i
UPAYA MEMINIMALISASI
PENGGUNAAN PIDANA PENJARA BAGI ANAK
Tesis
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister Ilmu Hukum
Oleh : SUSILOWATI, SH.
B4A 099 162
Pembimbing :
I. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. II. Eko Soponyono, SH. MH.
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ii
UPAYA MEMINIMALISASI
PENGGUNAAN PIDANA PENJARA BAGI ANAK
Oleh : SUSILOWATI, SH.
B4A 099 162
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal ...
Tesis ini telah diterima
Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum
Pembimbing :
I. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. II. Eko Soponyono, SH. MH. NIP. 130 131 702 NIP. 138 675 155
Mengetahui Ketua Program Magister Ilmu Hukum
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberikan serta
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
yang berjudul “Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara bagi Anak”
Penulis menyadari meskipun penyusunan tesis ini telah dilakukan dengan
sungguh-sungguh, tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang ada maka tesis ini jauh dari sempurna.
Kritik dan saran demi perbaikan tesis ini sangat diharapkan.
Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. Selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, sekaligus pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan dan arahan sehingga tulisan ini dapat terwujud.
2. Bapak Prof. Dr. Barda Nawawi Arief, SH. yang dengan pengetahuannya yang luas
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini
3. Bapak Eko Soponyono, SH.MH. yang dengan pengetahuannya telah memberikan
arahan dan masukannya dalam penulisan tesis ini
4. Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta
iv
melakukan wawancara dengan hakim anak pada Pengadilan Negeri yang hasilnya
dapat bermanfaat bagi kelengkapan data bagi penyusunan tesis ini .
5. Bapak Heri Supriyono, SH.MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang
telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.
6. Bapak Ridwan Ramli, SH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat, yang telah
meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.
7. Bapak Sulthoni, SH.MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah
meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.
8. Ibu Ely Maryani, SH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang telah
meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.
9. Ibu Siti Farida, SH. MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara, yang telah
meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis
10.Ibu Cut Henny, SH. Kasi Bimbingan dan Pembinaan Anak, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dari
Dirjenpas.
11.Bapak dan Ibu staf administrasi Program Magister Ilmu Hukum Universitas
Diponegoro Semarang yang telah membantu selama penulis menjadi peserta dalam
Program Studi Magister Ilmu Hukum.
12.Teman-teman peserta Program Studi Magister Ilmu Hukum angkatan tahun 1999
atas segala dorongan yang telah diberikan.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada ibunda tercinta atas segala asuhan dan didikannya dan sampai
v
kepada almarhum ayahanda tercinta, semoga Allah SWT menerima ayahanda yang telah
membesarkan dan mengasuh penulis dengan tulus dan suci.
Semoga Allah SWT, memberikan imbalan kepada beliau atas amal baiknya yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis hanya berharap mudah-mudahan tesis ini bermanfaat, terutama bagi
pihak-pihak yang memerlukannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Oktober 2008
vi
Child is not adult miniature, hence with characteristic and nature of the typical child reqire different of treatment. The Act No. 3 year 1997 on Juvenile Court have given alternative of sanction to the child, that is crime commited sentence of child of. It is not good if then happened if cannot help fallen by prison crime.
Fundamental of problem of this thesis is : How effort of minimize utilization of imprisonment to child ? Whats factors is just which become consideration of judge in dropping crime serve a sentence to child ? and How to policy of criminal law in the effort of minimize utilization of imprisonment to child.
Utilized research method here is approach ofsociologic juridical to know effort of minimize utilization of imprisonment to child to done child with field study and bibliography. Obtained to be data to be analyzed with decomposition descriptively and prescriptive.
One of the effort done for the minimize utilization of imprisonment to child in this time by throwing idea “Restorative Justice” to perpetrator of doin an injustice. This effort can be done with cure deliberation model by entangling victim and perpetrator of child doing an injustice along with its and also role of society.
Factors becoming consideration of judge in punish imprisonment to child beside guide at confidence of judge, in judging the case of child is obligrd to consider the existence of research of made by social officer from Balai Pemasyarakatan (BAPAS), what in it contain data concerning personal self the child, conclusion or suggestion of counselor of social officer. Penal policy in the effort of minimize utilization of imprisonment to child by phase of formulas, application and execute.
Effort of minimize utilization of imprisonment to child can be conducted with approach of restorative justice. Restorative justice is modern punishing model which is more of humanity to children. Principal of restorative justice represent result of comparison and explores between approach of prosperity with approach of justice. Judge in decision to child have to consider social report of made by social research officer. Fact of field, indicating that judge only just use social research when to give sanction of imprisonment to child. Decision judge tend to flange at give of crime sanction in the form of prison of child. Penal policy to effort of minimize utilization of imprisonment to child, can be gone through to pass step by phase of formulas, application and execute. Considering negative impact of arising out in consequence of crime fallout serve a imprisonment to child of doing an injustice later on day, hence judge shall to give to effort of minimize utilization of imprisonment to child as last choice and for the duration of which as brief as possible. As according to principle of “Ultimum Remedium”.
vii
ABSTRAK
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, maka dengan ciri dan sifat anak yang khas tersebut perlu ditentukan perbedaan perlakuan. Undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah memberikan alternatif pemberian sanksi hukum bagi anak, yaitu berupa tindakan. Hal inilah yang harus dipertimbangkan oleh hakim sebelum menjatuhkan pidana penjara bagi anak pelaku tindak pidana. Harus dipikirkan dampak buruk yang terjadi jika terpaksa harus dijatuhi pidana penjara.
Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah Bagaimanakah upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak ? Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara bagi anak ? dan Bagaimana kebijakan hukum pidana dalam upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak
Metode penelitian yang dipergunakan disini adalah pendekatan yuridis sosiologis untuk mengetahui Upaya meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak yang dilakukan dengan kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak saat ini adalah dengan melontarkan ide “Restorative Justice” terhadap pelaku tindak pidana. Usaha ini dapat dilakukan dengan model musyawarah pemulihan dengan melibatkan korban dan pelaku tindak pidana anak beserta keluarganya serta peran masyarakat.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara bagi anak selain berpedoman pada keyakinan hakim, dalam memutus perkara anak wajib mempertimbangkan adanya penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh petugas kemasyarakatan dari BAPAS (Balai Pemasyarakatan), yang didalamnya berisi data mengenai diri pribadi si anak juga berisi saran atau kesimpulan dari pembimbing kemasyarakatan terhadap tindak pidana yang telah dilakukan oleh anak tersebut. Kebijakan hukum pidana dalam upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak adalah dengan melakukan terhadap anak, dapat ditempuh melalui tahapan kebijakan pidana pada umumnya, yaitu sejak tahap formulasi, tahap aplikasi dan tahap eksekusi. Mengingat dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari penjatuhan pidana penjara bagi anak pelaku tindak pidana di kemudian hari, maka hendaknya hakim lebih seksama untuk menjatuhkan sanksi pidana penjara sebagai pilihan terakhir dan untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin. Sesuai dengan prinsip ultimum remedium.
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Perumusan Masalah ………. 12
C. Tujuan Penelitian ………. 13
D. Kerangka Pemikiran ... 13
E. Metode Penelitian ... 19
F. Sistematika Penulisan ... 26
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak.………... 28
B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Anak…………... 31
C. Pengertian Anak Pelaku Tindak Pidana……... 37
D. Pengertian Pidana Penjara... 43
E. Instrumen International Yang Berkaitan Dengan Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak ... 52
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana
ix
B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Hakim Dalam
Menjatuhkan Pidana Penjara Bagi Anak... 67
C. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Meminimalisasi
Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak yang Akan Datang... 74
BAB IV : P E N U T U P
A. Kesimpulan ... 148
B. Saran ... ... 152
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Perbadingan Sanksi Pidana Menurut Ketentuan
UU No. 3/1997 dengan Rancangan KUHP ... 63
Tabel 2 : Rata-rata per Tahun Jumlah Anak Didik
Pada Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan Se-Indonesia Tahun 1999-2001 ... 67
Tabel 3 : Rekapitulasi Rekomendasi Litmas dan Jumlah Putusan Hakim Untuk Anak tahun 2000-September
2008 di BAPAS Jakarta Barat... ... 70
Tabel 4 : Rekapitulasi Rekomendasi Litmas dan Jumlah Putusan Hakim Untuk Anak tahun 2000-Agustus
2008 di BAPAS Jakarta Timur-Utara... 72
Tabel 5 : Usia Minimal TanggungJawab Pidana di Berbagai
Negara ... 84
Tabel 6 : Jumlah penghuni lembaga Pemasyarakatan Anak Pria di Tangerang menurut jenis pelanggarannya,
pada posisi Oktober 2002 ... 105
Tabel 7 : Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak TangerangBerdasarkan Status dan Lamanya
xi BA B I
PENDA HULUA N
A . La ta r Be la ka ng Ma sa la h
Ana k a d a la h a m a na h d a n ka runia Tuha n Ya ng Ma ha Esa , ya ng d a la m
d irinya m e le ka t ha rka t d a n m a rta b a t se b a g a i m a nusia se utuhnya . Se rta
a na k a d a la h b a g ia n d a ri g e ne ra si m ud a d im a na a na k m e rup a ka n sum b e r
d a ya m a nusia ya ng na ntinya a ka n m e ne rim a to ng ka t e sta fe t se rta
m e ne ruska n c ita -c ita p e rjua ng a n b a ng sa .1
Ana k b uka nla h minia tur o ra ng d e w a sa , m a ka d e ng a n c iri d a n sifa t
a na k ya ng kha s te rse b ut p e rlu d ite ntuka n p e mb e d a a n p e rla kua n. Ha l
te rse b ut d im a ksud untuk le b ih m e lind ung i d a n m e ng a yo mi a na k a g a r d a p a t
m e nyo ng so ng m a sa d e p a nnya .
