• Tidak ada hasil yang ditemukan

this file 1938 5290 3 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "this file 1938 5290 3 PB"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo – Vol 1, No 1 (2017) ISSN 2503-3166 (print); ISSN 2503-3182 (online)

Table of Contents

page

Kapasitas Refleksif Pemuda dalam Transisi Menuju Dunia Kerja Oki Rahadianto Sutopo, Nanda Harda Pratama Meiji (Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta) 1 - 16

Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Pemandu Karaoke: Studi Kasus di Desa Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak

Dewi Ratna Sari, Kuncoro Bayu Prasetyo (Universitas Negeri

Semarang) 17 - 32

Positivisme dan Strukturalisme: Sebuah Perbandingan Epistemologi dalam Ilmu Sosial

Galeh Prabowo (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) 33 - 64

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender dan Pembangunan di Indonesia

Nur Hasyim (Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang) 65 - 78

Gerakan Sosial Keagamaan pada Komunitas Urban: Studi Kasus Gerakan Pengajian Ahad Pagi Bersama di Palebon, Pedurungan, Kota Semarang

Thohir Yuli Kusmanto (Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang) 79 - 98

Harapan dan Kenyataan Penerapan “Kawasan Tanpa Rokok (KTR)” di Lingkungan Kampus Universitas Udayana Denpasar Gede Kamajaya, Wahyu Budi Nugroho, Imron Hadi Tamim

(Universitas Udayana, Denpasar) 99 - 120

Lahirnya Zaman Bahagia: Transformasi Teologi Pribumi di Tanah Papua

I Ngurah Suryawan (Universitas Papua) 121 - 134

Author Guidelines

(4)
(5)

JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo – Vol 1, No 1 (2017), 65-78

ISSN 2503-3166 (print); ISSN 2503-3182 (online); DOI: http://dx.doi.org/10.21580/jsw.2017.1.1.1938

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian

Gender dan Pembangunan di Indonesia

Nur Hasyim

Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang (e-mail: nurhasyim@walisongo.ac.id)

Abstract

This paper argues that men and masculinity studies influence the direction of gender studies and development in Indonesia. Through literature review and participatory observation, the author as a male activist that engage in advocating gender justice and gender based violence prevention for more that fiveteen years presents four indications that support the thesis. Among those indications are; first, the growing of men and masculinity studies in Indonesia. Second, transformation of Pusat Studi Wanita (Center for Women Studies) into Pusat Studi Gender dan Anak (Center for Research on Gender and Children). Third, the growing of men movement for gender justice. Forth, the growing of research on men and masculinity in Muslim society. This paper also argues that study on masculinity and Islam is challenging field since very few scholars who explored this issue. Moreover this paper points out that research on masculinity and Islam will contribute to the development of global discourse on masculinity.

Paper ini memiliki tesis bahwa kajian atau studi maskulinitas mempengaruhi arah kajian gender dan pembangunan di Indonesia. Melalui kajian pustaka dan pengamatan terlibat penulis sebagai aktivis laki-laki yang bekerja untuk keadilan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan selama lebih dari lima belas tahun, paper ini mamaparkan empat indikasi yang mendukung tesis ini di antaranya pertama tumbuhnya kajian maskulinitas di Indonesia. Kedua, Transformasi Pusat Studi Wanita menjadi Pusat Studi Gender dan Anak. Ketiga menguatnya gerakan laki-laki untuk keadilan gender. Keempat, tumbuhnya kajian maskulinitas dalam kontkes masyarakat Muslim. Paper ini secara khusus memberikan perhatian bahwa kajian maskulinitas dalam Islam menjadi ranah yang minim perhatian ilmuwan sosial dan sekaligus menantang. Kajian makulinitas dan Islam ini akan memberikan kontribusi penting bagi wacana maskulinitas baik di Indonesia maupun global.

(6)

Pendahuluan

“Menjadi Laki-laki: Pandangan Laki-laki Jawa tentang Konsep Maskulinitas dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga” begitu judul buku yang diterbitkan oleh Rifka Annisa, sebuah Lembaga Swadaya Masya-rakat (LSM) berbasis di Yogyakarta, pada tahun 2009, buku ini merupakan hasil penelitian kualitatif tentang pandangan laki-laki terhadap konsep maskulinitas dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di dua lokasi yang berbeda yakni Yogyakarta dan Purworejo. Penelitian eksploratif tersebut menemukan dua hal yang ber-peran penting dalam mengkonstruksi identitas gender laki-laki (gender identity) yakni teks yang bersumber dari agama dan norma sosial budaya. Faktor pertama terlihat dari betapa ayat tentang kepe-mimpinan laki-laki atas perempuan (Surat al-Nisa: 34) mempengaruhi laki-laki dalam membentuk konsep diri mereka sekaligus mengarahkan bagaimana laki-laki bersikap dan berperilaku serta bagaimana laki-laki berelasi dengan perempuan (gender role) termasuk mempengaruhi bagaimana laki-laki mendidik anak laki-laki-laki-laki atau perempu-an agar sesuai dengperempu-an norma gender yperempu-ang mereka yakini (sosialisasi gender). (Hasyim, N., Kurniawan, A.P., Hayati, E. N., 2009)

