• Tidak ada hasil yang ditemukan

T IPA 1201689 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T IPA 1201689 Chapter3"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik

Audio Video Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa pada semester II tahun

pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 60 siswa dan terbagi menjadi dua kelas yaitu

kelas X 1 dan X 2, yang masing-masing kelas berjumlah 30 siswa.

Pengambilan subjek penelitian dilakukan secara “purposive sampling”. Purposive sampling merupakan pengambilan subjek berdasarkan tujuan atau disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2010: 254). Peneliti memilih

subjek berdasarkan kebutuhan dan menganggap bahwa subjek tersebut

berlangsung pembelajaran kimia mengenai konsep korosi. Penelitian ini

dilaksanakan pada salah satu SMK Negeri di kabupaten Majalengka.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent control group design, (Sugiyono, 2002: 56). Dalam desain ini terdiri dari dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random.

Kedua kelompok diberi pretest dan posttest dengan butir soal yang sama. Kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah,

sedangkan kolompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Hasil

tes kedua kelompok tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh

mana dampak model pembelajaran yang telah diimplementasikan terhadap

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain penelitian

tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X O2

(2)

Keterangan

O1 = Pretest

O2 = Postest

X = Perlakuan pembelajaran berbasis masalah

- = Pembelajaran konvensional (digunakan metode ceramah)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah qua si eksperimen yang bertujuan untuk melihat akibat perlakuan yang diberikan (Sukmadinata, 2010: 59). Alasan peneliti menggunakan metode tersebut karena

dengan menggunakan metode ini, peneliti mencoba untuk menganalisis pengaruh

pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif dan

pemahaman konsep siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran, maka bagian ini perlu dikemukakan

beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian ini, agar tidak terjadi

salah pengertian dan diperoleh kesamaan pandangan. Adapun definisi operasional

tersebut adalah:

1. Pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran

yang meliputi penemuan masalah (meeting the problem), analisis masalah dan isu pembelajaran (problem analysis and learning issues), menemukan dan melaporkan hasil temuan (discovery a nd reporting), solusi, mempresentasikan dan refleksi (solution, presentation and reflection), merangkum, memadukan, dan mengevaluasi (overview, integration, and evaluation).

2. Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang

tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

3. Kemampuan berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir banyaknya gagasan

yang diterima (fluency), variasi (flexisibility), orisinal (originality), dan rinci /elaboration.

4. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah ukuran kemampuan siswa

(3)

proses kongnitif memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi

dan mencipta.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri

atas:

1. Butir Soal

a. Soal uraian, digunakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa

dalam berpikir kreatif melalui pembelajaran berbasis masalah (Lampiran B.1

halaman 188). Kisi-kisi soal instrumen kemampuan berpikir siswa

diperlihatkan dalam tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator dengan lancar mengenai pengertian korosi atau pun jawaban yang bervariasi mengenai ungkapan yang baru atau unik dan menghasilkan ide yang tidak biasa

(4)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif (lanjutan) tentang suatu ide atau gagasan

5 4

b. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman konsep korosi

siswa. Tes berjumlah 18 soal dengan 5 alternatif pilihan. Kisi-kisi soal

instrumen pemahaman konsep siswa diperlihatkan dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Siswa

No Indikator Pembelajaran No

Soal

Jenjang Kognitif

1. Menjelaskan pengertian korosi logam 1,2 C2

2. Mendeskripsikan proses kimia terjadi pada korosi 3,4, 5 C4

3. Menjelaskan cara mencegah terjadinya korosi 6 C2

4. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

korosi

5. Menentukan cara-cara pencegahan terjadinya

korosi

10, 16 11

C4 C2

6. Mendesain cara mencegah terjadinya korosi 12, 18 C6

7. Mengklasifikasikan logam yang mengalami korosi 13, 14 C3

2. Format penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja siswa digunakan untuk menggali kemampuan siswa dalam

proses pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kreatif

(Lampiran A.2 halaman 140).

3. Angket

Angket (lampiran B.6 halaman 230) digunakan untuk mengungkap tanggapan

siswa dan guru tentang keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah.

