• Tidak ada hasil yang ditemukan

dua makna penting arkeologi kemaritiman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "dua makna penting arkeologi kemaritiman"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Direktorat PCBM, 2 August 2017 - M. Zulficar Muchtar

Pertama, kajian kemaritiman memungkinkan kita untuk lebih memahami proses sejarah yang begitu panjang sampai dengan sekarang. Proses itu berkontribusi dalam membentuk karakter bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah maritim Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit abad VII hingga abad XV Masehi, dirasakan pengaruh kejayaannya hingga menjangkau seluruh

Kawasan Asia Tenggara bahkan sampai ke Timur Jauh, India, dan Timur Tengah. Seperti juga tradisi arung samudera pelaut-pelaut ulung dari Bugis dan Makassar yang menjangkau

berbagai pelosok Nusantara dan membangun jejaring perdagangan yang luas sebagaimana sekarang. Persebaran penduduk out of the islands tersebut telah mendorong diaspora penduduk berbahasa dan berkebudayaan lain-lain menciptakan komunitas majemuk yang secara sadar mengaku satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Kedua, laut bukanlah wilayah kosong yang tidak bermakna. Laut menjadi penghubung antar pulau dan antar benua. Melalui laut, pergerakan manusia menjadi relatif lebih cepat

dibandingkan dengan perjalanan di darat. Perkembangan teknologi pada peradaban manusia memungkinkannya menjelajah daerah atau tempat-tempat baru yang belum diketahui

(2)

yang menjadi ciri khas kelompok tertentu. Perdebatan atas hak menangkap ikan, hak berlayar, dan hak untuk menetap di pantai bukanlah isu yang baru muncul belakangan ini, tetapi menjadi persoalan yang telah berlangsung sangat lama.  Laut adalah sumber daya yang menyimpan begitu banyak potensi dan warisan budaya yang tenggelam di dasar laut, sumber daya yang harus kita kelola bersama supaya tetap dapat dimanfaatkan generasi Indonesia mendatang. Isu kapal tenggelam dengan muatan berharganya adalah riak kecil di dalam sistem pengelolaan kelautan yang sangat luas dan kompleks. Riak kecil ini pun dapat berkembang menjadi gelombang besar yang akan dihadapi Pemerintah apabila tidak disikapi dengan kesamaan persepsi dan kerja sama untuk menanganinya. Arkeologi maritim memainkan peran penting dalam konteks ini. Arkeolog selain berjuang untuk menyelamatkan, juga bekerja untuk menjelaskan peristiwa masa lalu (storyline) yang dikemas dalam penulisan sejarah,

menjelaskan tentang nilai-nilai kesatuan bangsa di Nusantara dan pergaulan internasional sudah terbentuk jauh sebelum berdirinya negara Indonesia. Nilai ini akan mengikat hubungan batin antar suku bangsa, bahkan antar bangsa dalam kawasan regional dan global. Karena itu, komitmen bersama menjaga warisan budaya maritim harus dipupuk terus untuk dapat

terselamatkan dari kepentingan yang berpotensi menghilangkan nilai penting sumber daya arkeologi maritim dalam khasanah perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Pemahaman sumber daya arkeologi maritim

Laut dan pantai mempunyai nilai historis yang dapat menjelaskan arti strategis kawasan maritim terhadap aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi, politik, teknologi atau hal-hal lain yang lebih praktis. Di laut terdapat bukti interaksi antar bangsa yang sebenarnya secara faktual masih berlangsung hingga sekarang. Bukti materi yang telah menjadi tinggalan arkeologis tersebut diantaranya adalah kapal karam bersejarah (shipwreck) yang menjadi salah satu bagian dari obyek riset arkeologi maritim dalam upaya merekonstruksi sejarah budaya bahari dan proses alam yang terjadi padanya yang belum seluruhnya dipahami.

Arkeologi maritim atau disebut juga arkeologi laut (maritime archaeology/marine archaeology) adalah berkaitan dengan budaya materi dan interaksi manusia dengan laut, termasuk teknologi perkapalan masa lalu, tinggalan bangkai kapal, infrastruktur maritim, eksplorasi situs arkeologi maritim, lansekap maritim (

maritime landscape

), dan jenis-jenis warisan budaya maritim, baik berwujud ( tangible

) dan tidak berwujud ( intangible

). Sumber daya arkeologi maritim (SDAM) berperan menyimpan bukti materi perjalanan sejarah dan kebudayaan maritim di masa lalu dan kejadian alam geodinamika laut yang melekat

(3)

arkeologi maritim.

Benda berharga asal muatan kapal tenggelam (BMKT) merupakan bagian dari potensi sumber daya arkeologi maritim berupa tinggalan atau artefak (artifacts) dari muatan kapal yang

tenggelam dalam suatu kawasan perairan. Penggunaan istilah BMKT dalam arkeologi maritim, kini dirasakan lebih kepada upaya pencarian materi artefaknya saja. Nilai historis yang terekam dalam lokasi situs arkeologi maritim dan lingkungan

in situ

-nya menjadi terabaikan. Karena itu, kegiatan pengelolaan BMKT harus mengarusutamakan nilai penting sumber daya arkeologi maritim (SDAM) demi keberlanjutan sejarah kejayaan budaya bahari Nusantara secara nasional.

Kontribusi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk riset arkeologi maritim

Riset akeologi maritim pada KKP dilakukan dalam lingkup Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) melibatkan multi-disiplin keilmuan yaitu

geologi-geofisika, oseanografi, ekologi laut, serta arkeologi maritim itu sendiri yang kegiatannya melingkupi pengkajian awal, survei dan eksplorasi, identifikasi dan penentuan lokasi situs (site selection

), analisis data dan nilai penting situs ( site significance assessment

) dan pendokumentasian kegiatan. Tenaga ahli dan pelaksanaan kegiatan riset dilakukan oleh Peneliti pada Pusat Riset Kelautan (Pusriskel-BRSDMKP).

Cakupan kegiatan riset ini akan memiliki aspek lebih luas, tidak hanya terfokus pada BMKT-nya saja. Karena dalam lokasi situs arkeologi maritim, selain terekam aspek kesejarahan seperti struktur kapal tenggelam, jejak struktur pelabuhan atau dermaga kuno, mercusuar, ataupun bangkai pesawat terbang yang jatuh ke laut karena adanya sebuah peristiwa khusus; juga akan menjadi arsip alam untuk lingkungan perairannya karena sebagian besar situs arkeologi maritim berada dalam kondisi yang telah menyatu dengan lingkungan ataupun ekosistem perairannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa dengan menjaga kelestarian situs arkeologi maritim, maka secara tidak langsung akan turut menjaga kelestarian ekosistem beserta sumber daya laut. Diharapkan, kelestarian tersebut akan memberikan dampak positif dan efek berganda (mul tiplier effect

) bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Salah satu contoh nyata yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat adalah pengelolaan situs sebagai atraksi wisata bahari dan lokasi penyelaman minat khusus (

(4)

).

Mengingat jumlahnya yang sangat banyak dan sebarannya yang luas tersebut, maka koordinasi dan sinergitas dengan berbagai institusi terkait di pusat dan daerah harus terus digalang. KKP telah melakukan Nota Kesepahaman dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang pada tataran pelaksanaannya di tahun ini telah ditindaklanjuti melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Riset, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Sumber Daya Arkeologi Maritim dan BMKT. BRSDMKP pun telah melakukan rintisan kolaborasi implementasi sinergitas kegiatan arkeologi maritim. Pada tingkat pusat dengan Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (DPCB) Ditjen Kebudayaan dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Balitbang Kemdikbud. Untuk di

daerah, telah dirintis sinergitas dengan dinas terkait pada beberapa lokasi riset, diantaranya adalah Natuna, Belitung, Belitung Timur, Selayar, Bali, Gorontalo, Ternate, Halmahera Utara, dan Raja Ampat. Kedepannya, diharapkan sinergitas dan kolaborasi bisa ditingkatkan menjadi kerjasama antar institusi yang juga akan aktif melibatkan satuan kerja Loka atau Balai Riset di bawah KKP, serta Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Arkeologi di bawah Kemdikbud. Peranan perguruan tinggi dan organisasi profesi arkeologi seperti IAAI sangat diharapkan untuk turut pro-aktif mendukung misi sinergitas ini.

Sumber daya arkeologi maritim harus dikelola oleh Pemerintah

Laut masih menyimpan banyak persoalan yang butuh pemecahan akademik supaya dapat ditempatkan dalam konstelasi pertukaran budaya, serta menyimpan potensi ekonomi berkelanjutan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Keberadaan kapal karam bersejarah di dasar laut, pelabuhan kuno atau benteng pertahanan di kawasan pesisir

menjanjikan pemanfaatan terus-menerus sebagai atraksi wisata bahari, bahkan pendidikan dan riset. Interpretasi atas tinggalan arkeologis hampir tidak pernah habis, bahkan terus

berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menjaga

kehadirannya di tengah masyarakat menjanjikan kesejahteraan yang tidak pernah habis, baik dari sisi ekonomi, ilmu pengetahuan, dan rasa bangga sebagai bangsa. Tinggal yang menjadi persoalan adalah bagaimana melakukan pengelolaannya secara komprehensif, demi

kepentingan nasional yang lebih luas kedepannya. Itulah yang menjadi tantangan bersama selaku peneliti, insan arkeologi, pemangku kebijakan di pemerintahan, dan segenap lapisan masyarakat Indonesia di tengah dinamika pembangunan yang kompleks.

(5)

Indonesia memiliki potensi sumber daya arkeologi maritim yang tersebar luas di kawasan pesisir dan laut yang belum kesemuanya dapat diidentifikasikan secara lengkap. Karena itu, survei identifikasi dan pemetaan potensi sebaran situs arkeologi maritim dalam wilayah NKRI menjadi pekerjaan besar bersama yang harus terus digiatkan. Moratorium Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Survei dan

Pengangkatan BMKT yang masih berlangsung hingga saat ini harus menjadi landasan kuat untuk mewujudkan keinginan agar Pemerintah sendiri yang akan melakukannya. Kegiatan ekskavasi dan pengangkatan tersebut dapat dimungkinkan dengan pertimbangan yang matang dari aspek ilmiah kelautan dan nilai historis (aspek kebudayaan) yang tujuannya adalah untuk penyelamatan situs dari ancaman kerusakan secara alami (

natural threats

) atau akibat ulah manusia ( human threats

). Manfaatnya juga akan terasa bagi pengembangan kapasitas sumber daya manusia ( capacity building

) dan sebagai sarana edukasi arkeologi maritim di Indonesia.

Disadari bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya arkeologi maritim dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian dan keberlanjutan sumberdayanya merupakan tantangan yang sangat besar bagi para arkeolog dan penggiat kegiatan arkeologi maritim di seluruh Indonesia. Demikian pula dengan arah riset arkeologi maritim, diharapkan menuju sinergitas pengelolaan berbasis pelestarian warisan budaya maritim Indonesia agar dapat menjawab tantangan tersebut secara bersama. Kehadiran situs arkeologi maritim yang telah menyatu dengan ekosistem bawah laut memberikan sebuah ide atau gagasan dari kami untuk menuju pengelolaan berbasis Marine Eco-Archaeological Park. Dasar pemikirannya adalah dengan terjaganya kelestarian situs arkeologi maritim maka ekosistem dan lingkungan perairan pun akan terjaga. Pada gilirannya, dapat memberikan kesejahteraan dan menumbuhkan kearifan di tengah masyarakat untuk terus menjaga keberlanjutannya. Nilai sejarah kejayaan budaya bahari bangsa pun akan tetap hadir sebagai warisan budaya bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Utamanya, situs arkeologi maritim yang dimiliki suatu negara akan menjadi warisan

budaya bawah air ( underwater cultural

heritage ) bagi

generasi penerus bangsa.

Safeguarding our underwater cultural heritage , Jagalah warisan budaya bawah air kita.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Data yang didapat adalah jumlah leukosit dan kadar hemoglobin sebelum radioterapi (kelompok 1), sesudah mendapat dosis radioterapi sebesar 2000 rad (kelompok 2),

Selain blaZ ada beberapa gen yang akan meregulasi sintesis betalaktamase pada bakteri Gram positif yang diwakili oleh S. aureus dalam hal ini setidaknya ada tiga

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL. Bidang Usaha

Prosedur dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan melakukan observasi terhadap kebutuhan dari mitra, pelaksanaan observasi dengan melakukan pertemuan antara

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada sampel tanah aluvial pada tingkat pancang dan pohon, serta sampel tanah gambut tergenang pada

1) Anggota Polri yang melakukan tindak pidana diadukan/dilaporkan oleh masyarakat, anggota Polri lain atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Setelah

BPR Bank Jogja ini meliputi proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi telah dilakukan pengamatan kembali baik dari peneliti dan dari pihak Bank Jogja,

Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti segala bentuk aktifitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk