HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
OLEH
AJENG CAHYA ANJELITA 802013118
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ajeng Cahya Anjelita Nim : 80 2013 118
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Dengan hak bebas royality non-exclusive ini, UKSW berhak menyimpan mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga Pada Tanggal : 10 Mei 2017 Yang menyatakan,
Ajeng Cahya Anjelita
Mengetahui, Pembimbing Utama
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR
Yang bertanda tangan ini :
Nama : Ajeng Cahya Anjelita Nim : 802013118
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Yang dibimbing oleh:
Krismi D. Ambarwati, M.Psi. Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkai kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 10 Mei 2017 Yang memberi pernyataan
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Oleh
Ajeng Cahya Anjelita 802013118
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui Pada Tanggal : 16 Mei 2017 Oleh,
Pembimbing Utama
Krismi D. Ambarwati, M.Psi.
Diketahui oleh, Disahkan oleh, Kaprogdi Dekan
Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.S Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Ajeng Cahya Anjelita Krismi D. Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
i ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi terhadap gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional yang menghubungkan dua variabel, yaitu antara variabel dependen (Y) gaya hidup hedonis dengan variabel independen (X) regulasi emosi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu pengambilan sampel dimana peneliti menggunakan semua anggota populasi yang berjumlah 85 orang sebagai sampel penelitian. Variabel gaya hidup hedonis diukur dengan menggunakan skala gaya hidup hedonis yang dikembangkan oleh Well dan Tigert (Engel,1993) dan diadaptasi oleh Abidatussyarifah (2015) terdiri dari 26 item pernyataan. Variabel regulasi emosi diukur dengan menggunakan skala regulasi emosi yang dikembangkan oleh Thompson (1994) dan diadaptasi oleh Ubaidillah (2014) terdiri dari 23
item pernyataan. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Product Moment dan diperoleh hasil r = -0,363 (r>0) dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang.
ii ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between emotional regulation of hedonic lifestyle in community X in Semarang. This study uses a quantitative approach with correlational research design that connects two variables, namely between the dependent variable (Y) hedonic lifestyle with independent variable (X) emotional regulation. The sampling technique used saturated sampling that is sampling where the researcher use all members of the population which amounted to 85 people as the research sample. The hedonic lifestyle variable was measured using the hedonic lifestyle scale developed by Well and Tigert (Engel, 1993) and adapted by Abidatussyarifah (2015) consisting of 26 statement items. Emotion regulation variables were measured using the emotional regulatory scale developed by Thompson (1994) and adapted by Ubaidillah (2014) consisting of 23 statement items. Data analysis using Spearman Product Moment correlation analysis technique and obtained r = -0,363 (r> 0) with significance 0,000 (p <0,05). The results showed a significant negative relationship between emotional regulation of hedonic lifestyle in community x in Semarang.
1
PENDAHULUAN
Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Pada perkembangannya, gaya hidup saat ini tidak lagi merupakan persoalan di kalangan tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibrahim (dalam Musmuadi, 2007) setiap orang dapat mudah meniru gaya hidup yang disukai, misalnya saja gaya hidup yang ditawarkan melalui iklan akan menjadi lebih beraneka ragam dan cenderung mengambang bebas yang pada akhirnya akan bersifat netral yang mudah ditiru dan dipakai sesuka hati oleh setiap orang. Terdapat nilai lain yang turut mempengaruhi, yakni nilai yang bersifat emosional atau yang dikenal dengan istilah hedonis.
Menurut Wells dan Tiger (dalam Engel dkk, 1993) gaya hidup atau life style adalah pola hidup, penggunaan uang dan waktu yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Susianto (1993) menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup dan aktivitas tersebut berupa mengabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
2
Menurut Well dan Tigert (dalam Engel, 1993), aspek-aspek gaya hidup hedonis yaitu minat, aktivitas dan opini. Minat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekan pada unsur kesenangan hidup yaitu fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Aktivitas yang dimaksud adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat pembelanjaan dan kafe. Opini adalah pendapat seseorang yang diberikan dalam merespon situasi ketika muncul pernyataan-pernyataan atau tentang isu-isu sosial dan produk-produk yang berkaitan dengan hidup.
