• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJPD Kab. Sanggau Tahun 2005 2025

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJPD Kab. Sanggau Tahun 2005 2025"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD Kabupaten Sanggau Dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya………... 5 1.4. Sistimatika Penulisan……….. 6

1.5. Maksud dan Tujuan……… 7

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH……….. 9

2.1. Aspek Geografi dan Demografi………. 9

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah……… 9

2.1.1.1. Luas dan Batas Administrasi……….. 9

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis………. 10

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah……….. 14

2.1.2.1. Demografi………. 14

2.1.2.2. Sosial, Budaya dan Agama……… 15

2.1.2.3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat……….. 16

2.1.2.4. Aspek Pelayanan Umum……… 24

2.1.2.5. Aspek Daya Saing Daerah………. 24

2.1.2.6. Pertanian dan Tanaman Pangan 26 2.1.2.7. Pertambangan dan Industri……… 28

2.1.2.8. Listrik dan Air Bersih……… 29

2.1.2.9. Perkebunan……… 29

2.1.2.10. Peternakan dan Unggas………. 35

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS DAERAH……… 41

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah……….. 41

A. Bidang Pemerintahan………. 41

B. Bidang Perekonomian……… 42

C. Bidang Sumber Daya Manusia……….. 43

(9)

G. Bidang Jasa dan Perdagangan……… 47

H. Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana……… 47

I. Bidang Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang……… 48

J. Bidang Pariwisata, Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi…………. 49

3.2. Isu Strategis………. 50

A. Tata Pemerintahan Yang baik………. 50

B. Kabupaten Sanggau Merupakan Daerah Rawan Bencana……….. 50

C. Peningkatan Sarana dan Akses Pelayanan Pendidikan Serta Kesehatan……… 50

D. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang……… 51

E. Pembangunan, Pemeliharaan dan Pengembangan Kualitas Infrastruktur Dasar . 51 F. Pertumbuhan Ekonomi Yang Semakin Meningkat………. 51

G. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia……… 52

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH……… 53

4.1. Visi Kabupaten Sanggau……… 53

4.2. Misi Kabupaten Sanggau……… 56

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH………. 59

5.1. Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah untuk Masing-Masing Misi………. 59 5.1.1 Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Kabupaten Sanggau ……… 60 5.1.2.Meningkatkan Perkonomian Daerah yang Berbasis Pada Ekonomi

Kerakyatan, Pengembangan Kawasan Ekonomi Baru dan Komoditas Unggulan Dengan Pendekatan Agroindustri ……….

60

5.1.3.Mewujudkan Kehidupan Politik dan Tata Pemerintahan Yang Baik Dengan Didukung Oleh Kompetensi dan Profesionalitas Serta Bebas Dari Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)………..

61

5.1.4.Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Dengan Tetap Menjaga Kelestarian Fungsinya Dalam Menopang Kehidupan…………

62

5.1.5.Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang Sejahtera, Aman, Damai, dan Bersatu Dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Didukung Dengan Kepastian Hukum dan Penegakan HAM Serta Kesetaraan dan Keadilan Gender ……….

63

5.1.6.Mewujudkan Kawasan Perbatasan Sebagai Beranda Depan Negara Yang Saling Menguntungkan Antara Kedua Belah Pihak………

(10)

5.2.2.RPJMD II ……… 65

5.3.3 RPJMD III ……….. 67

5.3.4 RPJMD IV……… 68

Analisis Kebijakan 72

(11)

Tabel 2.1. Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sanggau... ... 10 Tabel 2.2. Presentase Luas Kecamatan Terhadap wilayah Kabupaten

Sanggau ... ... 11 Tabel 2.3. Lokasi dan Luas Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kabupaten

Sanggau Tahun 2009 ... ... 13 Tabel 2.4. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Sanggau (Ha)... ... 13 Tabel 2.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sanggau Tahun 2009... ... 14 Tabel 2.6. Penduduk Kabupaten Sanggau menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2009 ... ... 15 Tabel 2.7. Laju Inflasi Kabupaten Sanggau Tahun 2003-2007... ... 17 Tabel 2.8. PDRB Per Kapita Kabupaten Sanggau Tahun 2003-2008 (Juta

Rp) atas Dasar Harga Berlaku ... ... 18 Tabel 2.9. Gambaran Ekonomi Makro... ... 19 Tabel 2.10. Komposisi Sarana Pendidikan di Kabupatem Sanggau Tahun

2007/2008... ... 20 Tabel 2.11. Banyaknya Bayi yang dilahirtkan pada Kamar Bersalin di RSUD

Kabupaten Sanggau Tahun 2009... ... 21 Tabel 2.12. Beberapa Indikator Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun

2006-2007………... ... 22 Tabel 2.13. Bench-Marking Indikator Sosial Tahun 2009-210... ... 23 Tabel 2.14. Perkembangan Dana Kegiatan Pembangunan Kabupaten Sanggau

TA.2008-2011 Berdasarkan Fungsi Pemerintah ... ... 24 Tabel 2.15. Panjang Jalan di Kabupaten Sanggau dirinci menurut keadaaan

Jalan Tahun 2006-2007... ... 25 Tabel 2.16. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Kabupaten Sanggau

