seperti piogenik, lesi supuratif, bisul, infeksi pneumonia dan luka (Otieno et al., 2008). Berdasarkan data WHO ta-hun 2008 lebih dari 9.500.000 orang meninggal se-tiap tahunnya disebabkan oleh penyakit infeksi (Mathers et al., 2008).

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian interaksi ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera L.) dan daun sirih (Piper betle L.) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcu aures secara in vitro.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Isolat bakteri Staphylococcus aureus bera-sal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ke-dokteran Universitas Syiah Kuala.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu: autoklaf, ov-en, lemari pendingin, inkubator, laminar air flow, timbangan analitik, rotary evaporator, spektrofoto-meter, kuvet, jangka sorong, kapas, lidi steril, alu-munium foil, filter kaca, tabung erlenmeyer, cawan petri berukuran sedang, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet volum, mikropipet, pinset, spatula, lampu bunsen, ose, dan alat-alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah: isolat bakteri Staphylococcus aureus, daun lidah buaya, daun sirih, Natrium Clorida (NaCl) 0,9%, media Nutrien Agar (NA), media Mueller Hinton Agar (MHA), Natrium Broutd (NB), akuades, etanol, kertas cakram kosong yang berdiameter 0,5 cm. Rancangan Penelitian

(3)

Tabel 1. Rancangan Acak Lengkap P

A P0 P1 P2 P3

A0 P0A0 P1A0 P2A0 P3A0

A1 P0A1 P1A1 P2A1 P3A1

A2 P0A2 P1A2 P2A2 P3A2

A3 P0A3 P1A3 P2A3 P3A3

Keterangan :

A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak Aloe

vera L.

A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25% A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50% A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75% P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.

P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25% P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50% P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Prosedur Kerja

Sterilisasi alat dan bahan

Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci, dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas. Streri-lisasi alat dilakukan dengan oven pada suhu 1700C selama ± 2 jam, sedangkan ose dan pinset disteril-kan dengan pemijaran dan didingindisteril-kan sebelum digunakan. Media NA, NB, dan MHA dimasukkan kedalam tabung erlenmayer, ditutup dengan kapas dibalut dengan kasa dan diatasnya ditutup dengan alumanium foil. Media disterilisasikan dalam auto-claf pada suhu 121OC selama 15 menit.

Pembuatan media media nutrien agar (NA)

Serbuk media NA ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukan ke dalam gelas kimia 500 ml ke-mudian ditambahkan akuades sebanyak 250 ml. Selanjutnya media dipanaskan hingga larut. Kemu-dian media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

media mueller hinton agar (MHA)

Serbuk media MHA ditimbang sebanyak 17g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 ml, kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml. Selanjutnya media disterilakan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

Penyiapan isolat bakteri

Isolat bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakul-tas Kedokteran UniversiFakul-tas Syiah Kuala, diinoku-lasikan ke dalam media (NB) kemudian diinkubasi

dalam inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam. Penyiapan bakteri uji

Bakteri Staphylococcus aureus yang beru-mur 24 jam diinokulasikan dengan menggoreskan ke media NA lalu diinkubasi pada suhu 370C sela-ma 24 jam.

Penyiapan inokulum bakteri dengan spek-trofotometer

Stock kultur bakteri Staphylococcus aureus yang telah tumbuh diambil menggunakan jarum ose steril lalu disuspensikan ke dalam tabung reak-si yang berireak-si 5 ml larutan NaCl 0,9%, selanjutnya suspensi tersebut dihomogenkan dengan vortex selama 15 detik lalu dituangkan ke dalam kuvet menggunakan mikropipet sebanyak 750 µl. Kuvet dimasukkan ke dalam spektofotometer pada pan-jang gelombang 625 nm dan absorbansi 0,08 s.d. 0,1 untuk mendapatkan standar bakteri 1-2 x 10 8 CFU/ml, jika suspensi kurang maka ditambahkan bakteri dan jika lebih ditambahkan Nacl 0,9% (Hudzicki, 2010).

