• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PAI 0906253 Chapter (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PAI 0906253 Chapter (3)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Pondok

Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung yang terletak di Jalan Adipati

Agung No 40, Baleendah Kab.Bandung. MTS ini dijadikan lokasi penelitian

karena kurikulum yang diajarkan di sekolah ini bukan hanya kurikulum dari

Departemen Agama (Depag), tetapi juga Kurikulum Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas) dan Kurikulum Pondok Modern Gontor. Selain itu,

penanaman ‘aqīdaħ tidak hanya di dalam kelas, tetapi mencakup seluruh kegiatan

santri diluar kelas.

MTS ini merupakan salah satu unit pendidikan yang berada di Pondok

pesantren Modern Al Ihsan Baleendah yang didirikan pada tahun 1989. MTS ini

dijadikan penelitian karena memiliki visi, misi dan strategi yang lain daripada

sekolah lainnya.

Visi Pondok Pesantren Modern Baleendah, yaitu: Mempersiapkan Pondok

Pesantren Al Ihsan terdepan dalam prestasi, mempunyai daya saing, daya sanding

dan Islāmī dalam budi pekerti.

Misi Pondok Pesantren Modern Baleendah, yaitu:

1) Menjadikan Pondok Pesantren Modern Al Ihsan sebagai pusat

pembelajaran dan pelayanan informasi yang Islāmī.

2) Membekali warga pesantren dengan keseimbangan wawasan IPTEK,

Imtaq dan Life Skill serta penguasaan bahasa Arab dan Inggris untuk

menghadap persaingan global.

3) Menanamkan pada warga pesantren jiwa bekerja yang ikhlas, keras,

cerdas, tangkas, tuntas dan berkualitas, serta ramah dan toleransi

(2)

B. Desain Penelitian

Dalam desain penelitian ini ada dua hal yang akan dijelaskan, sesuai

dengan yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan, yaitu meliputi : 1)

Pendekatan penelitian. 2) Tahapan penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan

yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara

kualitatif. Perspektif, strategi, dan model yang dikembangkan sangat beragam.

Sebab itu, tidak mengherankan jika terdapat anggapan bahwa, Qualitative

research is many thing to many people (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).

Sejalan dengan itu, Bogdan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan:

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi

kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari

suatu keutuhan. Sependapat dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986: 9)

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dengan ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan peristilahannya.

Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat

dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi dalam kehidupan

sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah (Miles and Huberman, 1994: 6-7).

(3)

dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic (Bogdan dan Taylor, 1992: 22).

Menurut Nana Syaodih (2005: 60), penelitian kualitatif mempunyai dua

tujuan utama, yaitu pertama menggambarkan dan mengungkap (to describe and

explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996: 33-34).

Berdasarkan kepada teori di atas bahwasanya tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang Model Pendidikan

‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini lebih diarahkan pada upaya

mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi dan ditemukan selama proses

Pendidikan ‘aqīdaħ tersebut berlangsung di MTS Pondok Pesantren Baleendah,

yang berlangsung di dalam kelas.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dalam

Sugiyono (2011: 21) bahwa karakteristik pendekatan kualitatif adalah seperti

berikut :

 Dilakukan dengan kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

 Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

 Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada output atau outcome.

 Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

 Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Erickson dalam Susan Stainback (2003) dalam Sugiyono (2011: 22)

(4)

Intensive, long term participation in field setting (dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan).

Careful recording of what happens in the setting by writing fields notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence. (mencatat secara hati-hati apa yang terjadi).

Analytic reflection on the documentary records obtained in the field. (melakukan analisis reflektif terhadap terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan).

Reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview, and interpretative commentary. (membuat laporan secara mendetail).

Berdasarkan kepada teori pendidikan kualitatif seperti yang dikemukakan

di atas, peneliti berusaha untuk terjun sendiri ke lapangan untuk memperoleh data

yang dibutuhkan, kemudian mendeskripsikan fenomena yang terjadi yang

berkaitan dengan Model Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok

Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung, yang meliputi : (1) Tujuan

Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan

Baleendah, Bandung (2) Program Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung (3) Substansi Materi

‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung (4) Proses Pembelajaran ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok

Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung (5) Cara Evaluasi Pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung.

