• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit Terkait Dengan Tindak Pidana Lingkungan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit Terkait Dengan Tindak Pidana Lingkungan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah Sakit"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ditemukan norma hukumnya dan menerapkan guna menyelesaikan problemanya guna

menyelesaikan hukum yang dihadapinya.57

1. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Rumah Sakit Terkai Dengan

Tindak Pidana Lingkuangan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah

Sakit Umum

BAB II

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGURUS RUMAH SAKIT

TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP YANG

DILAKUKAN PEGAWAI RUMAH SAKIT

Rumah sakit umum dibentuk untuk masyarakat guna melakukan pertolongan

atau melakukan pengobatan yang ditujukan kepada masyarakat yang terkena

penyakit.di rumah sakit umum sendiri memiliki struktur kepengurusan yang terdiri

dari kepala rumah sakit, komisaris, direksi, kepala bagian medis, non medis dan

pegawai.

(2)

Pengendalian internal merupakan proses yang dilakukan agar tujuan tercapai

yaitu: Proses tersebut dilakukan oleh direksi, manager, petugas dan pihak-pihak

tersebut memberi jaminan berupa efeksifitas dan efesiensi operasional, keandalan

laporan keuangan, kepatuhan pada aturan.58

Proses pengendalian internal yang dilakukan adalah sebagai berikut:59

1. Keaslian dokumen

1. Rancangan Operasional, hal penting yang terkait adalah:

2. Proses dijalankan

3. Kewenangan dijalankan

4. Pembagian tugas

Dalam melaksanakan pengendalian internal secara keseluruhan.untuk

mengumpulkan bahan-bahan dapat dilakukan dengan:

1. Pembuatan kuessioner

2. Pemeriksaan dokumen

3. Observasi kegiatan

4. Membandingkan dengan standar, dengan demikian akan jelas bagaimana

pengendalian internal dijalankan.

2. Telaah Resiko

Telaah resiko ini akan mengetahui adanya resiko yang akan terjadi, kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan, kejelasan tujuan pengendalian internal dijalankan

2. Identifikasi pelaksaan, kejelasan bagaimana pengendalian internal dijalankan

sesuai dengan alur dan prosedur yang telah ditetapkan

58 Boy S. Sabarguna dan Syafril Nusyirwan, Pengendalian Internal Rumah Sakit (Jakarta: Sagung Seto, 2008), hal. 18.

(3)

3. Identifikasi kesengajaan antara tujuan, aturan prosedur yang dirancang dengan

pelaksanaan yang telah berjalan.

4. Identifikasi resiko, adanya resiko yang timbul pada perbedaan laporan,

efektifitas dan efesiensi pelaksanaan, kepatuhan melaksanakan aturan.

Dalam ruang lingkup asas pertanggungjawaban pidana, menurut Sudarto,

bahwa disamping kemampuan bertanggungjawab, kesalahan (schuld) dan melawan

hukum, (wederchtelijk) sebagai syarat untuk pengenaan pidana, ialah pembahaya

masyarakat oleh pembuat. Dengan demikian, konsepsi pertanggungjawaban pidana,

dalam arti pidananya pembuat ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: ada

suatu tindak pidana yang dilakukan oleh pembuat (adanya perbuatan pidana), ada

pembuat yang mampu bertanggungjawab, ada unsur kesalahan berupa kesengajaan

atau kealpaan, tidak ada alasan pemaaf.60

1. Elemen “Perbuatan Pidana”

Ada 5 (lima) elemen yang harus dipenuhi untuk menyatakan bahwa suatu

perbuatan dapat dikatakan perbuatan pidana, yaitu.

1. Kelakuan dan akibat (perbuatan)

Setiap perbuatan pidana harus terdiri atas elemen-elemen yang lahir

dikarenakan perbuatan yang mengadung kelakuan dan akibat yang

ditimbulkan oleh perbuatan dimaksud. Maksudnya adalah kejadian

dalam alam lahir.

(4)

2. Hal ikwal atau keadaan yang menyertai perbuatan

Perbuatan pidana juga harus merupakan suatu hal ikhwal atau suatu

keadaan tertentu yang menyertai perbuatan. Hal ikhwal dapat dibagi

dua: pertama yang menyangkut diri orang yang melakukan perbuatan,

dan kedua yang menyangkut diri orang lain yang bukan pelaku

perbuatan, misalanya perilaku korban perbuatan pidana.

3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana

Eleman ketiga dari perbuatan pidana adalah keadaan

tambahan.Keadaan tambahan ini merupakan suatu peristiwa yang

terjadi setelah perbuatan pidana terjadi.Dengan demikian, keadaan

tambahan ini hanya dijadikan sebagai unsur yang memberatkan

pidana.

4. Unsur melawan hukum yang objektif

Sifat perbuatan melawan hukumnya terletak pada keadaan objektif

sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang.Jadi, suatu perbuatan

diklasifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum apabila perbuatan

dimaksud merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku (hukum positif).

5. Unsur melawan hukum yang subyektif

Unsur melawan hukumnya tidak saja terletak pada keadaan objektif

sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang, tetapi juga sangat

(5)

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa elemen “perbuatan pidana”

maksudnya semua perbutan yang dilarang oleh undang-undang dan perbuatan

pidana itu merupakan perbuatan jahat, yang apabila dilanggar akan

mendapatkan ganjaran berupa sanksi pidana sebagaimana diatur dalam hukum

pidana materil.

Dalam konteks hukum lingkungan, hal yang sama juga, tetapi elemen

perbuatan pidana harus berkaitan dengan suatu fakta apakah kejadian

pencemaran lingkungan hidup merupakan sesuatu yang dapat dicegah atau

tidak. Jika perbuatan itu dapat dicegah baik secara ekonomi maupun secara

teknologi, perbuatan tidak mencegah terjadinya pencemaran dapat dikatakan

perbuatan jahat. Oleh karena itu, perbuatan ini dapat dihukum.

6. Elemen “Barang Siapa”

Maksudnya adalah siapa saja (individu) sebagai subyek hukum, sebagai

pendukung hak dan kewajiban dan kepadanya tidak diberlakukan

pengecualian hukum seperti yang ditentukan Pasal 44, 48, 49, dan 50 KUHP.

Pengertian “barang siapa” termasuk ke dalamnya orang-orang yang

ditentukan oleh Pasal 55 dan 56 KUHP, yaitu orang yang melakukan (pleger),

orang menyuruh melakukan (doen pleger), orang yang turut melakukan

(medepleger) ,orang yang membujuk melakukan (uiloker) dan orang yang

membantu melakukan (medeplechget).

(6)

Kesengajaan merupakan faktor yang signifikan yang harus dibuktikan di

pengadilan. Elemen ini akan menentukan berat ringannya hukuman. Kalau

perbuatannya dilakukan dengan suatu niat tentu hukumannya harus lebih berat

daripada perbuatan yang dilakukan karena suatu kelalaian. Menurut teori

Hukum Pidana, ada tiga corak atau bentuk kesengajaan, yaitu

1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk) merupakan suatu

tindakan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan hukum, dimana akibat dari perbuatan itu diingini

atau diketahui oleh pelaku perbuatan.

2. Kesengajaan sebagai keharusan (Opzet bij noodzakelijk heids)

Kesengajaan sebagai keharusan (Opzet bij noodzakelijk heids)

merupakan suatu tindakan untuk melakukan dan/atau untuk tidak

melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum,

dimana pelakunya mengisyafi bahwa perbuatan tersebut merupakan

suatu kepastian atau keharusan.