Pembuatan ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih

Daun lidah buaya diperoleh dari Desa Doy Kecamatan Ulee Kareng, sedangkan daun sirih di-peroleh dari Desa Ie Masen Kayee Adang Keca-matan Syiah Kuala Banda Aceh. Kedua daun dicu-ci bersih kemudian dipotong kedicu-cil-kedicu-cil dan dike-ring anginkan selama 3 hari. Selanjutnya kedua daun ditimbang masing-masing 100 g dan di ma-sukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan dimase-rasi dengan 1000 ml etanol selama 24 jam. Kemu-dian masing-masing campuran etanol tersebut di-saring untuk memisahkan filtrat dengan residu. Masing-masing filtrat yang diperoleh masih me-ngandung pelarut sehingga harus dipekatkan deng-an rotary evaporator pada suhu 450C. Hasil peme-katan ini disebut ekstrak (Harbone, 1987). Selan-jutnya masing-masing ekstrak diencerkan dalam berbagai konsentrasi yaitu: 25%, 50%, dan 75%. Selanjutnya kedua ekstrak disatukan sesuai dengan konsentrasi perlakuan sehingga diperoleh larutan uji.

Pengujian ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih

(4)

Inokulum digoreskan keseluruh permukaan media sebanyak tiga kali dengan memutar cawan 600C setiap goresan. Cawan dibiarkan terbuka sedikit selama 3 s.d. 5 menit pada suhu kamar agar per-mukaannya kering. Kemudian diletakkan blank disc di atas media dan ditetesi kombinasi ekstrak sesuai konsentrasi perlakuan dengan menggunakan mikropipet sebanyak 20 µl. Media diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam lalu diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan meng-gunakan Analisis Varian (ANAVA). Apabila ter-dapat pengaruh pada perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Hambat Ekstrak

Hasil uji antibakteri ekstrak daun lidah bua-ya, daun sirih, dan kombinasi antara kedua ekstrak membentuk daya hambat pada media pertumbuhan yaitu media MHA. Berdasarkan Analisis Varian ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih menun-jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap daya hambat Staphyloccoccus aureus. Selain itu terpat juga interaksi antar kedua ekstrak terhadap da-ya hambat bakteri. Adanda-ya perbedaan da-yang nda-yata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Dun-can pada taraf 0,05 untuk melihat perbedaan pada setiap perlakuan seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap rerata daya hambat Staphy-lococcus aureus (mm).

Keterangan:

Superskrip huruf yang sama tidak memperlihatkan perbe-daan yang nyata.

A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak

Aloe vera L.

A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25% A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50% A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75% P0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.

P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25% P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50% P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap per-lakuan ekstrak daun lidah buaya, daun sirih, dan kombinasi kedua ekstrak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Pemberian ekstrak daun lidah buaya tung-gal pada setiap perlakuan menghasilkan daya ham-bat lebih besar dari pada pemberian ektrak daun sirih tunggal. Pemberian ekstrak daun lidah buaya tunggal menghasilkan daya hambat lebih besar, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan pemberian ekstrak daun sirih tunggal pada setiap perlakuan. Ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih berpenga-ruh terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu juga terdapat interaksi antara kedua ekstrak terhadap daya hambat bakteri terse-but.

Ekstrak daun lidah buaya mampu mengham-bat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus karena mempunyai kandungan bioaktif yang ber-fungsi sebagai bahan antibakteri. Menurut Saeed et al. (2004) kandungan antraquinon dan saponin daun lidah buaya bersifat bakteriosida. Penelitian Pandey dan Avinash (2010) ekstrak daun lidah buaya mampu menghambat bakteri Gram positif Enterococcus bovis, Staphylococcus aureus, dan menghambat bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa, Morganella morganii, Proteus mira-bilis, dan Proteus vulgaris.

Dari hasil penelitian diketahuai bahwa daun sirih mampu menghambat pertumbuhan Staphylo-coccus aureus. Suliantari et al. (2008) kandungan minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tanin ber-fungsi sebagai antibakteri. Priyono (2009) mela-porkan bahwa senyawa kimia dan aktivitas anti-bakteri sirih asal Papua mampu menghambat bak-teri Gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Lysteria monocytogenes) dan Gram negatif (Salmonella typhimurium, Escheria coli, dan Pseudomonas psedomallaei).