De ng a n se g a la p o te nsi ya ng d imiliki, tid a k m usta hil a na k-a na k p a d a
m a sa se ka ra ng a ka n b e rp e ra n d a la m m e ning ka tka n la ju p e m b a ng una n
b a ng sa d i m a sa ya ng a ka n d a ta ng . Untuk ke la ng sung a n p e rtum b uha n a na k
b a ik m e nta l m a up un fisik se rta inte ra ksi d a la m p e rg a ula n b e rm a sya ra ka t,
m a ka a na k ha rus b e na r-b e na r m e nd a p a t p e rha tia n khusus. Jug a p e rla kua n
te rha d a p a na k ha rus b e na r-b e na r d ip e rha tika n d a n d ip e rla kuka n se c a ra
ha ti-ha ti d a n ko nse p tua l se hing g a p o te nsi ya ng m e le ka t d a la m d iri a na k
d a p a t tum b uh d a n b e rke m b a ng d e ng a n b a ik d a n se im b a ng .
1
xii
Ko nsid e ra ns Und a ng -Und a ng No m o r 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n
Ana k m e nye b utka n b a hw a :
“ Ana k a d a la h b a g ia n d a ri g e ne ra si m ud a se b a g a i sa la h sa tu sum b e r d a ya m a nusia ya ng m e rup a ka n p o te nsi d a n p e ne rus c ita -c ita p e rjua ng a n b a ng sa , ya ng m e miliki p e ra na n stra te g is d a n m e m p unya i c iri d a n sifa t khusus m e m e rluka n p e m b ina a n d a n p e rlind ung a n d a la m ra ng ka m e nja m in p e rtum b uha n d a n p e rke m b a ng a n fisik, m e nta l d a n so sia l se c a ra utuh, se ra si d a n se im b a ng ” .
Da la m b e rb a g a i ha l up a ya p e m b ina a n d a n p e rlind ung a n te rse b ut,
d iha d a p ka n p a d a p e rm a sa la ha n d a n ta nta ng a n d a la m m a sya ra ka t d a n
ka d a ng -ka d a ng le b ih d a ri itu te rd a p a t a na k ya ng m e la kuka n p e rb ua ta n
m e la ng g a r hukum , ta np a m e ng e na l sta tus so sia l d a n e ko no mi 2.
Pe nyim p a ng a n ting ka h la ku a na k a ta u p e rb ua ta n m e la ng g a r hukum
ya ng d ila kuka n o le h a na k, d ise b a b ka n o le h b e rb a g a i fa kto r, a nta ra la in
a d a nya d a m p a k ne g a tif d a ri p e rke m b a ng a n p e m b a ng una n ya ng c e p a t,
a rus g lo b a lisa si d ib id a ng ko m unika si d a n info rm a si. Ke m a jua n ilm u
p e ng e ta hua n d a n te kno lo g i se rta p e rub a ha n g a ya d a n c a ra hid up
se b a g ia n o ra ng tua , te la h m e m b a w a p e rub a ha n so sia l ya ng m e nd a sa r
d a la m ke hid up a n m a sya ra ka t ya ng sa ng a t b e rp e ng a ruh te rha d a p nila i d a n
p e rila ku a na k.
2 Erna So fw a n Syukrie , "Tinda k Pid a na Ya ng Me nya ng kut A na k Se sua i RUU KUHP
xiii
Ana k a d a la h sub je k ya ng m e m p unya i p e ra sa a n, p ikira n, ke ing ina n d a n
ha rg a d iri. Me re ka ha rus d ib e ri p e lua ng untuk d id e ng a r d a n d iha rg a i
p e nd a p a tnya d a la m ha l-ha l m e nya ng kut ke p e nting a n m e re ka .3
Be g itu c e p a t p e rke m b a ng a n d unia , a d a la h tid a k la in ha sil d a ri
p e rke m b a ng a n p e mikira n m a nusia , b a ik ya ng m e m b e rika n d a m p a k p o sitif,
m a up un d a m p a k ne g a tif. Da la m za m a n ya ng se m a kin c a ng g ih sa ng a tla h
sulit m e nye le ksi b a g ia n-b a g ia n p e rke m b a ng a n m a na ya ng p a tut d ite rim a
a ta up un ya ng ha rus d ib ua ng . Ma nusia ya ng sud a h d e w a sa m e milih m a na
ya ng p a ling b a ik b a g i ke hid up a nnya ka re na p e mikira nnya ya ng m a ta ng
se rta m e m p unya i ting ka t p e ng a la m a n ya ng b a nya k, na m un tid a kla h
d e mikia n d e ng a n m a nusia ya ng b e lum d e w a sa . Ma nusia ini ma sih d ia ng g a p
b e lum d e w a sa o le h c a ra b e rp ikirnya ya ng b e lum m a ta ng se rta b e lum
m e m p unya i p e ng a la m a n hid up ya ng b a nya k, se hing g a m a nusia ini b e lum
m a m p u m e m b e d a ka n a p a ya ng b a ik d a n b uruk a ta up un ya ng tid a k b a ik
b a g i d irinya se nd iri.
Ad a p e mikira n b a hw a a na k d a n re m a ja a d a la h tuna s-tuna s ha ra p a n
b a ng sa ya ng a ka n m e la njutka n e ksiste nsi nusa d a n b a ng sa Ind o ne sia
se la m a la m a nya . Da la m p e rke m b a ng a n ta ta na n ke hid up a n b a ng sa
-b a ng sa d i d unia ma sa la h a na k p a d a sa a t ini -b uka n la g i ha nya ta ng g ung
ja w a b ke lua rg a , Pe m e rinta h, te ta p i jug a m a sya ra ka t d a n b a hka n
m a sya ra ka t d unia O le h ka re na itu, a na k d a n re m a ja m e m e rluka n
xiv
p e m b ina a n, b im b ing a n khusus a g a r d a p a t b e rke m b a ng fisik, m e nta l d a n
sp iritua lnya se c a ra m a ksima l. Da la m p e rund a ng -und a ng a n p e rha tia n
te rha d a p a na k d a n re ma ja sud a h d irum uska n se ja k ta hun 1925, d ita nd a i
d e ng a n la hirnya stb 1925 No . 647 junc to o rd o na nsi 1949 ya ng m e ng a tur
p e m b a ta sa n ke rja a na k d a n w a nita . Ta hun 1926 la hir p ula stb No . 87 ya ng
m e ng a tur p e m b a ta sa n a na k d a n o ra ng m ud a ya ng b e ke rja d i a ta s ka p a l. Di
d a la m Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pid a na (KUHP) jug a a d a b e b e ra p a
p a sa l ya ng m e ng a tur se p e rti Pa sa l 45, 46 d a n 47 te nta ng p e m b e ria n
p e rlind ung a n te rha d a p a na k ya ng m e la kuka n tind a k p id a na .4
Da rw a n Prinst m e ng a ta ka n, b a hw a p e rlind ung a n a na k a d a la h sua tu
ke g ia ta n b e rsa m a ya ng b e rtujua n m e ng usa ha ka n p e ng a m a na n,
p e ng a d a a n d a n p e m e nuha n ke se ja hte ra a n ja sm a ni d a n ro ha ni a na k ya ng
se sua i d e ng a n ke p e nting a n d a n ha k a sa sinya .5 Di sisi la in, Arie f G o sita
m e ng a ta ka n b a hw a , ja d i m e m b e rika n p e rlind ung a n ke p a d a a na k a ta u
re m a ja m e rup a ka n se sua tu ya ng w a ja r d a n ta ng g ung ja w a b kita b e rsa m a .
Pe rlind ung a n ke p a d a a na k d a ri re m a ja ini tid a k la in tujua nnya ia la h a g a r
ke se ja hte ra a n a na k d a n re m a ja te rja min se rta p e rlind ung a n te rha d a p
ke p e nting a n-ke p e nting a n a na k itu d a p a t te rc a p a i. Se m ua ini ha rus
d ila kuka n o le h se luruh a ng g o ta m a sya ra ka t d a n m e nja d i ta ng g ung ja w a b
b e rsa m a .6
4
Darwan Prinst. SH. Hukum Anak Indonesia, Bandung, 1997, hal 4. 5
Arief, Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta Akademika Pressindo, Tahun 1985, hal 226. 6
xv
Da la m ha l m e nim b a ng , b utir d . Und a ng -Und a ng No . 4 Ta hun 1979
te nta ng Ke se ja hte ra a n Ana k d ika ta ka n :
"Ba hw a p e m e liha ra a n ke se ja hte ra a n a na k b e lum d a p a t d ila ksa na ka n
o le h a na k se nd iri"
De ng a n d e mikia n se m a kin je la s b a hw a p e rlind ung a n a na k justru
d ila kuka n o le h o ra ng ya ng b uka n a na k d a n m e nja d i ta ng g ung ja w a b
b e rsa m a . Ma sa la h p e rlind ung a n a na k ini se m a kin se rius m e ng ing a t a na k
a d a la h tuna s-tuna s ha ra p a n b a ng sa ya ng na ntinya a ka n m e ng g a nti p o sisi
g e ne ra si ya ng a d a sa a t ini.