Tahun 2009 ... ... 27 Tabel 2.17. Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran Kabupaten Sanggau

Tahun 2009... ... 28 Tabel 2.18. Luas Areal Produksi Tanaman Kakao Kabupaten Sanggau Tahun

(12)
(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan, baik tujuan pembangunan daerah maupun nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pembangunan di daerah semakin menggeliat semenjak bergulirnya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang mengawali lahirnya wacana otonomi daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 telah otonom baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk lebih leluasa menangani berbagai permasalahan rumah tangganya dan mengelola potensi yang dimiliki. Dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten mempunyai kewenangan untuk menyusun rencana pembangunan daerah sebagai arah untuk mencapai tujuan pembangunan dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki dan masalah yang dihadapi. Sejalan dengan hal tersebut dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, pemerintah kabupaten mempunyai wewenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah. Penataan Ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan penataan ruang diharapkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan sumberdaya dan tidak menyebabkan penurunan kualitas ruang.

(15)

unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan yang disusun harus dapat mengakomodir kepentingan semua elemen masyarakat sehingga akan tercapai tujuan yang diinginkan, yaitu pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan pembangunan (sustainable development). Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagai acuan kebijakan pembangunan daerah dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. RPJPD merupakan suatu dokumenperencanaan pembangunan jangka panjang daerah yang bersifat makro serta memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah, dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.

Penyusunan RPJPD mengacu pada RPJP Nasional, RPJPD Provinsi dan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Selanjutnya berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan pembangunan, kesejahteraan yang semakin tinggi dan semakin adil senantiasa dicita-citakan oleh semua pihak. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa setiap pengelola pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah pada dasarnya selalu menetapkan hal tersebut sebagai tujuan akhir yang ingin diwujudkan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 serta Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 bahwa RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun mendatang, yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahunan. Dalam rangka memenuhi amanat peraturan perundangundangan tersebut serta sebagai upaya pengintegrasian perencanaan pembangunan daerah dengan perencanaan pembangunan nasional maupun daerah lainnya, maka disusun RPJPD Kabupaten Sanggau untuk periode tahun 2005-2025.

(16)

dilakukan analisis terhadap RTRW, penelaahan terhadap RPJPN, analisis gambaran kondisi daerah, isu strategis daerah, perumusan visi dan misi serta perumusan arah kebijakan. Selain itu juga dilakukan forum konsultasi publik yang melibatkan tokoh atau wakil berbagai elemen masyarakat, pakar, akademisi, dan para pemangku kepentingan terhadap draft rancangan awal RPJPD. Tahap ketiga : Pelaksanaan Musrenbang RPJPD. Tahap keempat : Penyusunan rancangan akhir RPJPD meliputi : konsultasi rancangan akhir ke Gubernur Kalimantan Barat, penyempurnaan rancangan akhir RPJPD dan melengkapi sistematika rancangan awal RPJPD menjadi rancangan akhir. Tahap kelima: penetapan Perda RPJPD.

Kabupaten Sanggau memiliki berbagai potensi yang harus dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Disisi lain, Kabupaten Sangau juga sebagai kabupaten yang memiliki wilayah strategis berbatasan langsung dengan Sarawak negara bagian Malaysia timur. Kabupaten Sanggau memiliki keragaman budaya, keragaman suku serta keragaman agama yang menjadi ciri kekayaan tersendiri yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi daerah. Keragaman, walaupun merupakan tantangan, namun menjadi bagian dari modal dalam mendorong proses dan membangun pilar-pilar kemajuan yang semakin saling mengisi (komplementatif) dan saling memperkuat yang memberikan sinergi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2005-2025 yang pada gilirannya menambah kemampuan bersaing dan kemampuan berkolaborasi sesuai dengan potensi terbaik daerah. Dengan demikian, dalam jangka panjang diharapkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah dapat tercapai dan dapat menjamin berjalannya pembangunan berkelanjutan.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Landasan hukum penyusunan RPJPD Kabupaten Sanggau 2005-2025 adalah sebagai berikut:

(17)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4663);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

(18)

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD Kabupaten Sanggau Dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya

Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sanggau 2005-2025 merupakan satu kesatuan dari pembangunan nasional, sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Hal ini sebagai upaya pengintegrasian perencanaan pembangunan di daerah dengan pembangunan nasional.

RPJPD Kabupaten Sanggau memiliki hubungan dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya dimana keterkaitan tersebut sebagai berikut :

1. RPJP Nasional tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan di tingkat nasional. Dokumen-dokumen tersebut berisikan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang dan menengah untuk seluruh Indonesia. Sementara itu, RPJP Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 merupakan dokumen yang berisikan perencanaan pembangunan di Propinsi Kalimantan Barat ;

2. RPJPD Kabupaten Sanggau 2005-2025 merupakan pedoman bagi penyusunan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan di lingkungan Kabupaten Sanggau, dalam rangka mendukung terciptanya pembangunan berkesinambungan. Di samping itu RPJPD di susun untuk memudahkan koordinasi dan sinkronisasi guna memudahkan tercapainya sasaran dan prioritas pembangunan Kabupaten Sanggau dalam jangka panjang. RPJPD Kabupaten Sanggau mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran dari kehendak masyarakat Kabupaten Sanggau dengan tetap memperhatikan arah RPJP Nasional dan Provinsi.