(5)

dikata-kan bahwa adanya interaksi yang sinergis pada perlakuan kombinasi ekstrak. Nugroho (2003) me-nyatakan bahwa interaksi pemberian kombinasi ekstrak meniran dan ekstrak sirih dalam menu-runkan viabilitas sel tumor bersifat sinergis. Menu-rut Jawezt et al. (2002) bila dua agen antimikroba bekerja secara bersamaan pada populasi mikroba yang homogen maka efeknya dapat berupa siner-gisme, artinya kerja kombinasi secara nyata lebih besar daripada jumlah kedua efek.

Selain pengaruh terdapat interaksi antara ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadapa bakteri. konsentrasi ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih dari berbagai perlakuan menyebabkan variasi pada panjang diameter daya hambat yang terbentuk. Interaksi konsentrasi ekstrak lidah bua-ya dan sirih terhadap diameter dabua-ya hambat Sta-phylococcus aureus dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik interaksi ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap Staphylococcus aureus.

Keterangan:

A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak

Aloe vera L.

A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25% A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50% A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75% P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.

P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25% P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50% P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Berdasarkan Gambar 1. terdapat pengaruh nyata dan interaksi ekstrak daun lidah buaya dan sirih dalam menghambat pertumbuhan Staphylo-coccus aureus sehingga menyebabkan perbedaaan besar diameter daya hambat. Interaksi yang terben-tuk yaitu interaksi positif. Semakin tinggi konsen-trasi ekstrak daun lidah buaya pada ekstrak daun

sirih maka semakin besar daya hambat yang ter-bentuk, begitu juga sebaliknya.

Pada Staphylococcus aureus diameter daya hambat terkecil terdapat pada perlakuan A0P1

sebe-sar 9 mm yaitu kombinasi konsentrasi ekstrak li-dah buaya 0% dan konsentrasi ekstrak sirih 25%. Daya hambat paling besar terdapat pada perlakuan A3P3 yaitu interaksi ekstrak lidah buaya 75% dan

sirih 75% untuk Staphylococcus aureus dan Pseu-domonasa aeruginasa yaitu 25 mm.

Semakin besar konsentrasi interaksi ekstrak yang diberikan maka semakin besar pula diameter daya hambat yang terbentuk terhadap kedua bakteri, karena semakin banyak komponen bioaktif yang terkandung didalam ekstrak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brooks et al. (2007) bahwa efektivitas suatu zat antimikroba dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang diberikan. Meningkatnya konsentrasi ekstrak mengakibatkan tingginya kan-dungan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti-mikroba sehingga kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba juga semakin besar. Ke-mampuan suatu bahan antimikroba dalam meng-hambat pertumbuhan mikroorganisme tergantung pada konsentrasi bahan antimikroba itu (Schelegel, 1994). Menurut Ajizah (2004), selain faktor kon-sentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri.

Lidah buaya mampu menghambat partum-buhan bakteri Staphylococcus aureus karena kan-dungan komponen aktif didalamnya. Saeed et al. (2004) menyatakan bahwa antrakuinon berfungsi sebagai antibakteri. Anthroquinone adalah senya-wa fenolik yang ditemukan dalam getah (Thirup-pathi et al., 2010). Antrakuinon yang terdapat pada lidah buaya bekerja seperti tetrasiklin yaitu meng-hambat sintesis protein bakteri sehingga bakteri tidak dapat tumbuh pada media yang mengandung ekstrak lidah buaya (Pandey, dan Avinash 2010). Kandungan saponin lidah buaya juga bersifat anti-bakteri (Sulistiyawati, 2011). Saponin adalah jenis glikosida berfungsi sebagai pembersih dan memi-liki sifat antimikroba terdapat 3% dalam gel lidah buaya (Saeed et al., 2004). Saponin bekerja se-bagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel sehingga menyebabkan sel bakteri lisis, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri (Ganiswarna, 1995 dalam Darsana et al., 2012).