Selain agama, nilai-nilai budaya juga memiliki andil dalam membentuk identitas gender laki-laki. Nilai-nilai ini terekam dalam ungkapan-ungkapan Jawa yang khas sebagai rujukan bagaimana laki-laki

mem-bentuk konsep diri; yang mengidentikkan laki-laki dengan kekuasaan, superioritas, otoritas, dominasi dan karakteristik mas-kulin lainnya seperti kata lanang (laki-laki) yang dimaknai senajan ta ala tetep memang (meskipun jelek tetap menang), serta ungkapan-ungkap untuk perempuan yang dimaknai sebaliknya untuk laki-laki seperti bokong njagong (kedudukan), konco wingking (teman belakang), dan swarga nunut neraka katut (ke surga ikut, ke neraka terbawa). (Hasyim, N., Kurnia-wan, A.P., Hayati, E.N., 2009) Secara garis besar studi tersebut menemukan kelindan teks agama dan nilai budaya dalam meng-konstruksi identitas gender laki-laki di lokasi penelitian tersebut.

Hal menarik lainnya yang ditemukan oleh studi tersebut adalah adanya kontra-diksi yang dialami oleh laki-laki sebagai akibat dari tuntutan atau ekspektasi sosial tentang laki-laki (maskulinitas). Norma maskulinitas yang berlaku di masyarakat ternyata tidak selalu membuat laki-laki bahagia karena meletakkan laki-laki dalam posisi konflik antara citra ideal dan citra aktual. Antara sederet perlakuan istimewa (privilege) dan kekuasaan (power) yang mereka nikmati dengan kenyataan sebagai laki-laki yang gagal dan kalah.

(7)

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender ….

(dalam masyarakat tertentu) itu sebenar-nya tidak realistis bagi sebagian besar laki-laki karena sejatinya hanya sedikit laki-laki-laki-laki yang mampu memenuhi kualifikasi se-bagaimana tertuang dalam citra ideal yang digariskan oleh norma maskulinitas (Connell, R.W., Messerschmidt, J.W., 2005).

Selain itu, penelitian tersebut juga me-negaskan bahwa konsep maskulinitas itu tidak tunggal namun beragam tergantung pada konteks sosial namun dari konsep yang beragam ini kesamaan yang ditemu-kan adalah dalam setiap masyarakat ada konsep ideal yang dijadikan sebagai rujuk-an (standard) yang diacu oleh laki-laki dan dijadikan sebagai standar penilaian apakah seseoarang itu cukup laki-laki atau tidak dan konsep maskulinitas itu selalu dikait-kan dengan feminitas.

Kajian yang dilakukan oleh Rifka Annisa tersebut adalah salah satu kajian awal tentang laki-laki dan maskulinitas dalam konteks Indonesia yang memberi-kan warna baru bagi kajian gender di Indonesia. Jika sebelumnya kajian tentang perempuan dan pengalaman perempuan mendominasi studi tentang gender, pe-nelitian tentang laki-laki dan pengalaman hidup laki-laki mulai mendapatkan ruang sehingga wacana laki-laki dan maskulin-itas tumbuh dan berkembang mewarnai wacana gender di Indonesia.

Tidak hanya mewarnai kajian gender di Indonesia, studi maskulinitas yang dilaku-kan Rifka Annisa juga berpengaruh pada strategi dalam upaya membangun

ke-setaraan dan keadilan gender serta peng-hapusan kekerasan berbasis gender yang selama ini dijalankan Rifka Annisa dan beberapa organisai perempuan. Jika se-belumnya beberapa organisasi perempuan memberikan perhatian pada pendamping-an perempupendamping-an korbpendamping-an dpendamping-an pemberdayapendamping-an perempuan secara umum, saat ini inter-vensi kepada laki-laki dengan fakus per-ubahan pengetahuan, sikap dan perilaku laki-laki menjadi bagian penting dari upaya membangun kesetaraan dan keadilan.

Bekembangannya kajian maskulinitas di Indonesia ini akan memperluas ruang kajian gender dan mempengaruhi strategi pembangunan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia ke depan. Dengan melakukan kajian pustaka dan pengamat-an terlibat sebagai aktivis laki-laki ypengamat-ang bekerja untuk keadilan gender dan peng-hapusan kekerasan terhadap perempuan selama lebih dari lima belas tahun, penulis akan memaparkan beberapa argumentasi yang mendukung thesis ini. .