3. Kesengajaan sebagai kemungkinan (Opzet bij mogelijk heids bewust zjin atau

dolus evantualis)

Kesengajaan sebagai kemungkinan (Opzet bij mogelijk heids bewust

zjin atau dolus evantualis) merupakan suatu tindakan untuk

(7)

bertentangan dengan hukum, dimana pelakunya menginsafi bahwa

akibat perbuatan tersebut merupakan suatu kemungkinan.

1. Elemen “Tidak adanya unsur pemaaf”

Berkaitan dengan suatu dimana pelaku sedang berada dalam suatu

tekanan.Jika pelaku berada dalam suatu tekanan majikan maka dia sebagai

operator dapat dibebaskan dari tuntutan hukuman dan bahkan

pertanggungjawaban pidananya dapat dikenakan terhadap terhadap

majikannya.

Salah satu bentuk pelanggaran prosedur pembuangan dan pengelolaan limbah

medis dan B3 terdapat pada salah satu rumah sakit yang berada di Medan yaitu

rumah sakit Martha Friska yang diduga mengakibatkan pencemaran terhadap sungai

deli yang disebabkan oleh limbah rumah sakit tersebut. Keadaan tersebut dapat

membahayakan kesehatan masyarakat medan yang berada di sekitar sungai deli,

karena masyarakat menggunakan sungai tersebut sebagai sumber air bersih atau

sumber air minum mereka yang apabila diminum akan berpotensi memicu berbagai

penyakit.61

Pada kasus ini bahwa rumah sakit sebagai penghasil limbah yang mencemari

sungai deli patut ditindak tegas karena telah mencemari dan merusak lingkungan

karena rumah sakit tidak melakukan pengawasan terhadap limbah medisnya dan tidak

(8)

memiliki izin pengolahan limbah medis.Rumah sakit dapat dituntut karena melanggar

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang UUPPLH.

Salah satu syarat pendirian rumah sakait adalah harus mempunyai AMDAL,

UKL-UPL dan IPAL.Dan juga harus memiliki istalasi pengelohan limbah yang di

atur dalam UU No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.

Akan tetapi pihak rumah sakit mengelak dengan alasan belum adanya Perda

yang mengatur tentang limbah medis rumah sakit dan pihak managemen mengakui

telah melakukan pengelohan limbah rumah sakit tersebut dengan benar.

Karena terkait dengan AMDAL, UKL,UPL, usaha dan/atau kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup, izin lingkungan hidup juga harus memperhatikan

ketentuan Pasal 14, yakni beberapa instrumen pencegahan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan, instrumen-instrumen yang dimaksud adalah Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu lingkungan hidup,

AMDAL, UKL,UPL, instrumen ekonomi lingkungan hidup, dan peraturan

perundang-undangan berbasis lingkungan hidup. Izin lingkungan hidup juga harus

berdasarkan pada rencana perizinan lingkungan hidup haruslah terpadu, karena

instrumen-instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

diatas sesungguhnya tidak terpisahkan.62

Dalam pertanggungjawaban didalam rumah sakit umum sendiri adalah

vicarious responsibility yaitu bentuk pertanggungjawaban pengganti, yang

(9)

menyebutkan bahwa bila seorang melakukan kesalahan yang dalam lingkup

kewenangannya berdasarkan perintah atasan (adalah masih sebagai pengurus), yang

dalam hal ini bahwa pegawai tersebut tidak dapat dimintai pertanggungjawaban,

maka sesuai dengan penjelasan tersebut yang dapat dimintai pertanggungjawaban

adalah pengurus.

Vicarious responsibility adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban pidana

dalam tradisi “common law” yang memungkinkan seorang majikan dihadapkan

sebagai terdakwa dan dihukum atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

karyawannya.63

Perumusan ketentuan pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam

UUPPLH, mencantumkan unsur sengaja atau kealpaan/kelalaian. Dicantumkannya

unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban

pidana dalam UUPPLH menganut prinsip liability based on fault

(pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan) artinya, UUPPLH menganut asas

kesalahan atau culpabilitas.64

2. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Rumah Sakit Terkait Dengan

Tindak Pidana Lingkungan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah

Sakit Khusus Atau Spesialis

63 Takdir Rahmad i, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (Surabaya: Airlangga University Press, 2003), hal. 195.

(10)

Rumah sakit khusus atau spesialis berkembang dengan tujuan untuk

masyarakat yang ingin memperoleh pertolongan dan pengobatan sesuai dengan

spesifikasi dan jenis penyakit tertentu. Bentuk kepengurusan dalam rumah sakit

khusu atau spesialis in adalah yang terdiri-dari pemilik rumah sakit, kepala rumah

sakit, komisaris, direksi, wakil direksi, kepala bagian medis dan non medis. Untu

dapat memperoleh izin pendirian rumah sakit adalah dengan syarat memiliki izin

AMDAL, UKL-UPL dan IPAL.Untuk itu syarat tersebut harus di penuhi untuk

dikataka sebagai badan hukum.

Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, izin

merupakan intrumen pengendaliandalam perlindungan dan pengelolaan di Indonesia.

Sebagai instrumen pengendalian, izin lingkungan hidup menentukan berhasil

tidaknya pelestarian fungsi lingkungan hidup lingkungan untuk kelangsungan hidup

manusia dan ekosistem.65

65 Helmi, Op.Cit., hal. 165.

Dalam UUPPLH terdapat dua konsep izin, yakni pertama, izin lingkungan

adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau

kegiatan yang wajib Amdal atau UKL, UPL dalam rangka perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha,

dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 35). Kedua, izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin

yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan (Pasal

(11)

Untuk mempertegas, perizinan merupakan salah satu instrumen pengendalian

dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka ketentuan perizinan

dalam UUPPLH ditempatkan pada bab “pengendalian” bagian kedua, yakni

pencegahan. Pencegahan maksudnya agar tidak terjadi pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan.

Sebagai instrument pencegahan, izin lingkungan merupakan syarat untuk

mendapatkan izin usaha atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian

untuk mendapatkan izin lingkungan, pelaku usaha atau kegiatan diwajibkan membuat

Amdal atau UKL,UPL. Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau

kegiatan dibatalkan.Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,

pengnanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbaharui izin

lingkungan.66

Dalam UUPPLH ditentukan, izin lingkungan dapat dibatalkan apabila (Pasal

37 ayat (2):67

1. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidak benaran dan/atau pemalsuan data,

dokumen, dan/atau informasi

2. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat bagaimana tercantum dalam keputusan

komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;

atau

66Ibid, hal. 166.

(12)

3. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal, UKL, UPL tidak

dilaksanakan oleh penggungjawab usaha dan/usaha kegiatan.

Pasal 38 menentukan, izin lingkungan juga dapat dibatalkan melalui

keputusan. Ketentuan yang juga penting mengenai perizinan bidang lingkungan hidup

adalah Pasal 123, yakni:

“Segala izin dibidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkan

oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

wajib diintegrasikan kedalam izin lingkungan paling lama 1 tahun sejak

peraturan ini ditetapkan”.68

Sisitem perizinan bidang lingkungan hidup dalam Undang-Undang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah izin lingkungan dan izin

usaha dan/atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.Kedua jenis izin tersebut

merupakan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

dalam rangka pengendalain dan pengelolaan lingkungan hidup. AMDAL, UKL,UPL

merupakan persyaratan untuk memperoleh kedua izin tersebut.69

Dalam hal terjadi kesalahan pada rumah sakit khusus atau spesialis yang

dilakukan oleh pegawai maka yang bertanggungjawab adalah petugas atau pegawai

yang bersangkutan.Terhadap tindak pidana lingkungan hidup mengenai pembuangan

atau pengelolaan limbah, menurut rumah sakit khusus atau spesialis pada umumnya

sudah dilakukan dengan benar.Apabila terjadi tindak pidana lingkungan hidup, maka

68Ibid.