Dalam proses menemukan Model Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung yang dicari melalui

penelitian ini, peneliti akan lebih menekankan pada hasil analisis melalui

pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi yang terkait dengan tujuan,

proses, substansi materi, proses pembelajaran dan cara evaluasi. Oleh karena itu

pendekatan kualitatif lebih berorientasi pada penelitian interpretasi. Dengan

pendekatan kualitatif ini peneliti berusaha memotret situasi pendidikan yang

terjadi di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung, terutama yang berkaitan dengan Model Pendidikan ‘aqīdaħ sebagai

(5)

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung. Kemudian

mendeskripsikan fenomena tersebut dari sudut ilmu kependidikan untuk menggali

makna di balik fenomena pendidikan yang nampak.

Peneliti menemukan beberapa keunggulan dan kegunaan penelitian

kualitatif ini. Menurut Nana Syaodih (2005: 100), Penelitian kualitatif memiliki

beberapa kegunaan, diantaranya : bagi perkembangan teori, penelitian kualitatif

dengan studi kasusnya sangat cocok untuk melakukan pengungkapan

(exploratory) dan penemuan (discovery). Study pengungkapan (exploratory

studies) berkenaan dengan sesuatu topic yang pada penelitian terdahulu hanya

memberikan hasil-hasil yang sangat terbatas. Studi ini selanjutnya diarahkan pada

penemuan yang lebih lanjut. Studi lanjut ini diarahkan pada menjabarkan konsep,

mengembangkan suatu model, preposisi atau hipotesis.

Bagi penyempurnaan praktik, penelitian kualitatif menghasilkan deskripsi

dan analisis tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting. Studi-studi

kasus yang dilakukan secara terpisah dan dalam kurun waktu yang berbeda,

tentang fokus-fokus masalah, kegiatan atau program yang sama dapat menjadi

masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan praktik. Hasil sejumlah

penelitian kualitatif yang bersifat mendalam dan rinci mempunyai nilai yang lebih

tinggi dari penelitian kuantitatif (Nana Syaodih, 2005: 100).

Bagi penentuan kebijakan, hasil penelitian kualitatif juga dapat

memberikan sumbangan bagi perumusan, implementasi dan perubahan kebijakan.

Beberapa studi kasus difokuskan pada proses informal perumusan dan

implementasi kebijakan dalam tatanan yang berbeda, dengan nilai-nilai yang

berbeda pula, untuk menjelaskan hasil-hasil kebijakan tersebut. Hasil-hasil

penelitian tersebut dapat memberikan masukan yang berharga bagi penentuan

kebijakan. Sedangkan bagi klarifikasi isu-isu dan tindakan sosial. Studi kasus

dapat difokuskan pada pengalaman-pengalaman dalam kehidupan antar ras dan

kelompok etnik, kelas sosial, peranan gender. Peneliti kualitatif dapat

(6)

memberikan kritik terhadap ideologis kepentingan-kepentingan politik dan

ekonomi yang diambil daripadanya (Nana Syaodih, 2005: 100).

Adapun bagi studi-studi khusus, yang tidak mungkin diteliti dengan

penelitian biasa: penelitian bagi orang-orang sibuk, ada hambatan bahasa, topik

yang kontroversial, atau rahasia, dan penelitian-penelitian yang tidak bisa

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif-statistikal. Pengumpulan

dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam

lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa disebut strategi

pengumpulan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada

strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh (Nana Syaodih,

2005: 101).

Secara umum langkah-langkah pengumpulan dan analisis data yang

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

 Perencanaan

Menurut Nana Syaodih (2005: 102) bahwa perencanaan meliputi

perumusan dan pembatasan serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi

penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber

data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan

sampel purposif.

 Memulai pengumpulan data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan

hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab

dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Sebagaimana

Sugiyono (2011: 309) bahwa pengumpulan data melalui interview dilengkapi

dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data pada pertemuan

pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutya dicatat,

disusun, dikelompokkan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan

dalam analisis data.