Mendefinisikan Maskulinitas dan Kajian Maskulinitas

(8)

Kamla Bashin (2004) secara sederhana mendefinisikan maskulinitas sebagai de-finisi sosial yang diberikan masyarakat ke-pada laki-laki. Bagi Bhasin maskulinitas mengarahkan laki-laki harus berperilaku, berpakaian dan berpenampilan serta me-netapkan sikap dan kualitas apa yang harus dimiliki laki-laki. Mengacu pada definisi ini maka maskulinitas tidak hanya menjadi standar atau rujukan bagi laki-laki dalam mendefinisikan diri mereka akan tetapi juga mengandung norma ( mascu-linity norm) yang harus diikuti laki-laki dengan konsekuensi inklusi dan ekslusi. Dari definisi ini maka maskulinitas seperti dinilai beberapa ilmuwan sosial lebih ter-kait dengan gender ketimbang sex biologis.

Ketika maskulinitas adalah konstruksi sosial maka situasi sosial berperan penting dalam menentukan maskulinitas. Situasi sosial yang beragam dan dinamis membuat maskulinitas tidaklah tunggal akan tetapi plural (beragam), Michael Kimmel (2004) mengidentifikasi keberagaman maskulini-tas dalam empat hal; pertama, maskulini-tas berbeda-beda antara satu budaya de-ngan budaya yang lain. Kedua, maskulinitas dalam suatu masyarakat itu tidak statis tapi berkembang dari waktu ke waktu. Ketiga, maskulinitas itu berubah-ubah dalam siklus kehidupan seseorang. Ke-empat, makna maskulinitas itu bervariasi bahkan dalam suatu masyarakat dalam suatu waktu.

Definisi yang diungkapkan Kimmel menegaskan bahwa maskulinitas itu

tidak-lah universal dan berlaku pada semua laki-laki dalam semua masyarakat sosial sebaliknya beragam bahkan keberagaman maskulinitas yang dianut dan diyakini laki-laki ini lebih beragam dibandingkan dengan perbedaan peran sosial antara laki-laki dan perempuan.

Memperkuat definisi Kimmel, Hayati (2014) berdasarkan kajiannya terhadap pandangan laki-laki tentang maskulinitas di Purworejo membagi maskulinitas dalam tiga kelompok; maskulinitas tra-disionalis, pragmatis, dan egalitarian. Maskulinitas tradisionalis adalah menilai laki-laki diciptakan oleh tuhan superior atas perempuan. Maskulinitas pragmatis menilai bahwa laki-laki itu lebih superior atas perempuan akan tetapi memiliki be-berapa kekurangan yang dapat dilengkapi oleh perempuan sedangkan maskulinitas egaliter memandang bahwa laki-laki dan perempuan itu memiliki kedudukan yang setara.

(9)

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender ….

laki-laki lainnya. Lebih lanjut Connel mem-bagi maskulinitas dalam tiga kelompok; maskulinitas hegemonik, maskulinitas komplisit, maskulinitas marginal dan maskulinitas sub-ordinat (Connell, 1995).

Lalu apa itu studi atau kajian tentang maskulinitas? Para Ilmuwan sosial me-nyebut secara berbeda kajian ini, ada yang menyebutnya sebagai men studies, mascu-linity studies, dan ada juga yang menyebut-kan critical study on men and masculinities. Penyebutan yang terakhir digunakan oleh para ilmuwan yang memiliki hubungan yang sangat kuat dengan feminisme yang mengandaikan kajian maskulinitas harus mengandung unsur kritik terhadap mas-kulinitas yang menindas serta berorientasi pada perubahan (transformasi) masku-linitas dengan menyasar persoalan privi-lese dan kekuasaan laki-laki dalam masya-rakat dalam rangka membangun tatanan masyarakat yang lebih adil.

Lebih lanjut Michael Kimmel, sebagai-mana dikutip oleh Pease (2002) me-nyebutkan bahwa pada dasarnya seluruh kajian dalam ilmu pengetahuan yang tidak menyebutkan kata “perempuan” adalah kajian tentang laki-laki karena kajian-kajian itu berpusat pada laki-laki misalnya sejarah adalah sejarahnya laki-laki, ilmu sosial adalah ilmu tentang teori-teori sosial yang dikembangkan laki-laki dan menjadi-kan laki-laki sebagai norma, pun demikian dengan ilmu pengetahuan yang lain. Namun kajian-kajian tersebut tidak meng-kaji tentang maskulinitas dan pengalaman

laki-laki. Sehingga kajian-kajian tersebut tidak mengungkap bahwa laki-laki seperti halnya perempuan dikonstruksi secara sosial (gendered) dan konstruksi sosial ini mempengaruhi pola relasi laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu Hary Brod mendefinisikan Kajian Laki-Laki dan mas-kulinitas sebagai “the study of masculinities and male experiences as specific and variying social, historical formations” (Pease, 2002)

Pengaruh Global terhadap Kajian Maskulinitas di Indonesia

Perkembangan kajian laki-laki dan maskulinitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari arah baru studi gender di dunia. Secara global kajian maskulinitas berkembang cukup pesat baik di Eropa, Amerika, maupun Australia yang ditandai dengan tumbuh suburnya kajian tentang bidang ini.

