• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan yang Menikah Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan yang Menikah Dini"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Penyesuaian Pernikahan

1. Definisi Penyesuaian Pernikahan

(2)

Jadi, penyesuaian pernikahan adalah kemampuan suami istri untuk saling menyesuaikan diri dengan kepribadian, lingkungan, kebutuhan, keinginan, harapan dan kehidupan keluarga dalam pernikahan mereka.

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Pernikahan

Penyesuaian dalam pernikahan memiliki beberapa area yang akan dilalui, seperti agama, kehidupan sosial, teman yang menguntungkan, hukum, keuangan, dan seksual. Hurlock (2000) menyatakan ada empat hal pokok yang paling penting dalam penyesesuaian pernikahan untuk kebahagian pernikahan, yaitu : a. Penyesuaian dengan pasangan

Masalah yang paling penting yang pertama kali harus dihadapi saat seseorang memasuki dunia pernikahan adalah penyesuaian dengan pasangan (istri maupun suaminya). Semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh dimasa lalu, makin besar pengertian dan wawasan sosial mereka sehingga memudahkan dalam penyesuaian dengan pasangan. Hal ini juga terjadi pada remaja putri yang menikah dini.

Hurlock (2000) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap pasangan. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Konsep pasangan ideal.

(3)

2) Pemenuhan kebutuhan

Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhi kebutuhan yang berasal dari pengalaman awal. Apabila diperlukan pengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial agar bahagia, pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3) Kesamaan latar belakang

Semakin sama latar belakang suami dan istri maka semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga apabila latar belakang merekasama, setiap orang dewasa mencari pandang unik tentang kehidupan. Semakin berbeda pandangan hidup ini, maka semakin sulit penyesuaian diri dilakukan.

4) Minat dan kepentingan bersama

Kepentingan yang sama mengenai suatu hal yang dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik daripada kepentingan bersama yang sulit dilakukan dan dibagi bersama.

5) Keserupaan nilai

Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk.

6) Konsep peran

(4)

peran tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk.

7) Perubahan dalam pola hidup

Penyesuaian terhadap pasangannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan, merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratan pekerjaan, terutama bagi seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali diikuti oleh konflik emosional.

b. Penyesuaian seksual

Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam pernikahan adalah penyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang paling sulit dalampernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan. Permasalahan biasanya dikarenakan pasangan belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampu mengendalikan emosi mereka. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual, yaitu :

1) Perilaku terhadap seks

Sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerima informasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Jika perilaku yang tidak menyenangkan dilakukan maka akan sulit sekali untuk dihilangkan bahkan tidak mungkin dihilangkan.

2) Pengalaman seks masa lalu

(5)

wanita merasakan itu sangat mempengaruhi perilakunya terhadap seks. Apabila pengalaman awal seorang wanita tidak menyenangkan maka hal ini akan mewarnai sikapnya terhadap seks.

3) Dorongan seksual

Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dan cenderung tetap demikian, sedang wanita muncul secara periodik. Dengan turun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini mempengaruhi minat dan kenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi penyesuaian seksual.

4) Pengalaman seks marital awal, sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi, dan pengaruh vasektomi.

c. Penyesuaian keuangan

Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri individu dalam pernikahan. Istri yang berusia muda atau masih remaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuangan untuk kelangsungan hidup keluarga. Suami juga terkadang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keuangan, khususnya jika istrinya bekerja di luar rumah dan berhenti setelah memiliki anak pertama sehingga mengurangi pendapatan keluarga.

d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan

(6)

belakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, budaya dan latar belakang sosial yang berbeda. Penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Stereotip tradisional mengenai ibu mertua

Stereotip yang secara luas diterima masyarakat ”Ibu mertua yang

representatif” dapat menimbulkan perangkat mental yang tidak

menyenangkan bahkan sebelum perkawinan. Stereotip yang tidak menyenangkan mengenai orang usia lanjut seperti cenderung ikut campur tangan dapat masalah bagi keluarga pasangan.

2) Keinginan untuk mandiri

Orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan, dan khususnya mereka menolak bantuan dari keluarga pasangan.