(5)

pembelajaran. Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala

likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu: sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

4. Format observasi kegiatan siswa dan guru

Format observasi kegiatan siswa dan guru digunakan untuk mengungkap

aktivitas guru dan siswa selama diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.

Lembar observasi berisi daftar isian yang mengungkap kegiatan siswa dan guru

pada tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah (lampiran B4 halaman

227 dan B5 halaman 229).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal

uraian untuk menjaring indikator kemampuan berpikir kreatif siswa dan soal

pilihan ganda untuk menjaring kemampuan pemahaman konsep siswa dengan

5 alternatif. Pembuatan instrumen dalam penelitian dilakukan melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Pembuatan kisi-kisi ini bertujuan utuk menentukan konsep-konsep yang

akan diukur yang sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan.

Selanjutnya menyusun pokok uji yang sesuai dengan konsep dan indikator

pembelajaran.

2. Melakukan Validasi Pokok Uji

Validasi merupakan proses sebagai kesahihan suatu instrumen

(Arikunto,1999: 59). Validitas instrumen yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa pada penelitian

ini adalah validitas isi dengan cara judgement oleh dosen ahli untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada dalam instrumen tes dan validitas

(6)

3. Melakukan Uji Coba Butir Soal

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen diuji coba terlebih dahulu

di kelas XI Teknik Audio Video yang telah mempelajari materi korosi. Uji

coba soal dilakukan 2 kali pada 35 siswa. Hasil uji coba instrumen

kemudian dianalisis guna mengetahui dan menyeleksi perangkat yang sesuai

dan dapat digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan.

4. Melakukan Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba

Alat ukur yang baik harus memenuhi persyaratan diantaranya validitas dan

reliabilitas. Adapun analisis lain yang dilakukan pada soal adalah daya

pembeda dan taraf kesukaran.

a. Validitas Empiris

Menurut Arikunto (1999: 65) sebuah data atau informasi dapat dikatakan

valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tes disebut valid

apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut

Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2009: 133) untuk dikatakan valid

suatu tes harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat.

Validitas empiris menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

N = Jumlah peserta tes

X = skor siswa pada tiap butir soal

Y = skor total

Menurut Arikunto (1999: 75) bahwa interpretasi besarnya koefisien

korelasi berdasarkan kriteria yang sering diikuti adalah seperti tabel 3.4

(7)

Tabel 3.4 Kriteria validitas butir soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

Batasan Kategori

0,80 <

r

xy

≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 <

r

xy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 <

r

xy ≤ 0,60 Cukup

0,20 <

r

xy ≤ 0,40 Rendah

0,00 <

r

xy ≤ 0,20 Sangat rendah

b. Analisis Reliabilitas Soal

Menurut Rasyid dan Mansur (2009: 146) sifat reliabel dari sebuah alat

ukur berhubungan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan

hasil yang konsisten dan stabil. Suatu tes memiliki reliabilitas yang tinggi

apabila tes tersebut memberikan hasil yang konsisten pada kelompok

yang sama walaupun diteskan pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

Metode yang digunakan adalah metode belah dua, oleh karena itu untuk

mengukur reliabilitas soal tes dapat digunakan kembali rumus product moment dari Pearson. Reliabilitas seluruh tes dihitung berdasarkan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

Keterangan:

(8)

r

⁄ = Korelasi antar skor-skor setiap belahan tes

Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.8

(Arikunto, 2008: 75) ).

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r11

≤ 1,00

Sangat tinggi

0,60 < r11

≤ 0,80

Tinggi

0,40 < r11

≤ 0,60

Sedang

0,20 < r11

≤ 0,40

Rendah

0,00 < r11

≤ 0,20

Sangat rendah

c. Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus

daya pembeda yang terdapat dalam Arikunto (1999: 213) berikut:

Keterangan:

D = Daya pembeda

BA = Jumlah peserta pada kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Jumlah peserta pada kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

JA = Jumlah seluruh siswa kelompok atas

JB = Jumlah seluruh siswa kelompok bawah

PA = Proporsisi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsisi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda yang sering diikuti menurut Arikunto

(9)