(19)

Untuk memberikan gambaran secara lebih spesifik, dapat dijabarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar.1.1. Diagram Hubungan Antar Dokumen

1.4. Sistimatika Penulisan BAB.I Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang penyusunan RPJPD, dasar hukum penyusunan, hubungan antara dokumen RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan RPJPD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJPD.

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi daerah dilihat dari aspek geografi dan demografi Kabupaten Sanggau serta aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

BAB III. Analisis Isu-Isu Strategis Daerah

(20)

perlu diperhatikan adalah isu tersebut dapat memberikan manfaat/pengaruh dimasa mendatang terhadap daerah tersebut.

BAB IV. Visi dan Misi Daerah

Bab ini berisi tentang visi dan misi Kabupaten Sanggau ingin dicapai dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahunan. Bab ini juga menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran dari misi yang telah ditetapkan dan disepakati bersama tersebut.

BAB V. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Dalam bagian ini diuraikan mengenai sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing misi serta tahapan dan proritas pembangunan jangka panjang daerah.

BAB VI. Kaidah Pelaksanaan

Bab ini menjelaskan kaidah pelaksanaan yang menjelaskan bahwa seluruh stake holder pembangunan berkewajiban untuk bersama-sama mendukung dan mensukseskan pencapaian visi, misi, tujuan dan arah kebijakan Kabupaten Sanggau. RPJPD juga merupakan pedoman bagi setiap kepala daerah untuk menyusun RPJMD sebagai bentuk perencanaan pembangunan jangka waktu 5 (lima) tahunan.

1.5. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sanggau tahun 2005-2025, selanjutnya disebut RPJPD Kabupaten Sanggau, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaksana pembangunan daerah (Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Sanggau tahun 2005 2025 disusun dengan tujuan sebagai berikut :

(21)

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah antar waktu, antar fungsi pemerintah dan daerah;

3. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

4. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya Kabupaten Sanggau yang efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan(sustainable);

5. Tercapainya pembangunan jangka panjang berdasarkan kesinambungan pelaksanaan RPJPD Kabupaten Sanggau.

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1. Luas dan Batas Administrasi

Kabupaten Sanggau merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang dibentuk berdasarkan Penetapan Undangundang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Barat, namun berdasarkan UU RI No.34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau dimana wilayah Kabupaten Sekadau berasal dari Kabupaten Sanggau sehingga luasan wilayah Kabupaten Sanggau berkurang menjadi 12.857,70 Km2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 31 jiwa per Km2.

(23)

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Sanggau terletak di antara 1 derajat 0 menit Lintang Utara dan 0 derajat 35 menit Lintang Selatan, serta di antara 109 derajat 45 menit dan 111 derajat 11 menit Bujur Timur, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan negara Malaysia Timur (Sarawak); sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sekadau; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Landak. Kabupaten Sanggau merupakan Daerah Tingkat II yang daerahnya terluas ke-4 (12,47%) kabupaten/kodya di Provinsi Kalimantan Barat, dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Jangkang dengan luas wilayah 1.589,20 Km2, dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Balai dengan luas 395,60 Km2 dan Kecamatan Beduwai dengan luas wilayah 435,00 Km2.

Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2009 Tabel 2.1. Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sanggau

No. Kecamatan

1. T o b a Tayan Hilir Kab. Ketapang Meliau Kab. Landak 2. M e l i a u Tayan Hilir Kab. Ketapang Kapuas Toba

3. Kapuas Bonti, Jangkang Meliau, Mukok, Parindu, Tyn Kab. Sekadau Kab. Sekadau Hilir, Meliau 4. M u k o k Jangkang Kab. Sekadau Kab. Sekadau Kapuas 5. Jangkang Kab. Sintang Kapuas, Mukok Kab. Sekadau Bonti, Noyan 6. B o n t i Noyan Parindu, Kapuas Jangkang Kembayan

7. Parindu Bonti Tayan Hilir Kapuas Tayan Hulu

8. Tayan Hilir Tayan Hulu Toba Kapuas, Parindu Kab. Landak 9. B a l a i Tayan Hulu Tayan Hilir Tayan Hilir Kab. Landak 10. Tayan Hulu Kembayan Tayan Hilir Parindu Kab. Landak 11. Kembayan Beduai Tayan Hulu Noyan, Bonti Kab. Landak

12. Beduwai Sekayam Kembayan Noyan Kab. Landak

(24)

Tabel.2.2. Persentase Luas Kecamatan Terhadap Wilayah Kabupaten Sanggau

Sumber : Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2009

Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai, di antaranya: Sungai, Kapuas, Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Kal-Bar yang mengalir dari Kabupaten Kapuas Hulu melalui Kabupaten Sintang, Kab. Sanggau, dan bermuara di Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya merupakan cabang dari Sungai Kapuas yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

(25)

Plutonik Basa Menengah, Intruksif Plutonik Asam, Sekis Hablur, Intruksif dan Plutonik Basa, Lapisan Batu, dan Permo Karbon. Pada umumnya lapisan Plistosen hampir terdapat di seluruh kecamatan, kecuali di Kec. Toba dan Beduwai. Lapisan tanah Efusif Basa hanya terdapat pada Kec.Tayan Hulu.