Dalam perkembangannya, gaya hidup hedonis cenderung menyerang remaja, dimana remaja tersebut lebih mementingkan kesenangan dari pada melakukan hal yang lebih positif (Eramadina, 2013). Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Hurlock (1999), membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13–16 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia yang dianggap matang secara hukum.
3
mobil oleh orang tuanya. Remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas X di Semarang berasal dari berbagai sekolah ternama yang berada di kota Semarang dan remaja yang ada di dalam komunitas tersebut juga berasal dari keluarga yang tergolong mampu secara ekonomi. Dari hasil wawancara tersebut rata-rata para remaja mendapatkan uang saku 50-100 ribu perhari. Para remaja tersebut juga mengatakan sering menghabiskan waktunya di mall
bersama dengan teman-teman serta nongkrong di kafe-kafe ternama di kota tersebut.
Dalam seminggu, remaja tersebut dapat mengunjungi mall atau nongkrong di kafe 3-4 kali dalam seminggu. Mereka mengaku senang untuk sekedar menghabiskan waktunya
nongkrong di kafe walaupun tidak ada kepentingan apapun. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan saat akhir pekan atau selepas pulang sekolah. Beberapa dari remaja tersebut juga sering menghabiskan waktu luang mereka untuk menonton film di bioskop. Beberapa dari remaja tersebut juga mengaku suka mengganti gadget mereka jika ada gadget model terbaru meskipun gadget mereka masih bagus. Para remaja tersebut juga senang berbelanja pakaian, sepatu atau aksesoris yang memiliki brand ternama dan hal tersebut dilakukan seminggu sekali lalu biasanya mereka memamerkan kepada teman-temannya di sekolah apa saja yang mereka telah beli. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, terdapat kecenderungan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
4
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. Pengalaman dan pengamatan, pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Menurut Kotler (1997), faktor internal lainnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Motif yaitu perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman, jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
5
Riset yang telah dilakukan oleh Pontania (2016) membuktikan bahwa adanya faktor internal yang mempengaruhi siswa SMA Negeri 4 Surakarta yaitu adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis. Hasil observasi di sekolah ini menunjukkan bahwa siswa-siswi yang membawa mobil ke sekolah sebanyak 10 murid. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan gaya hidup hedonis pada siswa-siswa tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan siswa yang kerap menghabiskan waktunya di mall bersama teman-teman serta
nongkrong di kafe. Dalam seminggu, siswa tersebut dapat mengunjungi mall atau nongkrong
di kafe sebanyak tiga sampai empat kali.
Riset yang telah dilakukan oleh Rianton (2010) menunjukkan adanya faktor eksternal yang memengaruhi munculnya gaya hidup hedonis pada mahasiswa Kab. Dhamasraya di Yogyakarta dengan hasil konformitas kelompok teman sebaya memberikan sumbangan efektif terhadap gaya hidup hedonis sebesar 23%. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa gaya hidup hedonis tidak hanya dipengaruhi oleh konformitas kelompok teman sebaya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar konformitas kelompok teman sebaya yaitu sebesar 77%.
6
mengekspresikan emosi dapat mengubah lingkungan sosial menjadi lebih baik (Thompson, 1994).
Thompson (1994), membagi aspek-aspek regulasi emosi yang terdiri dari tiga macam, yaitu kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring), kemampuan mengevaluasi emosi
(emotions evaluating) dan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification).
Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya dan latar belakang dari tindakannya. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya. Kemampuan untuk mengelola emosi khususnya emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional. Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu kemampuan individu untuk merubah emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.
7
memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. Emosi semacam itu akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya dan orang lain.
Selain emosi negatif terdapat juga emosi positif. Emosi positif adalah aktifitas kognitif yang berguna untuk meregulasi stres, kecemasan dan kesedihan (Frederickson, 1998). Emosi positif mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya (Frederickson, 1998).
Individu yang memiliki emosi negatif dalam dirinya memiliki kecenderungan bahwa individu tersebut belum mampu meregulasi emosinya dengan baik (Thompson, 1994). Emosi negatif tersebut juga dapat berperan ketika individu tersebut merasakan adanya dorongan emosi negatif yang dapat dihilangkan dengan melakukan aktivitas seperti berbelanja impulsif (Verplanken & Herabadi, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ntuna (2015) menunjukan bahwa ketika melakukan pembelian impulsif, konsumen merasa ada dorongan emosional dalam dirinya yang menyebabkan mereka ingin berbelanja secara impulsif. Jika seseorang memiliki emosi yang positif tentunya dapat mengendalikan diri dari dorongan-dorongan yang datang secara tiba-tiba untuk membeli atau membeli tanpa terencana (Ntuna, 2015).