Tabel 3.6 Kriteria interpretasi daya pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban

seluruh siswa yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk

menghitung tingkat kesukaran adalah rumus yang terdapat dalam

Arikunto (1999: 208):

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun kriteria yang sering diikuti menurut Arikunto (1999: 210)

adalah:

Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

(10)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sampel akan diberi perlakuan pembelajaran berbasis

masalah. Sampel akan diberi pretest untuk mengetahui pengetahuan dan

kemampuan awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan

yaitu berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan setelah tiga

pertemuan pembelajaran, terakhir kedua kelas diberi posttest dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan postest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman

konsep yang telah dijudgement oleh Dosen ahli dan diuji cobakan terlebih dahulu.

Untuk mengumpulkan data tentang keterlaksanaan model pembelajaran

berbasis masalah maka digunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan

yang digunakan berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar

pengamatan aktivitas siswa. Lembar pengamatan digunakan untuk

mengetahui sejauh mana aktivitas siswa saat pembelajaran dan

keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah.

Selanjutnya, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan model

pembelajaran berbasis masalah, seluruh siswa akan diberi angket yang berisi

tentang tanggapan siswa mengenai model pembelajaran berbasis masalah

yang meliputi: (1) persepsi siswa terhadap model pembelajaran berbasis

masalah, (2) persepsi siswa terhadap bahan ajar yang digunakan dalam model

pembelajaran berbasis masalah, (3) minat dan motivasi siswa mempelajari

kimia, (4) minat dan motivasi siswa mempelajari masalah lingkungan, (5)

minat dan motivasi siswa mencari data, (6) minat dan motivasi siswa

melakukan penyelidikan, dan (7) model pembelajaran berbasis masalah

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

H. Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data baik pengujian instrumen sampai

mendapatkan data penelitian digunakan secara kuantitatif dan kualitatif.

(11)

kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep dan hasil pengolahan

data. Sedangkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa di kelas, digunakan

secara kualitatif.

1. Hasil Uji Coba Instrumen

Hasil uji coba instrumen dianalisis dengan software komputer Anates V4. Kriteria pada masing-masing hasil uji coba instrumen dilihat dari validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Instrumen

diujicobakan pada 35 siswa dan dilakukan dua kali. Hasil analisis soal

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Hasil Ujicoba Pilihan Ganda

Keterangan Hasil Uji Coba 1 Hasil Uji Coba 2

Korelasi XY 0,58 0,68

Reliabilitas Tes 0,73 0,81

Jumlah Soal Pilihan Ganda 22 22

Dari hasil ujicoba 1 dan 2 menunjukkan reliabilitas soal pilihan ganda

yang diperoleh pada ujicoba pertama dengan kriteria tinggi, sedangkan

ujicoba soal 2 dengan kriteria sangat tinggi.

Hasil uji coba instrumen tes uraian (hanya dilakukan satu kali) ditampilkan

pada tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Ujicoba Tes Uraian

Keterangan Hasil Uji Coba

Korelasi XY 0,5

Reliabilitas Tes 0,607

Jumlah Soal Uraian 5

Dari hasil ujicoba tersebut menunjukkan reliabilitas soal essai dengan

kriteria sedang. Hasil ujicoba instrumen pilihan ganda ditampilkan pada

(12)

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 1 Pilihan Ganda

No Soal D. Pembeda(%)

Kriteria T. Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 44,44 Baik Sedang 0,424 Signifikan

negatif dan 2 soal signifikan, 15 soal dengan kriteria baik dan sign korelasi

4 soal sangat signifikan, 10 soal signifikan dan 1 soal negatif. Kemudian

dilakukan revisi lagi oleh dosen ahli dan diujicobakan kembali dengan

(13)

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 2 Pilihan Ganda

No Soal D.

Pembeda(%)

Kriteria T.

Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 55,56 Baik Sedang 0,463 Signifikan

2 66,67 Baik Sedang 0,522 Sangat Signifikan

3 55,56 Baik Sedang 0,477 Signifikan

4 44,44 Baik Sedang 0,392 Signifikan

5 66,67 Baik Sedang 0,485 Signifikan

6 33,33 Cukup Sedang 0,196 -

7 55,56 Baik Sedang 0,498 Sangat Signifikan

8 33,33 Cukup Sedang 0,348 -

9 55,56 Baik Sedang 0,43 Signifikan

10 55,56 Baik Mudah 0,397 Signifikan

11 11,11 Cukup Mudah 0,162 -

12 22,22 Cukup Sukar 0,339 -

13 33,33 Cukup Sedang 0,414 Signifikan

14 66,67 Baik Sukar 0,562 Sangat Signifikan

15 66,67 Baik Sukar 0,473 Signifikan

16 66,67 Baik Sukar 0,681 Sangat Signifikan

17 44,44 Baik Sedang 0,481 Signifikan

18 55,56 Baik Sukar 0,458 Signifikan

19 77,78 Baik Sedang 0,491 Signifikan

20 66,67 Baik Sukar 0,577 Sangat Signifikan

21 44,44 Baik Sedang 0,439 Signifikan

22 55,56 Baik Sukar 0,543 Sangat Signifikan

Dari 22 soal yang diujikan terdapat 5 soal dengan kriteria cukup dan 4 soal

sign korelasi negatif, 1 soal signifikan 17 soal dengan kriteria baik dan

sign korelasi 6 soal sangat signifikan dan 11 soal signifikan. Dari hasil uji

coba kedua diperoleh 4 soal yang negatif atau dibuang, dan 18 soal yang

digunakan sebagai instrumen penelitian.

Hasil uji coba soal uraian dengan menggunakan Anates ditampilkan pada

(14)

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Uraian

No Soal T DP(%) T.

Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 3,75 44,44 Sedang 0,679 Signifikan

2 4 33,33 Mudah 0,651 Signifikan

3 5,84 38,89 Mudah 0,594 Signifikan

4 5,88 41,67 Sedang 0,637 Signifikan

5 6,95 36,11 Sukar 0,633 Signifikan

Dari hasil ujicoba soal uraian maka dapat diperoleh semua soal yang

diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman

Konsep Siswa.

Data yang dihasilkan berupa skor pretest, posttest kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Kemudian dilakukan analisis secara

kuantitatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

peningkatan skor pada kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Selain itu untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pembelajaran berbasis masalah pada kemampuan berpikir kreatif dan

pemahaman konsep siswa, dan apakah siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kreatif yang baik akan mendukung pemahaman konsep siswa

yang baik pula.

Data kuantitatif yang terkumpul sebagai hasil penelitian dianalisis secara

statistik menggunakan Statistic Package for Social Science (SPSS) 20 for Window. Berikut ini adalah tahapan analisis data yang dilakukan:

a. Pemberian skor

Pemberian skor pada pretest dan postest yang mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa kemudian

membandingkan skor pada pretest dan postest tersebut. Jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan jumlah jawaban

yang benar. Pada soal kemampuan berpikir kreatif skor yang diberikan

(15)

pemahaman konsep jika jawaban siswa benar akan mendapat nilai satu

(1) dan jika jawaban siswa salah maka akan mendapat skor nol (0).

b. Menghitung persentase rata-rata N-Gain pretest dan postest kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Menganalisis pemahaman konsep dengan membandingkan respon

siswa pada skor pretest dan postest, kemudian menghitung

peningkatannya dalam bentuk persen N-gain. Peningkatan yang terjadi

sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain

<g> yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:

pr e

g = Normalisasi gain Spost = skor postest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum

Kriteria:

Tabel 3.13. Kriteria gain normalisasi

<g> Kriteria

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok tersebut

memiliki kemampuan yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas ini menguji hasil pretest dan hasil postest pada kelompok

eksperimen dan kontrol. Uji normalitas menggunakan bantuan Soffware SPSS 20.0 for windows dengan menggunakan uji one sample Kolmogrov-Smirnov Test. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua penelitian berasal dari populasi yang

(16)

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Taraf signifikansi 0,05. Dari hasil tes ini didapatkan nilai p-value, jika p-value > 0,05 maka data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Sebaliknya, jika p-value < 0,05 maka data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Dalam SPSS 20

digunakan istilah significance yang disingkat sig untuk p-value, dengan kata lain p-value = sig.