(6)

terdapat minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri (Suliantari et al., 2008). Menurut Mursito (2002) saponin dan tanin bersifat antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digu-nakan pada infeksi kulit, mukosa dan infeksi pada luka. Kemampuan tanin sebagai bahan antimikro-ba diduga karena tanin akan berikatan dengan din-ding sel bakteri sehingga akan menginaktifkan ke-mampuan menempel bakteri, menghambat per-tumbuhan, dan aktivitas enzim protease (Cowan, 1999 dalam Suliantari et al., 2008).

Telah dilaporkan minyak atsiri yang dikan-dung didalam daun sirih berperan sebagai aktivitas antibakteri dan antiseptik. Aktifitas tersebut dise-babkan oleh adanya kandungan fenol bermelekul rendah. Chavikol sebagai komponen kimia utama pada minyak atsiri sirih menyebabkan bau khas pada sirih dan bersifat antibakteri kuat yaitu 5 kali dari fenol (Heyne, K. 1987 dalam Priyono, 2008). Fenol dapat bersifat racun bagi mikroba yaitu de-ngan menghambat aktivasi enzim. Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Flavonoid dapat berfungsi sebagai

ba-han anti mikroba dengan membentuk ikatan kom-plek dengan dinding sel dan merusak membran (Suliantari et al., 2008). Flavonoid juga memiliki aktivitas dalam menghambat enzim-enzimbakteri (Robinson 1995).

Mekanisme penghambatan terhadap partum-buhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat beru-pa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah sele-sai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya ba-han makanan dari dalam sel, perubaba-han molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja en-zim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dike-nal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja sebagai bakteristatik, dan bakterisidal (Pelczar & Chan 1986 dalam Kusmi-yati dan Agustini 2007).

SIMPULAN

Ada interaksi antara konsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus secara in vitro.

DAFTAR RUJUKAN

Ajizah, A. 2004. Sensivitas Salmonelle thypium Terhadap Ekstrak Daun Pisidium guajava L. Bioscientiae. Vol 1(1): 31-38.

Britto, A.J.D., D. Herin S.G., & Steena R.S. 2011. Antibacterial activity of few medicinal plants against Xanthomonas campetris and Aeromonas hydrophila. Journal of Biopesti-cides, 4 (1): 57-60.

Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2007. Mi-krobiologi Kedokteran Jawetz. Alih bahasa: Huriawati H. Edisi ke-23.EGC. Jakarta.

Darsana, I.G.O., I. Nengah K.B., & Hapsari M. 2012. Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Meng-hambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 1 (3): 337-351.

Depkes R.I. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan (Depkes) R.I, Jakarta Micronu-trient Information Center. Tersedia pada http//perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha /opac. Diakses pada tanggal 23 Januari 2013.

Gupte, S. MD. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi ke 3. Terjemahan dari The Short Text Book of Medical Microbiology, oleh Julius. Jakarta: Binarupa Aksara.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ter-jemah dari Method of Phytochemistry oleh K. Padmawinata, dan I. Soediro. ITB. Ban-dung.

Jawetz, Z., Melnick & Adelberg. 2002. Mikro-biologi Kedokteran. Edisi XXII. Jakarta: Salemba Medika.

Kuete, V., Justin K., Lois P.S., Banthelemi N., Herve MP. P., Pantaleon A., & Banaventure T.N. 2011. Antimicrobial activities of the methanol extract, fractions and compounds from Ficus polita Vahl. (Moraceae). BMC Complementary and Alternative Medicine, 11:6.

Kuntorini, E.M. 2005. Botani Suku Zingebera-ceae Sebagai Obat Tradisional di Kotamadya Banjar Baru. Bioscientiae. Vol. 3(1): 25-36. Kusmiyati, dan Ni. W.S.A. 2007. Uji Aktivitas

(7)

Porphy-ridium cruentum. Biodiversitas. Vol. 8(1): 48-53.

