• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ipa 1010029 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ipa 1010029 chapter3"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre

experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

pengaruh penerapan pembelajaran induktif terhadap pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir rasional siswa. Sedangkan metode deskriptif digunakan

untuk mendeskripsikan tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan

pembelajaran induktif.

Penelitian dilaksanakan hanya pada kelas eksperimen tanpa ada kelompok

pembanding atau kelas kontrol. Metode ini digunakan karena penelitian bertujuan

untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

rasional siswa setelah diterapkan pembelajaran induktif. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design (Fraenkel

& Wallen, 2007 : 265) yang diilustrasikan oleh Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design

Pretest Perlakuan Posttest

O X O

Keterangan:

X = Pembelajaran Induktif pada Dua Kelas

O = Pretest dan Posttest

Dalam penelitian ini, sampel penelitian diberikan perlakuan (treatment)

(2)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pelaksanaan tes awal (pretest) dilakukan sebelum penerapan pembelajaran

induktif dan tes akhir (posttest) dilakukan setelah penerapan pembelajaran

induktif.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMP kelas VII di

salah satu sekolah Negeri di Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Koba, Provinsi

Bangka Belitung. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa, yaitu siswa

kelas VII D dan siswa kelas VII E. Penentuan sampel dilakukan secara purposive

sampling dengan pertimbangan yaitu sampel diberikan atas saran guru dan nilai

siswa kelas VII D dan siswa kelas VII E lebih rendah dibanding dengan kelas

lainnya, dimana nilai siswa-siswa di kelas VII E mendapat kategori lebih rendah

dibanding nilai siswa-siswa di kelas VII D. Hal itu mengindikasikan pemahaman

konsep siswa masih rendah. Sehingga diharapkan setelah diberikan perlakuan,

keterampilan berpikir rasional siswa meningkat dan berdampak lebih baik pula

pada pemahaman konsep siswa.

C. Instrumen Penelitian

1. Tes Pemahaman Konsep (TPK)

Bentuk TPK yang digunakan pada penelitian ini adalah pilihan ganda

dengan empat pilihan sebanyak duapuluh soal sesuai dengan indikator

(3)

posttest adalah sama dengan anggapan bahwa peningkatan pemahaman konsep

akan benar-benar dilihat dan diukur dengan soal yang sama.

Perancangan butir soal tes pemahaman konsep berpedoman pada hasil

taksonomi Bloom yang meliputi aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

Konsultasi dengan pembimbing dan beberapa dosen ahli dilakukan untuk

mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator

pemahaman konsep dengan butir soal, aspek bahasa, dan aspek materi.

2. Tes Keterampilan Berpikir Rasional (TKBR)

Bentuk TKBR yang digunakan pada penelitian ini adalah essay sebanyak

enam soal, dengan enam indikator keterampilan berpikir rasional yang diteliti.

Soal TKBR yang digunakan pada pretest dan posttest adalah sama dengan

anggapan bahwa peningkatan keterampilan Berpikir Rasional akan benar-benar

dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Konsultasi dengan pembimbing dan

beberapa dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang

ditelaah meliputi kesesuaian indikator keterampilan berpikir rasional dengan butir

soal, aspek bahasa, dan materi.

3. Lembar Observasi Pembelajaran

Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui

keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu untuk mengamati

sejauh mana tahapan pembelajaran induktif yang telah direncanakan terlaksana

dalam pembelajaran. Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini terbagi dua

yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.

(4)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

selama pembelajaran. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan

untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Observasi yang

dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar cek.

Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

pembimbing.

4. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa

dan tanggapan guru terhadap pembelajaran induktif yang diterapkan dalam

penelitian ini. Skala sikap siswa bertujuan untuk mengungkap beberapa hal

meliputi: a) tahapan–tahapan dalam pembelajaran induktif menjadikan siswa lebih

aktif dan pembelajaran lebih menyenangkan; b) pembelajaran induktif melatih

siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran; c) pembelajaran induktif dapat

memudahkan siswa memahami konsep; dan d) pembelajaran induktif dapat

melatih keterampilan berpikir rasional siswa.

Skala sikap tanggapan guru diberikan kepada guru yang kelasnya dipakai

sebagai kelas penelitian. Skala sikap guru bertujuan untuk mengetahui: a) tahapan

dalam pembelajaran induktif dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa

dalam pembelajaran; b) perlunya persiapan guru dalam penerapan pembelajaran

induktif; c) tahapan pembelajaran induktif memfasilitasi lebih baik dalam

pemahaman konsep; d) tahapan pembelajaran induktif memfasilitasi siswa dalam

melatih keterampilan berpikir rasional; dan e) pembelajaran induktif menjadikan

(5)

Guru dan setiap siswa diminta untuk menjawab pernyataan dengan

jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju

(STS). Pengkonversian dengan menggunakan skala Likert dengan anggapan

bahwa skala tersebut dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai variabel penelitian

(Sugiyono, 2012: 136). Kemudian jawabannya akan dikonversi menggunakan 4

titik skala Likert. Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4,

S = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka

dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4 (Sugiyono, 2012: 137).