Dalam Rencana Tata Ruang dilakukan upaya pemanfaatan ruang Kabupaten Sanggau yang aman, nyaman dan produktif dengan memperhatikan keterpaduan pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan melalui pengembangan industri, perdagangan dan jasa berskala regional, sektor pariwisata serta pengembangan kawasan perbatasan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam rencana pengembangan struktur ruang di Kabupaten Sanggau dilakukan penataan dan pengembangan jaringan transportasi dan infrastruktur sebagai pendukung pengembangan sektor unggulan utama kabupaten, yaitu sektor perkebunan, sektor pertambangan, sektor industri, serta sektor perdagangan dan jasa skala regional.

Pengembangan ini sekaligus berfungsi sebagai pendukung fungsional kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang memiliki hubungan fungsional dan mendukung kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berkenaan dengan rencana pola ruang, perlu dilakukan evaluasi terhadap peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Sanggau yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Hal ini penting mengingat di Kabupaten Sanggau masih terdapat kawasan yang harus ditata kembali, terutama keberadaan hutan.

Pengembangan kawasan budidaya sebagaimana yang dimaksud terdiri atas Kawasan peruntukan hutan produksi; Kawasan peruntukan hutan rakyat; Kawasan peruntukan pertanian; Kawasan peruntukan perikanan; Kawasan peruntukan pertambangan; Kawasan peruntukan industri; Kawasan peruntukan permukiman; Kawasan peruntukan pariwisata; dan Kawasan peruntukan pertahanan keamanan.

Berikut penjelasan lokasi dan luas Kawasan Peruntukan Hutan Produksi di Kabupaten Sanggau pada tahun 2009, berdasar pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sanggau.

(26)

Tabel.2.3.

Lokasi dan Luas Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kabupaten SanggauTahun 2009

Fungsi Kawasan Wilayah

Administratif (Kecamatan)

Luas Kawasan (Ha)

Hutan Produksi Terbatas (HPT) Kapuas Luas 16.299 Ha

Sekayam Luas 7.564 Ha Meliau Luas 15.562 Ha

Hutan Produksi Tetap ( HP) Mukok Luas 4.684 Ha

Jangkang Luas 62.709 Ha Entikong Luas 8.682 Ha Noyan Luas 12.299 Ha Bonti Luas 40.780 Ha Tayan Hulu Luas 256 Ha Toba Luas 45.481 Ha Beduwai Luas 22.430 Ha Balai Luas 12.984 Ha.

Kawasan Hutan Produksi konversi (HPK) Kembayan luas 3.388 Ha Sekayam luas 4.527 Ha Beduwai luas 1.368 Ha Entikong luas 4.728 Ha

Sumber : RTRW Kabupaten Sanggau

Tabel.2.4.

(27)

Selama tahun 2008, Kabupaten Sanggau umumnya memiliki curah hujan dengan rata-rata hari hujan tertinggi terjadi selama 122 hari yaitu pada bulan November dengan rata-rata-rata-rata tinggi curah hujan terbesar 1.864,5 mm. Sedangkan hari hujan terendah selama 39 hari dengan curah hujan rata-rata sebesar 717,9 mm yang terjadi pada bulan Juli.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1. Demografi

Jumlah Penduduk Kabupaten Sanggau pada Tahun 1985 sebanyak 389.944 jiwa, Tahun 1988 sebanyak 415.514 jiwa, tahun 1993 sebanyak 458,438 jiwa, tahun 1999 sebanyak 506.876 jiwa, tahun 2003 sebanyak 529.473, Tahun 2004 sebanyak 368.538 jiwa sedangkan Tahun 2005 sebanyak 374.022 jiwa. Untuk tahun 2004 terjadi penurunan yang cukup tajam dikarenakan adanya pemekaran Kabupaten Sanggau menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau.

Tabel 2.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sanggau Tahun 2009

No. Kecamatan Luas

(Km2) Desa Penduduk

Kepadatan Penduduk Per Km2 Per Desa

1 Toba 1127.2 7 11883 10.54 1698

2 Meliau 1495.7 18 42463 28.39 2359

3 Kapuas 1382 25 80773 58.45 3231

4 Mukok 510 8 16834 33.60 2104

5 Jangkang 1589.2 11 26731 16.82 2430

6 Bonti 1121.8 9 19431 17.32 2159

7 Parindu 593.9 14 30018 50.54 2144

8 Tayan Hilir 1050.5 15 28528 27.16 1902

9 Balai 395.6 12 22216 56.16 1851

10 Tayan Hulu 719.2 11 28380 39.46 2580

11 Kembayan 610.8 11 25941 42.47 2358

12 Beduwai 435.0 5 10627 24.43 2125

13 Noyan 487.9 5 9980 20.46 1996

14 Sekayam 841.01 10 27853 33.12 2785

15 Entikong 506.89 5 13514 26.66 2703

2009 12857.70 166 395172 30.73 2381

Sumber: KDA Sanggau 2009

(28)

penduduk laki-laki 200.895 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 194.277 jiwa yang menyebar di 15 Kecamatan dengan kepadatan penduduk 31 jiwa/Km2. Penyebaran ini tidak merata antara kecamatan satu dengan lainnya.