Sa la h sa tu usa ha untuk m e nc a p a i p e rlind ung a n ini ia la h d a la m b id a ng
hukum , se hing g a d ip e rluka n sua tu hukum p e rlind ung a n a na k. Hukum
p e rlind ung a n a na k. ini ia la h hukum ya ng m e m b e rika n p e rlind ung a n ke p a d a
a na k, khususnya ya ng te rlib a t m a sa la h hukum . Di d a la m nya m e nc a kup
se luruh b id a ng hukum khususnya hukum p e rd a ta d a n hukum p id a na . Da la m
hukum p id a na , p e rlind ung a n a na k d itujuka n untuk m e lind ung i a na k d a la m
ta ng g ung ja w a b nya ya itu :
1. Se b a g a i Sub je k Tind a k Pid a na
Artinya se b a g a i sub je k tind a k p id a na ini, a d a la h a na k te rse b ut
me nja d i p e la ku d a ri sua tu tind a k p id a na .
xvi
Artinya a na k se b a g a i o b je k tind a k p id a na a d a la h a na k m e nja d i
sa sa ra n d ila kuka nnya sua tu tind a k p id a na a ta u a na k d ip e rg una ka n
se b a g a i a la t sua tu tind a k p id a na o le h o ra ng d e w a sa .
De ng a n m e ng ing a t b a hw a a na k d a p a t m e nja d i sub je k tind a k p id a na
d a n o b je k tind a k p id a na , se rta a na k ha rus m e nd a p a t p e na ng a na n hukum
ya ng khusus ya ng b e rb e d a d e ng a n o ra ng d e w a sa , m a ka p e rlu d ia d a ka n
sua tu p e ra d ila n khusus b a g i a na k ya ng b e rm a sa la h d e ng a n hukum , ya itu :
a na k ya ng m e la kuka n tind a k p id a na d a n d ise b ut a na k na ka l. Pe m e rinta h
m e la lui Me nte ri Ke Ha kim a n RI m e ng a tur Ta ta C a ra Pe m e riksa a n Ana k
d e ng a n Pe ra tura n No . M. 06UM.01 Ta hun 1983, ta ng g a l 16 Se p te m b e r 1983
sa m b il me nung g u Und a ng -Und a ng te nta ng p e ra d ila n a na k ya ng p a d a
w a ktu itu b e lum d ib e ntuk. Se b e tulnya id e te nta ng la hirnya Pe ra d ila n Ana k d i
Ind o ne sia sud a h a d a se ja k ta hun 1970 se p e rti te rm a suk d a la m p e nje la sa n
Pa sa l 10 UU No . 14 Ta hun 1970 te nta ng Po ko k-Po ko k Ke kua sa a n Ke Ha kima n.
Ke m ud ia n d e ng a n Pe ra tura n Me nte ri Ke Ha kim a n RI No . M. 000M.01 Ta hun
1983 d a n Sura t Ed a ra n Ma hka m a h Ag ung RI ta ng g a l 17 No ve m b e r 1987 No .
MA/ KUMDIL/ 10348/ X1/ 87. Untuk m e re a lisa sika n la hirnya UU Pe ra d ila n Ana k d i
Ind o ne sia , m a ka p a d a ta ng g a l 10 No ve m b e r 1995 Pe m e rinta h d e ng a n
a m a na t Pre sid e n RI No . 12/ PU/ XII/ 1995 m e ng a juka n Ra nc a ng a n Und a ng
-Und a ng Pe ra d ila n Ana k ke p a d a De w a n Pe rw a kila n Ra kya t untuk
m e nd a p a tka n p e m b a ha sa n d a n p e rse tujua n. Se te la h m e la lui p ro se s
xvii
11 Ma re t 1996 Pe m e rinta h m e nya m p a ika n ke te ra ng a nnya m e ng e na i usula n
d ib e ntuknya UU Pe ng a d ila n Ana k d i Ind o ne sia .7
Pe rha tia n te rha d a p a na k-a na k d i Ind o ne sia te la h la m a a d a , te rb ukti
d a ri b e rb a g a i p e rte m ua n ilm ia h ya ng d ise le ng g a ra ka n, b a ik o le h
Pe m e rinta h m a up un b a d a n so sia l, se p e rti Ya ya sa n Pra yuw a na d a n Wism a
Pe rm a d i Siswi. Se c a ra inte r De p a rte m e n a nta ra Me nd ikb ud , De p na ke r,
De p ke s d a n Ma hka ma h Ag ung p a d a ta ng g a l 13 O kto b e r 1970
d ise le ng g a ra ka n w o rksho p m e ng e na i m a sa la h a na k d a n p e nd id ika n so sia l,
ke se ha ta n d a n ke te na g a ke rja a n.8 Se la njutnya p a d a ta ng g a l 30 Me i sa m p a i
d e ng a n 4 Juni 1977 Pra yuw a na m e nye le ng g a ra ka n se mina r m e ng e na i
Pe rlind ung a n Ana k/ Re m a ja . Pa d a ta hun 1967 De p a rte m e n Ke Ha kim a n RI
m e m p ra ka rsa i p e nyusuna n RUU p e ra d ila n a na k, a ka n te ta p i b a ru d ia juka n
ke DPR RI p a d a ta hun 1995.
Pa d a ta ng g a l 19 De se m b e r 1996 DPR Ind o ne sia m e nye tujui RUU
Pe ng a d ila n Ana k. De ng a n d e mikia n p a d a ta ng g a l 3 Juli 1997 Pe m e rinta h
m e ng und a ng ka n UU Pe ng a d ila n Ana k, ya itu UU No . 3 Ta hun 1997.
Se te la h d iund a ng ka n Und a ng -Und a ng Pe ng a d ila n Ana k, ta ta te rtib
p e rsid a ng a n a na k jug a te la h d ite ntuka n khusus b a g i a na k, se p e rti sid a ng
a na k d i la kuka n d e ng a n Ha kim tung g a l ke c ua li d a la m ha l te rte ntu Ke tua
Pe ng a d ila n Ne g e ri d a p a t m e ne ntuka n p e m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n
7
Darwan Prinst. Op.Cit. hal. 10
8 Risa la h Ra nc a ng a n Und a ng - Und a ng No . 3 Ta hun 1997 Buku I, Se kre ta ria t Je nd ra l DPR-RI, Ja ka rta ,1997, ha l. 83.
xviii
Ha kim m a je lis. Pe m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n p intu te rtutup , se m e nta ra
p utusa n d iuc a p ka n d a la m sid a ng te rb uka untuk um um . Ha kim , Ja ksa
Pe nuntut Um um d a n Pe na se ha t Hukum b e rsid a ng ta np a to g a d a n
p e m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n ke ha d ira n O ra ng Tua / Wa li / O ra ng Tua
Asuh.
Untuk m e ng e ta hui la ta r b e la ka ng a na k, Ha kim a na k b isa m e nug a ska n
p e m b im b ing ke m a sya ra ka ta n ya itu p e tug a s ke m a sya ra ka ta n p a d a Ba la i
Pe m a sya ra ka ta n (BAPAS) ya ng m e la kuka n b im b ing a n w a rg a b ina a n
p e m a sya ra ka ta n, untuk m e m b ua t La p o ra n Pe ne litia n Ke m a sya ra ka ta n
(Litm a s).
La p o ra n itu b e risi ke a d a a n a na k m e lip uti fisik, p sikis, so sia l, e ko no mi
ke a d a a n rum a h ta ng g a O ra ng Tua / w a li/ O ra ng Tua Asuh d a n p e ng a suhnya .
Di sa m p ing itu jug a b e risi ke te ra ng a n m e ng e na i ke la kua n a na k d i se ko la h
a ta u d i ling kung a n te mp a t b e ke rja d a n p e rg a ula n a na k d e ng a n ling kung a n,
rukun te ta ng g a a ta u ke g ia ta n la innya . Tug a s p e mb im b ing ke m a sya ra ka ta n
a d a la h untuk m e m p e rla nc a r tug a s p e nyid ik, p e nuntut um um , d a n Ha kim
a na k d a la m p e rka ra a na k na ka l. La p o ra n p e ne litia n ke m a sya ra ka ta n inila h
ya ng na ntinya a ka n m e nja d i b a ha n p e rtimb a ng a n Ha kim se b e lum
m e nja tuhka n p utusa nnya .
Up a ya p e ng e m b a ng a n g e ne ra si m ud a te rse b ut a c a p ka li d iha d a p ka n
xix
d ijum p a i a d a nya p e nyim p a ng a n sika p p e rila ku d i ka la ng a n a na k-a na k ya ng
te rp a ksa ha rus m e m a suki Siste m Pe ra d ila n Pid a na .