(7)

Setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data

lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan

pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar

peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca, dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan,

analisis data mulai dilakukan dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai

tidak ditemukan data baru lagi (Sugiyono, 2011: 309). Deskripsi dan

konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang

bersifat integrative. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi

ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

 Pengumpulan data penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi

penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian

tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam

proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah,

kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Sebagaimana Sugiyono (2011:

336) menyebutkan bahwa peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah

mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data

baru.

 Melengkapi

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis

data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun

fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram,

tabel, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis

data, diagram-diagram, table, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan,

dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip (Sugiyono, 2011: 336).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti untuk menganalisis skripsi ini yaitu

(8)

Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Metode ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain (Nana Syaodih, 2005: 74).

Dengan metode ini, peneliti berusaha menggali suatu gejala, peristiwa dan

kejadian di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung. Kemudian dianalisis dan dideskripsikan menjadi sebuah rumusan

ilmiah.

Dalam metode deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang

sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Tetapi semua kegiatan, keadaan,

kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya.

Tanpa penelitian pun semua kegiatan, keadaan, komponen variabel berjalan seperti itu. Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, pengedaran angket atau studi dokumentasi (John W, Best, 1970: 117).

Untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan

diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian

deskriptif. Ada beberapa jenis informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian

deskriptif bagi pemecahan masalah. Pertama, informasi tentang keadaan saat ini

(present condition). Kedua, informasi yang kita inginkan (what we may want).

Penelitian deskriptif dilakukan untuk menghimpun informasi tentang tuntutan atau

tantangan yang dihadapi, kebutuhan yang dirasakan, kekurangan yang dialami,

dan lain-lain. Ketiga, bagaimana sampai ke sana, bagaimana mencapainya (how to

get there). Informasi yang dikumpulkan adalah pengalaman orang lain yang

mengalami atau menghadapi tuntutan dan kebutuhan yang sama.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 234), ada beberapa jenis penelitian

(9)

Penelitian survey (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (documentary analisis), dan penelitian korelasional (correlational studies).

Survei merupakan satu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh

peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan.

Penelitian survey yang terkenal adalah dengan The Gallup Poll yang dimaksudkan

untuk mengetahui pendapat masyarakat. Informasi yang diperoleh dari penelitian

survey dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian

dari populasi. Surveyyang dilakukan kepada semua populasi dinamakan penelitian

sensus, sedangkan jika pengumpulan data hanya dilakukan pada sebagian dari

popualsi disebut sebagai survey sampel (Suharsimi Arikunto, 2009: 234).

Menurut pendapat Ronald Ary, dkk. (1985) dalam Suharsimi Arikunto

(2009: 234) dikatakan bahwa survey dapat dilakukan untuk sesuatu hal data yang

sifatnya nyata (tangible). Penelitian nyata dapat dilakukan terhadap populasi

sehingga disebut dengan istilah “sensus nyata”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 235), penelitian kasus dengan

penelitian eksperimen untuk satu variabel dapat dikatakan mempunyai kemiripan.

Penelitian eksperimen satu variabel mengenai satu subjek tungga sedangkan

penelitian kasus mengenai sebuah unit terpisah yang tunggal. Pada studi kasus,

peneliti mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah

laku. Di dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau

sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel

penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut.

Peneliti berusaha mengumpulkan data yang menyangkut individu atau unit yang

dipelajari mengenai gejala yang ada saat penelitian dilakukan, pengalaman waktu

lampau, lingkungan kehidupannya, dan bagaimana faktor-faktor ini berhubungan

satu sama lain. Kebanyakan studi kasus dilakukan karena didorong oleh

keperluan pemecahan masalah.

Penelitian perkembangan merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

(10)

berkembang ditinjau dari fisik dan psikisnya. Contoh lain untuk pendidikan

misalnya perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu, kecenderungan

perkembangan metode mengajar dalam satu kurikulum waktu, perkembangan

untuk tingkat kecanggihan termometer, perkembangan alat peraga tampak dengar

(audio visual), dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2009: 235).