Tabel 2.6.

Penduduk Kabupaten Sanggau

Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

2.1.2.2. Sosial, Budaya dan Agama

(29)

terciptanya kehidupan di masyarakat yang saling asah, asih dan asuh. Secara nyata dapat dikatakan bahwa kerukunan hidup beragama baik kerukunan intern umat beragama maupun kerukunan antar umat beragama terjaga dan terpelihara dengan baik, sehingga kondisi kehidupan sosial, budaya dan agama di Kabupaten Sanggau kondusif. Hal ini tercermin dalam perilaku masyarakat saling membantu, bekerja sama dan bahumembahu. Sebagai sarana dan prasarana untuk menunjang peribadatan dalam beragama sesuai dengan kepercayaan dan agamanya di Kabupaten Sanggau terdapat rumah ibadah, dengan rincian sebagai berikut: Masjid 239 buah, Surau/mushola 155 buah, Gereja katolik 127 buah, dan Gereja protestan 246 buah, Vihara 2 buah dan Pura 1 buah.

Sebagaimana diketahui bahwa di Kabupaten Sanggau memiliki berbagai macam suku, keberagaman suku ini menjadi embrio munculnya beraneka macam kekayaan budaya dalam bentuk seni tradisi maupun adat istiadat yang apabila dikemas dan dikembangkan dengan baik akan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata daerah Kabupaten Sanggau. 2.1.2.3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pelaksanaan pembangunan baik itu pembangunan dalam skala nasional maupun pembangunan daerah. Keberhasilan pembangunan salah satu indikatornya dapat dilihat dari aspek kesejahteraan masyarakat, karena aspek ini sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan. Berbagai indikator kesejahteraan masyarakat dapat dijabarkan ke dalam fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, fokus kesejahteraan sosial, fokus seni budaya dan olah raga.

a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

(30)

memperlihatkan besaran dari nilai tambah bruto masingmasing sektor sesuai dengan keadaan pada tahun tertentu.

Pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertumbuhan sektoral. Pertumbuhan sektoral menunjukkan perubahan dan perkembangan ekonomi, untuk kemudian dapat digunakan sebagai alat analisis lebih lanjut. Semakin membaiknya perekonomian Kabupaten Sanggau juga dapat dilihat dari perbandingan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

2. Laju Inflasi

Perekonomian suatu daerah yang baik ditunjukkan dengan nilai inflasi yang rendah dan apabila dikaitkan dengan perkembangan PDRB maka daerah yang baik adalah daerah yang mempunyai nilai inflasi yang rendah akan tetapi pertumbuhan PDRB-nya yang tinggi. Gambaran fluktuasi dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu. Selain itu, nilai PDRB juga dapat dipakai untuk mengetahui tingkat daya beli masyarakat. Dengan angka inflasi maka akan dapat diketahui nilai uang secara riil.

(31)

beli masyarakat karena kenaikan tersebut masih terpengaruh oleh adanya kenaikan harga.

Perkembangan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sanggau selama lima tahun terakhir ini (2003-2008) menunjukkan peningkatan setiap tahun. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku misalnya terjadi peningkatan sekitar 62,32 persen selama kurun waktu lima tahun terakhir, dan juga PDRB Per Kapita Atas dasar Harga Konstan meningkat sekitar 20,77 persen. Dari perkembangan PDRB Per Kapita tersebut diatas dapat diproyeksi PDRB per kapita untuk lima tahun kedepan, PDRB per kapita tahun 2009 Rp.12.190,13 juta atau mengalami pertumbuahan (10,39) persen, tahun 2010, Rp.13.456,24 juta, tahun 2012, Rp.14.853,85, juta tahun 2013, Rp.18.099,63 juta dan tahun 2014, Rp.19.979,52, juta rata-rata mengalami pertumbuhan perkapita lima tahun kedepan sebesar 10, 39 persen. Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (2000) selama lima tahun kedepan dapat diproyeksikan sebagai berikut : Tahun 2009 Rp.6.488,55, juta, tahun 2010 Rp.6.713,66 juta, tahun 2011 Rp.6.946,59 juta, tahun 2012 Rp.7.187,60 juta, tahun 2013, Rp.7.436,97 juta dan tahun 2014 Rp.7.694,99 juta dan mengalami pertumbuahan rata-rata setiap tahunnya adalah 3,47 persen.

Tabel 2.8.

(32)

Grafik 2.1.

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

Tabel 2.9.

(33)

4. Angka Kriminalitas

Data kriminalitas bersumber dari Pengadilan Negeri, Kejaksaan, dan Rumah Tahanan Kabupaten Sanggau. Tahun 2009, jumlah perkara yang masuk dan diselesaikan sebanyak 4.308 perkara. Berdasarkan hasil keputusan pengadilan pada tahun 2009, diketahui jumlah narapidana sebanyak 150 orang (142 orang laki-laki dan 8 orang perempuan).

b. Fokus Kesejahteraan Sosial 1. Bidang Pendidikan

Kemajuan pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan bidang lain, salah satu hubungan pendidikan dengan produktivitas tercermin pada keadaan tingkat penghasilan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar peluang untuk memperoleh pekerjaan atau untuk mendapatkan penghasilan yang lebih memadai. Berhasil tidaknya pembangunan bidang pendidikan dapat diketahui dari kualitas SDM yang dihasilkan dengan kuantitas/jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang ada serta jumlah siswa/mahasiswa yang mengikuti pendidikan maupun tenaga pengajar (guru/dosen) yang ada.