(13)

yang dapat dimintai pertanggungjawaban yaitu pengurus, rumah sakit, pengurus

dan/atau rumah sakit, berdasarkan Pasal 116 ayat 2 UUPPLH.

Berdasarkan doktrin strict responsibility dan vicarious responsibility, rumah

sakit dapat dimintai pertanggungjawaban yaitu kepada pihak manajemen rumah sakit,

dokter, perawat, tenaga medis dan non medis.Doktrin vivarious responsibility yaitu

pertanggungjawaban pengganti, apabila pegawai melakukan suatu kesalahan yang

masih dalam lingkup kewenangannya berdasarkan perintah dari atasan (pengurus

rumah sakit), maka yang dapat dimintai pertanggungjawaban adalah pengurus.

Perumusan ketentuan pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam

UUPPLH, mencantumkan unsur sengaja atau kealpaan/kelalaian. Dicantumkannya

unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban

pidana dalam UUPPLH menganut prinsip liability based on fault

(pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan) artinya, UUPPLH menganut asas

kesalahan atau culpabilitas.70

4. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Rumah Sakit Terkait Dengan

Tindak Pidana Lingkuangan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah

Sakit Pendidikan Penelitian

Rumah sakit pendidikan dan penelitian merupakan rumah sakit yang terkait

dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di fakultas kedokteran pada suatu

universitas atau lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk

pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagain macam obat baru atau teknik

(14)

pengobatan baru.Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas atau

perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat.

Rumah sakit pendidikan adalah sebuah rumah sakit yang dengan SK Menkes

ditetapkan sebagai rumah sakit pusat pendidikan kedokteran dan kedokteran

gigi.Kerjasama semacam ini telah berlangsung sangat lama. Khususnya fakultas

kedokteran negeri, akan bekerja sama denga rumah sakit vertikal (pemerintah) dalam

hal ini pengelolanya adalah Departemen kesehatan pendididkan nasional, yang dalam

hal ini diwakili oleh fakultas kedokteran dimana rumah sakit tersebut berada. Akan

tetapi untuk fakultas kedokteran swasta, ada juga yang mempunyai rumah sakit

sendiri, sehingga tidak perlu bekerja sama dengan rumah sakit dengan rumah sakit

pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa rumah sakit juga dibedakan atas beberapa

tipe, yang ditentukan oleh adanya akreditas rumah sakit.Pembagian tipe rumah sakit

ini dilakukan dalam rangka membedakan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya,

dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik administrasi, maupun teknik medik,

yang dilakukan dalam kegiatan akreditas rumah sakitr tersebut.71

Rumah sakit pendidikan biasanya mengajarkan dan melakukan profesi

kesehatan lege artis.Hal ini amat mendukung dalam perlindungan hukum terhadap

profesi kesehatan. Diketahui bahwa dikenal doktrin dalam hukum kesehatan

internasional, yaitu (1) adeguate information and second opinion, (2) informed

consent, (3) medical secrecy, (4) medical record, (5) auditing medical committee, (6)

(15)

medical malpractice, (7) standart of profession and medicare, (8) medical riskand

responsibility dan, (9) financing health service.Doktrin-doktrin ini diajarkan dan

dilaksanakan secara lebih ketat di rumah sakit pendidikan yang juga merupakan salah

satu nilai tambah bagi rumah sakit pendidikan.72

sebagai institusi dikenal konsep corporate governance, yang meliputi transparansi,

akuntabilitas, keadilan (fairness), dan juga responsibilitas. Bacellc (2002) mengutip

forum for Corporate governance Indonesia(FGCI) menyampaikan bahwa corporate

governanceadalah seperangkat perturan yang menetapkan hubungan antara pemegang

saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang

kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan.

Dalam perusahaan/organisasi secara umum termasuk rumah sakit pendidikan

73

Ketua AIPKI (Asosiasi Istitusi Pendidikan Kedokteran Indonesia)

menyampaikan criteria rumah sakit pendidikan yang seyogianya memenuhi

persyaratan antara lain:74

1. Rumah sakit mungkinkan tujuan pendidikan dokter tercapai

2. Tersedianya berbagai bentuk pengalaman belajar yang diperlukan

3. Iklim dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi efektif dan belajar

4. Rasio staf dan pasien cukup

5. Staf rumah sakit mempunyai sikap positif terhadap semua profesi kesehtan

dan pendidikan, serta bersedia berperan dalam mengelola pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik.

72Tjandra Yoga Aditama, Op.Cit, hal. 216. 73Ibid.

(16)

6. Rumah sakit bersedia dan dapat menerima pengembangan baru dan maju

7. Dimungkinkannya pelaksanaan penelitian medik baru dan maju

8. Staf profesional di rumah sakit dapat berperan sebagai fasilitator dalam proses

belajar mengajar dan dapat menjadi model peran (role model)

9. Rumah sakit harus mempunyai perpustakaan professional sesuai dengan

tingka perkembangan rumah sakit.

Ketua IRSPI ( Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia) menyatakan bahwa

untuk menjadi rumah sakit pendidikan perlu beberapa persyaratan yang diperlukan,

antara lain:75

1. Sumber daya manusia yang professional

2. Organisasi

3. Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang

4. Jumlah dan variasi teaching material

5. Budaya professional dan atmosfer akademik

6. Perpustakaan, serta

7. Komitmen segenap pihak yang terkait.

Ketua Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan menyampaikan bahwa rumah sakit

pendidikan haruslah memenuhi beberapa persyaratan:

1. Menajemen rumah sakit harus disesuaikan dengan rumah sakit pendidikan

2. Menpunyai staf untuk pelayanan dan pendidikan yang memadai

3. Mempunyai peralatan pendidikan yang baik

4. Mempunyai materi pendidikan yang cukup, baik jumlah maupun variasinya

5. Mempunyai ruang kuliah, belajar, dan diskusi

6. Mempunyai perpustakaan

7. Memilikin kamr tidur atau kamar jaga mahasiswa.

Secara global perbandingan antara rumah sakit non pendidikan dan rumah

sakit pendidikan dari berbagai faktor.76

No Uraian Rumah Sakit

(17)

Non Pendidikan Pendidikan

1 Orientasi Tujuan Pelayanan

Kesehatan dan Penelitian

Pendidiakan dan Peneliti an

2 Pengelola Depkes Depdiknas

3 Anggaran Operasional Menyediakan Tidak Menyediakan

4 Kontribusi Seluruh Sumber

Daya

Hanya SDM

Elemen penting dari pendidikan klinik adalah pembelajaran pada tahap

klinik.Sistem pembelajaran tahap klinik pada umumnya dilakukan di rumah sakit

pendidikan dan menjadi tanggungjawab staf akademi.Residen dan staf luar biasa

dibawah pengawasan staf tetap.77

Ditengah tuntutan masyarakat yang semakin kritisakan mutu pelayanan,

tuntutan untuk mematuhi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan

tuntutan hukum, maka sistem menajemen rumah sakit yang dimiliki dokter

membutuhkan pemikiran kembali. Beberapa kasus menunjukan bahwa kemunduran

rumah sakit. Dengan demikian, timbul berbagai alternatif dimasa mendatang bahwa

(18)