Pro se s p e ra d ila n p id a na m e rup a ka n se b ua h p ro se s p e ra d ila n ya ng
d ila kuka n untuk m e ne ra p ka n ke te ntua n hukum p id a na te rha d a p se se o ra ng
a ta u se ke lo m p o k o ra ng ya ng te la h m e la kuka n ke ja ha ta n. Pro se s ini
m e nunjukka n ta ha p a n-ta ha p a n ya ng ha rus d ila lui d a la m m e ne ra p ka n
ke te ntua n hukum p id a na te rse b ut. Pro se s te rse b ut d ila ta rb e la ka ng i o le h
se b ua h siste m , ya ng se ring d ise b ut d e ng a n Siste m Pe ra d ila n Pid a na (C rimina l
Justic e Syste m), ya ng b e ra rti d a la m siste m te rse b ut te rd a p a t sub -sub siste m .
Ko nse kue nsinya te rd a p a t le m b a g a le mb a g a ya ng te rka it d a la m p e ne g a ka n
hukum p id a na te rse b ut. Ta ha p a nta ha p a n ya ng te rd a p a t p a d a le m b a g a
-le m b a g a ya ng te rka it e ra t te rse b ut a d a la h ta ha p p e nyid ika n d i Ke p o lisia n,
ta ha p p e nuntuta n d i Ke ja ksa a n, ta ha p p e ra d ila n d a n p e ng a m b il ke p utusa n
a d a d i Pe ng a d ila n, d a n p e la ksa na a n hukum a n d i Le m b a g a
Pe m a sya ra ka ta n.
Ad a p un ta ha p a n-ta ha p a n p a d a m a sing -m a sing le m b a g a te rse b ut,
b e rm a ksud untuk me ng e m uka ka n b a hw a a d a nya ke w e na ng a n d a ri tia p
--tia p le m b a g a untuk m e la kuka n p ro se s hukum se hub ung a n d e ng a n tind a ka n
krimina l ya ng te la h d ila kuka n se se o ra ng .
Pe mid a na a n se la lu m e nja d i sua tu isu ya ng p ro b le m a tik, ka re na
p id a na a ta u hukum a n se la lu b e rke na a n d e ng a n tind a ka n-tind a ka n, ya ng
a p a b ila b uka n d ila kuka n o le h ne g a ra d e ng a n b e rla nd a ska n p a d a hukum ,
xx
m e ra m p a s ke m e rd e ka a n o ra ng la in, m e m b a ta si g e ra k o ra ng , d a n
m e ng a m b il nya w a o ra ng la in, p a stila h tind a ka n m a c a m ini a ka n m e nd a p a t
re a ksi ya ng ke ra s d a ri m a sya ra ka t. Tind a ka n ne g a ra m e nja tuhka n p id a na
m e nim b ulka n p e rta nya a n ya ng p a ling a w a l : a p a ka h tind a ka n-tind a ka n
m e m a ksa se m a c a m ini sud a h m e miliki p e m b e na ra n, a nta ra la in sud a hka h
m e m p e rha tika n ha k-ha k a sa si m a nusia ? Fa lsa fa h p e mid a na a nla h ya ng
uta m a nya m e nc a ri p e m b e na ra n b a g i tind a ka n ne g a ra se m a c a m ini.9
Pe mid a na a n d ia rtika n se b a g a i sua tu up a ya untuk m e nya d a rka n p a ra
p e la ku tind a k p id a na a g a r m e nye sa li p e rb ua ta nnya , d a n
m e ng e m b a lika nnya m e nja d i w a rg a m a sya ra ka t ya ng b a ik, ta a t p a d a
hukum , m e njunjung ting g i nila i-nila i mo ra l so sia l d a n ke a g a m a a n, se hing g a
te rc a p a i m a sya ra ka t ya ng a m a n, te rtib d a n d a m a i.10
Pid a na p e nja ra m e rup a ka n sa la h sa tu je nis p id a na p o ko k d ia nta ra
p id a na ke hila ng a n ke m e rd e ka a n. Ad a p un tujua n d a ri p id a na p e nja ra ini
se m a ta -m a ta tid a k ha nya m e m b e rika n p e m b a la sa n te rha d a p p e rb ua ta n
ya ng te la h d ila kuka n d e ng a n me m b e rika n p e nd e rita a n ke p a d a te rp id a na .
Di sa m p ing itu jug a m e m p unya i tujua n la in ya itu untuk m e m b ina d a n
m e m b im b ing te rp id a na a g a r d a p a t ke m b a li ke m a sya ra ka t.
9 Ha rkristuti Ha rkrisno w o , Re ko nstruksi Ko nse p Pe m id a na a n : Sua tu G ug a ta n
Te rha d a p Pro se s Le g isla si d a n Pe m ida na a n d i Ind o ne sia, Pid a to Pe ng ukuha n G uru Be sa r, Ja ka rta . 8 Ma re t 2003.
10
xxi
Se la in se b a g a i sa la h sa tu usa ha p e m b e ra nta sa n d a n p e ng ura ng a n
ke ja ha ta n ya ng te rp e nting b uka nnya p id a na a ta u tind a ka n a p a ya ng ha rus
d ike na ka n ke p a d a p e la ng g a ra n hukum sa ja , te ta p i te ruta m a p e rla kua n
se sud a hnya ya ng a ka n m e ne ntuka n a p a ka h si p e la ng g a r hukum a ka n
m e nja d i b a ik a ta u tid a k. Be g itu p ula d e ng a n p e nja tuha n p utusa n ha rus
m e ng ing a t a ka n p e rla kua n ya ng d ia la m i p e la ng g a r hukum d e ng a n m a ksud
a g a r p utusa n p id a na a ta u tind a ka n itu b e rm a nfa a t.
Ha l ini a ka n m e nja d i p e rso a la n te rha d a p a na k p e la ku tind a k p id a na
ya ng d ija tuhi p id a na p e nja ra o le h Ha kim . Se b e tulnya tujua n Ha kim d a la m
m e nja tuhka n p utusa n p id a na p e nja ra ini tid a k la in a d a la h untuk
m e m p e rb a iki p e rila ku. Aka n me nja d i p e rso a la n jika p e nja tuha n p id a na
p e nja ra ini d ib e rika n ke p a d a a na k p e la ku tind a k p id a na . Ha rus
d ip e rtim b a ng ka n d e ng a n se ksa m a se b e lum m e nja tuhka n p id a na p e nja ra
te rse b ut. Me ng ing a t d a m p a k ya ng a ka n m unc ul b a g i a na k d i ke m ud ia n
ha ri. Ja d i ja ng a n sa m p a i tujua n uta m a untuk p e rb a ika n p e rila ku ini tid a k
te rc a p a i, ya ng te rja d i justru se b a liknya , b uka nla h b e rta m b a h b a ik justru
b e rta m b a h b uruk.
Me ng ing a t ke khususa n ya ng d imiliki a na k a ta s p e rila ku d a n
tind a ka nnya , m a ka ha rusla h d iusa ha ka n a g a r p e mid a na a n te rha d a p a na k,
te ruta m a p e nja tuha n p id a na p e nja ra m e rup a ka n up a ya a khir b ila m a na
up a ya la in tid a k b e rha sil. Sa nksi p id a na ya ng d a p a t d ija tuhka n ke p a d a a na k
p e la ku tind a k p id a na p a d a d a sa rnya te ta p ha rus me ng a c u p a d a p rinsip
xxii
Ad ministra tio n o f Juve nile Justic e d a n C o nve ntio n o n The C hild o f The Rig ht,
khususnya b e rke na a n d e ng a n p e ne m p a ta n the b e st inte re st o f the c hild
se b a g a i la nd a sa n b e rp ikir uta m a d a la m m e ne ntuka n sa nksi d a n p e nja tuha n
p id a na p e nja ra m e rup a ka n me a sure o f the la st re so rt.
Pe ra n Le m b a g a Pe m a sya ra ka ta n Ana k itu se nd iri tid a k b a nya k
m e m p e ng a ruhi ke b e rha sila n p e m b ina a n a na k. Ka re na kita jug a m e ng e ta hui
b a hw a p e ng huni d a ri LP Ana k ini se b e tulnya tid a k ha nya a na k p id a na sa ja ,
na m un m a sih a d a a na k ne g a ra d a n a na k sip il ya ng no ta b e ne m a sing
-m a sing -m e -m e rluka n p e na ng a na n khusus.
Da la m Und a ng -Und a ng No . 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k
sud a h a d a d ib e rika n a lte rna tif p e m b e ria n sa nksi hukum b a g i a na k. Ha l inila h
ya ng ha rus d ip e rtimb a ng ka n o le h Ha kim se b e lum m e nja tuhka n p utusa nnya
b a g i a na k te ruta m a p e nja tuha n p id a na p e nja ra . Ha rus d ip ikirka n d a m p a k
b uruk ya ng te rja d i jika te rp a ksa ha rus m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i
a na k d i ke m ud ia n ha ri.
Me ng ing a t ke khususa n ya ng d imiliki a na k, b a ik d a ri se g i ro kha ni d a n
ja sm a ni, m a up un d a ri se g i p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na a ta s p e rila ku d a n
tind a ka nnya , m a ka ha rusla h d iusa ha ka n a g a r p e mid a na a n te rha d a p a na k
m e rup a ka n Ultimum Re me d ium.
Sa la h sa tu usa ha ya ng d ila kuka n untuk m e minim a lisa si p e ng g una a n
p id a na p e nja ra b a g i a na k sa a t ini a d a la h d e ng a n m e lo nta rka n id e
xxiii
d ila kuka n d e ng a n m o d e l m usya w a ra h p e m uliha n d e ng a n m e lib a tka n
ko rb a n d a n p e la ku tind a k p id a na a na k b e se rta ke lua rg a nya se rta p e ra n
m a sya ra ka t. Na m un ya ng te rp e nting a d a la h te rha d a p a na k ya ng b e rko nflik
d e ng a n hukum ini d a p a t la ng sung b e la ja r m e ng e na i hub ung a n ya ng nya ta
a nta ra p e rb ua ta nnya d e ng a n re a ksi so sia l ya ng tim b ul a kib a t p e rb ua ta nnya
te rse b ut.
Untuk itu a d a b e b e ra p a ha l ya ng ha rus d ip e nuhi untuk d a p a t
m e ne ra p ka n id e re sto ra tive justic e ini, ya itu :11
a . Ad a nya p e ng a kua n b e rsa la h d a ri a na k p e la ku tind a k p id a na ; b . Pe rse tujua n d a ri ko rb a n untuk m e la kuka n re sto ra tive justic e;
c . Ad a nya p e rse tujua n d a ri Ke p o lisia n ya ng m e m p unya i w e w e na ng
d iskre si a ta u Ke ja ksa a n ya ng m e m p unya i w e w e na ng o p o rtunita s; d . Ad a nya d ukung a n ko m unita s se te m p a t untuk m e la ksa na ka n
re sto ra tive justic e.
Be rtitik to la k d a ri g a m b a ra n-g a m b a ra n ya ng d iura ika n d i a ta s, d a la m
p e nyusuna n Te sis ini, p e nulis m e m fo kuska n p a d a p e rso a la n a na k, ya itu
m e nc o b a untuk m e ng a na lisis Up a ya Me minima lisa si Pe ng g una a n Pid a na
Pe nja ra Ba g i Ana k.
11
xxiv B. Pe rum usa n Ma sa la h
Pe rm a sa la ha n ya ng m unc ul b e rka ita n d e ng a n la ta r b e la ka ng
te rse b ut a d a la h :
1. Ba g a im a na ka h ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya
m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na b a g i a na k sa a t ini ?
2. Fa kto r-fa kto r a p a sa ja ka h ya ng m e nja d i p e rtim b a ng a n Ha kim
d a la m m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k ?
3. Ba g a im a na ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya m e minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k ya ng a ka n d a ta ng ?
C . Tujua n d a n Ke g una a n Pe ne litia n
Da ri se g i te o ritis p e ne litia n ini b e rtujua n untuk :
1. Untuk me ng e ta hui up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na
p e nja ra b a g i a na k.
2. Untuk m e ng e ta hui fa kto r-fa kto r ya ng m e nja d i p e rtimb a ng a n
Ha kim d a la m m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
3. Untuk me ng e ta hui d a n m e ng a na lisis ke b ija ka n hukum p id a na
d a la m m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
xxv
1. Me m b e rika n sum b a ng a n b a g i p e g e m b a ng a n ilm u p e ng e ta hua n
hukum p id a na .
2. Me m b e rika n sum b a ng a n b a g i p e ng e m b a ng a n hukum
p e rlind ung a n a na k.
3. Me m b e rika n w a c a na ta m b a ha n te nta ng stud i hukum
p e rlind ung a n a na k, khususnya d a la m up a ya m e minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
D. Ke ra ng ka Pe m ikira n
Pe rso a la n up a ya m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra
b a g i a na k ini te rka it e ra t d e ng a n p e rso a la n Siste m Pe ra d ila n Pid a na
(Ana k). Siste m Pe ra d ila n Pid a na itu se nd iri m e rup a ka n sa tu ke sa tua n
d a ri le m b a g a -le m b a g a ya ng te rd iri d a ri Ke p o lisia n, Ke ja ksa a n d a n
Pe ng a d ila n ya ng te rka it e ra t d a la m fung si d a n ta ng g ung ja w a b untuk
me ne g a kka n hukum p id a na . Ma sing -m a sing le m b a g a ini d ia tur o le h
Und a ng -Und a ng , Ke p o lisia n d e ng a n Und a ng -Und a ng No 2 Ta hun 2002
te nta ng Ke p o lisia n Ne g a ra Re p ub lik Ind o ne sia , Ke ja ksa a n d e ng a n
Und a ng -Und a ng No . 16 Ta hun 2004 te nta ng Ke ja ksa a n Re p ub lik
Ind o ne sia se rta Pe ng a d ila n d e ng a n Und a ng -Und a ng No . 4 Ta hun 2004
xxvi
xxvii
Muladi. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP UNDIP, Semarang, 1995, hal vii. 15
xxviii
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, UI Press, Jakarta, 1994, hal 84-85.
17
xxix
Marc Ancel, dikutip dari Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy), tanpa penerbit dan tanpa tahun, hal, 1.
20
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981, hal. 159 21
xxx
me rum uska n sua tu p e rund a ng -und a ng a n p id a na ya ng b a ik. Ha l ini
se sua i d e ng a n d e finisi p e na l p o lic y d a ri Ma rc Anc e l. Me nurut A.
Muld e r, stra fre c htsp o litie k ia la h g a ris ke b ija ka n untuk m e ne ntuka n :22
1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau diperbaharui;
2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;
3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan.
(Strafrechtspolitiek is de beleidslijn om te bepalen :
- In welk opzicht de bestaande strafbepalengen herzein dienen te worden;
- Wat gedaan kan worden om strafrechtelijk gegrag te voorkomen;
- Hoe de opsporing, vervolging, berechting en tenuivoerlegging van straffen dient te verlopen)
Te rha d a p tind a ka n ya ng d ila kuka n o le h a p a ra t-a p a ra t p e ne g a k
hukum te rse b ut b uka n m e rup a ka n tind a ka n ya ng b e rd iri se nd iri.
Me la inka n d ip e ng a ruhi o le h nila i-nila i, b a ik ya ng m e le ka t d a la m
d irinya se b a g a i m a nusia , m a up un nila i-nila i ya ng b e ra sa l d a ri lua r
d irinya . Ko nd isi d e mikia n ini te rja d i ka re na tia p -tia p o ra ng d i d a la m
ke hid up a nnya m e miliki p e ra n d a n sta tus g a nd a . Be g itu jug a a p a ra t
p e ne g a k hukum , o le h ka re na nya d i d a la m m e w ujud ka n sua tu
tind a ka n d im ung kinka n te rja d i p e rte nta ng a n d ia nta ra p e ra n d a n p o sisi
ya ng d imilikinya .23
22
A. Mulder, dikutip dari Barda Nawawi Arief, Ibid. 23
xxxi E. Me to d o lo g i Pe ne litia n
So e rjo no So e ka nto m e ng e m uka ka n m e ng e na i p e ne litia n, b a hw a
p e ne litia n m e rup a ka n sua tu ke g ia ta n ilmia h, ya ng b e rka ita n d e ng a n a na lisa
d a n ko nstruksi, ya ng d ila kuka n se c a ra m e to d o lo g is, siste m a tis, d a n ko nsiste n.
Me to d o lo g is b e ra rti se sua i d e ng a n m e to d e a ta u c a ra te rte ntu, siste m a tis
a d a la h b e rd a sa rka n sua tu siste m , se d a ng ka n ko nsiste n b e ra rti tid a k a d a nya
ha l-ha l ya ng b e rte nta ng a n d a la m sua tu ke ra ng ka te rte ntu.24 Me nurut Mo rris L
C o he n, Le g a l Re se a rc h is the p ro c e ss o f find ing the la w tha g o ve rns a c tivitie s
in huma n so c ie ty. Se la njutnya C o he n jug a m e ng a ta ka n b a hw a “ it invo lve s
lo c a ting b o th the rule s whic h a re e nfo rc e d b y the sta te s a nd c o mme nta rie s
whic h e xp la in o r a na lyze the se rule s”.25
Da la m ke se m p a ta n la in So e rjo no So e ka nto m e ng e m uka ka n istila h
m e to d o lo g i b e ra sa l d a ri ka ta m e to d e ya ng b e ra rti “ ja la n ke ” , na m un
d e mikia n m e nurut ke b ia sa a n m e to d e d irum uska n d e ng a n ke m ung kina
n-ke m ung kina n sua tu tip e p e mikira n ya ng d ip e rg una ka n d a la m p e ne litia n
a ta u sua tu te knik ya ng um um b a g i ilm u p e ng e ta hua n a ta u se b a g a i c a ra
te rte ntu untuk m e la ksa na ka n sua tu p ro se d ur.26 De d y Mulya na
m e ng e m uka ka n m e to d o lo g i a d a la h p ro se s, p rinsip d a n p ro se d ur ya ng kita
g una ka n untuk me nd e ka ti p ro b le m d a n m e nc a ri ja w a b a n. De ng a n
ung ka p a n la in m e to d o lo g i a d a la h sua tu p e nd e ka ta n um um untuk m e ng ka ji
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hal. 42. 25
Morris L Cohen & Kent C. Olson, Legal Research, West Publishing Company, St. Paul Minn, 1992, hal 1, dikutip dari Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 29. 26
xxxii
menurut suatu rencana tertentu. menempuh suatu jalan tertentu untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu metode ilmiah timbul dengan membatasi secara tegas bahasa yang dipakai oleh
ilmu tertentu.