Tabel 2.10

Komposisi Sarana Pendidikan di Kabupaten Sanggau Tahun 2007/2008

Tk. Pend

(34)

Pada tahun 2009 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) 42 buah, SMP 110 buah, SLTA 29 buah, dan SMK 14 buah. Jumlah murid sekolah pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Untuk jumlah murid SMU mengalami peningkatan sebesar 3,89 persen. Jumlah murid SMP mengalami peningkatan sebanyak 3,89 persen. jumlah murid SD yang melanjutkan ke SLTP mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yakni dari 6.572 siswa menjadi 6.622 siswa. Jumlah guru TK baik negeri maupun swasta sebanyak 169 orang. Jumlah tenaga pengajar di tingkat SD sebanyak 3.353. Guru SMP meningkat menjadi 1.145 dan guru di tingkat SMU ada 419 orang.

2. Angka Kelangsungan Hidup Bayi dan Perempuan

Merupakan angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Sanggau dengan jumlah balita 04 tahun dan perempuan berumur 15 - 49 tahun menurut Rumah Sakit Umum Kabupaten Sanggau tahun 2009.

(35)

Tabel 2.12.

Beberapa Indikator Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun 20062007

No. Beberapa Indikator Kesehatan

6,86 < 40 6,80 < 40 Menurun

2. Angka Kematian Balita per 1.000 Anak Balita

2,12 < 58 0,33 < 58 Menurun

3. Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 ibu melahirkan

- < 150 24/7447 < 150

4. Angka Kesakitan malaria per 1.000 penduduk

21,26 17 20,65 5 Menurun

5. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +

86,98 > 85 88,8 > 85 Meningkat

6. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk

13,92 1,42 8,89 2 Menurun

7. Persentase Balita Gizi Buruk 0,07 <15 0,15 <15 Meningkat

8. Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi 100 34 100 80 Stabil

9. Persentase Rumah Sehat 11,93 30 54,06 80 Meningkat

10. Persentase Keluarga Miskin yang mendapat yankes

60,00 100 31,71 100 Menurun

11. Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk 9,72 12 11,77 40 Meningkat

12. Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk

1,31 3 1,31 6 Tetap

Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk 1,58 5 2,61 11 Meningkat

13. Rasio Bidan per 100.000 penduduk 32,57 45 36,9 100 Meningkat

14. Rasio Perawat per 100.000 penduduk 54,10 80 65,13 117,5 Meningkat

15. Persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan

42,64 59 25,12 80 Menurun

16. Rata-rata persentase anggaran kesehatan dalam APBD Kabupaten

11,34 9 8,43 15 Menurun

17. Persentase Keluarga yang memiliki akses air bersih

21,27 59 26,02 85 Meningkat

18. Persentase pasangan usia subur yang menjadi Akseptor KB

64,29 70 59,39 70 Menurun

(36)

Tabel 2.13.

3. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Secara garis besar penduduk dalam hubungan dengan kegiatan ekonomi dapat digolongkan 2 (dua) macam yaitu usia kurang dari 15 (lima belas) tahun dan 15 (usia lima belas) tahun ke atas. Penduduk yang berusia 15 (lima belas) tahun ke atas adalah usia kerja, dimana pada usia ini dianggap sebagai tenaga kerja potensial yang produktif untuk dimanfaatkan di semua sektor ekonomi untuk menggerakkan sumber-sumber produksi yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa. Dari jumlah penduduk pada tengah tahun 2009 Kabupaten Sanggau sebesar 395.172 jiwa diantaranya terdapat 212.987 jiwa (53,90%) yang bekerja terdiri dari 123.233 penduduk laki-laki dan 89.754 penduduk perempuan.

(37)

2.1.2.4. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan Umum merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan. Pelayanan umum lebih menentukan keberhasilan pelaksana pembangunan terutama pelayanan umum yang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat. Untuk itu aspek pelayanan umum sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari para pelaksana pembangunan. Indikator aspek pelayanan umum meliputi fokus urusan layanan wajib dan fokus urusan layanan pilihan.

