• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Fatigue pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Fatigue pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu penyakit klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal secara irreversible yang memerlukan terapi pengganti ginjal (Suwitra, 2006).Terapi pengganti ginjal yang

digunakan dapat berupa hemodialisis (Watnick & Dirkx, 2013).Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak

dilakukan di Indonesia.

Pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 15353 pasien dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan

pasien PGK yang menjalani hemodialisis sebanyak 4268 pasien (Indonesian Renal Registry, 2013). Data rekam medik di Klinik Spesialis

Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan tahun 2013 menunjukkan pasien PGK yang menjalani hemodialisis sebanyak 310 pasien.

Pasien PGK yang menjalani hemodialisis dapat mengalami beberapa gejala seperti kelelahan (fatigue), pruritus, konstipasi, anoreksia, nyeri, gangguan tidur, kecemasan, dyspnea, mual dan depresi (PERNEFRI, 2012;

Murtagh et al., 2007).Prevalensi fatigue berkisar antara 60% sampai 97% pada pasien hemodialisis dalam jangka panjang (Jhamb, Weisbord, Stell ,

Unruh, 2008). Menurut Kring & Crane (2009) juga menyatakan prevalensi

fatigue mencapai 82% sampai 90% pada pasien PGK yang menjalani

(2)

2 hemodialisis dalam jangka waktu lama.

Fatigue yang dialami pasien PGK yang menjalani hemodialisis

memiliki dampak bagi pasien itu sendiri. Hasil penelitian Horigan, Schneider, Docherty dan Barroso (2013) menyatakan bahwa fatigue dapat

menyebabkan pasien PGK mengalami pusing setelah menjalani hemodialisis. Fatigue juga menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sederhana, tidak dapat mengingat hal yang sudah berlalu,

ketidakmampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain dan mengalami kualitas tidur yang buruk.

Fatigueakan berdampak lanjut jika tidak mendapatkan penanganan

dalam waktu lama (Sulistini, Yetti, dan Hariyati, 2012). Hasil penelitian Koyama (2010) menyatakan bahwa fatiguepada pasien PGK yang

menjalani hemodialisis dapat memicu terjadinya gangguan kardiovaskuler seperti serangan jantung dan stroke. Hasil tersebut juga didukung oleh

penelitian Sulistini, Yetti, dan Hariyati (2012) menyatakan bahwa dampak lanjut yang akan terjadi jika fatigue tidak mendapat penanganan dalam

waktu lama akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan gangguan kardiovaskuler.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menurunkan fatigue yang

dialami pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah aktivitas fisik. Hal ini didukung dari hasil penelitian Shapiro (2008) menyatakan bahwa

pasien PGK yang menjalani hemodialisis yang bekerja dan melakukan aktivitas fisik memiliki tingkat fatigue rendah. Menurut Jhamb, et al

(3)

3

(2009) juga menyatakan bahwa dengan melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan fatigue.

Dari fenomena di atas peneliti tertarikuntuk menelititentang “Efektifitas Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Fatigue pada

Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai

dasar penelitian ini adalah bagaimanakah efektifitas teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida

Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan umum dan khusus dari penelitian ini, adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

(4)

4

1. Untuk mengetahui tingkat fatigue sebelum diberikan teknik relaksasi otot progresif pada pasien yang menjalani hemodialisis.

2. Untuk mengetahui tingkat fatiguesesudah diberikan teknik relaksasi otot progresif pada pasien yang menjalani hemodialisis.

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat fatigue sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi otot progresif pada pasien yang menjalani hemodialisis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pasien

Hasil dari penelitian ini diharapkan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat melakukan teknik relaksasi otot

progresif secara mandiri untuk menurunkan tingkat fatigue. 2. Bagi Perawat

Hasil dari penelitian ini perawat diharapkan dapat melakukan intervensi teknik relaksasi otot progresif sebagai upaya penurunan tingkat fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis.

3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pemberian intervensi teknik relaksasi otot progresif sebagai upaya penurunan tingkat fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Sehubungan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi Pengadaan Plastik Takah Bening dan Sampul Takah Biru pada Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII

(Enam puluh satu juta lima ratus ribu rupiah). Atas perhatiannya kami ucapkan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada

Untuk aspek sosial, direkomendasikan untuk: (1) elakukan pendampingan 3 KTH untuk menjadi HKm, (2) melakukan upaya menurunkan angka kemiskinan di bawah 10% pada akhir