rumah sakit kecil milik para dokter ini mungkin akanmerger dengan sesamanya akan

dibeli oleh rumah sakit besar dan akan berfungsi sebagai satelit-satelitnya.78

Pada prinsinya rumah sakit kecil milik para dokter sulit berkembang menjadi

pusat pengembangan teknologi kedokteran. Dikhawatirkan apabila dosen senior

terlalu mementingkan praktik di rumah sakit pribadinya maka kemungkinan terjadi

stagnasi dalam pengembangan teknologi kedokteran di suatu wilayah, termasuk di

tempat yang ada rumah sakit pendidikan pemerintahnya, yang para dokter senior dan

profersor lebih banyak melakukan kegiatan di rumah sakitnya dari pada di rumah

sakit pendidikan. Hal ini tentu mengurangi laju perkembangan rumah sakit

pemerintah. Patut dicatat bahwa kegiatan rumah sakit pribadi pada umumnya adalah

kasus penyakit yang sederhana karena keterbatasan peralatan medik.79

Konsep lingkungan belajar klinik dapat dipahami dengan menggunakan teori

organisasi dan pendidikan.Teori organisasi memaparkan interaksi antara mahasiswa

dengan lingkungan mereka (konteks klinik). Sedangkan teori pendidikan merupakan

dasar untuk memahami proses pembelajaran klinik.80

Dari 11 penyebab kegagalan, kalau ditelusuri lebih lanjut, akan terlihat adanya

masalah organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, mungkin dapat

dikatakan penyebab intinya adalah adanya permasalahan dalam organisasi.81

78 Laksono Trisnantoro, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit (Yogjakarta: Gajah Mada University Press, 2006), hal. 20.

79Ibid.

80Ibid, hal. 37.

(19)

Masalah dalam organisasi yang nantinya akan merupakan cikal bakal

kegagalan diantaranya sebagai berikut:82

1. Lemahnya rancangan struktur oraganisasi

2. Tidak tepat sasaran, tidak tetap waktu, dan tidak nilai dalam sistem informasi

manajemen

3. Tidak efektif dalam pengendalian pendapatan dan piutang

4. Sedikit atau tidak ada sama sekali perencanaan jangka panjang

5. Tidak realistiknya standar produktifitas pegawai

Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, seperti dibawah ini:83

1. Struktur Organisasi

Merupakan pengelompokan fungsi agar dapat bekerja sama dan menjelaskan

hubungan antara masing-masing group.

2. Pendelegasian Wewenang

Wewenang dan pertanggungjawaban serta kekuatan harus didelegasikan dengan

jelas.

3. Pemilihan Petugas

Selain itu tergantung pula kemampuan untuk:

1. Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan

82Ibid.

(20)

2. Menyediakan pelayanan dengan biaya minimum tanpa mengorbankan

kualitas.

3. Mengembangkan petugas yang berkualitas

Masih ada hal yang lain dalam organisasi yang ikut berperan dalam mencapai

keberhasilan diantaranya:

1. Identifikasi yang jelas pusat pertanggungjawaban

2. Span of control yang realistik

3. Kesatuan perintah yang jelas

Dapat diperpanjang berbagai hal yang dapat menilai efektifitas, baik proses

maupun hasil yang jelas harus kita ingat mana yang pokok dan penting

dipertimbangkanPada dasarnya rumah sakit merupakan suatu organisasi yang

kompleks, karena adanya sumber kekuasaan dan otonomi seperti yang ada di bawah

ini:84

1. Pemerintah

Menyakut kepentingan masyarakat yang asasi, maka pemerintah mengendalikan

secara cukup besar..

2. Pemilik rumah sakit

Pemilik rumah sakit mempunyai misi yang mulia, sehinngga penerapannya akan

sangat berhati-hati dan menjaga nama baik itu.

(21)

3. Profesional

Secara faktual historis, professional seperti dokter, mempunyai otonomi dan cara

pandang terhadap kesehatan yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan

penderita.

4. Direksi Rumah Sakit

Tuntutan situasi yang menuju pada profesionalisme dan efesiensi, membutuhkan pola

menajemen yang lebih rasional.

5. Masyarakat

Baik secara perorangan atau melalui organisasi kemasyarakatan, sekarang ini secara

lebih jelas menuntut pelayanan yang memuaskan dan memenuhi standar kewajaran.

6. Dunia Bisnis

Dunia bisnis alat kesehatan, obat, alat kantor dan lain-lain, secara pasti mendorong

penggunaan barang modal yang harus dikelola secara hati-hati dan dihitung untung

ruginya.

Karena kompleksitas rumah sakit, dan otonomi yang besar dari para dokter,

apalagi di rumah sakit swasta kebanyakan dokter tamu, maka jenis matriks perlu

dikembangkan walaupun secara terbatas.Pada organisasi matriks fungsi manajerial

dan fungsi pelayanan dibedakan denga jelas, dan pertanggungjawaban dipisahkan

dengan jelas pula, tetapi pada saat melaksankan kegiatan masing-masing saling

tergantung dan bekerjasama.85

(22)

Komponen organisasi rumah sakit yang penting adalah sebagai berikut ini:86

1. Yayasan

Merupakan pemilik rumah sakit yang berperan sebagai pengarah

2. Direksi

Sebagai pelaksana operasional medis, yang mengatur fungsi pelayana medis

dan mutu pelayanan medis. Anggotanya dipilih secara bergiliran setahun

sekali

3. Dewan medis

Sebagai pelaksana operasional, beserta jajarannya, yang melakukan kegiatan

pelayanan di rumah sakit.

4. Dewan penasehat merupakan gabungan dari:

1. Pengawas harian dari yayasan

2. Wakil dari pemerintah (Dinas kesehatan)

3. Waki organisasi kemasyarakatan

4. Tokoh masyarakat, memberi nasehat tentang situasi lingkungan rumah sakit,

agar bisa mengantisipasi kebutuhan masyarakat yang berkembang.

5. Konsultan Manajemen

Merupakan komponen yang akan membimbing secara manajerial agar

rumah sakit bisa berkembang secara terus menerus.

1. Jajaran direksi

(23)

Dengan pola yang lebih desentralisasi dan denganm pola matrik, akan

memberikan kesempatanyang lebih luas untuk berkembang.

Rumah sakit pendidikan dan penelitian didirikan dengan tujuan untuk

masyarakat guna melakukan pertolongan maupun pengobatan kepada masyarakat

yang terkena penyakit. Dalam rumah sakit umum struktur kepengurusan dalam rumah

sakit umum terdiri dari kepala rumah sakit; komisaris; direksi; wakil direksi; kepala

bagian medis dan non medis, pegawai.

Tugas pokok dari direksi rumah sakit adalah bertanggungjawab penuh kepada

pemilik rumah sakit atas kepengurusan rumah sakit untuk kepentingan rumah sakit

sesuai dengan maksud dan tujuan rumah sakit untuk kepentingan rumah sakit, dan

wakil direksi bertanggungjawab kepada direksi.Komisaris bertugas untuk melakukan

pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi

nasehat kepada direksi.Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,

jalannya pengurusan pada umumnya.Rumah sakit harus memenuhi syarat perizinan

pendirian, yang di dalamnya juga terdapat izin lingkungan yang terdiri dari, AMDAL,

UKL-UKL, IPAL.Apabila rumah sakit tidak memenuhi syarat perizinan pendirian

maka rumah sakit tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum.

