• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Internal Perusahaan dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Internal Perusahaan dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Dividen

Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan

kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya

(Stice et al. 2004: 902). Levy and Sarnat (1990: 407) menyatakan “a dividend as

a sum of money paid to shareholders of a corporation out of earnings”.Dividen

akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba yang

diperoleh perusahaan, dimana hal ini menjadi faktor utama sebagai acuan direksi

untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Beberapa jenis dividen

yaitu :

a. Dividen kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan

perusahaan dalam bentuk kas kepada para pemegang saham. Para pimpinan

perusahaan perlu memperhatikan bahwasanya sebelum membuat pengumuman

adanya dividen kas apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian

tersebut.

b. Dividen aktiva selain kas merupakan jenis dividen yang dibagikan

dalam bentuk selain kas, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk surat-surat

berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau

aktiva-aktiva lain.

c. Dividen hutang merupakan jenis dividen yang dibagikan apabila

(2)

sehingga para pimpinan mengeluarkan scrip dividend atau janji tertulis. Scrip

dividend ini kemungkinan berbunga namun kemungkinan juga tidak.

d. Dividen likuidasi merupakan jenis dividen yang mengurangi modal

pemegang saham dalam perusahaan. Bila perusahaan membagikan dividen jenis

ini, para pemegang saham harus diberitahu mengenai jumlah pembagian laba dan

jumlah pengurangan rekening investasinya.

e. Dividen saham merupakan jenis dividen yang melakukan pembagian

tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham,

sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.1.2 Pengertian Kebijakan Dividen

Brigham dan Houston (2004: 69) menyatakan ‘’kebijakan dividen yang

optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara

dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang dan memaksimalkan harga

saham perusahaan’’.

Dividend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya nilai

dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para investor. Keadaan yang

dilematis sering dialami oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan dividen itu

sendiri, dimana di satu sisi investor menuntut untuk dibagikannya sejumlah

dividen setelah kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) agar

memperoleh kepercayaan akan kelangsungan prospek perusahaan dimasa

mendatang, sedangkan disisi perusahaan menginginkan untuk menahan labanya

sebagai langkah dalam melakukan pengembangan investasi guna untuk

(3)

nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend

Payout Ratio (DPR). Penurunan dividend payout ratio (DPR) diyakini sebagai

sinyal prospek perusahaan yang menurun atau perusahaan mungkin mengalami

kerugian dimasa mendatang. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berupaya

untuk mempertahankan Dividend Payout Ratio meskipun terjadi penurunan

jumlah laba yang diperoleh.

2.1.2.1 Teori-Teori Kebijakan Dividen

Terdapat berbagai macam faktor yang ikut mempengaruhi besarnya

tingkat pembayaran dividen, tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai

bagaimana bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh sebuah perusahaan.

Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan

dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird

in the hand theory ” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan

Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko

bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada

pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan

tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian

(4)

2. Teori ”bird in the hand theory”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya

investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada

pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil

dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan

menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan ”bird in the hand

theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan

untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan

bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari

arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh

tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang

menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital

gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda

pembayaran pajak.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan

hal-hal sebagai berikut:

1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar

maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus

dibagikan.

2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus

(5)

3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka

perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend

payout ratio=0%.

Menurut Awat (1998: 171) terdapat empat bentuk kebijakan dividen,

yaitu:

1. Kebijakan yang stabil (stable dividend- per share policy), yakni jumlah

pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan

mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga

kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan

menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan

tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.

2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio

policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan berubah sesuai

dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap

sama.

3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang

terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen

output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada

tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan

yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan

investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen

(6)

2.1.2.2 Prosedur Pembayaran Dividen

Terdapat empat cara pembayaran dividen :

1. Declaration Date

Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang

diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Cum Dividend Date

Tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas

tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.

3. Date of Record

Tanggal pencatatan dimana semua pemegang saham yang terdaftar

pada tanggal tersebut berhak atas dividen. Dividen tidak akan

dibayarkan kepada investor yang pemberitahuannya melewati tanggal

tersebut.

4. Ex Dividend Date

Tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak mendapatkan

dividen.

5. Date Of Payment

Tanggal pembayaran dividen kepada semua pemegang saham yang

berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal pencatatan.

Setiap tahapan memiliki durasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing

(7)

2.1.3 Profitabilitas

Menurut Brigham (1993: 79) “Profitability is the net result of a large

number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some

interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show

the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on

operating mult”. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari

keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang

tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.