Penelitian tindak lanjut merupakan lanjutan dari penelitian perkembangan

dengan metode alur panjang lagi. Penelitian tindak lanjut tidak berhenti pada satu

seri runutan pengukuran tetapi peneliti masih terus melakukan pelacakan untuk

kejadian yang menjadi tindak lanjutnya (Suharsimi Arikunto, 2009: 240).

Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan

dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain. Bentuk rekaman biasa

dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Dengan analisis ini

peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk mendefinisikan isi bahan

komunikasi melalui pendekatan kuantitatif. Contoh penelitian isi yang berkaitan

dengan pendidikan adalah: penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui seberapa banyak materi psikologi digunakan dalam buku-buku

metodologi pengajaran. Dengan penemuannya ini peneliti bermaksud untuk

mengetahui sudah seberapa banyak ahli kurikulum telah memanfaatkan ilmu jiwa

di dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau seberapa banyak subjek didik di

sekolah telah diperlukan sebagaimana manusia seutuhnya (Suharsimi Arikunto,

2009: 244).

3. Tahap- tahap Penelitian

Tahap- tahap yang dilakukan peneliti untuk mengungkap penelitian

meliputi 3 hal: (a) Studi Pendahuluan (b) Pengumpulan Data (c) Analisis Data

(a) Studi Pendahuluan

Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu tahap orientasi.

Dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lengkap dan jelas tentang kondisi

MTS Al Ihsan Baleendah, sehingga memudahkan peneliti dalam menemukan

(11)

yang dilakukan, pertama menyusun rancangan penelitian yaitu menyusun latar

belakang masalah, alasan pelaksanaan penelitian, dan kajian kepustakaan,

memilih lapangan atau setting penelitian, menentukan jadwal penelitian, memilih

alat penelitian, merancang pengumpulan data, analisis data, peralatan dan

pengecekan kebenaran data. Setelah itu, memlilih lapangan fokus penelitian.

Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantive yang dirumuskan

dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih bersifat tentative.

Kemudian mengurus perizinan. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh

peneliti ialah siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi

pelaksanaan penelitian. Dilanjutkan dengan menjajaki dan menilai keadaan

lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila

peneliti telah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahuinya dari

orang dalam mengenai situasi dan kondisi daerah tempat penelitian akan

dilakukan. Hal penting lainnya yaitu memilih dan memanfaatkan informan.

Sebagaimana dijelaskan Basrowi dan Suwandi (2008: 87) bahwa pemanfaatan

informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak

informasi yang terjangkau. Selain itu menyiapkan perlengkapan penelitian harus

dipersiapkan oleh peneliti antara lain: perlengkapan fisik, surat izin mengadakan

penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan

perjalanan, dan perlengkapan pendukung yang dibutuhkan.

Langkah kedua dalam studi penelitian ini yaitu tahap eksplorasi. Dalam

tahap ini, peneliti membangun suatu keakraban dengan responden. Sebagai

realisasi dari membangun keakraban ini, peneliti melakukan silaturahmi dengan

Kepala MTS Al Ihsan dan guru-guru yang lain yaitu pada tanggal 16 Juli 2013.

Karena kebetulan pada hari itu sedang dilaksanakan Masa Orientasi Peserta didik,

sehingga KBM pun belum berlangsung. Dalam silaturahmi ini, peneliti

mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan sekaligus menanyakan

pihak-pihak terkait yang bisa dihubungi untuk melakukan wawancara dan memperoleh

data.

(12)

Dalam tahap pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu membuat

instrumen penelitian terkait dengan tujuan, proses, substansi materi, proses

pembelajaran dan cara evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al

Ihsan Baleendah. Selain itu cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data

pun, dilakukan dengan semaksimal mungkin. Menurut Sugiyono (2011: 193),

terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu:

Kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Menurut Sugiyono (2011: 193)

bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode

eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah

dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.