Tabel.2.14

2.1.2.5. Aspek Daya Saing Daerah 1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

(38)

2. Fokus Fasilitasi Wilayah Infrastruktur

Infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu wilayah serta sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, dan sarana olah raga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Tabel 2.15

Panjang Jalan Di Kabupaten Sanggau Dirinci Menurut Keadaan Jalan Tahun 2006-2007

Keadaan Jalan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten

2006 2007 2006 2007 2006 2007

I Jenis Permukaan

a. Diaspal 262,140 252,140 61.190 61,190 289,990 289,990 b. Kerikil 37.010 47,010 33,100 33,100 306,200 306,200 c. Tanah 53.800 53,800 - - 271,150 271,150 d. Tidak Diperinci - - -

-Jumlah 352,950 352,950 94.290 94,290 867,340 867,340

II Kondisi Jalan

a. Baik 185,860 172,00 20.000 14.000 148.310 99.100 b. Sedang 119,710 121.000 47,250 56.290 513.290 383.000 c. Rusak 47,380 59.950 27.040 24.000 205.740 385.240

d. Rusak Berat - - -

-Jumlah 352950 352,950 94.290 94.290 867.340 867.340

III Kelas Jalan

Jumlah 352.950 352950 94.290 94.290 867.340 867.340

(39)

Terkait dengan penyediaan infrastruktur tersebut permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sanggau adalah belum meratanya pembangunan infrastruktur khususnya infrastruktur pertanian dan pedesaan. Pembangunan infrastruktur pertanian (irigasi) merupakan prasarana penting dalam mendukung pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan pangan sedangkan pembangunan jaringan jalan merupakan prasarana transportasi yang penting untuk memperlancar distribusi barang antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk. Dalam konteks pembangunan pertanian dan pedesaan, jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil.

2.1.2.6. Pertanian dan Tanaman Pangan

Pertanian tanaman pangan merupakan komoditi penyumbang pendapatan daerah yang cukup signifikan dengan hasil produksi yang relatif meningkat setiap tahun. Hal ini merupakan potensi yang baik untuk terus dikembangkan dalam rangka menopang upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, karena Kabupaten Sanggau memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Pada tahun 2009 luas lahan sawah sebesar 40.205 Ha, sedikit menurun jika dibandingkan tahun 2008 yang seluas 40.871 Ha. Sedangkan lahan kering pada tahun 2008 seluas 1.245.565 Ha kemudian pada tahun 2009 terjadi penurunan hingga menjadi 1.244.899 Ha.

Seperti pada tahun-tahun berikutnya, penggunaan lahan kering pada tahun 2009 di Kabupaten Sanggau yang terbesar adalah pada lahan perkebunan seluas 361.142 Ha atau sekitar 25,65 persen. Sedangkan penggunaan lahan kering terkecil sebagai kolam yaitu seluas 490 Ha atau berkisar 0.039 persen dari luas keseluruhan. Luas panen padi (sawah dan ladang) pada tahun 2009 seluas 30.776 Ha dengan total produksi mencapai 85.915 ton, dari hasil tersebut padi sawah yang luas panennya mencapai 16.786 Ha atau sekitar 54,54 persen dengan hasil produksi 59.610 ton. Sedangkan padi ladang yang memiliki luas panen mencapai 13.990 Ha atau sekitar 45,46 persen dari luas tanaman padi keseluruhan dengan total produksi sebesar 26.305 ton.

(40)

Tabel 2.16

(41)

Tabel 2.17

Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran Kabupaten Sanggau Tahun 2009

Sumber KDA Sanggau 2009

2.1.2.7. Pertambangan dan Industri

(42)

merupakan daerah yang potensial bahan galian yang memungkinkan untuk untuk dikelolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis. Bahan galian tersebut terdiri dari bagan galian (emas, Bauksit,Zirkon dan Biji besi).

Kedepan diharapkan potensi-potensi yang masih terkandung di dalam perut bumi Kabupaten Sanggau dapat dieksploitasi dengan baik untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sehingga Kabupaten Sanggau menjadi Kabupaten yang maju, mandiri dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus.

Eksploitasi dan pemanfaatan bahan galian pertambangan harus mendapat perhatian yang lebih dari para pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah daerah dan investor dengan tetap mengedepankan prinsip sustainable developmentserta kepentingan masyarakat, sehingga nantinya tidak akan memunculkan permasalahan dan ketidaksesuaian dengan kehendak masyarakat.

2.1.2.8. Listrik dan Air Bersih

Produksi listrik tiap tahunnya terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya konsumsi dan permintaan. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan rumah tangga maupun industri, baik untuk penerangan maupun sebagai penunjang berbagai peralatan elektronik dan mesin-mesin. Penjualan listrik di Kabupaten Sanggau tahun 2009 mencapai 3.050.504.770 KWH dengan daya tersambung mencapai 27.834.450 VA dari 3.1505 pelanggan.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk, khususnya daerah Kabupaten Sanggau total air bersih/air minum yang disalurkan pada tahun 2009 mencapai 2.045 ribu M3 dengan 9.320 pelanggan. Sebagian besar konsumen PDAM Kabupaten Sanggau adalah rumah tangga dengan air minum yang disalurkan mencapai 1.347 ribu M3. Sedangkanpemakaian terkecil air minum adalah hotel/objek wisata yang hanya mencapai 7 ribu M3.

2.1.2.9. Perkebunan

(43)

ini masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan devisa, maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya. Untuk menunjang peningkatan tersebut perlu adanya usaha-usaha peningkatan produksi yang lebih intensif, baik melalui usaha pemanfaatan sentra-sentra produksi yang telah ada maupun dengan pengembangan sentrasentra produksi di daerah-daerah baru.