Mathers, C., T. Boerma & Fat D.M. 2008. The Global Burden of Disease 2004 Update. Worid Heath Organization. Tersedia pada http://www.who.int/heathinfo/global_burden disease/GBD_report_2004updatefull.pdf di-akses pada tanggal 12 Maret 2013.

Mogaddam, K.M., Mohammad A., Jamal R., Sassan R., Parisa J.F. & Ahmad R.G. 2010. The Antifungal Activity of Sarcococca saligna Ethanol Extract and its Combination Effect with Flucanazole Againt Different Re-sistan Aspergillus Species. Appl Biochem Biotechnol. 162: 127-133.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. Jakarta: Penebar Swada-ya.

Nugroho, Trilaksana. 2003. Pengaruh Pemaparan Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dan Ekstrak Sirih (Piper betlle Linn) Terha-dap Vabialitas Sel Tumor Adenocarcidoma Mammae Mencit C3H Secara In Vitro. Tesis. Semarang: Universitas di Ponogor.

Otieno, J.N., Kennedy M.M.H., Herbert V.L., & Rogasian L.A.M. 2008. Multi Plant or Single Plant Extracts, Which Is The Most Efective for Local Healing in Tanzania?. Afr. J. Trad. CAM. 5 (2): 165-172.

Pandey, R & Avinash M. 2010. Antibacterial Activities of Crude Extract of Aloe barba-donsis of Clinically Isolated Bacterial Phato-gen. Appl Biochem Biotechnol. 160: 1356-1361.

Priyono, S.H., Praptiwi. 2009. Identifikasi Senya-wa Kimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper sp. Asal Papua. J. Tek Ling. Vol. 10. (30): 271-276.

Rahmawati. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureusi Secara in vitro. Skripsi. Unsyiah: FMIPA.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbu-han Tinggi. Penerjemah Patmawinata K. Bandung: ITB Press.

Saeed, MA., Istiaq, A., Usma, Y., Shazia A., Amran, W., Muhammad, S., & Nasiruddin. 2004. Aloe Vera: A Plant of Vital Signifi-cance. Science Vision. 9, 1-4.

Schelegel, H.G., 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam. Yogyakarta: Gajah Mada Univer-sity Press.

Sheikh, M., Abdullah R.M., M.K., Meghavanshi & Irshad, M. 2012. Studies on Some Plant Extract for Their Antimicrobial Potential Against Certain Pathogenic Microorganisms. American Journal of Plant Sciences. 3. 209-213.

Suliantari., B.S.L., Jenie, M.T.. Suhartono & A. Apriantono. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen Pangan. Jurnal.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIX (1): 1-7.

Sulistiawati, N.A.D.I. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Lida Buaya (Aloe vera) Konsentrasi 75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag Daripada Konsentrasi 50% dan 25% pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Gambar

Tabel 1. Rancangan Acak LengkapP
Tabel 2. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya dan daunsirih terhadap rerata daya hambat Staphy-lococcus aureus (mm).
Gambar 1.Grafik interaksi ekstrak daun lidah buaya dandaun sirih terhadap Staphylococcus aureus.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG, Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG, Nilai Tukar Kurs berpengaruh positif

Derived from the statement of the problem above, the objective of this study is to find out whether students who are taught using Jigsaw listening technique have better

Pada level 3 user akan ditempatkan pada suatu ruangan dimana user akan memilih benda yang telah ditentukan, di level ini nantinya akan mengeluarkan output suara dan tulisan benda

Berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan beberapa hal sebagai berikut, konstruksi sosial nikah muda di kalangan para pelaku pada Komunitas Klinik Nikah Malang terbentuk dari

menunjukan bahwa pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Brain-Based Learning lebih baik daripada

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran

Disajikan rumusan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Arab, peserta dapat menentukan jenis media atau sumber belajar yang tepat untuk rumusan tersebut... mampu

Berdasarkan tabel 4 diperoleh gambaran perilaku seksual berupa petting di kalangan mahasiswa dengan frekuensi selalu 2 orang (6,67%), kadang-kadang 1 orang (3,33%), pernah 5