Fink dan Harrison (1999: 72) menyebutkan bahwa : “Return On Assets as

the same income a company generates during normal operation dividend by its

total assets. This calculation determines how well a company is using its assets to

generate income”. Rasio return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah

pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Semakin besar return on asset,

akan menunjukkan semakin besarnya tingkat profitabilitas, sehingga

menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Hanafi (2005: 375)

menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang

baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Oleh karena itu dividen

akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

2.1.4 Cash Position

Dividen merupakan cash outflow sehingga semakin kuatnya posisi kas

(8)

dividen (Levy dan Sarnat 1990: 417). Dividen tunai merupakan arus kas keluar

yang tentu saja memerlukan tersedianya kas yang cukup, sehingga walaupun

perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban utang serta bunga yang

rendah namun jika tidak didukung oleh posisi kas yang kuat maka kemampuan

membayar dividennya rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2015)

menyatakan cash position adalah jumlah kas yang ada di perusahaan, dana

investasi atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu.

Cash Position merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini

dikarenakan kas sangat dibutuhkan untuk pembiayaan operasional. Dividen dalam

bentuk kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Para pimpinan perusahaan perlu memperhatikan

bahwasanya sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas terlebih dahulu

melihat apakah jumlah kas yang dimiliki cukup untuk pembagian dividen. Faktor

ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga

pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi

2002: 79).

2.1.5 Leverage

Menurut Mannes (1990: 51): “Leverage ratios are designed to assess the

balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can

be separated into two distinct groups: those that measure the relative proportion

of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its

(9)

dollar amount of long term financing including debt and equity sources) which is

composed of even a small proportion of debt is said to have financial leverage.”

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang

dimiliki perusahaan (Ang 1997: 18). Apabila perusahaan menentukan bahwa

pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus

menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini

berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan

sebagai deviden (Riyanto 2001: 267). Oleh karena itu, semakin besar proporsi

utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin

besar jumlah kewajiban dan sebaliknya semakin rendah proporsi utang maka

semakin tinggi perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Menurut Levy dan Sarnat (1990: 418): ”A firm’s cash position is another

important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend

requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor

affecting the dividend decision. Such a firm usually prefers to set a relatively low

dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further

growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However,

the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a

“safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of

growth in earnings decline in the future.”. Firm Size merupakan variabel yang

(10)

posisi suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya memperoleh laba. Dengan

kata lain, apabila kondisi yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besarnya

total aset yang dimiliki, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan

tersebut.

Keberadaan sebuah perusahaan yang mapan seperti inilah yang akan

mempunyai dampak positif, karena diuntungkan oleh kemudahan akses yang

dimiliki dalam pasar modal dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih

kecil. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah

menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah,

sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak

kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di

pasar modal menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh

dana yang lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen

yang lebih tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev dan Strebulaev 2005: 26).

Kemampuan untuk memperoleh dana atau pinjaman tersebut akan

membantu perusahaan dalam usaha operasionalnya yang ditujukan pada

peningkatan laba sebagai langkah untuk memperbesar perusahaan, sehingga dapat

dikatakan bahwa dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka akan

semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada

pemegang saham.

2.1.7 Risiko Pasar

Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko

(11)

dapat dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar

(systematic risk), yakni risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi. Risiko yang

dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum,

pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, dan peristiwa-peristiwa

lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh

berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan

diversifikasi - peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan akan

dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Risiko pasar

(market risk) di lain pihak berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis

mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi, resesi, dan tingkat suku

bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif

oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi.

(Brigham dan Houston, 2006: 238).

Risiko pasar diukur menggunakan beta (β) yang menggambarkan semakin

tinggi nilai beta maka semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jika

kondisi suatu negara mengalami inflasi, resesi, atau tingkat suku bunga yang

tinggi maka investor akan menarik kembali sahamnya karena takut dengan risiko

tinggi yang dihadapi. Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah

perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut mengakibatkan

perusahaan kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk

membiayai investasi mereka di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa

kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen juga dipengaruhi oleh risiko pasar

(12)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Maladjian dan Khoury (2014) yang berjudul “Determinants of the

Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks”. Hasil

penelitiannya menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kebijakan dividen. Likuditas berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen.

Muslimah dan Wijaksana (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash

Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth

Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang

terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitiannya

menyatakan cash position berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

dividend payout ratio. Return on assets berpengaruh negitif dan signifikan

terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap dividend payout ratio. Debt to Equity Ratio berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.

Fatimah (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Postion, Debt To

Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Pada Seluruh

Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2008-2011”. Hasil penelitiannya

menyatakan cash position berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

(13)

kebijakan dividen. DER berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan

dividen.

Suwaldiman dan Aziz (2006) yang berjudul ‘’Pengaruh Insider Ownership

dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen’’. Hasil penelitiannya menyatakan

beta berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen.

Pribadi dan Sampurno (2012) yang berjudul ‘’Analisis Pengaruh Cash

Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Assets

terhadap dividend payout ratio’’. Hasil penelitiannya menyatakan cash position

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. ROA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Ukuran

(14)

Tabel 2.1 Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks

Christopher Maladjian dan Rim El Khoury (2014)

Variabel dependen :

Dividend Payout

- Profitability (ROE) berpengaruh

negatif signifikan terhadap DPR - Firm Size berpengaruh positif

signifikan terhadap DPR - Currrent Assets berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap DPR

- Growth Opportunities

berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR

- Financial Leverage berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap DPR

- Firm Risk berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap DPR - Previous Year’s Dividends

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR

2. Analisis Pengaruh

Cash Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth

Terhadap Dividend

Payout Ratio Pada

Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Variabel dependen :

Dividend Payout Ratio

Variabel

Independen : Cash

Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Growth, Firm Size

Ordinary Least Squares

(OLS)

- Cash Position berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap DPR - Debt to Equity Ratio berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap DPR

- Return On Assets berpengaruh

negatif siginifikan terhadap DPR - Growth berpengaruh negatif tidak

signifikan DPR

- Firm Size berpengaruh negatif

(15)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul dan Nama Penelitian

Variabel Penelitian Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

3. Analisis Pengaruh

Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Assets

Terhadap Dividend

Variabel Dependen :

Dividend Payout Ratio

Variabel Independen : Cash Position,

Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, Return On Assets

Regresi Linier Berganda

- Cash Position berpengaruh

negatif signifikan terhadap DPR

- Firm Size berpengaruh

negatif signifikan terhadap DPR

- Growth Opportunity

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR - Ownership berpengaruh

positif signifikan terhadap DPR

- Return On Assets

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR

4. Analisis Pengaruh

Cash Postion, Debt To Equity Ratio,

Dan Return On

Assets Terhadap

Kebijakan Dividen Pada Seluruh Perusahaan Go

Public di Indonesia

Periode 2008-2011

Fatimah (2011)

Variabel Dependen :

Dividend Payout Ratio (DPR)

Variabel Independen : Cash Position,

Debt to Equity Ratio, Return On Assets

Regresi Linier Berganda

- Cash Position berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap DPR

- Debt to Equity Ratio

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR - Return On Assets

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR

5. Pengaruh Insider

Ownership dan

Risiko Pasar Terhadap

Kebijakan Dividen

Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006)

Variabel Dependen :

Dividend Payout Ratio

Variabel Independen : Insider

Ownership, Risiko

Pasar, Market To

Book Value

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR -Resiko Pasar (Beta)

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR - Market To Book Value

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR - Size berpengaruh negatif

siginifikan terhadap DPR - Earning Variability

berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR - Profitability (control)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR - Growth (control)

(16)

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio

Return on assets merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan modal

yang diinvestasikan dalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba dalam

suatu perusahaan. Meningkatnya kinerja sebuah perusahaan dapat disinyalir

akibat dari semakin besarnya return on assets (ROA) yang diperoleh. Hal ini

dapat diartikan bahwasanya dengan semakin besarnya nilai retrun on assets

(ROA) yang dimiliki perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,

sebab tingkat pengembalian investasi juga akan semakin besar. Dalam hal ini,

peningkatan return on assets (ROA) yang terjadi akan berdampak pada

peningkatan pendapatan dividen. Dengan demikian, semakin tingginya ROA

dimana dalam hal ini adalah besarnya rasio profitabillitas (laba) yang dimiliki,

menunjukkan kondisi tingginya tingkat keuntungan pada perusahaan. Keadaan

yang semacam ini berpengaruh pada tingginya kemampuan perusahaan dalam

kebijakan pembayaran dividen kepada para pemegang saham, sehingga dapat

diartikan bahwa dengan meningkatnya return on assets (ROA) juga dapat

meningkatkan pendapatan dividen.