Menurut Sugiyono (2011 : 193) bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan

(13)

 Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti dimulai pada tanggal 16 Juli sampai

dengan tanggal 7 September 2013. Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang

sangat canggih, sehingga benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat

diobservasi dengan jelas.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011 : 203) mengemukakan bahwa

:

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi yang dilakukan peneliti di MTS AL Ihsan ini yaitu

menggunakan observasi terus terang dan tersamar. Dalam hal ini, Sanafiah Faisal

(1990) dalam Sugiyono (2011: 310) mengklasifikasikan observasi menjadi

observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara

terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi

yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley, dalam

Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu

pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete

participation.

 Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

(14)

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2011: 310).

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2011: 311) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what

they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif,

peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka

ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan

bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,

partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang

lengkap.

Partisipasi pasif (pasive participation): means the research is present at

the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti

datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam

kegiatan tersebut (Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi moderat (moderate participation): means that the researcher

maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi

ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang

luar.Peneliti dalam mengumpulkan data ikut obervasi partisipatif dalam beberapa

kegiatan, tetapi tidak semuanya (Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi aktif (active participation): means that the researcher generally

does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan

apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap

(Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi lengkap (complete participation): means the researcher is a

natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan

pengumpulandata, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan

sumber data. Jadi, suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan

penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap

aktivitas kehidupan yang diteliti (Sugiyono, 2011: 312).

(15)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi

mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas

peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar

dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari

merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan

terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi

(Sugiyono, 2011: 312).

 Observasi tak berstruktur

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur

karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama

kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti

dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur

dengan menggunakan pedoman observasi.

Menurut Sugiyono (2011: 313), observasi tidak terstruktur adalah

observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa

yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan

instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara misalnya, peneliti

belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan

pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian

dibuat kesimpulan. Atau mungkin peneliti akan melakukan penelitian pada

lembaga pendidikan asing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan

observasi tidak terstruktur.

 Interview (wawancara)

Peneliti melakukan wawancara kepada 4 responden, yaitu kepada Direktur

KMI, Kepala MTS, Guru ‘aqīdaħ dan peserta didik kelas 7. Wawancara ini

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

(16)

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

pada laporan tentang diri sendiri (self-report), atau setidak-tidaknya pada

pengetahuan atau keyakinan pribadi.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 141)

mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode interview adalah subjek (responden) adalah orang yang

paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada

peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa

yang dimaksudkan oleh peneliti.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara

terlebih dahulu. Sejalan dengan itu, menurut Bogdan dan Biklen (1985) dalam

Basrowi dan Suwandi (2008: 142):

Pedoman wawancara dan petunjuk pengamatan pada umumnya memberikan kesempatan timbulnya respon terbuka dan cukup luwes bagi pengamat atau pewawancara untuk memperhatikan dan mengumpulkan data mengenai dimensi-dimensi topic yang tak terduga-duga. Dalam wawancara dan pengamatan terdapat proses triangulasi data. Proses ini dilakukan untuk menjamin diperolehnya standar kepercayaan.

Untuk itu cara yang ditempuh ialah melakukan pengecekan data (cek, cek

ulang, dan cek silang). Mengecek berarti melakukan wawancara kepada dua atau

lebih sumber informasi dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti,

melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan

yang sama kepada informan yang sama dalam waktu yang berlainan. Sedangkan

mengecek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan informan satu

dengan yang lain.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon.

(17)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur kepada

responden nya. Adapun yang pertama kali di wawancara adalah Direktur KMI Al

Ihsan. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis

yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini

setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan

beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara

mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon

pewawancara.

Menurut Sugiyono (2011: 319) dalam melakukan wawancara, selain harus

membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data

juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan

material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

 Wawancara tidak terstruktur

Menurut Sugiyono (2011: 320), wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka

sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian

yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti

berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan

yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti

permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran

permasalahan yang lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada

(18)

Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka

peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara

tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan

diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan

oleh responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan

berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara

peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan

tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang

menjadi tujuan, maka segera ditanyakan (Sugiyono, 2011: 321).

Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang

menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu

pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu

yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Bila responden yang

akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum

melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di

mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara

akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid

(Sugiyono, 2011: 321).

 Dokumen

Saat penelitian di MTS Al Ihsan, peneliti menggunakan instrumen

penelitian berupa dokumen. Dokumen ini adalah salah satu instrumen yang tak

kalah pentingnya dengan wawancara dan observasi.

Menurut Sugiyono (2011: 329) Dokumen merupakan:

(19)

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau

wawancara, akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah

pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan

autobiografi (Sugiyono, 2011: 329).

(c ) Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara

terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana

Sugiyono (2012: 244) menjelaskan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam proses analisa data, peneliti melakukannya dengan mengikuti

sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:

244) menjelaskan bahwa:

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory reduksi data.

1. Reduksi Data

Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan

mereduksi data. Data tersebut direduksi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok

sesuai dengan permasalahan. Sebagaimana yang dinyatakan Sugiyono (2011: 338)

mengemukakan bahwa :

(20)

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Adapun yang peneliti lakukan dalam mereduksi data dari hasil penelitian

melalui dokumen, wawancara dan observasi, peneliti mengklasifikasikan data

yang diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan

masalahnya yaitu tentang tujuan, program, substansi materi, proses pendidikan

dan bentuk evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al Ihsan,

Baleendah Kab. Bandung.

Untuk memperjelas sumber data yang diperoleh dan mempermudah dalam

mengklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, peneliti menggunakan teknik

koding. Sebagaimana Alwasilah (2009: 160) menjelaskan bahwa : “Koding adalah membagi-bagi data dan mengelompokkannya dalam sebuah kategori. Gunanya

untuk memudahkan peneliti dalam membandingkan temuan dalam satu kategori

atau silang kategori”.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti: Koding

untuk sumber data seperti Dokumen (D), Wawancara (W) Observasi (O). Koding

untuk jenis responden Direktur KMI (DK), Kepala Sekolah (KS), Guru ‘aqīdaħ

(GA).

2. Display data

Menurut Sugiyono (2011: 341) setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan display data yaitu menyajikan data secara jelas dan

singkat, yang bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil

penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan

dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam

bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif

sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

(21)

3. Conclusion drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan.

Menurut Sugiyono (2011: 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena

seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada

di lapangan.

C. Definisi Operasional

Judul skripsi ini yaitu: “Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di kelas 7 Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung”. Untuk dapat memperjelas makna yang terkandung di dalamnya, maka ada beberapa

istilah pokok yang perlu dijelaskan oleh peneliti berkaitan dengan penggunaan

istilah-istilah tersebut.

1) Model

Yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini yaitu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran pada

hakekatnya membicarakan bagaimana cara-cara menyampaikan nilai pendidikan

(22)

pendekatan atau cara yang digunakan dalam menyampaikan nilai pendidikan

untuki mencapai tujuan belajar.

2) Pendidikan ‘Aqīdaħ

Yang dimaksud pendidikan ‘aqīdaħ dalam penelitian ini yaitu suatu

pengajaran dalam mata pelajaran ‘aqīdaħ yang diberikan guru kepada para

muridnya di kelas 7 MTS Ponpes Modern Al Ihsan, Baleendah, Kab. Bandung.

3) Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah

Bandung

Yang dimaksud Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al

Ihsan Baleendah Bandung dalam penelitian ini yaitu sekolah setingkat SLTP

(Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau pendidikan formal lanjutan SD (Sekolah

Dasar) yang yang terletak di Jalan Adipati Agung No 40, Baleendah Kab.

Referensi

Dokumen terkait

Penilainnya dengan memberikan sebuah tanda titik teb al ( │ ) di antara garis VAS (Visual Analog Scale) yang tersedia sesuai dengan

Meski didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya

Pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga adalah.. rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran

Puji Syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tugas akhir

In this study, the research stage are: 1) Sulose Equation Model. In fuzzy logic a representation of the membership functions of the independent variables X1, X2, X3, ..., Xn as an

Puji syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada

Indera pembau manusia berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas4. Reseptor pencium tidak