(10)

tentang konstruksi maskulinitas di kalang-an remaja laki-laki dalam konteks sekolah, laki-laki dan oleh raga, laki-laki dan ke-jahatan, laki-laki dan kesehatan re-produksi, laki-laki sebagai sekutu gerakan perempuan atau gerakan laki-lak pro-feminis. Tidak berlebihan jika Bob Pease (2002) menyebut bahwa kajian maskuli-nitas menjadi kajian umum yang lazim di-temukan di sosiologi, psikologi, ilmu politik, dan studi budaya di berbagai per-guruan tinggi yang sudah mapan di dunia.

Tumbuhnya kajian laki-laki dan mas-kulinitas ini juga ditandai dengan di-jadikannya tema laki-laki dan maskulinitas sebagai mata kuliah penting dalam kajian-kajian sosial humaniora di berbagai per-guruan tinggi di Eropa, Amerika dan Australia. Pada tahun 1990an di Amerika kajian maskulinitas berkembang di 200 universitas. Selain itu, juga tumbuhnya pusat-pusat kajian laki-laki dan mas-kulinitas seperti Center for Research on Men and Masculinities (CROMM), American Men’s Studies Association (AMSA).

Tidak hanya munculnya mata kuliah laki-laki dan maskulinitas, jurnal-jurnal dan pusat kajian, namun juga diseleng-garakan berbagai konferensi internasional tentang laki-laki maskulinitas dan dalam konferensi inilah memungkinkan perte-muan berbagai ilmuwan dan aktivis dari berbagai belahan dunia untuk bertemu dan berbagi pengetahuan yang men-dorong persebaran kajian laki-laki dan

maskulinitas ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia seperti Global Sym-posium on Engaging Men and Boys in Building Gender Equality yang pertama di Rio Dejainiro dan yang kedua di New Delhi dan berbagai konferensi tahunan terkait dengan isu maskulinitas yang diseleng-garakan oleh berbagai pusat kajian se-bagaimana diuraikan sebelumnya.

Tumbuhnya Kajian Maskulinitas di Indonesia

(11)

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender ….

Sebagaimana diuraikan, pada periode ini juga berlangsung preliminary research (riset awal) tentang laki-laki dan maskuli-nitas di antaranya penelitian yang disebut pada awal naskah ini seperti Studi tentang pandangan laki-laki jawa tentang masku-linitas dan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Nur Hasyim dkk dan penelitian yang dilakukan oleh Hamim Ilyas dkk (2006) tentang keterlibatan laki-laki Muslim dalam isu kesehatan repro-duksi. Dua penelitian terakhir mengkait-kan langsung isu laki-laki dan maskulinitas dengan isu-isu pembangunan seperti Kekerasan Berbasis Gender dan Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR).

Setelahnya, kajian-kajian laki-laki dan maskulinitas dengan analisa yang lebih komplek dan mendalam dilakukan oleh ilmuwan Indonesia dengan latar belakang akademik yang lebih mumpuni karena bersentuhan langsung dengan diskursus laki-laki dan maskulinitas di beberapa negara maju karena kuliah atau karena penelitian kolaboratif. Selain analisa yang komplek secara isu juga cukup beragam dan luas di antaraya kajian maskulinitas remaja dan kekerasan (Nilan, P., Demar-toto, A., Wibowo, A., 211), Maskulinitas dan isu HIV dan Obat-obatan terlarang (Nasir, 2009), maskulinitas dan seksualitas (Prihandiani, 2015), maskulinitas dan gerakan sosial (Hasyim, 2014) (Hasyim, N., Murdijana, D., 2016), maskulinitas dan

kekerasan dalam rumah tangga (Hayati, EN., Emmelin, M., Eriksson, M., 2014)

Transformasi dari Pusat Studi Wanita menjadi Pusat Studi Gender

Tak dapat dipungkiri bahwa tumbuh-nya kajian gender di Indonesia dimotori oleh akademisi, pemerintah melalui Men-teri Urusan Perenan Wanita dan aktivis perempuan yang mendirikan pusat studi wanita dan lembaga swadaya masyarakat perempuan di Indonesia. Salah satu pio-neernya adalah Pusat Kajian Wanita Uni-versitas Indonesia yang berdiri pada tahun 1984 yang didasari oleh keinginan para akademisi perempuan seperti Saparinah Sadli, T Ihromi, Achi Luhuima untuk mem-bangun program pasca sarjana multi-disiplin (Knowledge Sector Initiative, 2016). Pada saat yang hampir bersamaan, setelah berlansungnya konferensi Nairobi (1985 dihadiri 157 negara dan menghasil-kan strategi kemajuan perempuan), pe-merintah melalui Menteri Urusan Peranan Wanita (UPW) Moor Pratomo mendorong lahirnya Pusat Studi Wanita (PSW) di ber-bagai perguruan tinggi di Indonesia.

(12)

berperan penting bagi upaya mendorong berkembangnya kajian-kajian tentang per-empuan di Indonesia (Knowledge Sector Initiative, 2016). Selain peran-peran pusat kajian di Universitas, peran lembaga swa-daya perempuan generasi awal seperti Kalyanamitra juga sangat penting bagi berkembangnya kajian perempuan dan gender di Indonesia.