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 145. 28
xxxiii
ilmia h d e ng a n b a ik d a n d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a d a la h p e ne liti ha rus le b ih d ulu me m a ha mi ko nse p d a sa r ilm u p e ng a ta hua n d a n m e to d o lo g i p e ne litia n d isip lin ilm u te rse b ut. Le b ih je la snya d a la m sua tu p e ne litia n hukum , ko nse p d a sa r te nta ng ilm u hukum m e nya ng kut siste m ke rja d a n isi ilmu hukum ha rusla h sud a h d ikua sa i. Se la njutnya b a ru p e ng ua sa a n m e to d o lo g i p e ne litia n se b a g a i p e rta ng g ung ja w a b a n ilmia h te rha d a p ko m unita s p e ng e m b a n ilm u hukum . 29
Me to d o lo g i d iukur b e rd a sa rka n ke m a nfa a ta nnya , d a n tid a k b isa d inila i
a p a ka h sua tu me to d e ya ng b e na r a ta u sa la h. Untuk m e ne la a h ha sil
p e ne litia n se c a ra b e na r, kita tid a k c ukup se ke d a r m e liha t a p a ya ng
d ite m uka n p e ne liti, te ta p i jug a b a g a im a na p e ne liti sa m p a i p a d a
p e ne m ua nnya b e rd a sa rka n ke le b iha n d a n ke te rb a ta sa n m e to d e ya ng
d ig una ka n. Me to d e p e ne litia n a d a la h te knik-te knik sp e sifik d a la m p e ne litia n.
Se b a g ia n o ra ng me ng a ng g a p b a hw a m e to d e p e ne litia n te rd iri d a ri
b e rb a g a i te knik p e ne litia n, d a n se b a g ia n la g i m e nya m a ka n m e to d e
p e ne litia n d e ng a n te knik p e ne litia n. Te ta p i ya ng je la s, m e to d e a ta u te knik
p e ne litia n a p a p un ya ng kita g una ka n, misa lnya a p a ka h kua ntita tif a ta u
kua lita tif ha rusla h se sua i d e ng a n ke ra ng ka te o ritis ya ng kita a sum sika n.30
1. Me to d e Pe nd e ka ta n
Pe ne litia n the sis ini d im a ksud ka n untuk m e liha t d a n m e ng g a m b a rka n
up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k ya ng
d ila ta rb e la ka ng i o le h ha k-ha k a na k ya ng ha rus d ilind ung i ka re na se c a ra
yurid is sud a h d irum uska n d a la m p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, d a n
29
Ibid., hal. 25. 30
xxxiv
p e m b e ria n p e rlind ung a n te rha d a p ha k-ha k a na k ya ng d ija tuhi p id a na
p e nja ra d a la m p ro se s p e ra d ila n p id a na a d a la h ta ng g ung ja w a b b e rsa m a
d a ri le m b a g a ya ng te rka it d a la m p ro se s Siste m Pe ra d ila n Pid a na se rta e fe ktif
tid a knya p e nja tuha n p id a na p e nja ra b a g i a na k ini ha rus d ika ji ke m b a li d e mi
p e rlind ung a n ha k-ha k a na k m e ng ing a t d a m p a k ya ng tim b ul d i ke m ud ia n
ha ri.
Untuk itu d ua ha l m e nd a sa r ya ng tid a k m ung kin lup ut d a ri p e ne litia n
ini, a d a la h :
a. Substansi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak-hak anak dan
mekanisme bekerjanya Sistem Peradilan Pidana; dan
b. Ke nya ta a n d a la m up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na
p e nja ra b a g i a na k.
Dua ha l d i a ta s m e ne m p a tka n p e ne litia n ini p a d a p e rp a d ua n je nis p e ne litia n
hukum ya ng b e rsifa t yurid is e m p iris 31. Be rto la k d a ri sifa t p e ne litia n d i a ta s,
m a ka m e to d e p e nd e ka ta n ya ng d ite ra p ka n, a d a la h Pe nd e ka ta n Yurid is
So sio lo g is. Pe nd e ka ta n ini d ig una ka n untuk m e ne la a h sub ta nsi p e ra tura n
p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rka ita n d e ng a n ko nse p up a ya
31 Ro nny Ha nitijo So e m itro ,1, Me to d o lo g i Pe ne litia n Hukum , C e t. II, G ha lia Ind o ne sia , Ja ka rta , 1985, ha l 14. Liha t Ro nny Ha nitijo So e m itro , II, Me to d o lo g i p e ne litia n Hukum d a n Jurim e tri, C e t. V, G ha lia Ind o ne sia , Ja ka rta , ha l 10. Liha t jug a So e rjo no So e ka nto , O p .C it., UI-Pre ss. Ja ka rta , 2006, ha l. 52. Ba nd ing ka n d e ng a n Ba rd a Na w a w i Arie f, Pe ne litia n Hukum No rm a tif (Sua tu Up a ya Re o rie nta si Pe m a ha m a n),
xxxv
m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k d a n untuk
m e ne la a h se g i-se g i so sia l d a ri p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n te nta ng
up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
De ng a n d e mikia n, d a la m m e m b a ha s up a ya m e minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k jug a d ila kuka n d e ng a n
m e m p e rg una ka n p e nd e ka ta n- p e nd e ka ta n hum a nistik, ya itu sisi-sisi
ke m a nusia a n ya ng m e m p e ng a ruhi a p a ra t (Ha kim ) d a la m p e nja tuha n
p id a na p e nja ra .
2. Lo ka si Pe ne litia n
Pe ne litia n ini m e ng a m b il lo ka si w ila ya h DKI Ja ka rta .
3. Je nis d a n Sum b e r Da ta
Da ta ya ng d ip e rg una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h je nis d a ta p rime r
d a n d a ta se kund e r. Da ta ya ng d ip e ro le h la ng sung d a ri m a sya ra ka t d ise b ut
d a ta p rime r se d a ng ka n d a ta ya ng d ip e ro le h m e la lui b a ha n ke p usta ka a n
d ise b ut d a ta se kund e r.32 Da ta p rim e r, d a ta d a sa r (p rima ry d a ta a ta u b a sic
d a ta) d ip e ro le h la ng sung d a ri sum b e r p e rta m a ya kni na ra sum b e r ya ng
d ip ilih m e la lui p e ne litia n. Da ta se kund e r a nta ra la in m e nc a kup d o kum e
xxxvi
d o kum e n re smi, b uku-b uku, ha sil-ha sil p e ne litia n ya ng b e rujud la p o ra n ha ria n
d a n se te rusnya .33 Na m un d e mikia n p e ne litia n ini me nitikb e ra tka n p a d a d a ta
se kund e r, se d a ng ka n d a ta p rim e r le b ih b e rsifa t m e nunja ng d a n
d ip e rg una ka n se b a g a i ukura n untuk m e nila i up a ya m e minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
4. Te knik Pe ng um p ula n Da ta
Da ta ya ng d ip e ro le h a ta u d ikum p ulka n m e ng e na i m a sa la h-m a sa la h
ya ng b e rhub ung a n d e ng a n p e ne litia n ini d ila kuka n d e ng a n c a ra :
a . Stud i Ke p usta ka a n
Stud i ke p usta ka a n ini d ila kuka n untuk m e nc a ri ko nse p si-ko nse p si,
te o ri-te o ri, p e nd a p a t-p e nd a p a t a ta u p e ne m ua n-p e ne m ua n ya ng
b e rhub ung a n e ra t d e ng a n p o ko k p e rm a sa la ha n. Anta ra la in
d o kum e n-d o kum e n, p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, ha sil-ha sil
ka rya ilmia h, ya ng b e rhub ung a n d e ng a n up a ya me minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
b . Stud i La p a ng a n
Stud i la p a ng a n a d a la h c a ra m e m p e ro le h d a ta p rim e r d a la m ha l ini
a ka n d iusa ha ka n ta nya ja w a b (w a w a nc a ra ). Je nis w a w a nc a ra ya ng
33 So e rjo no So e ka nto , O p .C it. ha l. 12. Liha t jug a So e rjo no So e ka nto d a n Sri Ma rnud ji,
xxxvii
d ila ksa na ka n d a la m b e ntuk w a w a nc a ra ta k b e rstruktur,34 d e ng a n
tujua n untuk m e m p e ro le h info rm a si ya ng le b ih b a nya k m e ng e na i
up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
Wa w a nc a ra d ila kuka n se c a ra m e nd a la m (d e p th inte rvie w)35 d e ng a n
tujua n untuk m e m b a ng kitka n p e rta nya a n-p e rta nya a n se c a ra b e b a s
ya ng d ike m uka ka n d e ng a n sung g uh-sung g uh.
5. Sa m p e l d a n Te knik Sa m p e l
Sa m p e l d a la m p e ne litia n ini d ila kuka n se c a ra p urp o sive ra sio na l (lo g ic a l
p urp o sive sa mp ling).36 Be rd a sa rka n m e to d e ini, na ntinya d ip ilih info rm a n
ya ng b e na r-b e na r m e ng e ta hui d a n m e m a ha mi situa si so sia l ya ng m e nja d i
p e rm a sa la ha n d a ri o b je k ya ng d ite liti. Sa m p e l ya ng a ka n d ia m b il se b a g a i
info rm a n ini te rd iri d a ri sa m p e l ya ng d ia m b il d a ri ka la ng a n hukum se b a nya k
5 ya kni a p a ra t ya ng p e rna h m e na ng a ni ka sus a na k, d e ng a n a sumsi b a hw a
re sp o nd e n d ia ng g a p m e m a ha mi p e rm a sa la ha n ya ng a d a ya itu Ha kim
a na k. Ap a b ila p e ne liti m e ng a ng g a p b a hw a va ria si info rma si ya ng
d id a p a tka n d a ri sa m p e l te rse b ut b e lum c ukup , p e miliha n sa mp e l la njuta n
a ka n d ila kuka n untuk m e nd a p a tka n va ria si info rm a si ya ng m ung kin a d a .
Se m ua sa m p e l ya ng d ip e rg una ka n te rse b ut m e rup a ka n sa sa ra n ya ng d ituju
34
Lihat Sanafiah Faisal, Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, akan tetapi peneliti mempunyai cadangan masalah yang dimunculkan secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara. Sanafiah Faisal,
Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Yayasan A3, Malang. 1990, hal. 62.
23
Ronny Hanitijo Soemitro. II, Op.Cit, hal. 61.
36
xxxviii
d a la m m e nd a p a tka n info rma si se b a nya k-b a nya knya . Sa m p e l te rse b ut a ka n
"b e rg ulir-m e ng g e lind ing " la ksa na b o la sa lju (sno w b a lls) d a n p iliha n sa m p e l
b e ra khir se te la h a d a ind ika si tid a k a d a nya info rm a n b a ru.37
6. A na lisis Da ta
Da ta ya ng te la h d ip e ro le h d ia na lis se c a ra kua lita tif d e ng a n
p e ng ura ia n se c a ra d e skrip tif d a n p re skrip tif. Da sa r p e m b e na ra n a na lisis d a ta
ini a d a la h b a hw a p e ne litia n ini tid a k ha nya m e ng ung ka p ka n d a n
m e ng g a m b a rka n d a ta se b a g a im a na a d a nya , m e la inka n jug a d iung ka p ka n
re a lita s ya ng a d a d ib a lik ke b ija ka n p e rund a ng -und a ng a n d a la m ra ng ka
m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.
Da ta ya ng te la h d ise le ksi d ib ua t d a la m sua tu d a fta r d a la m b e ntuk
ring ka sa n, untuk d a p a t d ig a b ung ka n se hing g a te rsusun d a la m b e ntuk ka ta
-ka ta ya ng siste ma tis. Se b a g a i ke g ia ta n te ra khir p e ne liti m e la ku-ka n
p e m e riksa a n ula ng untuk d a p a t m e la kuka n p e nyim p ula n-p e nyim p ula n
m e la lui sua tu p e nutura n d e skrip si te nta ng a p a ya ng b e rha sil d im e ng e rti d a ri
m a sa la h p e ne litia n.
Pe nd e ka ta n ya ng d ip e rg una ka n d a la m a na lisis d a ta d i a ta s a d a la h
ind uksi ko nse p tua lisa si 38, d im a na p e ne liti b e rusa ha m e na rik d a ta a ta u
info rm a si e m p irik ke ting ka t a b stra ksi ya ng b e rb e ntuk p e rnya ta a
n-p e rnya ta a n ya ng b e rm a kna te o ritis.
37 Sa na fia h Fa isa l. Ib id, ha l. 44. 38
xxxix
Da ri d e skrip si d a ta d a n a na lisis ya ng d ila kuka n b e rd a sa rka n te o ri-te o ri
ya ng se sua i, m a ka d a p a t d itunjukka n se b e ra p a ja uh up a ya m e minim a lisa si
p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k te la h d ila ksa na ka n a ta s d a sa r
filo so fis d e mi p e rlind ung a n d a n ke se ja hte ra a n a na k.
F. Siste m a tika Pe ne litia n
Te sis ini te rd iri d a ri e m p a t b a b . Pa d a Ba b Pe rta m a se b a g a i
Pe nd a hulua n se b a g a im a na te la h d iura ika n m e ng e na i La ta r Be la ka ng
Ma sa la h, Pe rum usa n Ma sa la h, Tujua n Pe ne litia n, Ke ra ng ka Pe mikira n,
Me to d e Pe ne litia n d a n Siste m a tika Pe nulisa n. Ba b Ke d ua m e rup a ka n
Tinja ua n Pusta ka b e risi te nta ng p e ng e rtia n ya ng b e rka ita n d e ng a n
p e rm a sa la ha n d a la m te sis ini. Dia nta ra nya Pe ng e rtia n Ana k, Pe ng e rtia n
Pe rta ng g ung ja w a b a n Pid a na Ana k, Pe ng e rtia n Ana k Pe la ku Tind a k p id a na ,
Pe ng e rtia n Pid a na Pe nja ra , Instrum e n Inte rna sio na l Ya ng Be rka ita n De ng a n
Pe ng g una a n Pid a na Pe nja ra Ba g i Ana k.
Ba b Ke tig a , b e risi ha sil p e ne litia n d a n p e m b a ha sa n a ta s
p e rm a sa la ha n ya ng d ite liti. Te rd a p a t tig a b a ha sa n ya itu p e rta m a m e ng e na i
up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k, ke d ua
fa kto r-fa kto r ya ng m e nja d i p e rtim b a ng a n Ha kim d a la m m e nja tuhka n p id a na
p e nja ra b a g i a na k d a n ke tig a ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya
xl
Ba b Ke e m p a t m e rup a ka n Pe nutup ya ng m e m ua t ke simp ula n se rta
sa ra n ya ng d a p a t d ib e rika n b e rd a sa rka n a na lisis te rha d a p ha sil p e ne litia n
ya ng d ila kuka n.
BA B II
xli A . Pe ng e rtia n A na k
Pengertian anak dalam Konvensi Hak Anak diartikan sebagai : “For purpose of
present Convention, a child means every human being below the age eighteen years, under the law applicable to the child; majority is attained earlier”. (Yang dimaksud dalam Konvensi ini, adalah setiap orang yang berusia di bawah delapan belas tahun, kecuali
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak, ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal). Dengan demikian batasan usia dewasa menurut Konvensi Hak-Hak Anak adalah
18 tahun dengan pengecualian bahwa kedewasaan tersebut dicapai lebih cepat.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan definisi
tentang anak sebagai berikut : setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum
pernah menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah
demi kepentingannya. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak memberikan batasan mengenai siapa yang dimaksud dengan anak yaitu
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dengan demikian pengertian menurut kedua peraturan ini luas sekali, karena
termasuk anak dalam kandunganpun diakui sebagai seorang anak. Tentunya jika kepentingan
hukum itu menghendaki.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa
“Anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin”.
Penegasan ini diuraikan lagi dalam penjelasannya bahwa batas usia dewasa 21 tahun
ditetapkan karena berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap
kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak mencapai pada
xlii
batasan seorang anak sampai dengan usia 21 tahun, artinya kematangan anak ini akan lebih
sempurna. Pertimbangan usia 21 tahun ini sebetulnya didasarkan pada ketentuan dari Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai kedewasaan seseorang adalah
setelah mencapai usia 21 tahun.
Pe ng e rtia n a na k d a la m Bla k's La w Dic tio na ry d ia rtika n se b a g a i
se se o ra ng ya ng usia nya b e lum m e nc a p a i e m p a t b e la s ta hun, d a la m ha l ini
d ia kuinya va ria si um ur ya ng b e rb e d a d i b e rb a g a i ne g a ra untuk p e nye b uta n
se o ra ng a na k.39 Na m un d a la m ka m us p e ristila ha n hukum d a la m p ra kte k
m e ng a rtika n a na k se b a g a i turuna n ya ng ke d ua40. Se d a ng ka n Sura t Ed a ra n
Ja ksa Ag ung No . SE-002/ JA/ 4/ 1989 m e minta a g a r te rha d a p a na k ya ng
b e lum b e rusia 18 ta hun d ip e rla kuka n ta ta te rtib sid a ng a na k.
Ka m us Hukum m e ng g una ka n istila h p up il a ta u mind e rja rig e o nd e r
vo o g d ij se b a g a i p e rg e rtia n d a ri a na k ya ng d i b a w a h p e ng a m p ua n 41, la in
ha lnya d a la m Ka m us Hukum Be la nd a Ind o ne sia m e ng g una ka n istila h
stra fre c hte lijke mind e rja rig he id a rtinya ke b e lum d e w a sa a n me nurut hukum
p id a na . 42
Und a ng -Und a ng No . 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k
m e m b e rika n d e finisi te nta ng a na k d a la m Pa sa l 1 b utir 1 ya itu a na k a d a la h
o ra ng d a la m p e rka ra a na k na ka l te la h m e nc a p a i um ur 8 (d e la p a n) ta hun
39
Henry Campbell Blak Blak's Law Dictionary, fifth edition, St. Paul Minn West Publishing Co. USA, 1979, hal. 217.
40Pe ristila ha n Hukum Da la m Pra kte k. Ke ja ksa a n Ag ung RI, Ja ka rta , 1985, ha l. 16. 41
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 1977, hal. 694. 42
xliii dengan kenyataan di mana lebih dari separuh anak di dunia bermukim di negara berkembang, belum berkembang dan pemukiman miskin di perkotaan. Masa kanak-kanak sebenarnya belum terlalu lama dikenali sebagai suatu konsep yang terpisah dari tahapan kehidupan. Sejarawan sosial Philipe Aries dalam Centuries of Childhood antara abad 15 sampai 18, anak-anak di Eropa masih dianggap sebagai miniatur orang dewasa. Baru kemudian disadari bahwa anak-anak memiliki hal-hal khusus dan setiap masyarakat memiliki konsep serta tanggung jawabnya yang membedakan anak-anak dari orang dewasa untuk menjamin pemeliharaan fisik dan sosialisasi bagi manusia yang secara biologis belum matang. 44
Dalam kesempatan lain ST. Sularto mengatakan, bahwa :
“Konsep modern mengenai masa kanak-kanak merupakan tahapan berjarak dari siklus kehidupan manusia yang dikristalisasi dalam konsep pemikiran Barat pada abad ke-19, yang ditandai dengan elaborasi ruang konseptual. Konsep-konsep ini pada dasarnya
43
WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi-VII, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal 38. Kata “anak” diartikan sebagai manusia yang kecil (keadaannya) dan kata “kecil” diartikan karena keadaannya sehingga jangan ditafsirkan kepada ukuran fisik tetapi juga non fisik, yaitu umur dan pemikiran. 44
xliv
mendeskripsikan masa kanak-kanak sebagai suatu proses “menjadi”; sebagai tabula rasa; sebagai pondasi dalam pembentukan manusia, sesuatu yang menuntut tanggungjawab, sesuatu yang mentah, tidak berpengalaman, yang sebenarnya semua itu dibentuk dari pemahaman orang dewasa terhadap anak-anak dan masa kanak-kanak. 45
Melihat batasan-batasan usia terhadap siapa yang dapat disebut sebagai seorang anak
dalam hukum yang tertulis seperti dikemukakan di atas ternyata tidak ada keseragaman.
Masing-masing peraturan mempunyai batasan usia tersendiri, namun tidak tertutup
kemungkinan adanya kesamaan antara peraturan yang satu dengan yang lain. Walaupun
demikian semua peraturan yang ada mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan
perlindungan sepenuhnya kepada anak.
B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Anak
Be rb ic a ra m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na b a g i
a na k p e la ku tind a k p id a na , te ntunya ini te rka it d e ng a n b a ta s usia minima l
se o ra ng a na k untuk d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya .
Untuk itu p e nting se ka li d ia tur me ng e na i b a ta s usia minim um b a g i a na k
d a la m p e rlind ung a n a na k d i b id a ng hukum p id a na . Artinya ka p a n se o ra ng
a na k d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya te rse b ut.
Unite d Na tio n De p a rte m e n o f Pub lic Info rm a tio n m e ng a ta ka n b a hw a :
“ Usia minim um p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l b e rb e d a se c a ra lua s o le h ka re na se ja ra h d a n b ud a ya . Pe nd e ka ta n mo d e m a ka n m e mp e rtim b a ng ka n a p a ka h se o ra ng a na k d a p a t b e rb ua t se sua i d e ng a n ko m p o ne n-ko m p o ne n m o ra l d a n p siko lo g is d a ri p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l; a rtinya a p a ka h se o ra ng a na k b e rd a sa rka n a ta s ke je rniha n p ikira n d a n p e m a ha m a n ind ivid u d a p a t d ia ng g a p b e rta ng g ung ja w a b ja w a b a ta s p e rila ku ya ng p a d a d a sa rnya a nti so sia l. Jika usia p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l d ite ta p ka n
45
xlv
te rla lu re nd a h a ta u jika tid a k a d a b a ta s usia ya ng le b ih re nd a h sa m a se ka li, p e ng e rtia n ta ng g ung ja w a b tid a k a ka n m e miliki a rti. Pa d a um um nya te rd a p a t sua tu hub ung a n ya ng d e ka t a nta ra p e ng e rtia n ta ng g ung ja w a b te rha d a p p e rila ku krimina lita s a ta u ya ng m e la ng g a r hukum p id a na d e ng a n ha k-ha k se rta ta ng g ung ja w a b so sia l la innya .46
Be ijing Rule s tid a k m e nye b utka n se c a ra p a sti te nta ng ka p a n se o ra ng
a na k d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya . Pe ng a tura n
m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na se o ra ng a na k p e la ku
tind a k p id a na d ia tur d a la m Rule 4.1 : in tho se le g a l syste ms re c o g nising the
c o nc e p t o f the a g e o f c rimina l re sp o nsib ility fo r juve nile s , the b e g inning o g
the a g e sha ll no t b e fixe d a t to o lo w a n a g e le ve l, b e a ring in mind the fa c ta
o f e mo tio na l, me nta l a nd inte le c tua l ma turi. (d a la m siste m hukum ya ng
m e ng a kui ko nse p b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na untuk a na k
p e la ku tind a k p id a na , p e rm ula a n b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n itu
ja ng a nla h d ite ta p ka n te rla lu re nd a h, d e ng a n m e nya ng kut fa kto r
ke m a ta ng a n e m o sio na l a na k, m e nta l d a n inte le ktua lita s a na k.47 De ng a n
d e mikia n Be ijing Rule s ini m e m b e rika n ke b e b a sa n b a g i tia p -tia p ne g a ra
untuk m e ne ntuka n se nd iri m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n
se o ra ng a na k ya ng d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n, na mun ha rus m e liha t
ke nya ta a n e mo sio na l d a ri a na k, m e nta l d a n p ikira nnya te rse b ut. Da la m
c o mme nta ry rule 2.2 Be ijing Rule s ini d ise b utka n b a hw a b a ta s usia a na k
46 Pe nje la sa n Standard Minim um Rule s fo r The A dm inistratio n o f Juve nile Justic e
(Be ijing Rule s), Unite d Na tio n De p a rte m e n o f Pub lic Info rm a tio n, Ne w Yo rk 1986, ha l 4.
xlvi
a d a la h usia 7 sa m p a i 18 ta hun, a rtinya m ula i usia 7 ta hun se o ra ng a na k itu
d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya na m un tid a k le b ih d a ri
18 ta hun.
Ba ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na b a g i a na k d a la m Und a ng
-Und a ng No . 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k a d a la h m ula i 8 ta hun
sa m p a i d e ng a n 18 ta hun. Ha l ini se sua i d e ng a n ke te ntua n Pa sa l 1 b utir 1,
ya ng m e ng a tur m e ng e na i b a ta s usia minim um b a g i a na k p e la ku tind a k
p id a na a d a la h 8 ta hun. Ba ta s usia minim um ini m e nunjukka n b a hw a m ula i
ka p a n se o ra ng a na k p e la ku tind a k p id a na d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n
a ta s p e rb ua ta nnya . Se d a ng ka n usia 18 ta hun m e nunjukka n b a ta s usia
m a ksim um nya , a rtinya p e rka ra a na k te rse b ut a ka n d isid a ng ka n p a d a
Pe ng a d ila n a na k a ta u Pe ng a d ila n d e w a sa .
Da la m Pe ra tura n PBB la innya ya itu Unite d Na tio ns Rule s fo r The
Pro te c tio n o f Juve nile s De p rive d o f The ir Lib e rty d ise b utka n b a hw a : a juve nile
is e ve ry p e rso n und e r the a g e o f 18. The a g e limit b e lo w whic h it sho uld no t
b e p e rmitte d to d e p rive a c hild o f his o r he r lib e rty sho uld b e d e te rmine d b y
la w; (Se o ra ng a na k a d a la h se se o ra ng ya ng b e rusia d i b a w a h 18 ta hun.
Ba ta s usia d i b a w a h m a na tid a k d iijinka n untuk m e ng hila ng ka n ke b e b a sa n
se o ra ng a na k ha rus d ite ntuka n o le h Und a ng -Und a ng ).48 Ja d i te rha d a p
se o ra ng a na k ya ng um urnya kura ng d a ri 18 ta hun se b e tulnya tid a k d a p a t
xlvii
SR. Sianturi : bahwa sistem pertanggungjawaban pidana anak yang dianut oleh KUHP (yang
berlaku sekarang ini) adalah sistem pertanggungjawaban yang menyatakan bahwa semua
anak (berusia 1 tahun sampai dengan 16 tahun), anak yang jiwanya sehat, dianggap mampu
bertanggungjawab dan dituntut.49