8
senang membeli barang yang kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian (Susianto, 1993). Menurut Well dan Tigert (dalam Engel, 1993) salah satu karakteristik dari gaya hidup hedonis yaitu lebih banyak menghabiskan aktivitas di luar rumah untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan.Berdasarkan keterkaitan tersebut peneliti melihat bahwa adanya kecenderungan-kecenderungan yaitu jika individu yang belum mampu meregulasi emosinya dengan baik akan merasakan adanya dorongan dari emosi negatif tersebut untuk terjerumus ke dalam gaya hidup hedonis (Verplanken & Herabadi, 2002).
Hurlock (1992) mengatakan bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan emosional dan seringkali individu tersebut belum mampu untuk mengontrol emosinya dengan baik. Pernyataan dari Hurlock (1992) terkait dengan regulasi emosi dan peneliti menganggap beberapa remaja masih ada yang belum mampu meregulasi emosinya dengan baik. Hal terebut juga didukung oleh populasi yang akan dipilih oleh peneliti untuk dijadikan sampel yaitu komunitas X di Semarang yang sebagian besar adalah anak-anak remaja berusia 15-18. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengambil variabel regulasi emosi sebagai bahan penelitian selanjutnya karena peneliti ingin melihat apakah gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang dipengaruhi oleh regulasi emosi mereka dan penelitian tersebut juga belum banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
Hipotesis
9
komunitas X akan semakin menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas X rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas X akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu menekan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Melalui metode kuantitatif, akan ditemukan signifikansi perbedaan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2001). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang menghubungkan dua variabel antara variabel dependen (Y) gaya hidup hedonis dengan variabel dependen (X) regulasi emosi (Sugiyono, 1999).
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah 85 remaja pada komunitas X di Semarang. Karakteristik subjek yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah remaja yang berstatus siswa dan siswi SMA pada komunitas X di Semarang, yang memiliki batasan usia antara 15-18 tahun.
10
berusia 18 tahun dari total keseluruhan komunitas X di Semarang dan sampel yang diambil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu hubungan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala dengan model Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Instrumen penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen penelitian, yaitu skala regulasi emosi dan skala gaya hidup hedonis.
Peneliti melakukan uji coba skala gaya hidup hedonis kepada 35 remaja dari berbagai gereja yang ada di Semarang. Skala gaya hidup hedonis yang dikembangkan oleh Well dan Tigert (Engel,1993) yang telah diadopsi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 24 item favorable
yang terbagi ke dalam 3 aspek gaya hidup hedonis yaitu aktivitas, minat dan opini. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 5 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti “Tidak Sesuai”, dan “Sangat
Tidak Sesuai”. Penyekoran item favorable yaitu jawaban SS mendapatkan nilai 5, S nilainya 4, TP nilainya 3, TS nilainya 2, STS nilainya 1.
11
bahwa dari 23 item yang diuji tidak ada item yang gugur. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.300-0.835 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.924 yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel.
Peneliti melakukan uji coba skala regulasi emosi kepada 35 remaja dari berbagai gereja yang ada di Semarang. Skala untuk regulasi emosi yang dikembangkan oleh Thompson (1994) telah diadopsi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 33 item (21 item favorable dan 12 item unfavorable) yang terbagi ke dalam 3 aspek regulasi emosi yaitu kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring), kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) dan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification).Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 5 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak
Sesuai”. Penyekoran item favorable yaitu jawaban SS mendapatkan nilai 5, S nilainya 4, TP nilainya 3, TS nilainya 2, STS nilainya 1. Sedangkan untuk item unfavorable penyekoran merupakan kebalikan dari penyekoran item-item favorable.
12
terdapat item yang gugur. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.300-0.703 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.914 yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel.
HASIL PENELITIAN
Analisa Deskriptif
a. Variabel Gaya Hidup Hedonis
Kategorisasi variabel gaya hidup hedonis dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 23 x 5 = 115 dan nilai terendah yaitu 23 x 1 = 23. Untuk mengetahui gaya hidup hedonis digunakan interval dengan ukuran:
Tabel 1.1
Kategorisasi Gaya Hidup Hedonis
No Interval Kategori Means N SD Presentasi
1 96,6 ≥ x ≤ 115 Sangat Tinggi 97,85 62 14,71 73%
2 78,2 ≥ x ≤ 96,6 Tinggi 7 8%
3 59,8 ≥ x ≤ 78,2 Sedang 15 18%
4 41,4 ≥ x ≤ 59,8 Rendah 1 1%
5 23 ≥ x ≤ 41,4 Sangat Rendah 0 0
13
SD=14,71 Min=23 Max=115
Gaya Hidup Hedonis rata-rata subjek berada pada kategori sangat tinggi dengan mean 97,85
b. Variabel Regulasi Emosi
Kategorisasi variabel regulasi emosi dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 26 x 5 = 130 dan nilai terendah yaitu 26 x 1 = 26. Untuk mengetahui penggunaan regulasi emosi digunakan interval dengan ukuran:
Tabel 1.2
Kategorisasi Regulasi Emosi
No Interval Kategori Means N SD Presentasi
1 109,2 ≥ x ≤ 130 Sangat Tinggi 106,02 48 17,77 56%
2 88,4 ≥ x ≤ 109,2 Tinggi 14 17%
3 67,6 ≥ x ≤ 88,4 Sedang 23 27%
4 46,8 ≥ x ≤ 67,6 Rendah 0 0
5 26 ≥ x ≤ 46,8 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 85 100%
SD=17,77 Min=26 Max=130
Regulasi Emosi rata-rata subjek berada pada kategori Sangat Tinggi dengan mean 106,02.
Uji Normalitas
14
Sedangkan variabel gaya hidup hedonis memiliki nilai K-S-Z sebesar 1.511 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.021 (p<0.05), sehingga distribusi variabel gaya hidup hedonis tidak normal. Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang tidak normal.
Uji Linearitas
Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Didapatkan F Deviation from Linearity = 0.963 dengan sig. = 0.541 (p > 0,05) yang berarti penyimpangan dari linearitas signifikan yang berarti linier.
Uji Korelasi
15
Hasil perhitungan dari uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis r = (-) 0.363 (r> 0) dengan signifikansi 0.000 (p<0.05) yang berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang. Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan meningkat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi terhadap gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang. Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan meningkat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1992), yang mengatakan bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan emosional dan seringkali individu tersebut belum mampu untuk mengontrol emosinya dengan baik. Pernyataan dari Hurlock (1992) terkait dengan regulasi emosi dan peneliti menganggap beberapa remaja masih ada yang belum mampu meregulasi emosinya dengan baik sehingga memiliki kecenderungan bahwa remaja tersebut mencari kesenangan hidup dengan melakukan pembelian barang-barang yang tidak diperlukan serta pembelian barang secara tidak terencana berdasarkan hasrat, mood, atau emosi yang mereka rasakan saat itu (Verplanken & Herabadi, 2002).
16
hidup hedonis) berpengaruh sebesar 13,17% sedangkan 86,83% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Faktor-faktor-faktor lain yang mempengaruhi gaya hidup hedonis tersebut adalah konsep diri, harga diri, kepribadian, persepsi, jenis kelamin, kelas sosial atau kebudayaan (Naeli, Lestari dan Supriyono, 2014).
Dari analisis deskriptif, dihasilkan presentase variabel regulasi emosi pada komunitas x di Semarang tergolong Sangat Tinggi dengan presentase 56%. Artinya bahwa remaja yang berada pada komunitas X tersebut mampu meregulasi emosinya dengan baik.