3) Keluargaisme

Penyesuaian dan perkawinan akan lebih pelik apabila salah satu pasangan tersebut menggunakan lebih banyak waktunya terhadap keluarganya daripada mereka sendiri. Apabila pasangan terpengaruh oleh keluarga, apabila seseorang anggota keluarga berkunjung dalam waktu yang lama dan hidup dengan mereka untuk seterusnya.

4) Mobilitas sosial

(7)

membawa mereka dalam latar belakangnya. Banyak orangtua dan anggota keluarga sering bermusuhan dengan pasangan muda.

5) Anggota keluarga berusia lanjut

Merawat anggota keluarga berusia lanjut merupakan faktor yang sangat sulit dalam penyesuaian pekawinan karena sikap yang tidak menyenangkan terhadap orangtua dan urusan keluarga khususnya bila dia juga mempunyai anak-anak.

6) Bantuan keuangan untuk keluarga pasangan

Apabila pasangan muda harus membantu atau memikul tanggung jawab, bantuan keuangan bagi pihak keluarga pasangan, hal itu sering membawahubungan keluarga yang tidak baik. Hal ini dikarenakan anggota keluarga pasangan dibantu keuangannya, menjadi marah dan tersinggung dengan tujuan agar diperoleh bantuan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bentuk-bentuk penyesuaian pernikahan adalah penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan

Banyak faktor sosial dan demografis yang ditemukan memiliki hubungan dengan penyesuaian perkawinan (Dyer, 1983). Berikut ini lima hal yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan :

a. Usia

(8)

yaitu laki-laki di bawah 20 tahun dan wanita di bawah 18 tahun. Mereka dihadapkan pada tuntutan dan beban seputar perkawinan, dimana bisa menyebabkan rasa kecewa, berkecil hati, dan tidak bahagia.

Penelitian juga mengatakan bahwa dalam ketidakmatangan, cenderung untuk melihat perkawinan dari segi romantismenya dan kurang persiapan untuk menerima tanggung jawab dari perkawinan tersebut. Tapi dalam hal perbedaan usia, penelitian ditemukan tidak terlalu meyakinkan. Ada penelitian menemukan bahwa akan lebih menguntungkan bagi pasangan yang memiliki usia yang sama (Locke; Blode & Wolfe, dalam Dyer, 1983), namun pada penelitian lain juga ditemukan bahwa usia yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyesuaian pekawinan (Udry, Nelson & Nelson, dalam Dyer, 1983).

b. Agama

(9)

c. Ras

Sejauh ini tidak ada penelitian khusus penyesuaian perkawinan dimana perkawinan antar ras sebagai variabelnya. Walaupun ada opini terkenal yang mengatakan bahwa perkawinan antar ras penuh resiko, sebenarnya secara statistik sangat sedikit yang mendukung pandangan ini (Udry, dalam Dyer, 1983). Penelitian yang dilakukan Monahan (Dyer, 1983) pada perkawinan antar ras di Iowa, ditemukan bahwa perkawinan antar kulit hitam dan putih lebih stabil daripada perkawinan kulit hitam dan hitam; dia juga menemukan bahwa perkawinan dengan suami kulit hitam dan istri kulit putih memiliki rata-rata perceraian yang rendah dibandingkan dengan rata-rata perceraian pada perkawinan kulit putih dan putih. Dimana perbedaan sosial dan kultur masih tetap ada dan larangan pada perkawinan antar ras masih kuat, mereka berusaha untuk tahan menghadapi larangan dan berusaha kuat untuk menghadapi sangsi yang ada dari kelompok ras mereka masing-masing. d. Pendidikan

(10)

e. Keluarga Pasangan

Salah satu hal yang harus dihadapi oleh pasangan yang baru menikah adalah bagaimana mengatasi hubungan selanjutnya dengan orang tua dan sanak saudara setelah menikah. Beberapa penelitian dalam hal saudara istri atau suami mengindikasikan bahwa masalah ini lebih mempengaruhi wanita daripada pria (Duvall dan Komorovsky, dalam Dyer, 1983).

Ibu mertua dan kakak ipar lebih cenderung sebagai masalah dalam ketidakcocokan dari pada bapak mertua dan abang ipar. Inti dalam perselisihan biasanya menyangkut aktifitas dan peran wanita dalam rumahtangga.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan adalah usia, agama, ras, pendidikan, dan keluarga pasangan.

4. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Pernikahan Dini

Untuk mengetahui penyesuaian pernikahan pada pasangan pernikahan dini, dapat dilihat dari kriteria keberhasilan penyesuaian pernikahan. Menurut Hurlock (2000) beberapa kriteria keberhasilan dalam penyesuaian pernikahan, yaitu : a. Kebahagiaan suami istri

(11)

b. Hubungan antara anak dan orang tua

Hubungan yang baik antara anak dengan orang tuanya mencereminkan keberhasilan penyesuaian perkawinan terhadap masalah tersebut. Jika hubungan antara anak dengan orang tuanya buruk, maka suasana rumah tangga akan diwarnai oleh perselisihan yang menyebabkan penyesuaian perkawinan menjadi sulit.

c. Penyesuaian dari anak-anak

Apabila anak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dengan teman-temannya, maka ia akan sangat disenangi oleh teman sebayanya, ia akan berhasil dalam belajar dan merasa bahagia di sekolah. Itu semua merupakan bukti nyata keberhasilan proses penyesuaian kedua orang tuanya terhadap perkawinan dan perannya sebagai orang tua.

d. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat

(12)

e. Kebersamaan

Jika penyesuaian perkawinan dapat berhasil maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan untuk berkumpul bersama. Apabila hubungan keluarga telah dibentuk dengan baik pada awal-awal tahun perkawinan maka keduanya dapat mengikatkan tali persahabatan lebih erat lagi setelah mereka dewasa, menikah dan membangun rumah atas usahanya sendiri.

f. Penyesuaian dalam masalah keuangan

Dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan dan kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. Bagaimanapun besarnya pendapatan, keluarga perlu mempelajari cara membelanjakan pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari utang yang selalu melilitnya agar di samping itu mereka dapat menikmati kepuasan atas usahanya dengan cara yang sebaik-baiknya, daripada menjadi seorang istri yang selalu mengeluh karena pendapatan suaminya tidak memadai. Bisa juga dia bekerja untuk membantu pendapatan suaminya demi pemenuhan kebutuhan keluarga. g. Penyesuaian dari pihak keluarga pasangan

Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan, kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan hubungan dengan mereka.

(13)

kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian dalam masalah keuangan dan penyesuaian dari pihak keluarga pasangan.

Penyesuaian pernikahan adalah kemampuan suami istri untuk saling menyesuaikan diri dengan kepribadian, lingkungan, kebutuhan, keinginan, harapan dan kehidupan keluarga dalam pernikahan mereka. Bentuk-bentuk penyesuaian pernikahan adalah penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan adalah usia, agama, ras, pendidikan, dan keluarga pasangan. Penyesuaian pernikahan dapat dilihat dari kriteria keberhasilan penyesuaian pernikahan yaitu kebahagiaan suami istri, hubungan antara anak dan orang tua, penyesuaian dari anak-anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian dalam masalah keuangan dan penyesuaian dari pihak keluarga pasangan.

B. Pernikahan Dini

1. Definisi Pernikahan Dini

Pernikahan Dini (early Married) merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Hal ini sesuai dengan rekomendasi The Eliminatian of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) yang menyatakan bahwa usia 18 tahun seharusnya menjadi usia

(14)

sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Jadi, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan perempuan salah satu pihak atau keduanya berusia kurang dari 19 tahun. 2. Alasan Penyebab Pernikahan Dini

Penyebab pernikahan dini tergantung pada kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. UNICEF (2001) mengemukakan 2 alasan utama terjadinya pernikahan dini (early marriage):

a. Pernikahan dini sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi (early marriage as a strategy for economic survival).

Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan dini. Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekonomi keluarga akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat jauh jarak usianya, hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga.

b. Untuk melindungi (protecting girls)

(15)

tindakan untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah.

Alasan yang menyebabkan mengapa pernikahan dini itu terjadi menurut Cohen (2004), adalah sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya berawal dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak bisa merasakan sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga menikah merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memilih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi laki-laki yang mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi laki-laki minimal harus mempunyai keterampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka. Bagi sebuah keluarga yang miskin, pernikahan usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga. b. Meminimalisir Pergaulan Bebas

(16)

disadari pernikahan hanya sebagai alasan melegalkan dorongan seksual, tanpa memikirkan dampak-dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan tersebut. c. Faktor Ambisi

Sekilas kata ini memang terlihat sangat tidak pantas untuk menjadi sebuah alasan suatu pernikahan. Tetapi terkadang ambisi menjadi salah satu faktor adanya pernikahan dini. Keinginan mereka untuk segera merasakan kehidupan berumah tangga membuat mereka mengambil keputusan yang terkadang tanpa dibarengi dengan pertimbangan yang bijak, terkadang orientasi remaja bukanlah orientasi berumahtangga, namun lebih cenderung pada tendensi seksualnya saja.

d. Faktor Hamil Di Luar Nikah

(17)

dengan keputusan Menteri Agama RI No. 154 tahun 1991 telah disebutkan hal-hal berikut:

1) Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya.

2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.

Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.

Alasan terjadinya pernikahan dini dikarenakan adanya faktor ekonomi, meminimalisir pergaulan bebas, faktor ambisi, dan hamil di luar nikah.

3. Masalah-masalah pada Pernikahan Dini

Mathur, Greene, dan Malhotra (2003) mengemukakan sejumlah masalah-masalah pada pernikahan dini yang mengakibatkan remaja menjadi fokus penelitian serta lingkungan di sekitarnya :

a. Akibatnya pada kesehatan (Health and related outcomes)

1) Melahirkan anak terlalu dini, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman mempengaruhi kesehatan remaja putri.

2) Kurangnya pengetahuan, informasi dan akses pelayanan. 3) Tingginya tingkat kematian saat melahirkan dan abnormalitas. 4) Meningkatnya penularan penyakit seksual dan bahkan HIV/AIDS. b. Akibatnya pada kehidupan (Life outcomes)

(18)

2) Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum, karena keahlian, umber-sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas.

c. Akibatnya pada anak (Outcomes for children)

Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka. Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun memiliki resiko kematian yang cukup tinggi.

d. Akibatnya pada perkembangan (development outcomes)

Hal ini berkaitan dengan Millenium Develovement Goals (MDGs) seperti dukungan terhadap pendidikan dasar, dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Ketika dihubungkan dengan usia saat menikah, dengan jelas menunjukkan bahwa menikah di usia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, dan memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran dimasyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa yang berhasil. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsekuensi pernikahan dini adalah dapat berakibat dengan kesehatan, kehidupan, anak, dan perkembangan.

(19)

dini, konsekuensinya adalah dapat berakibat dengan kesehatan, kehidupan, anak, dan perkembangan.

C. Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan yang Menikah Dini

Menurut Hurlock (2000) penyesuaian pernikahan adalah kemampuan suami dan istri untuk beradaptasi dan memecahkan masalah yang muncul dalam pernikahan mereka serta menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pernikahan mereka. Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian pernikahan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan. Pernikahan dini (early Married) merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 7 perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Alasan pasangan untuk melakukan pernikahan dini dikarenakan adanya faktor ekonomi, untuk meminimalisirkan pergaulan bebas, faktor ambisi, dan terjadinya hamil di luar nikah.

(20)

pada kehamilan, dan keracunan kehamilan yang mengakibatkan kematian (Kusmiran, 2011). Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun memiliki kesehatan yang buruk dan resiko kematian yang cukup tinggi (Mathur dkk, 2003). Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah pada kehidupan pasangan yang menikah dini, pasangan membutuhkan penyesuaian pernikahan pada pernikahan mereka.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Untuk dapat mendukung maksud dan tujuan pembuatan laporan seperti disebutkan di atas, maka setiap jenis laporan yang telah ditentukan dalam kontrak, perlu disusun

Jika saudara tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian ASI atau berat badan bayi menurun, RUJUK SEGERA.

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Macam-macam

Membahas mengenai sistem penjualan yang digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD) dan Normalisasi yang kemudian diimplementasikan

Kartu Seminar PKL, PraSeminar (Biru) yang telah ditandatangani oleh Ketua Program Studi6. Tanda Terima Pengumpulan Laporan PKL dan

Mengulas bagaimana pemanfaatan driver dan mode grafis pada bahasa C di sebuah game, dan penerapannya ke dalam logika pemrograman. Game My Igo ini memiliki beberapa kelebihan