Pusat Studi Wanita dan LSM perempu-an tesebut pada gilirperempu-annya memungkinkperempu-an tumbuhnya generasi baru yang memiliki minat pada kajian perempuan dan gender. Generasi baru ini tidak terbatas di kalangan perempuan akan tetapi juga laki-laki, meskipun persentasinya tidak se-banyak perempuan.

Munculnya laki-laki dalam pusat-pusat kajian wanita ini mempengaruhi dinamika baik secara kelembagaan maupun dari sisi substansi kajian. Hal ini ditandai dengan munculnya kajian tentang laki-laki yang dilakukan oleh PSW seperti penelitian tentang keterlibatan laki-laki Muslim dalam kesehatan reproduksi yang dilaku-kan oleh PSW UIN Sunan Kalijaga Yogya-karta. Penelitian ini dilakukan hampir bersamaan dengan penelitian yang dilaku-kan oleh Rifka Annisa. Dinamika isu yang menjadi minat Pusat Kajian Wanita ini juga terekam dari perubahan nama dari PSW menjadi Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA). Pembacaan penulis, per-ubahan nama ini didorong oleh keinginan untuk membuat PSW memiliki ruang yang

lebih luas dan tidak semata kajian tentang perempuan akan tetapi tema lain dalam

ranah gender termasuk tema-tema

tentang maskulinitas dan anak.

Selain dinamika isu, secara kelembaga-an PSW juga mengalami proses serupa. Hal ini dapat dikenali dari pandangan PSW terhadap laki-laki sebagaimana terekam dalam visi kelembagaan serta bagaimana PSW menempatkan laki-laki dalam struk-tur organisasi. Seperti PSW UIN Sunan Kalijaga melihat bahwa laki-laki bukanlah enemy atau musuh akan tetapi merupakan mitra bagi perempuan. Karenanya laki-laki mejadi bagian dari seluruh upaya untuk membangun kesetaraan dan keadilan gender (Qibtiyah, 2016). Entah terkait dengan arah baru ini atau tidak bahwa saat ini Ketua Pusat Studi Gender dan Anak UIN Sunan Kalijaga adalah laki-laki setelah sebelumnya dijabat oleh per-empuan. Namun hal serupa terjadi di perguruan tinggi lain seperti di UI, STAIN Kudus, UIN Palembang dan mungkin di perguruan tinggi lainnya.

(13)

ber-Kajian Maskulinitas dan Masa Depan ber-Kajian Gender ….

potensi akan meminggirkan perempuan dalam diskursus gender termasuk me-minggirkan perempuan dalam lembaga-lembaga yang selama ini menjadi domain politik perempuan. Dengan kata lain studi maskulinitas akan kembali menjadi kendaraan akademisi laki-laki untuk kem-bali menguasai ruang-ruang keilmuwan perempuan yang dengan susah payah telah mereka bangun melalui pusat kajian wanita atau pusat studi wanita.

Kajian Maskulinitas dan Pembangunan Kesetaraan dan Keadilan Gender dan Penghapusan Kekerasan Berbasis Gender

Tidak hanya arah kajian gender, kajian maskulinitas juga mempengaruhi arah pembangunan kesetaraan dan keadilan gender dan penghapusan kekerasan ber-basis gender di Indonesia. Hal ini ditandai dengan menjadikan laki-laki sebagai bagian integral dari seluruh pembangunan untuk keadilan gender bahkan lebih khu-sus arah gerakan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Pengarusutamaan gender dengan prinsip tidak boleh ada jenis kelamin yang tertinggal dalam proses pembangunan memberikan semangat bahwa laki-laki dan perempuan harus menjadi bagian dari keseluruhan proses pembangunan.

Pelibatan laki-laki dalam proses pem-bangunan ini tidak hanya menghadirkan laki-laki secara fisik dalam program-program kesehatan, keluaraga berencana dan program kesetaraan dan keadilan

gender akan tetapi harus mengandung komponen transformasi atau perubahan cara berfikir, bersikap dan berperilaku laki-laki beriringan dengan program-program pendampingan dan pemberdayaan per-empuan.

Program pengintegrasian laki-laki dalam program-program kesehatan dan program lainnya ini dilhami dari temuan-temuan penelitian yang menyingkap bahwa ten-densi laki-laki absen dalam isu kesehatan reproduksi dan seksual serta kecenderung-an laki-laki melakukkecenderung-an kekeraskecenderung-an di-pengaruhi oleh kombinasi banyak faktor salah satunya sosialisasi gender.

Studi menemukan bahwa laki-laki ber-potensi melakukan kekerasan ketika mereka memiliki keyakinan yang kaku tentang maskulinitas. Masyarakat yang memiliki norma maskulinitas laki-laki itu superior, dominan, pemimpin lebih be-resiko terhadap kekerasan terhadap per-empuan. Studi juga menemukan bahwa anak laki-laki yang menyaksikan kekerasan atau menjadi korban kekerasan beresiko lebih tinggi menjadi pelaku kekerasan pada saat dewasa (Fulu, E., Warner, et.al, 2013).