Pelanggaran yang sering terjadi dalam rumah sakit pendidikan dan penelitian

adalah terkait dengan tindakan malpraktek dan kesalahan identitas pasien.Sedangkan

untuk tindak pidana lingkungan hidup yang dalam hal ini terkait dengan pembuangan

atau pengelolaan limbah, pada umumnya rumah sakit sudah melakukan pembuangan

(24)

berdasarkan Pasal 116ayat (2) UUPPLH, pihak yang dapat dimintai

pertanggungjawaban adalah pengurus, rumah sakit, pengurus dan/atau rumah

sakit.Sebagaimana sifat yang terdapat dalam pertanggungjawaban pidana korporasi,

yakni :87

1. Pengurus yang berbuat pengurus yang bertanggungjawab;

2. Korporasi yang berbuat korporasi yang bertanggungjawab;

3. Korporasi yang berbuat korporasi yang bertanggungjawab.

Berdasarkan doktrin strict responsibility dan vicarious responsibility, rumah

sakit dapat dimintai pertanggungjawaban.Pihak yang dapat dimintai

pertanggungjawaban di dalam rumah sakit yaitu pihak manajemen rumah sakit,

dokter, perawat, tenaga medis dan non medis.Rumah sakit mempunyai 4 jenis

pertangungjawaban yaitu pertanggungjawaban terhadap personalia,

pertanggungjawaban professional terhadap mutu pelayanan, pertanggungjawaban

terhadap sarana dan prasarana, dan pertanggungjawaban terhadap keamanan

bangunan.88

Berdasarkan jenis pertanggungjawab rumah sakit diatas terlihat bahwa rumah

sakit dapat di mintai pertanggungjawaban. Akan tetapi Pasal 45 ayat 2

Undang-Undang 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit tidak

dapat di tuntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan manusia.

Dalam bukunya yang berjudul hukum kedokteran, Danny wiradharma menyebutkan

(25)

bahwa doktrin vicarious responsibility dapat diterapkan dalam hubungan rumah sakit

dengan karyawannya, yang dalam hal ini berarti karyawan sebagai organ yang

menggerakkan rumah sakit tidak dapat dimintai pertanggungjawaban apabila mereka

melakukan kesalahan dimana mereka bertindak untuk dan atas nama rumah sakit.89

Dengan adanya Pasal 45 ayat 2 Undang-Undang tentang Rumah Sakit, rumah

sakit dapat bersembunyi dibalik pasal tersebut karena pasal tersebut menyatakan

bahwa rumah sakit tidak dapat dituntut, akan tetapi Pasal 116 ayat (2) UUPPLH

dengan tegas menyatakan bahwa badan usaha dapat dimintai pertanggungjawaban

terkait tindak pidana lingkungan hidup.

Doktrin vicarious responsibility berarti terdapat pertanggungjawaban

pengganti, apabila pegawai melakukan suatu kesalahan akan tetapi masih dalam

lingkup kewenangannya yang berdasarkan perintah dari atasan (yang dalam hal ini

adalah pengurus), maka pegawai tidak dapat dimintai pertanggungjawaban sehingga

pihak yang seharusnya dapat dimintai pertanggungjawaban adalah pengurus.

Apabila pengurus bertindak untuk dan atas nama rumah sakit, dan hal tersebut

merupakan kewenangan yang diberikan dan diperintahkan oleh rumah sakit

berdasarkan anggaran dasar maupun peraturan internal rumah sakit, maka jika rumah

sakit mendapat keuntungan atas perbuatan tersebut maka rumah sakit dapat dimintai

pertanggungjawaban berdasarkan doktrin vicarious responsibility.

90

89 Danny Wiradharma, Loc.Cit.

(26)

Perumusan ketentuan pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam

UUPPLH, mencantumkan unsur sengaja atau kealpaan/kelalaian. Dicantumkannya

unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban

pidana dalam UUPPLH menganut prinsip liability based on fault

(pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan) artinya, UUPPLH menganut asas

kesalahan atau culpabilitas.91

4. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Rumah Sakit Terkai Dengan

Tindak Pidana Lingkuangan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Rumah

Sakit Lembaga Atau Perusahaan

Rumah sakit lembaga atau perusahaan adalah rumah sakit yang didirikan oleh

suatu lembaga atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan

anggota lembaga tersebut.Biasanya rumah sakit ini hanya diperuntukkan untuk

karyawan perusahaan tertentu.Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan

dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya Rumah Sakit Militer), bentuk jaminan

sosial atau kerjasama asuransi, atau karena lokasi perusahaan yang jauh dari rumah

sakit umum.Adapula rumah sakit lembaga atau perusahaan Indonesia yang menerima

pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.Hal ini

dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Sejarah menunjukan bahwa sebagian rumah sakit di Indonesia berasal dari

program pelayanan kesehatan milik militer dimasa colonial Belanda.Contoh rumah

(27)

sakit paling besar adalah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto

di Jakarta.Pada tahun 1995, di Indonesia terdapat 112 rumah sakit militer yang

berinduk pada Angkatan Darat (62).92

Beberapa rumah sakit militer seperti RSPAD Gatot Subroto Jakarta atau

Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL) di Surabaya merupakan ujung tombak

kemajuan pelayanan kesehatan militer.Peralatan dan SDM dapat mengungguli Rumah

Sakit Umum (RSU).Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto

bahkan mempunyai visi untuk menjadi pusat berbagai subspesialis Indonesia dengan

mengirimkan sumber daya medisnya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dan

bekerjasama dengan negara maju.93

Rumah sakit militer ini memiliki potensi yang luar biasa sehingga dapat di

manfaatkan posisinya untuk berkembang. Rumah sakit militer dikota besar ada yang

mengalami keadaan yang sulit berkembang. misal rumah sakit militer yang ada di

kota Yogyakarta, rumah sakit ini menghadapi kendala pengembangan yang cukup

berat. Secara keseluruhan rumah sakit militer saat ini sudah menerima pembayaran

langsung dari masyarakat dan berkompetisi dengan rumah sakit lainnya.Rumah sakit

militer menunjukan dapat mengembangkan suatu sistem manajemen yang

berorientasi pada kompetisi.94

92 Laksono, Op.Cit., hal 13. 93Ibid.

(28)

Ada 4 jenis struktur organisasi yang sekarang ada dan berkembang, yaitu

sebagai berikut:95

1. Teori Organisasi Klasik

Mempunyai ciri:

1. Kesatuan Komando

2. Wewenang sekaligus berarti pertanggungjawaban

3. Span of control terbatas

4. Organisasi garis dan staf

5. Teori “contingency

Organisasi yang efektif tergantung keadaan lingkungan, maka tidak ada satu

cara terbaik untuk organisasi, tetapi tergantung dari keadaan lingkungan,

misalnya: jenis tugas, teknologi, masyarakat pemakai jasa dan lain-lain.

6. Organisasi proyek

Organisasi dibentuk untuk sementara sesuai dengan kebutuhan dan berbagai

bidang yang terkait.Pelaksanaannya terkait oleh jenis proyek dan waktu yang

ditentukan.

7. Organisasi Matriks

Merupakan bentuk organisasi yang mengintergrasikan anatar peran fungsional

dan peran proyek.

Hal penting yang serta hubungannya dengan organisasi adalah seperti yang di

bawah ini:96

1. Rancangan strutur organisasi yang salah

(29)

2. Tidak tepat sasaran, tidak tepat waktu, dan tidak dapat dipercaya dari sistem informasi manajemen.

3. Sedikit atau tidak ada rencana jangka panjang

4. Tidak realistik dan tidak ada standar produksi. Rancangan organisasi sangat

diperlukan dalam rangka mengadopsi kebutuhan yang ada.

Ciri-Ciri Organisasi yang efektif diantarnya:97

1. Struktur organisasi yang secara jelas dapat mengembangkan hubungan antar

bagian.

2. Kejelasan pendelegasian wewenang

3. Pemilihan orang yang tepat pada jabatan yang tepat

4. Menyediakan pelayanan sesuai kebutuhan

5. Menjalankan pelayanan yang murah dengan mutu ynag terjamin

6. Pengembangan petugas yang potensial.

Ada 4 komponen penting dalam organisasi rumah sakit yang berperan

penting, yaitu sebagai berikut:98

1. Governing board atau dewan penyantun

Merupakan perwakilan pemilik rumah sakit beserta lainnya yang terkait dan menjadi

wali rumah sakit.

2. CEO (chiefexecutive officer) atau direksi

Merupakan pelaksana manajemen operasional.

3. Staf medis

Merupakan pelaksana pelayanan medis

4. Pegawai rumah sakit

Melaksanakan kegiatan rumah sakit lainnya di luar pelayanan medis. Keempat

organisasi ini saling terkait satu sama lain.

97Ibid.

(30)

Pertanggungjawaban rumah sakit dalam rangka mencapai kinerja yang baik

perlu menjalakan hal-hal sebagai berikut:99

1. Memperjelas tujuan dan sasaran dengan prioritas yang tepat

2. Alokasi sumber daya yang minimum dalam mencapai tujuan dan sasaran

3. Analisis yang jelas tentang biaya dan manfaat pelayanan yang bisa dicapai

4. Evaluasi terhadap hasil yang dicapai

5. Melaporkan hasil evaluasi kepada yang berkepentingan.

Kemudian ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Spesifikasi Pekerjaan

Makin besar organisasi, maka spesifikasi akan makin besar.

2. Pembagian Kekuasaan

Dalam rangka pembagian kekuasaan, maka perlu diperjelas pola yang ada apa

sentralisasi yaitu kekuasaan dan kewenangan ada pada manajer puncak atau

desentralisasi yaitu kekuasaan dan kewenangan ada pada manajer menengah

dan bawah.Hal ini tergantung pada :

1. Situasi lingkungan

2. Sejarah organisasi yang bersangkutan

3. Pola pengambilan keputusan

4. Kemampuan manajer tingkat bawah.

Penulisan disusun atas dasar:

1. Acuan teoritis yang ada

(31)

2. Pertimbangan keadaaan kekuatan yang berperan di rumah sakit, yang harus di

tata

3. Rumah sakit harus berorientasi pada pengembangan yang terus menerus.

Rumah sakit harus memenuhi syarat perizinan pendirian, yang di dalamnya

juga terdapat izin lingkungan yang terdiri dari, AMDAL, UKL-UPL, IPAL.Apabila

rumah sakit tidak memenuhi syarat perizinan pendirian maka rumah sakit tidak dapat

dikatakan sebagai badan hukum.

Pelanggaran yang sering terjadi dalam rumah sakit pendidikan dan

penelitianadalah terkait dengan kesalahan identitas pasien.Sedangkan untuk tindak

pidana lingkungan hidup yang dalam hal ini terkait dengan pembuangan atau

pengelolaan limbah, pada umumnya rumah sakit sudah melakukan pembuangan atau

pengelolaan limbah rumah sakit secara benar.Terhadap kasus lingkungan hidup

berdasarkan Pasal 116 ayat (2) UUPPLH, pihak yang dapat dimintai

pertanggungjawaban adalah pengurus, rumah sakit, pengurus dan/atau rumah sakit.

Sebagaimana konsep yang terdapat dalam pertanggungjawaban pidana korporasi,

yakni :100

1. Pengurus yang berbuat pengurus yang bertanggungjawab;

2. Korporasi yang berbuat korporasi yang bertanggungjawab;

3. Korporasi yang berbuat korporasi yang bertanggungjawab.

(32)

Berdasarkan doktrin strict responsibility dan vicarious responsibility, rumah

sakit dapat dimintai pertanggungjawaban, misal perihal perizinanpendidirian rumah

sakit yang tidak lengkap.Pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban di dalam

rumah sakit yaitu pihak manajemen rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis dan

non medis.Rumah sakit mempunyai 4 jenis pertangungjawaban yaitu

pertanggungjawaban terhadap personalia, pertanggungjawaban professional terhadap

mutu pelayanan, pertanggungjawaban terhadap sarana dan prasarana, dan

pertanggungjawaban terhadap keamanan bangunan.

Berdasarkan jenis pertanggungjawab rumah sakit diatas terlihat bahwa rumah

sakit dapat di mintai pertanggungjawaban. Akan tetapi Pasal 45 ayat 2

Undang-Undang 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit tidak

dapat di tuntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan manusia.

Dalam bukunya yang berjudul hukum kedokteran, Danny wiradharma menyebutkan

bahwa doktrin vicarious responsibility dapat diterapkan dalam hubungan rumah sakit

dengan karyawannya, yang dalam hal ini berarti karyawan sebagai organ yang

menggerakkan rumah sakit tidak dapat dimintai pertanggungjawaban apabila mereka

melakukan kesalahan dimana mereka bertindak untuk dan atas nama rumah sakit.101

Doktrin vicarious responsibility berarti terdapat pertanggungjawaban

pengganti, apabila pegawai melakukan suatu kesalahan akan tetapi masih dalam

lingkup kewenangannya yang berdasarkan perintah dari atasan (yang dalam hal ini

(33)

adalah pengurus), maka pegawai tidak dapat dimintai pertanggungjawaban sehingga

pihak yang seharusnya dapat dimintai pertanggungjawaban adalah pengurus.

Apabila pengurus bertindak untuk dan atas nama rumah sakit, dan hal tersebut

merupakan kewenangan yang diberikan dan diperintahkan oleh rumah sakit

berdasarkan anggaran dasar maupun peraturan internal rumah sakit, maka jika rumah

sakit mendapat keuntungan atas perbuatan tersebut maka rumah sakit dapat dimintai

pertanggungjawaban berdasarkan doktrin vicarious responsibility.

RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham

untuk mengambil keputusan penting yanhg berkaitan dengan modal yang ditanam

dalam perusahaan, dengan memerhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan.Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan kepada

kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang

saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan

Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi weweng RUPS untuk menjalankan

haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk

untuk melakukan pengantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau

direksi.102

Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan

pertanggungjawaban pengawas atas pengelolaan perusahaan oleh direksi.Laporan

(34)

pengwasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang

disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.103

Dengan diberikannya persetujuan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah

memberikan pemebebesan pelunasan tanggungjawab kepada masing-masing anggota

Dewan Komisaris sejauh hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan

tidak mengurangi tanggungjawab masing-masing anggota Dewan Komisaris dal;am

hal terjadi tindak pidana atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga

yang dapat dipenuhi dengan asset perusahaan. Pertanggungjawaban Dewan

Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawas atas

pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.104

Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahaan atas

laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan

tanggungjawab maasing-masing anggota Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau

kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang Direksi harus menyusun pertanggungjawab dalam bentuk laporan tahunan

yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan perusahaan, dan

laportan pelaksanaan GCG. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RPUS,

dan khusus untuk laporan keuangan harus memperoleh pengesahaan RUPS. Laporan

tahunan telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakannya sesuai dengan ketentuan

yang berlaku untuk memungkinkan pemegang saham melakukan penilaian.

103Ibid.

(35)

tidak dapat dipenuhi dengan asset perusahaan. Pertanggungjawaban Direksi kepada

RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka

pelaksanaan asas GCG.105

Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria yang terkait

dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam mengambil keputusan mengenai

penerimaan karyawan.Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan,

penetapan jenjang karir dan penetuan persyratan kerja lainnya harus dilakukan secara

obyektif, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik

seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan.Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur dengan jelas

pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.106

105Ibid, hal. 134. 106Ibid.

Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang kondusif,

termasuk kesehatan dan keselamatan kerja agar setiap karyawan dapat bekerja secara

kreatif dan produktif.Perusahaan harus memastikan tersedianya informasi yang perlu

diketahui oleh karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan baik dan tepat

waktu. Perusahaan harus memastikan agar karyawan tidak menggunakan nam,

fasilitas, atau hubungan baik perusahaan dengan pihak eksternal untuk kepentingan

pribadi.Untuk itu, perusahaan harus mempunyai sistem yang dapat menjaga agar

setiap karyawan menjujung tinggi standar etika dan nilai-nilai perusahaan serta

(36)

Karyawan serta serikat pekerja yang ada di perusahaan berhak untuk

menyampaikan pendapat dan usul mengenai lingkungan kerja dan kesejahteraan

karyawan.Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis dan pedoman

perilaku, serta peraturan perundang-undangan yang trekait dengan perusahaan.107

Mengetahuinya secara nyata,prasyarat pemidanaan terhadap pengurus, berarti

telah mempersempit upaya pembelaan diri pengurus dalam hal terjadinya tindak

pencemaran atau perusakan lingkungan oleh badan hukum atau korporasi, Karena

pengurus tidak dapat dengan mudah menggunakan ketidaktahuannya sebagai alasan

pembelaan diri. Selanjutnya untuk memenuhi kriteria “memimpin secara nyata atau

pemberi perintah”, tidak disyaratkan bahwa hanya orang yang bersangkutanlah

dengan mengecualikan orang-orang lain yang mempunyai kekuasaan ditangannya

sendiri.Meskipun didalam perusahaan terdapat pembidangan tugas kepemimpinan,

pimpinan sebuah perusahaan secara bersama-sama dapat dipidana tanpa harus

menggunakan konstruksi hukum penyertaan.108

Perumusan ketentuan pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam

UUPPLH, mencantumkan unsur sengaja atau kealpaan/kelalaian. Dicantumkannya

unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban

pidana dalam UUPPLH menganut prinsip liability based on fault

107Ibid, hal. 149.

(37)

(pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan) artinya, UUPPLH menganut asas

kesalahan atau culpabilitas.109

4. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Klinik Terkai Dengan Tindak

Pidana Lingkuangan Hidup Yang Dilakukan Pegawai Klinik

Klinik merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama dengan

rumah sakit tetapi fasilitas medisnya lebih sederhana. Terdapat klinik pratama yang

dipimpin dokter umum atau dokter gigi umum dan berwenang melakukan layanan

medis dasar.Tingkat yang lebih tinggi disebut klinik utama, yang dipimpin seorang

dokter spesialis atau seorang dokter gigi spesialis.Di klinik utama pelayanan medis

spesialistik bisa dilakukan atau khusus untuk melayani keluhan tertentu.Biasanya

klinik tersebut dijalankan oleh dokter-dokter yang menjalankan praktek pribadi secara

berkelompok.Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.Namun, klinik utama

dapat pula dilengkapi dengan fasilitas rawat inap dengan memenuhi persyaratan yang

lebih lengkap (disebut klinik rawat inap).Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan

didanai secara pribadi atau publik, dan meliputi perawatan kesehatan dasar maupun

spesialistik dan bisa dilengkapi dengan fasilitas home care.

Sesuai dengan PERMENKES klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan

(38)

media dasar dan/atau spesisialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga

kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.110

Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi klinik Pratama dan

klinik Utama.Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik dasar.Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.111

Klinik Pratama atau klinik Utama dapat mengkhususkan pelayanan pada satu

bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit

tertentu.Klinik dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau

masyarakat.Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan,

prasarana, peralatan, dan ketenagaan.112

Prasarana klinik meliputi: instalasi air, instalasi listrik, instalasi sirkulasi

udara,sarana pengolahan limbah, pencegahan dan penanggulangan kebakaran,

ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap dan sarana lainnya sesuai

kebutuhan. Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari

pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas

kesehatan kabupaten/kota setempat.113

110 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/Per-1-2011 tentang Klinik, Pasal 1.

(39)

Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah klinik

memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam peraturan. Permohonan izin klinik

diajukan dengan melampirkan:114

1. Suarat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat

2. Salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan

3. Identitas lengkap pemohon

4. Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemeritah daerah setempat

5. Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan

untuk menyelenggarakan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk menyelenggarakan kegiatan.

6. Dokumen upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan

lingkungan (UPL)

7. Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan,

tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan

8. Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Ada yang menganggap limbah rumah sakit, medis dann limbah infeksius

adalah sama. Limbah rumah sakit, seperti halnya limbah klinik gigi atau limbah

rumah tangga, pengertiannya merujuk pada seluruh limbah padat, cair maupun gas

yang sumbernya berasal dari tempat tertentu. Di rumah sakit, hni meliputi: limbah

biologis (misalnya, limbah medis, limbah berupa makanan) dan limbah non biologis

(misalnya, limbah kertas, plastik dan lain-lain).115

Limbah medis meliputi seluruh yang dihasilkan selama menegakkan

diagnosis, perawatan, atau imunisasi pada pasien.Limbah infeksius adalah bagian dari

limbah medis yang secara epimediologis berpotensi untuk menyebarkan penyakit

114Ibid, Pasal 21.

(40)

infeksi.Namun harus kembali diingat faktor-faktor penentu infeksi seperti jumlah dan

virulensi kuman, daya tahan tubuh dan adanya jalan masuk (portal of entry) yang

menentukan apakah infeksi bisa terjadi atau tidak.116

Limbah dari rumah sakit dan pelayanan kesehatan dapat berupa limbah yang

telah terkontaminasi (secara potensial sangat berbahaya) atau tidak terkontaminasi.

Sekitar 85% sampah umum dihasilkan dari rumah sakit dan klinik tidak

terkontaminasi dan tidak berbahaya bagi petugas yang menangani. Semua sampah

yang tidak terkontaminasi seperti kertas, kotak, botol, wadah plastik, dan makanan

dapat dibuang dengan metode yang biasa atau dikirim ke Dinas Pembuangan Sampah

setempat atau tempat pembuangan sampah umum.117

Pemberlakuan kedua kategori BMLC atas kegiatan rumah sakit adalah

sebagai berikut:118

1. Kegiatan rumah sakit yang telah beroperasi sebelumnya keluarnya Kep Men

LH Nomor:58/1995 berlaku BMLC dalam lampiran A dan wajib memenuhi

BMLC dalam lampiran B selambat-lambatnya 1 January 2000

2. Kegiatan rumah sakit yang tahap perencanaannya dibuat sebelum Kep Men

LH No:58/1995 dan beroperasi setelah keluarnya Kep Men LH tersebut

tunduk pada BMLC lampiran A tetap wajib memenuhi BMLC dakam

lampiran B selambat-lambatnya 1 January 2000

116Ibid.

117Ibid.

(41)

3. Kegiatan rumah sakit yang tahap perencanaannya dibuat beroperasi setelah

keluarnya Kep Men LH No:58/1995 wajib memenuhi BMLC dalam lampiran

B.

Jika AMDAL bagi kegiatan rumah sakit yang bersangkutan mensyaratkan

BMLC yang lebih ketat dari pada BMLC dalam Kep Men LH No:58/1995, maka

kegiatan rumah sakit itu tunduk pada BMLC yang ditetapkan melalui AMDAL.

GSO memuat ketentuan tentang dapat dituntut hukumnya pengurus suatu

badan usaha, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 3 (1), (2), (3), dan (4) GSO. Dari

tuntutan Pasal 3 ayat (3) GSO dapat diketahui bahwa pengurus badan usaha, yaitu

perusahaan-perusahaan yang berbentuk badan hukum maupun tidak, hanya dapat di

hukum apabila “mengetahui” terjadinya tindak pidana. Dengan kata lain, pengurus

dapat dipersalahkan jika mereka mengetahui tentang terjadinya tindak pidana dan

sebaliknya pula. “Mengetahui” berkaitan dengan suasana mental atau batin. Oleh

sebab itu, kapankah pengurus dapat dikatakan mengetahui terjadinya tindak pidana,

sehingga mereka dapat, adalah sebuah permasalahan hukum. Penjelasan terhadapat

permasalahan ini dapat diberikan melalui kajian perbandingan terhadap

perkembangan hukum di Belanda dan Amerika Serikat yang, antara lain, telah

melahirkan makna konseptual tentang “mengetahui” sebagai unsur dapat

dipersalahkannya pengurus badan usaha.119

(42)

Terjemahan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan, dalam Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Farmasi,

(1997), Pasal 3 (1), (2), (3), dan (4) GSO berbunyi sebagai berikut:120

1. Jika suatu tindakan, yang dapat dihukum berdasarkan ordonansi ini, dilakukan

oleh suatu badan hukum, suatu perusahaan, salah satu kumpulan dari

orang-orang, diadakan suatu pengusutan hukuman dan tindakan dijatuhkan terhadap:

1. (a) Anggota-anggota pengurus yang berdomisili di Indonesia dari badan

hukum itu atau kumpulan dari orang-orang;perseroan;yang berdomisili di

indonesia dari perusahaan itu atau orang-orang yang tinggal di Indonesia

kekayaan perusahaan itu, atau :

(b) Jika orang yang tersebut di (a) berhalangan atau tidak ada, wakil-wakil

dari mereka dan/atau

1. Mereka, yang memberikan perintah untuk tindakan ini, atau yang sebenarnya

duduk dalam pimpinan pada perbuatan yang terlarang.

(2) Suatu tindakan dianggap dilakukan oleh atau atau atas nama badan

hukum, perusahaan-perusahaan, kumpulan dari orang-orang, jika tindakan ini

dilakukan ini dilakukan oleh orang-orang yang baik berdasarkan dinas

maupun bukan dinas, bertindak dalam hubungan dengan badan hukum,

perusahaan, kumpulan dari orang-orang, dengan tidak terkecuali orang-orang

tersebut di atas bertondak tersendiri atau unsur-unsur perbuatan bersama

terdapat pada mereka.

(43)

(3) Jika ternyata tindakan dilakukan di luar pengetahuan mereka, maka tidak

diadakan hukuman terhadap orang-orang yang disebut pada ayat (1) A

(4) Ketentuan pada ayat pertama berlaku juga terhadap suatu badan hukum,

perusahaan atau kumpulan dari orang-orang lain, yang bertindak sebagai

wakil dari suatu badan hukum lain, perusahaan lain, kumpulan dari

orang-orang.

Pasal 51 ayat (2) W.v.s membuka peluang bagi penuntutan dan pemidanaan

terhadap pengurus badan hukum, di samping badan hukum itu sendiri, apabila

sebagai pengurus yang bersangkutan bertindak sebagai yang memerintahkan

perbuatan atau apabila secara nyata memimpin melakukan perbuatan yang dilarang.

Berdasarkan putusan H.R. faktor penting yang menetukan apakah seorang pengurus

bertanggungjawab atas tindak pidana lingkungan yang dilakukan oleh badan hukum

adalah” jika pengurus tidak melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

pelanggaran hukum oleh perusahaannya, sedangkan merka mempunyai kewenangan

untuk mengambil langkah-langkah itu, mereka berarti secara sadar membiarkan

pelanggaran itu terjadi, sehingga mereka dipersalahkan dan bertanggungjawab secara

pidana.121

Di Amerika Serikat, ada beberapa lembaga yang mengatur pengelolaan

limbah, diantaranya:122

1. CDC (Centres for Diseases Control and Prevention)

(44)

2. EPA (The Enviromental Protection Agency)

3. ATSDR (Agency for Toxic Substance and Disease)

4. OSHA (Occupation Safety and Health Administration)

Untuk sebahagian tenaga kesehatan, yang banyak dianut adalah petunjuk dari

ATSDR untuk pengaturan limbah medis. Peraturan tersebut meliputi: pembuangan

limbah darah, komponen darah dan bahan-bahan yang mengadung cairan darah dan

komponen darah, cairan tubuih lain yang berpotensi infeksius, pembuangan alat-alat

tajam yang terkontaminasi yang sudah tidak pakai, limbah patologis (berupa jaringan

atau organ) limbah mikrobiologi, dan limbah binatang yang terkontaminasi.123

Pada seluruh pusat pengobatan, darah (maupun yang tercampur cairan lain,

misalnya saliva) dapat dialirkan atau disedot ke dalam saluran pembuangan air

klinik.Saluran air maupun baknya harus dibilas dengan baik sedikitnya satu kali

sehari. Juga dapat digunakan larutan disinfektan (misalnya iodorfor yang akan

dibuang pada hari tersebut) yang dialirkan lewat saluranpembuangan tersebut.

Akhirnya, untuk bilasan terakhir dipakai air, terutama jika memakai larutan

pemutih.124

Beberapa daerah di AS mengizinkan penanganan limbah patogolis tersebut di

rumah atau klinik masing-masing. Jadi, tidak perlu menggunakan jasa pengolahan

123Ibid.

(45)

limbah yang telah ditunjuk karena biasanya jasa seperti ini akan mengajukan harga

yang sangat tinggi.125

Limbah patologis harus dibungkus untuk membuangnya.Untuk hal ini dapat

dipakai kantong, dari kertas, plastik tahan autoklaf, dan kantong-kantong

lainnya.Kantong dan isinya setelah ditangani dapat dibuang.Salah satu limbah medis

yang berpotensin menularkan penyakit adalah benda tajam terkontaminasi.Benda

tajam adalah benda yang dapat membungkus kulit, yaitu jarum suntik, pisau bedah,

jarum jahit jaringan, instrument-instrumen, dan pecahan gelas atau kaca.126

Aturan dari OSHA menunjukan bahwa segera setelah penggunaan, limbah

tajam tersebut harus ditempatkan pada wadah atau container tertutup, tahan tusuk,

dan tidak mudah bocor yang disebut wadah limbah tajam. Kontainer ini akan diberi

label denga simbol biohazard dan diberi kode warna khusus untuk memudahkan

identifikasi. Limbah tajam yang sudah ditempatkan dikontainer tersebut selanjutnya

ditangani dengan cara autoklafisasi di rumah sakit atau klinik tersebut sebelum

dibuang ke lingkungan.127

125Ibid.

126Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini Penulis membuat suatu aplikasi yang memberikan informasi negara negara ASEAN ke dalam suatu aplikasi program, sehingga tujuan Penulis terhadap

Sistem ini dibuat untuk mempermudah dalam mengolah data yang kini menggunakan sistem komputerisasi, diharapkan dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam laporan satu

Website sebagai bagian dari teknologi internet berperan penting dalam penyebaran informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain yang

[r]

[r]

Materinya meliputi: Kebijakan Penerbitan dan Akreditasi Jurnal; Isi dan Format Jurnal Ilmiah; Manajemen Jurnal Ilmiah; Mekanisme dan Teknik Penyuntingan Artikel Jurnal;

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI. Semester

Pendaftaran ditutup sewaktu-waktu jika kuota