Jika hasilnya berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah

statistik parametrik, namun jika hasilnya tidak berdistribusi normal

maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan dilanjutkan dengan uji

statistik non parametric yaitu uji Mann-Whitney. d. Uji Homogenitas.

Uji Homogenitas dilakukan jika kelompok berdistribusi normal maka

pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok

menggunakan bantuan Soffware SPSS 20.0 for windows dengan uji Homogenity of Varians (Levene Statistic). Hipotesis yang dikemukakan adalah:

H0 : Data berasal dari populasi bervarian homogen

H1 : Data berasal dari populasi tidak bervarian homogen.

Dari hasil uji lavene didapatkan p-value, jika p-value > 0,05 maka data berasal dari kedua varian yang homogen. Jika p-value < 0,05 maka data tidak berasal dari kedua varian yang tidak homogen.

e. Uji Hipotesis

Jika data yang dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka

dilakukan uji t. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji

(17)

rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata gain siswa pada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan

menggunakan SPSS for windows versi 20.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test). Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen:

Dimana Sp :

Keterangan :

Xa = rata-rata kelompok a Xb = rata-rata kelompok b Sp = Standar Deviasi gabungan Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b na = banyaknya sampel di kelompok a nb = banyaknya sampel di kelompok b DF = na + nb -2

(18)

Untuk DF (degrre of freedom) uji T independen yang variannya tidak sama berbeda dengan yang di atas (DF = Na + Nb -2), tetapi

menggunakan rumus :

Untuk menentukan apakah varian sama atau beda, maka menggunakan

rumus :

Bila nilai P > α , maka variannya sama, namun bila nilai P ≤α, berati

variannya berbeda.

Untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara pertama

membandingkan t hitung dengan t tabel maka kriteria yang digunakan

untuk menentukan penerimaan dan penolakan adalah sebagai berikut :

H0 diterima apabila t hitung≤ t tabel (df=n-2)( 0,05)

H0 ditolak apabila t hitung≥ t tabel (df=n-2)( 0,05).

Kedua membandingkan nilai p value dengan tingkat kepercayaan

0,05, jika p value < 0,05 maka terima H1 begitu juga sebaliknya.

Jika salah satu datanya tidak terpenuhi dalam arti data tidak normal atau

homogen maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik yang

(19)

menguji perbedaan dua rata-rata pada sampel besar (N ≥ 30). Uji

hipotesis dilakukan dengan uji beda dua rerata untuk mengetahui

signifikansi perbedaan skor pretest dan gain kedua kelas terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa. Hipotesis

yang dikemukakan adalah:

Hipotesis 1:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan berpikir kreatif

siswa.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan berpikir kreatif

siswa.

Hipotesis 2:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam pemahaman konsep siswa.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam pemahaman kosep siswa.

Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima H1

ditolak.

f. Pengolahan hasil angket

Teknik pengolahan data angket dilakukan dengan menghitung skor

respon siswa terhadap tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (ST) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pedoman penskoran untuk

pernyataan angket dpat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Angket Tanggapan Siswa

Skor Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

(20)

Setelah dilakukan penjumlahan terhadap skor angket tanggapan siswa,

lalu dilakukan perhitungan persentase terhadap data respon yang

bersifat positif. Perhitungan persentasi respon tanggapan dilakukan

dengan menggunakan rumus berikut:

P =

x

100%

Keterangan

P = Persentase; R = Respon siswa; R maks = Respon maksimal

Tabel 3.15 Kriteria Persentase Hasil Angket

Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1-30% Sangat tidak setuju

31 – 60% Tidak setuju

61 - 90% Setuju

91 - 120% Sangat setuju

Sugiyono (2002: 76)

I. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan prosedur yang telah ditempuh

yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut uraian dari

setiap tahap-tahap tersebut, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Kajian kurikulum bertujuan untuk mengetahui kompetensi inti dan

kompetensi dasar mengenai korosi.