(14)

Kajian Maskulinitas dan AKtivisme Laki-laki untuk Mendorong Kesetaraan dan Keadilan Gender

Tidak hanya pada ranah akademis (scholarships), kajian maskulinitas juga beriringan dengan aktivisme sosial yakni gerakan-gerakan laki-laki baik gerakan laki-laki yang berorientasi pada peneguh-an kembali konsep-kosep laki-laki tra-disional karena menilai bahwa gerakan feminisme telah melemahkan laki-laki atau menjadikan laki-laki kehilangan ke-kuasaan dan otoritas tradisionalnya mau-pun gerakan laki-laki yang menuntut pem-bongkaran konsep maskulinitas dan mem-promosikan pola relasi baru dengan per-empuan dan laki-laki lainnya yang lebih setara dan adil.

Kelompok kedua ini menilai bahwa masyarakat patriakhis telah membangun konsep maskulinitas yang memaksa laki-laki untuk berada dalam satu kotak sekaligus membatasi dan tidak memberi-kan ruang kepada laki-laki untuk menjadi berbeda. Lebih dari itu, sistem dan ideologi patriarkhi memberikan privilese dan kuasa kepada laki-laki yang membuat laki-laki petensial menjadi penindas kelompok lainnya seperti perempuan, anak, dan laki-laki lain yang berada pada posisi sub-ordinat. Messner (2000) melakukan pe-metaan apik tentang gerakan laki-laki di dunia.

Dalam konteks Indonesia, gerakan laki-laki baik yang mendukung transformasi gender maupun gerakan laki-laki yang ingin meneguhkan kembali norma

mas-kulinitas tradisional juga tumbuh di awal tahun 2000an di Jakarta ada sekelompok laki-laki yang mendeklarasikan per-lawanannya terhadap segala bentuk ke-kerasan terhadap perempuan. Dan me-negaskan bahwa laki-laki harus menjadi bagian dari penyelesaian masalah ke-kerasan dan ketidakadilan gender dengan berperan aktif dalam seluruh upaya membangun keadilan gender. Kelompok yang menyebut dirinya “Cantik” atau cowok-cowok anti kekerasan ini memiliki keyakinan bahwa laki-laki yang tidak setuju dengan kekerasan dan mengamini keadilan gender sejatinya lebih besar dari

mereka yang melakukan kekerasan

namun mereka adalah masyoritas yang diam (Hasyim, 2014).

Di sisi lain, gerakan laki-laki yang ber-upaya untuk meneguhkan kembali norma maskulinitas tradisional di Indonesia memang tidak segamblang gerakan laki-laki di Amerika atau Eropa yang menyebut sebagai gerakan yang mengklaim kembali superioritas laki-laki seperti promise keepers (Messner, 2000) akan tetapi me-wujud dalam kelompok-kelompok organi-sasi kekerasan yang selain menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya juga menolak segala bentuk upaya tumbuhnya keberagaman termasuk menolak ke-pemimpinan perempuan.

Kajian Maskulinitas dalam Kajian Islam: Bidang Kajian yang Menantang

(15)

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender ….

tentang maskulinitas, kajian tentang bagai-mana laki-laki Muslim membangun kon-sep dirinya menjadi bidang yang menarik sekaligus menantang untuk dikaji. Keunik-an masyarakat Muslim dengKeunik-an faktor agama sebagai unsur penting pembentuk masyarakat menjadi subjek penilitian yang akan menyumbang kekayaan diskursus maskulinitas di Indonesia.

Kajian teoritik tentang gender sudah dilakukan oleh beberapa ilmuwan Muslim di Indonesia seperi Nazarudin Umar (1999) yang melacak konsistensi al-Qur’an dalam menggunakan terma gender dan sex menjadi pemandu awal yang penting untuk membedah ayat-ayat yang memuat norma maskulinitas dan pengaruhnya bagi konstruksi maskulinitas laki-laki Muslim.

Dalam isu kesehatan reproduksi, pe-nelitian Hamim Ilyas, dkk, (2006) juga menjadi penting sebagai model penelitian menyangkut pengalaman hidup laki-laki Muslim terkait dengan kesehatan repro-duksi dan penelitian ini juga meneguhkan kaitan antara norma agama dan norma sosial dalam membentuk sikap dan peri-laku laki-laki Muslim terkait dengan kesehatan reproduksi dan seksual.

Kajian ini juga penting untuk bidang-bidang agama lainnya seperti ilmu fiqih, pelacakan alasan-alasan gender lebih khu-sus norma maskulinitas yang berlaku yang melingkupi ulama fiqih dalam menetapkan hukum fiqih menarik untuk dikaji. Dengan menggunakan pendekatan sejarah

pe-mikiran tentang maskulinitas pada ma-syarakat abad pertengahan menjadi me-narik untuk menemukan episteme atau paradigma pemikiran tentang maskulini-tas kala itu dan pengaruhnya dalam pe-netapan hukum fiqih.