Sedangkan hasil presentase untuk variabel gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang tergolong Sangat Tinggi dengan presentase 73%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, hal ini dikarenakan adanya faktor eksternal antara lain rata-rata para remaja mendapatkan uang saku 50-100 ribu perhari, sering menghabiskanwaktunya di mall
bersama dengan teman-teman serta nongkrong di kafe-kafe ternama di kota tersebut, remaja yang ada di dalam komunitas tersebut juga berasal dari keluarga yang tergolong mampu secara ekonomi, memiliki kendaraan pribadi seperti mobil atau motor serta ada beberapa dari remaja tersebut mendapatkan fasilitas antar jemput menggunakan mobil oleh orang tuanya yang memiliki kemungkinan untuk mendukung gaya hidup hedonis pada remaja tersebut, beberapa dari remaja tersebut juga mengaku suka mengganti gadget mereka jika ada gadget
model terbaru meskipun gadget mereka masih bagus, dan para remaja tersebut juga senang berbelanja pakaian, sepatu atau aksesoris yang memiliki brand ternama dan hal tersebut dilakukan seminggu sekali lalu biasanya mereka memamerkan kepada teman-temannya di sekolah apa saja yang mereka telah beli.
17
menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan meningkat.
KESIMPULAN
18
SARAN
Setelah peneliti melakukan, mencermati, dan menarik kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memiliki saran:
a. Bagi Remaja
Remaja dalam komunitas X tersebut sebaiknya dapat mempertahankan kemampuannya dalam meregulasi emosinya sehingga melalui regulasi emosi yang baik dapat mengendalikan serta mengurangi perilaku gaya hidup hedonis pada remaja dalam komunitas X tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abidatussyarifah, N. (2015). Hubungan antara kecenderungan kepribadian ihsan dan gaya hidup hedonis pada mahasiswa universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Ali, M., Asrori, M. (2004). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (Edisi kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aresa, D. (2012). Pengaruh gaya hidup terhadap repurchase intention (studi pada pengunjung
7 eleven tebet saharjo). Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Niaga.
Desryani, V. (2015). Hubungan antara harga diri dan gaya hidup hedonisme dengan body image. Journal of Psychology, 3, 1-8.
Engel, J. F. Balckwel, R. D. & Miniard, P. W. (1993). Perilaku konsumen. Jakarta: Bina Seni Rupa Aksara.
Eisenberg, N., Fabes, R. A., Guthrie, I. K., & Reiser, M. (2000). Dispositional emotionality and regulation : their role in predicting quality of social functioning. Journal of Personality and Social Psychology, 78, 136-157.
Eramadina. (2013). Hedonisme dikalangan mahasiswa. Retrieved from http://eramadina. com/hedonisme di kalangan mahasiswa/ akses pada tanggal 1/11/2014/4:00 pm. Eysenck, S.B.G., Eysenck, H.J., Barrett, P. (1985). A revised version of the psychoticism
scale. Journal Personality Individual Differentiation, 6, 21-29. Great Britain: Pergamon Press.
Frederickson, B. L. (1998). What good are positive emotion?. Reviewe of general psychology 1998, 2, 300-319.
Goleman, D. (2004). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, E. B. (1992). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (1974). Personality development. New Delhi:McGraw-Hill.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P & Amstrong, G. (1997). Principlis of marketing. Jakarta: Prenhalindo. Lazarus, S.R. (1991). Emotional and adaptation. New York: Oxford Univercity Press
20
Naeli, U., Lestari, S., Supriyono, Y. (2014). Hubungan antara konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota malang. Skripsi.
Malang: Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya.
Pontania, A. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis pada siswa sma negeri 4 surakarta. Jorrnal Sociologie, 1, 6-19.
Rahmalisa, D. (2015). Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan gaya hidup hedonis pada mahasiswa. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Safitri, P. (2012). Hubungan antara interaksi media dan gaya hidup hedonis pada remaja.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Sugiyono. (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sarwono. (2002). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo.
Sarwono & Wirawan, S. (2000). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Sarwono & Wirawan, S. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Susianto, H. (1993). Studi gaya hidup sebagai upaya mengenali kebutuhan anak muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat, 1, 55-76. Jakarta: Grasindo P.T Gramedia.
Thompsom, R. A. (1994). The development of emotionn regulation: biological and behavioral considerations. North America: Monographs of the Society for Research in Child Development, 59, 25-52.
Thompson, G. (1994). Emotion regulation: a theme in search of definition. New York: John Willey sons, Inc.
Ubaidillah. (2014). Hubungan antara regulasi emosi dan pengambilan keputusan dalam melakukan transaksi di pasar valuta asing pada trader. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga.