• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor tahun 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Orang lanjut usia yang tidak dapat mandiri lagi perlu bantuan orang lain untuk

merawatnya agar kondisi kesehatan mereka tidak mengalami penurunan. Sebagai

makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Sejak kecil manusia memerlukan

perawatan dan kasih sayang seseorang ibu, setelah dewasa butuh seseorang untuk

mendampingi hidupnya, dan setelah tua atau jompo serta dalam kondisi lemah karena

telah mengalami perubahan dan penurunan fungsi tubuh, kembali lagi manusia

membutuhkan perawatan untuk membantu kelangsungan hidup dihari tuanya.

Disinilah perhatian dan dukungan keluarga sangat berperan penting dalam menjaga,

merawat, mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup lansia.

Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota

masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia

harapan hidup. Jumlah lanjut usia di dunia saat ini diperkirakan lebih dari 629 juta

jiwa. Data dari WHO (2009) menyebutkan, pada tahun 2000 terdapat sekitar 600 juta

orang yang berusia 60 tahun atau lebih dan akan bertambah dua kali lipat pada tahun

2025 yaitu sekitar 1,2 miliar orang. Saat ini diperkirakan dua dari tiga orang lanjut

usia tinggal dinegara berkembang, dan akan meningkat 75 % pada tahun 2025.

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia

(2)

diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan melebihi

jumlah populasi anak (Kinsella dan Taeuber, 1993).

Sedangkan di Indonesia, jika pada tahun 1980 penduduk lanjut usia ‘hanya’

berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2% dari seluruh jumlah penduduk, pada tahun 1990

jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9%. Pada

tahun 2000 jumlah ini meningkat menjadi 15,1 juta jiwa atau 7,2% dari seluruh

penduduk, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4

persen (Depsos, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat

secara konsisten dari waktu ke waktu.

Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif

baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri

dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial

menurun (Hardywinoto & Setiabudi, 1999 dalam Fitria 2011).

Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu indikator keberhasilan

pembangunan selama ini membawa pula akibat semakin banyaknya penduduk berusia

lanjut. Dampak meningkatnya jumlah lansia ini dapat dilihat pada pola penyakit yang

semakin bergeser ke arah penyakit-penyakit degeneratif di samping masih adanya

penyakit-penyakit infeksi. Kemunduran fungsi organ pada lansia menyebabkan

kelompok ini rawan terhadap penyakit-penyakit kronis seperti diabetes melitus,

(3)

Makin meningkatnya harapan hidup makin komplek penyakit yang diderita

oleh orang usia lanjut, termasuk lebih sering terserang hipertensi. Hipertensi pada

usia lanjut sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HTS), dan pada

umumnya merupakan hipertensi primer (Kuswardhani, 2006)

Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu dengan adanya transisi

epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya

perubahan pola penyakit dan kematian yang ditandai dengan beralihnya penyebab

kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit

non-infeksi. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi,

sosial ekonomi, dan sosial budaya. Kecenderungan perubahan ini juga telah terjadi di

negara Indonesia sehingga menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang

kesehatan (Bustan, 2007).

Gaya hidup kurang gerak atau duduk terus menerus dalam bekerja serta

adanya faktor resiko berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat

menyebabkan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit

kencing manis, obesitas dan terutama penyakit hipertensi (Faizati, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian (Fields, 2004 dalam Kaplan’s 2006) kepada

sampel penduduk Amerika Serikat diperoleh data bahwa terjadi peningkatan kejadian

hipertensi dari 50 juta kasus pada tahun 1990 menjadi 65 juta kasus pada tahun 2000.

Penyakit hipertensi adalah penyakit yang umum terjadi pada masyarakat saat ini.

Keadaan ini terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi

(4)

Hipertensi adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Hipertensi

biasanya digambarkan dengan rasio tekanan sistolik terhadap diastolik, dengan nilai

dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah

normal biasanya 120/80 (Brunner & Suddart, 2001).

Pengaturan tekanan darah secara normal sangatlah kompleks. Akan tetapi

pada 10-15% orang dewasa sering mengalami kelainan pada sistem regulasi tekanan

darahnya. Kelainan ini ada dua yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) dan tekanan

darah tinggi (hipertensi). Akan tetapi komplikasi yang terjadi pada penderita tekanan

darah rendah tidak seberat hipertensi (Hayens, 2003).

Penyakit hipertensi sering tidak menimbulkan gejala pada penderita sehingga

penyakit hipertensi biasa disebut pembunuh diam-diam. Sampai saat ini belum

diketahui penyebab pasti penyakit hipertensi. Hipertensi jangka panjang dapat

menimbulkan kerusakan arteri didalam tubuh, bahkan organ-organ penting seperti

jantung, otak, dan ginjal. Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah gagal

jantung, stroke, juga gagal ginjal (Dekker, 1996). Ezzati, dk, (2003 dalam Kaplan’s,

2006) mengatakan bahwa hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar di

seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung.

Salah satu bagian dari pola hidup sehat itu adalah berolahraga secara teratur.

Olahraga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena

dapat meningkatkan kebugaran dan derajat kesehatan. Aktivitas fisik secara nyata

berhubungan dengan hipertensi (Jacobs, 2007). Berdasarkan hasil penelitian

(5)

orang terjadi penurunan penderita hipertensi pada 28% pria dan 35% wanita yang

melakukan aktivitas fisik secara teratur.

Di Indonesia penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu di

perhatikan karena angka prevalensinya tinggi dan cenderung terus meningkat serta

akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi akan memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung

koroner (untuk pembuluh darah jantung), hipertrofi ventrikel kiri (untuk otot

jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab

utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Hipertensi pada umumnya terjadi pada manusia yang berusia setengah umur

(lebih dari 40 tahun). Salah satu faktor yang memengaruhi hipertensi adalah umur.

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar yaitu

sekitar 40%. Angka kejadian hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti

yang dilansir oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di

dunia menderita hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh

WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita

hipertensi (Depkes RI, 2006).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi

hipertensi di Indonesia adalah 14%, dengan kisaran antara 13,4-14,6%, prevalensi

hipertensi pada usia ≥65 tahun adalah 26,3% meningkat menjadi 29% (Depkes RI,

2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen

(6)

umur >40 tahun di Pulau Jawa mencapai 41,9%, dengan perincian daerah perkotaan

39,9% dan pedesaan 44,1% (Setiawan, 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI

bahkan menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%. Dari jumlah itu,

60% penderita hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal

ginjal, dan kebutaan (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak

menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi ke

empat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental.

Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Medan Johor periode Januari 2012

sampai dengan April 2012 didapatkan penderita hipertensi adalah 126 kejadian

hipertensi, pada bulan Mei sampai Agustus penderita hipertensi meningkatkan 238

orang dan bulan September sampai Desember 361 orang (khusus lansia) (Profil

Puskesmas Medan Johor Tahun 2012).

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Gedung Johor Medan bahwa jumlah penduduk 113.851 jiwa dan 15.749

KK, sedangkan jumlah lansia dari 3 kelurahan sebanyak 1.654 orang. Hasil

wawancara yang dilakukan terhadap lansia bahwa ada lansia yang tidak berperilaku

hidup sehat seperti merokok, kurang beraktivitas fisik atau berolahraga, minum

(7)

misalnya frekuensi mengkonsumsi makanan asin yang sering (terasi, ikan asin, kecap

asin, gulai). Kondisi ini merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan lansia

menderita hipertensi.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang memengaruhi terhadap kejadian hipertensi pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor tahun 2012.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini

adalah “Bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi terhadap kejadian hipertensi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor tahun 2012”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Medan Johor tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi terhadap hipertensi dan tidak

hipertensi. Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hipertensi secara

rinci hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh faktor obesitas pada penderita hipertensi.

(8)

3. Ada pengaruh faktor olahraga pada penderita hipertensi

4. Ada pengaruh faktor pola makan pada penderita hipertensi

5. Ada pengaruh faktor konsumsi alkohol pada penderita hipertensi

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor tentang penyakit hipertensi, agar dapat mengambil

tindakan yang diperlukan untuk mengurangi kejadian hipertensi dengan

mengendalikan faktor risiko pada penderita.

2. Memberikan informasi bagi keluarga yang memiliki lansia tentang

hipertensi, agar d

3.

apat segera melakukan tindakan atau pencegahan dini

sehingga dampak hipertensi tidak semakin berat bagi kesehatan penderita.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sehubungan dengan huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif di Lingkungan

bahwa Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah

melakukan penyiapan bahan kebijakan teknis pengembangan sistem, model, dan media pembelajaran pendidikan dasar dan pendidikan luar sekolah berbasis teknologi

(3) Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh staf Desa sesuai kebutuhan dan kemampuan desa, yang berkedudukan di

bahwa berdasaran pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, perlu menetapkan peraturan menteri tentang Prosedur Penetapan Organisasi Perguruan

361 Tahun 2016 tentang Juknis BOS pada Madrasah yang isinya antara lain; Satuan pendidikan harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

Ciri khas Perangkat Lunak pengolah kata secara umum adalah mengolah mulai dari karakter, kata, kalimat, yang akhirnya membentuk suatu paragraf, sekumpulan paragraf membentuk

Antono Adhi Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana cara menentukan handphone terbaik dari tiga