Sebagai contoh, Husain Muhammad (2002) dalam mengkaji tentang kepemim-pinan perempuan dalam ranah sosial dan politik. Ia menemukan bahwa banyak argu-mentasi sosial yang digunakan oleh ulama fiqih dalam menentukan hukum boleh tidaknya perempuan menjadi pemimpin. Salah satu yang dipaparkan oleh Husein Muhammad adalah pendapat Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali yang me-nyebutkan bahwa jabatan hakim harus diserahkan kepada laki-laki dengan alasan bahwa seorang hakim harus menghadiri sidang-sidang terbuka dan mereka akan berhadapan dengan laki-laki dan seorang hakim harus memiliki kecerdasan yang mumpuni dan menurut mereka perempuan itu memiliki kecerdasan lebih rendah dari laki-laki sehingga perempuan tidak boleh menjabat sebagai hakim.

(16)

Salin fiqih, bidang-bidang lain dalam kajian Islam mungkin juga menarik misalnya tasawuf, bagaimana konsep mas-kulinitas dalam perspektif tasawuf. Apa-kah karakteristik dominan, kuat, superior menjadi aspek penting yang harus dimiliki oleh laki-laki atau apakah ada aspek pen-ting lain bagi laki-laki dalam perspektif tasawuf yang menjadi ukuran-ukuran moralitas yang mendekatkan laki-laki kepada Sang Pencipta.

Kesimpulan

Paparan di atas menggambarkan bahwa kajian laki-laki dan maskulinitas akan semakin berkembang dan akan mempengaruhi kajian gender di dunia tak terkecuali di Indonesia dengan berdasar-kan lima indikasi sebagaimana telah diuraikan.

Tidak saja dalam dunia akademik, kaji-an maskulinitas juga mempengaruhi rkaji-anah pembangunan mengingat upaya

mem-bangun keadilan untuk

kelompok-kelompok marjinal dan rentan menuntut transformasi struktur sosial yang me-nopang relasi yang tidak adil. Lebih lanjut, transformasi itu mensyaratkan perubahan dan edukasi kepada kelompok-kelompok dominan di dalam masyarakat (dalam paper ini memfokuskan kepada kelompok laki-laki) untuk menyadari privilese dan kekuasaan yang mereka nikmati untuk selanjutnya berhenti memonopoli privi-lese dan kekuasaan dan memiliki ke-hendak untuk berbagi.

Kajian maskulinitas juga penting dalam konteks masyarakat Muslim, mengenali faktor-faktor yang berperan dalam meng-konstruksi identitas laki-laki Muslim akan memperkaya diskursus maskulinitas, lebih khusus dalam melihat dialetika teks dan budaya dalam mengkonstruksi konsep maskulinitas di kalangan laki-laki Muslim. Tidak hanya itu, dengan mengacu pada pengertian maskulitas yang ditawarkan Michael Kimmel bahwa maskulinitas itu berkembang dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya, menjadi penting untuk melacak bangunan konsep masku-linitas pada masa kodifikasi kitab fiqih untuk membongkar pengaruh bangunan konsep maskulinitas kala itu dalam mem-pengaruhi argumentasi penetapan hukum fiqih. Pembongkaran ini penting untuk melihat relevansi argumentasi ulama fiqih dengan konteks kekinian serta dalam upaya membangun argumentasi baru yang memungkinkan fiqih atau hukum Islam yang dinamis dan selalu relevan dengan masyarakat yang terus ber-kembang.[]

Daftar Pustaka

Bhasin, K. (2004). Exploring Masculinity. New Delhi: Women Unlimited.

Budiman, K. (2000). Feminis Laki-Laki dan Wacana Gender. Yogyakarta: Indo-nesiatera.

(17)

Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender ….

the Concept”. Gender & Society, 19(6), 829-859.

Connell, R. (1995). Masculinities. Cambridge: Polity.

Connell, R. (2000). The Men and The Boys. Berkeley: University of California Press.

Fulu, E., Warner, X., Meidema, S., Jewkes, R., Roselli, T., Lang, J. (2013). Why Do Some Use Violence Against Women and How Can We Prevent it? Quantitative Findings fron The United Nations Multi-country Studyon Men and Violence in Asia and the Pacific, Bangkok: Partner for Prevention.

Hasyim, N., Kurniawan, A.P., Hayati, E.N. (2009). Menjadi Laki-Laki: Pandangan Laki-Laki Jawa tentang Konsep Mas-kulinitas dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta: Rifka Annisa dan Open Society Institute.

Hasyim, N., Murdijana, D. (2016). Laki-laki dalam Asuhan Feminisme. Jakarta: Oxfam.

Hasyim, N. (2014). How Far Can Men Go: Study of Men's Movement to End Violence Against Women in Indonesia. Wollongong: University of Wollo-ngong.

Hayati, EN., Emmelin, M., Eriksson, M. (2014). “We no Longer Live in the Old Days: A Qualitative Study on the Role of Masculinity and Religion for Men's Views on Violence within Marriage in Rural Java Indonesia”. BMC Women's Health, 14(58).

Husein, M. (2002). Fiqih Perempuan Refleksi Kritis atas Wacana Agama dan Gender.

Yogyakarta: Rahima bekerjama de-ngan Ford Foundation dan LKIS. Ilyas, H., Ariyani, S.A., Hidayat, R. (2006).

Men's Involvement in Reproductive Health An Islamic Perspective. Yogya-karta: PSW UIN Sunan Kalijaga. Kimmel, M. (2004). Masculinities. In: M. K. a.

A. Aronson, ed. Masculinities: A Social, Cultural, and Historical Encyclopedia. Santa Barbara: ABC Clio, 503-507. Knowledge Sector Initiative. (2016).

Pelem-bagaan Studi Gender di Indonesia. Makassar Indonesia”. Contemporary Drug Problems, Volume Spring/ Summer, 193-215.

Nilan, P., Demartoto, A., Wibowo, A. (2011). “Young Men and Peer Fighting in Solo Indonesia”. Men and Masculinities, 14(4), 470-490.

Pease, B. (2002) Men and Gender Relations. Melbourne: Tertiary Press.

Prihandiani, A. (2015). “Besar, Puas, Tahan Lama”. www. lakilakibaru. or. id. Qibtiyah, A. (2016). “Pelembagaan Studi

Gender di Indonesia”. Knowledge Sector Initiative.

(18)
(19)

Lahirnya Zaman Bahagia

Author Guidelines

A. Persyaratan Umum

1. Naskah merupakan hasil penelitian sosial keagamaan dan modernitas yang sudah diformat sesuai pola penulisan artikel jurnal ilmiah.

2. Naskah diutamakan ditulis dalam Bahasa Inggris.

3. Naskah merupakan karya orisinil (bukan plagiasi) dan belum pernah dimuat di jurnal atau media cetak/online lainnya.

4. Naskah dikirim ke Redaksi JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo melalui submission Open

Journal Systems (OJS) pada http://journal.walisongo.ac.id/index.php/jsw

5. Naskah diketik menggunakan Microsoft Word format RTF, font Times New Roman, size 12 pt, 1,5 spasi, ukuran halaman A4, dengan panjang tulisan 20-25 halaman (sekira 5.000 – 7.000 kata).

6. Keterangan lebih lanjut, silakan hubungi redaksi via email: jsw.fisip@gmail.com atau

hubungi Kantor Redaksi (024) 7606405.

B. Persyaratan Khusus

1. Naskah merupakan hasil penelitian dalam bidang sosial keagamaan dan modernitas.

2. Naskah tidak mencantumkan nama penulis, instansi, dan alamat email. Nama penulis, instansi, dan alamat email dicantumkan saat melakukan registrasi OJS dan pengisian metadata naskah.

3. Naskah memuat:

a. Judul, dengan ketentuan:

- Judul merupakan rumusan pokok bahasan yang singkat, padat, dan jelas.

- Dalam judul sudah tercantum variabel-variabel utama penelitian.

- Judul diketik dengan hurup kapital tebal (capital, bold).

b. Abstrak, dengan ketentuan:

- Abstrak ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia.

(20)

- Abstrak ditulis dalam satu paragraf berjarak satu spasi, dengan panjang 100-250 kata.

- Abstrak disajikan secara singkat dan jelas, dengan memuat empat unsur argumentasi logis, perlunya dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah, pendekatan yang digunakan (metode), hasil yang dicapai, serta

simpulan yang diperoleh (IMRAD: introduction, methods, results, analysis and

discussions).

c. Kata Kunci (keywords) maksimal 5 (lima) kata.

d. Isi naskah, dengan sistematika sebagai berikut:

- Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi yang digunakan (IMRAD: introduction, methods, results, analysis and discussions).

- Review pustaka yang berisi kajian teoretik dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.

- Hasil dan pembahasan.

- Simpulan dan rekomendasi.

- Daftar pustaka.

(21)
(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan dosis pupuk kandang sapi serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata

RPG adalah salah satu genre Game , yang merupakan singkatan dari Role Playing Game. Sesuai namanya, dalam Game ini player berperan sebagai orang lain dan

Di tahun 1890 Nommensen telah berhasil mendirikan tidak kurang dari 7 pos penginjilan di Tanah Batak yaitu di sipirok, Silindung dan sekitar Toba Holbung, tapi satu pun itu tidak

admin selesai dibuat dengan menggunakan fungsi PHP, kemudian saya diminta untuk membuat halaman yang akan digunakan untuk memasukkan konten berita baru tepatnya adalah

Dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama ease of use , design web, customization, responsiveness , assurance , dan kepuasan

Packet Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan

7 Pendekatan Teori Himpunan Fuzzy Dalam Menentukan Tingkat Risiko Kerusakan Beton Menggunakan Hammer Test.. Phang Jordy,