b. Kajian tentang variabel-variabel yang terlibat yaitu menentukan variabel

bebas, variabel tetap dan variabel terikat serta studi literatur dari buku-buku

yang relevan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

berbasis masalah, variabel tetap meliputi bahan kajian tentang fenomena

korosi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini meliputi

(21)

pembelajaran berbasis masalah dilakukan untuk mengetahui tahapan

pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa, menentukan masalah dan

cara pengemasan yang sesuai dengan fenomena korosi. Kemampuan

berpikir kreatif siswa dilakukan untuk mengidentifikasi indikator-indikator

berpikir kreatif yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran

berbasis masalah yang dikembangkan serta karakteristik dari

indikator-indikator berpikir kreatif tersebut. Selanjutnya dilakukan studi literatur

tentang fenomena korosi dengan mengkaji buku paket dan sumber-sumber

lain yang relevan untuk menentukan konsep-konsep yang perlu dikuasai

dan indikator-indikator berpikir kreatif yang muncul pada saat

pembelajaran.

c. Penyusunan proposal penelitian.

d. Pelaksanaan seminar proposal penelitian.

e. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan LKS (Lembar Kerja Siswa).

f. Penyusunan instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif,

tes pemahaman konsep, format observasi kegiatan aktivitas siswa, format

observasi kegiatan guru dan angket siswa mengenai tanggapan siswa

terhadap pembelajaran.

g. Pelaksanaan judgement instrumen tes kepada dosen ahli untuk memberikan masukan berupa saran perbaikan terhadap instrumen yang telah disusun.

Instrumen ini digunakan untuk pre-test dan pos-test. h. Pelaksanaan revisi instrumen penelitian.

i. Pelaksanaan uji coba pertama instrumen penelitian.

j. Menganalisis hasil uji coba instrumen pertama.

k. Melakukan revisi instrumen penelitian.

l. Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian kedua.

m. Menganalisis hasil uji coba instrumen, berupa uji validitas soal, uji

reliabilitas soal, uji taraf kesukaran, dan daya pembeda. Hasil analisis butir

soal digunakan untuk menentukan soal yang layak digunakan sebagai

(22)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pre-test pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Melaksanakan treatment yaitu dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalahpada konsep korosi. Treatment ini dilakukan di kelas X 1 Tekhnik Audio Video sebagai kelas eksperimen dan

pembelajaran konvensional pada X 2 Tekhnik Audio Video sebagai kelas

kontrol.

c. Memberikan angket respon kepada subjek penelitian.

d. Melakukan post-test untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 2014 – 29 Mei 2014.

Jadwal pelaksanaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.16 di bawah

ini:

Tabel 3.16 Implementasi pembelajaran berbasis masalah pada konsep korosi

Pertemuan ke Hari/tanggal Kegiatan

1. Kamis, 1 Mei 2014 Uji Coba Soal 1

2. Senin, 5 Mei 2014 Uji Coba Soal 2

3. Rabu, 7 Mei 2014 Pretest

4. Rabu, 14 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 1

5. Rabu, 21 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 2

6. Rabu, 28 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 3 dan Postest

3. Tahap Analisis dan Penyelesaian

a. Mengolah data hasil pre-test, post-test, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta lembar angket untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai

model pembelajaran berbasis masalah.

b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

c. Menarik kesimpulan.

d. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan

(23)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Validasi, uji coba dan revisi instrumen

Revisi RPP, bahan ajar dan LKS

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif (lanjutan)
Tabel 3.4 Kriteria validitas butir soal
Tabel 3.6 Kriteria interpretasi daya pembeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen tes kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematis siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data tes kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif

Analisis data dalam menafsirkan data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, peningkatan kemampuan berpikir kreatif, keterlaksanaan

1) Melakukan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam penguasaan konsep dan keterampilan proses sains baik itu dikelompok kontrol maupun eksperimen.

Soal tes obyektif Mengukur pemahaman konsep Siswa Soal tes uraian Mengukur kemampuan berpikir kritis Siswa. Teknik

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian,

Tabel 4.3.RekapitulasiRata-rata Skor Pretest , Postest dan N-gain untuk Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

instrumen kemampuan berpikir kritis ialah instrumen untuk mengukur. kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan indikator

instrumen kemampuan berpikir kritis ialah instrumen untuk mengukur. kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan indikator