Skor dari setiap pernyataan akan dijumlahkan, kemudian dirata-ratakan

dan dinyatakan dalam bentuk persentase pencapaian terhadap skor maksimum.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui persentase tanggapan siswa dan

guru terhadap pembelajaran dengan pembelajaran induktif pada materi kalor.

Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

pembimbing.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil

belajar siswa yang diperoleh dari guru dalam buku nilai, dan kendala yang

(6)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan cara mengamati pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran, dan menganalisis hasil belajar siswa.

b. Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan

pembelajaran induktif, pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir

rasional. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian

sebelumnya. Selain itu, mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) untuk kemudian dipergunakan dalam penyusunan

indikator-indikator pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Penyusunan RPP serta penyusunan instrumen TPK dan TKBR. Pembuatan

RPP ini mengacu pada SK, KD dan indikator yang ingin diteliti.

d. Pertimbangan (judgment) dosen pembimbing dan beberapa dosen ahli

terhadap instrumen TPK dan TKBR.

e. Ujicoba instrumen TPK dan TKBR yang dilakukan pada subyek yang pernah

mempelajari materi kalor kelas VII. Hasil ujicoba tes dianalisis untuk melihat

kualitas instrumen tes yang meliputi reliabilitas tes, tingkat kemudahan, dan

daya pembeda butir soal dalam tes.

f. Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai

instrument tes penelitian berdasarkan hasil ujicoba.

2. Tahap penelitian

a. Pada awal pertemuan dilakukan penjaringan data pretest kepada dua kelas

sebelum subjek penelitian diberikan perlakuan pembelajaran induktif.

Instrumen tes yang diberikan meliputi Tes Pemahaman Konsep dan Tes

(7)

b. Pertemuan berikutnya pemberian perlakuan pembelajaran induktif pada dua

kelas sebanyak tiga kali pertemuan selama 80 menit (2 jam pelajaran) setiap

kelasnya. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, ditinjau oleh dua

orang observer melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

c. Pertemuan terakhir memberikan posttest pada kedua kelas untuk mengetahui

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa setelah mendapat

perlakuan pembelajaran induktif, dan menyebar skala sikap tanggapan siswa

dan guru terhadap penerapan pembelajaran induktif.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini dilakukan pengolahan dan analisa data. Analisis data

ini dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

rasional siswa, baik sebelum diberikan perlakuan ataupun sesudah diberikan

perlakuan. Setelah hasil analisis diperoleh kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan. Kemudian dilakukan

penyusunan laporan berdasarkan hasil temuan, analisis, pembahasan, dan

(8)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Alur Penelitian

Untuk memudahkan langkah-langkah penelitian, maka dibuat alur

penelitian. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian

dapat dilihat alur penelitian pada Gambar 3.1 berikut ini:

Tes Akhir (Posttest) 1.Tes keterampilan berpikir

rasional

2.Tes pemahaman konsep

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Tes Awal keterampilan berpikir rasional dan tes awal pemahaman konsep siswa Validasi, Uji Coba, Revisi

1. Penyusunan Instrumen 2. Tes pemahaman konsep

3. Tes keterampilan berpikir rasional 4. Skala sikap Siswa dan Guru 5. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Model pembelajaran induktif, pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran induktif materi kalor Perumusan Masalah

Pembelajaran induktif pada kelas eksperimen

Skala sikap Tanggapan Siswa dan Guru

Observasi Keterlaksanaan Model

(9)

F.Teknik Analisis Data

1. Teknik Uji Coba Instrumen

a) Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 168). Sebuah tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anderson

dalam Arikunto, 2011: 65; Ruseffendi, 2006: 125). Validitas instrument yang

digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara di judgment

kelompok ahli yang berjumlah dua orang untuk mengetahui kesesuaian antara soal

dengan indikator pembelajaran, indikator soal, indikator pemahaman konsep dan

indikator keterampilan berpikir rasional serta kunci jawaban tes (Sugiyono,

2012:177).

Hasilnya dari kedua tenaga ahli yang diminta pertimbangan

(judgment),diperoleh kesimpulan bahwa instrumen tes keterampilan berpikir

rasional dan tes pemahaman konsep materi kalor yang telah disusun penulis sudah

memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Namun,

terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki terkait dengan konten, konteks dan

redaksi soal. Selain itu, ada beberapa catatan dari tenaga ahli sebagai bahan

pertimbangan untuk perbaikan instrumen, catatan ini selengkapnya dapat dilihat

pada lembar judgment tes pemahaman konsep dan keterampilan Berpikir Rasional

(10)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b). Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah

perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2011: 86).

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, untuk mengetahui tingkat reliabilitas

soal TPK dan TKBR Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal

maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest

(stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas

instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada

instrumen dengan teknik tertentu.

Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian

reliabilitas dengan test-retest (stability). Pengujian reliabilitas dengan test-retest

(stability) dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada

responden dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi

antara percobaan pertama dengan percobaan berikutnya. Bila koefisien korelasi

positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel

(Sugiyono, 2012 : 178).

Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus

korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2011 : 93).

=

� −

(11)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor tes uji coba 1

Y = skor tes uji coba 2

N = jumlah sampel

Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.2

(Arikunto, 2011 : 75).

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 < rXY≤ 1,00 sangat tinggi

0,600 < rXY≤ 0,800 tinggi

0,400 < rXY≤ 0,600 cukup

0,200 < rXY≤ 0,400 rendah 0,00 ≤ rXY≤ 0,200 sangat rendah

c).Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal (Arikunto, 2011 : 207). Besarnya indeks kesukaran (P)

berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk

pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan: (Arikunto, 2011: 208).

=

� ………. (3.2)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

(12)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indek kesukaran untuk soal bentuk uraian dapat ditentukan dengan

persamaan (Arikunto, 2011) :

=

� ………. (3.3)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal

JS : jumlah skor ideal/maksimum pada butir soal tersebut

Indeks tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 (Arikunto, 2011 : 210).

Tabel 3.3 Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat

Kesukaran Interpretasi

0,00 ≤ P ≤ 0,30 sukar

0,30 < P≤ 0,70 sedang

0,70 < P≤ 1,00 mudah

d).Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Arikunto, 2011 : 211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk

pilihan ganda digunakan persamaan (Arikunto, 2011 : 213-214):

=

=

� − �

………….. (3.4)

Keterangan :

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

(13)

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

� = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

D = daya pembeda

Untuk menentukan indeks deskriminasi (D) soal bentuk essai digunakan

persamaan (Karno To, 1996):

=

……… (3.5)

Keterangan:

D = indeks deskriminasi

SA = jumlah skor siswa kelompok atas

SB = jumlah skor siswa kelompok bawah

JA = jumlah skor ideal salah satu kelompok

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4 (Arikunto, 2011 : 218)

berikut ini.

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek

0,20 < D ≤ 0,40 cukup 0,40 < D ≤ 0,70 baik 0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

D < 0 (negatif) tidak baik

Setelah instrumen tes dinilai oleh Ahli kemudian pengujian kesahihan tes meliputi

(14)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Teknik Pengolahan Data

1). Pemberian Skor

Penskoran hasil tes pemahaman konsep siswa menggunakan aturan

penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan

skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang

diberikan.

Penskoran hasil tes keterampilan berpikir rasional siswa menggunakan

aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik

penskoran instrumen uji coba dan pretest-posttes keterampilan berpikir kreatif

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1. dan Lampiran D.1.

2). Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran induktif merupakan

data yang diambil dari observasi. Kriteria penilaian keterlaksanaan model

pembelajaran oleh guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.3.1

Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan

model pembelajaran induktif. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan

untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format

keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan persamaan berikut:

observer menjawab ya atau tidak

% Keterlaksanaan Model = 100%

observer seluruhnya 

(15)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran induktif yang

dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Kriteria Keterlaksanaan Model

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

3). Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Oleh Siswa

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran induktif oleh siswa

merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk

menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria

penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran D.3.2.

4). Perhitungan Gain yang dinormalisasi

Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan

berpikir rasional sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang

dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

(16)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rata-rata gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional dengan

kriteria seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Kategori Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional

Batasan Kategori

<�> > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ <�> ≤0,7 Sedang

<�> < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik

dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.

5). Menghitung Persentase Pencapaian Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional

Untuk mengetahui persentase pencapaian skor rerata pretest, posttest dan

N-gain pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa dianalisis

dengan menggunakan perhitungan persentase terhadap skor maksimum yaitu

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase rata-rata = 100%

Data mengenai penerapan model pembelajaran induktif merupakan data

yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari

(17)

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut

adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang

observer isi pada format skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

% �� = � � ( / ) ( / )

100%

….(3.9)

Untuk mengetahui kategori skala sikap model pembelajaran induktif oleh

guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Kriteria Skala Sikap Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran

Tanggapan Siswa &

Guru (%) Kriteria

TS = 0 Tak satu respondenpun

0 < TS ≤ 25 Sebagian kecil responden 25 < TS < 50 Hampir setengah responden

TS = 50 Setengah responden

50 < T S≤ 75 Sebagian besar responden 75 < T S< 100 Hampir seluruh responden

TS = 100 Seluruh responden

3. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba tes instrumen dilakukan pada siswa SMP kelas VII di salah satu

sekolah di Bandung. Soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan berjumlah 24

butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan berpikir rasional

(18)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan menggunakan program Microsoft Excel untuk menguji reliabilitas tes,

tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Hasil uji coba pertama tes pemahaman konsep materi kalor dapat dilihat

pada Tabel 3.8. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep dan tes

keterampilan berpikir rasional secara terperinci tertera pada Lampiran C.

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Pertama Tes Pemahaman Konsep No

Uji coba pertama tes pemahaman konsep materi kalor terdiri dari 24 soal

berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan hasil uji coba, terdapat 4 soal

(19)

yakni soal No. 3, 12, 13, dan 14. Jumlah soal tes pemahaman konsep yang

digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 20 soal yang meliputi aspek

translasi sebanyak 6 soal, aspek interpretasi sebanyak 9 soal, dan aspek

ekstrapolasi sebanyak 5 soal.

Uji coba kedua tes pemahaman konsep materi kalor terdiri dari 24 soal

berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan hasil uji coba, terdapat 4 soal

yang memiliki daya pembeda dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan

yakni soal No. 3, 12, 13 dan 14. Jumlah soal tes pemahaman konsep yang

digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 20 soal yang meliputi aspek

translasi sebanyak 6 soal, aspek interpretasi sebanyak 9 soal, dan aspek

ekstrapolasi sebanyak 5 soal.Sementara itu, hasil uji coba kedua tes pemahaman

konsep dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Kedua Tes Pemahaman Konsep

(20)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

21 Valid Cukup Sedang Dipakai

22 Valid Cukup Sedang Dipakai

23 Valid Cukup Sedang Dipakai

24 Valid Cukup Mudah Dipakai

Reliabilitas instrumen tes pemahaman konsep diperoleh dari menghitung

koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua yang menghasilkan

harga RXY sebesar 0,70 termasuk pada kriteria tinggi. Berdasarkan koefisien

korelasi positif maka instrumen tes pemahaman konsep dinyatakan reliabel. Hasil

uji coba pertama tes keterampilan berpikir rasional materi kalor dapat dilihat pada

Tabel 3.10 berikut

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Pertama Tes Keterampilan Berpikir Rasional No

soal berbentuk uraian. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, terdapat 8 soal

dengan daya pembeda berkategori jelek dan soal tersebut tidak dipakai dengan

pertimbangan bahwa soal tes uraian yang akan digunakan diharapkan benar-benar

(21)

keterampilan berpikir rasional yang digunakan untuk pretest dan posttest

berjumlah 6 soal yang meliputi aspek mengingat 1 soal, aspek mengklasifikasi

1 soal, aspek membandingkan 1 soal, aspek mengevaluasi 1 soal, aspek

menggeneralisasi 1 soal, dan aspek menganalisis 1 soal. Sementara itu, untuk hasil

uji coba kedua tes keterampilan berpikir rasional dapat dilihat pada Tabel 3.11

berikut

Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Kedua Tes Keterampilan Berpikir Rasional No

Uji coba kedua tes keterampilan berpikir rasional siswa terdiri dari 14 soal

berbentuk uraian. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, terdapat 8 soal dengan

daya pembeda berkategori jelek dan soal tersebut tidak dipakai dengan

pertimbangan bahwa soal tes uraian yang akan digunakan diharapkan benar-benar

dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah.Jumlah soal tes

keterampilan berpikir rasional yang digunakan untuk pretest dan posttest

(22)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengevaluasi sebanyak 1 soal, aspek menggeneralisasi sebanyak 1 soal, dan

aspek menganalisis sebanyak 1 soal.

Reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir rasional diperoleh dari

menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua yang

menghasilkan harga RXY sebesar 0,97 termasuk pada kriteria sangat tinggi.

Berdasarkan koefisien korelasi positif maka instrumen tes keterampilan berpikir

Gambar

Gambar 3.1Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi
Tabel 3.3 Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa Smp.. Universitas

hasil belajar berupa kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa. Kriteria tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.7. Membandingkan IG kelompok kelas eksperimen dengan IG

Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya.. Tesis SPS UPI:

Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan postest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman. konsep yang

Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya.. Tesis SPS UPI:

Model Pembelajaran Siklus Belajar Deskriptif untuk Meningkatkan pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMK Pada Materi Ikatan Kimia.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Model Pembelajaran Empiris Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Sel Elektrokimia. Tesis Magister

MOD EL MENTAL D AN PEMAHAMAN KONSEP TEKANAN SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS REPRESENTATIONAL TASK FORMATS.. Universitas Pendidikan Indonesia |