Hanafi (2005: 375) menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran

kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan

dividen. Oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh

keuntungan. Berdasarkan kajian tersebut menunjukkan bahwa return on assets

(17)

2.3.2 Pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio

Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum

mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Karena besarnya dividen

yang akan dibayarkan akan sangat dipengaruhi oleh besarnya posisi kas pada

suatu perusahaan. Dalam hal ini, apabila posisi kas perusahaan kuat, maka

perusahaan bisa dengan mudah mengatur keuangannya untuk keperluan

membayar dividen untuk pemegang saham. Disisi lain, keberadaan kas dalam

perusahaan juga berfungsi sebagai pembiayaan dalam keperluan dengan

perusahaan yang lain, seperti investasi yang dilakukan dalam rangka untuk

membesarkan perusahaan saat peluang tersebut diketahui dan memungkinkan

untuk dilakukan. Selain itu, pengaruh dari cash position terhadap kebijakan

pembagian dividen dalam kaitan dengan laba atau keuntungan yang diperoleh

akan berpengaruh pada peningkatan di sektor operasional.

Horne (1998: 478) menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan

arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dengan demikian, posisi kas

perusahaan yang kuat dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

kebijakan pembagian dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan kajian

tersebut, dapat diprediksi bahwa cash position mempunyai pengaruh positif

terhadap dividend payout ratio.

2.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio

Perusahaan yang sedang berkembang cenderung memiliki modal yang berasal

(18)

modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang, dimana

semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi

perusahaan. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan

diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar

dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya

sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden

(Riyanto 2001: 267). Perusahaan dengan utang yang tinggi biasanya akan

membagikan dividen dalam jumlah yang rendah. Oleh karena itu, semakin besar

proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan

semakin besar jumlah kewajiban dan semakin rendah tingkat DER akan semakin

tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.

2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio

Firm Size merupakan variabel yang dapat dinyatakan dengan total assets,

dimana dalam hal ini dapat menentukan posisi suatu perusahaan dalam

menjalankan usahanya memperoleh laba. Dengan kata lain, apabila kondisi yang

diperoleh menunjukkan bahwa semakin besarnya total aset yang dimiliki, maka

semakin besar pula ukuran suatu perusahaan tersebut. Keberadaan sebuah

perusahaan yang mapan seperti inilah yang akan mempunyai dampak positif,

karena diuntungkan oleh kemudahan akses yang dimiliki dalam pasar modal

dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih kecil. Suatu perusahaan yang

sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk

meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang

(19)

akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di pasar modal

menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang

lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih

tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev dan Strebulaev 2005: 26).

Kemampuan untuk memperoleh dana atau pinjaman tersebut akan

membantu perusahaan dalam usaha operasionalnya yang ditujukan pada

peningkatan laba sebagai langkah untuk memperbesar perusahaan, sehingga dapat

dikatakan bahwa dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka akan

semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada

pemegang saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa firm size mempunyai

pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

2.3.5 Pengaruh Risiko Pasar terhadap Dividend Payout Ratio

Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko

yang dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau tidak

dapat dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar

(systematic risk). Risiko pasar (market risk) di lain pihak berasal dari faktor-faktor

yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi,

resesi, dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan

dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat

dieliminasi oleh diversifikasi. (Brigham dan Houston 2006: 238).

Risiko pasar diukur menggunakan beta (β) yang menggambarkan semakin

tinggi nilai beta maka semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jika

(20)

tinggi maka investor akan menarik kembali sahamnya karena takut dengan resiko

tinggi yang dihadapi. Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah

perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut mengakibatkan

perusahaan kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk

membiayai investasi mereka dimasa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan

dividen yang dibuat oleh manajemen juga dipengaruhi oleh risiko pasar (market

risk).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return On Assets

Cash Position

Ukuran Perusahaan

Dividend Payout Ratio

Risiko Pasar (

(21)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah

Return On Asset, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, dan

Risiko Pasar berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan

Gambar

Tabel 2.1 PenelitianTerdahulu
Gambar 2.1 Kerangka  Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner yang digunakan sebagai dasar penelitian kuantitaf dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk melihat tingkat jawaban dari pertanyaan

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik 500a. Lainnya

Tugas seorang pramuwisata adalah memimpin pelaksanaan suatu kegiatan kunjungan / wisata mulai dari persiapan sampai pada akhir kegiatan sesuai dengan ketentuan dalam fasilitas

Setelah itu kertas Kalkir, Kodactrys dan atau sejenisnya (pilih yang dikehendaki), baru kemudian diberi gambar atau ilustrasi maupun huruf dengan tinta cina atau Opaque.

[r]

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi Dinas Kesehatan Kob Bandar Lampung Tahun Anggaran 2012 Jalan Drs. 74 Teluk betung,

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta lelang pekerjaan Pengadaan Rak Arsip tahun anggaran 2016.. Batam, 15