Perkebunan di Kabupaten Sanggau relatif merata dan menyebar di seluruh wilayah kabupaten, dengan jenis tanaman yang bervariasi. Tanaman perkebunan yang menjadi komoditi unggulan adalah kelapa sawit kemudian diikuti dengan komoditi lain seperti karet, kopi, kakao, lada, kelapa sawit dan kelapa hibrida. Selain itu terdapat juga komoditas lain yang juga diusahakan oleh rakyat namun jumlahnya relatif kecil. Usaha perkebunan di Kabupaten Sanggau diusahakan sendiri oleh perkebunan rakyat dan beberapa perusahaan swasta yang mengolah hasil perkebunan tersebut, sehingga hasil perkebunan selalu dibawa atau diolah di luar kabupaten. Namun, dengan perkembangan kegiatan perkebunan terutama untuk komoditi kelapa sawit, telah mampu menarik investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Sanggau. Untuk tanaman perkebunan lainnya, seperti komoditi kelapa dalam, kakao, lada, dan kelapa sawit mengalami penurunan produksi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan tanaman perkebunan komoditi kelapa hibrida dan kopi mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kedepan diharapkan hasil panen kebun kelapa sawit dapat ditampung dan diolah di Kabupaten Sanggau, sehingga secara langsung akan mempengaruhi peningkatan daya beli masyarakat yang berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lokasi perkebunan di Kabupaten Sanggau tersebar di masing-masing kecamatan, dimana pada masing-masing kecamatan memiliki perkebunan yang luasnya bervariasi antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain. Untuk menunjang peningkatan tersebut perlu adanya usaha-usaha peningkatan produksi yang lebih intensif, baik melalui usaha pemanfaatan sentra-sentra produksi yang telah ada maupun dengan pengembangan sentra-sentra produksi di daerah-daerah baru.

(44)

Tabel 2.18

Luas Areal Produksi Tanaman Kakao Kabupaten Sanggau Tahun 2009

(45)

Tabel 2.18

Luas Areal dan Produksi Tanamn Lada Kabupaten Sanggau Tahun 2009

(46)

Tabel 2.19

Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi Kabupaten Sanggau Tahun 2009

(47)

Tabel 2.20

Luas Areal dan Produksi Tanaman Karet Kabupaten Sanggau Tahun 2009

(48)

Tabel 2.20

Luas Areal dan Produksi Kelapa Hibrida Kabupaten Sanggau Tahun 2009

2.1.2.10. Peternakan dan Unggas

(49)

ternak kecil, ternak yang terbanyak adalah babi, yaitu mencapai 24.772 ekor. Sedangkan untuk populasi kambing tahun 2009 tercatat 5.978 ekor.

2.1.2.11. Perikanan

Pembangunan perikanan diarahkan kepada usaha-usaha perluasan budidaya ikan kolam, pagong, dan keramba guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan peningkatan pendapatan masyarakat rumah tangga perikanan. Pembangunan perikanan diarahkan kepada usaha-usaha perluasan budidaya ikan kolam, pagong, dan keramba guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan peningkatan pendapatan masyarakat rumah tangga perikanan. Produksi ikan perairan umum dan produksi ikan budidaya pada tahun 2007 bila dibandingkan dengan tahun 2008 masing-masing mengalami kenaikan produksi, untuk perairan umum sebesar 21.54%, sedangkan untuk produksi ikan budidaya mengalami penurunan sebesar 6.87%.

2.1.2.12. Pariwisata

Di bidang kepariwisataan, Kabupaten Sanggau memiliki potensi dan daya tarik wisata yang dapat dikelola dan dikembangkan sebagai salah satu potensi yang mampu memberikan

value added bagi daerah sehingga akan dapat menjadi media promosi bagi daerah agar dikenal baik dalam lingkup lokal, nasional bahkan internasional. Tentunya apabila potensi wisata ini dikembangkan secara maksimal akan mampu menarik wisatawan datang dan menikmati kekayaan alam, yang akan memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan daerah yang secara langsung maupun tidak langsung sektor perekonomian juga akan menggeliat dan berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Strategi pengembangan kawasan pariwisata berbasis lingkungan dan budaya yang berdaya saing, antaranya dengan cara :

a. Mengembangkan kawasan pariwisata alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Sanggau umumnya;

b. Mengembangkan kawasan pariwisata budaya yang terintegrasi dengan destinasi wisata budaya lainnya di Provinsi Kalimantan Barat;

(50)

d. Mengembangkan kawasan perdalaman sebagai kawasan wisata yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

Pariwisata yang berada di kabupaten Sanggau meliputi Air Terjun Pancur Aji,Batu Posok, Sanggau Permai, Danau Belimbing, Air Terjun tekosing & Embaloh, Sumber Air Panas Sipant Lotup, Air Terjum/Riam Domun, Danau Padong Pangeran Mas, Air Terjun Paonti Tapau, Air Terjun, Goa Batu Tang, Air Terjun, Goa Batu, Air Terjun Sungai Embas, Air Terjun Sungai Teragah, Danau Lait / Terentang dan Gunung Tiong Kandang.

Dari 17 obyek wisata alam tersebut, baru obyek wisata Pancur Aji yang mulai dikembangkan. Obyek ini merupakan kawasan hutan alami dengan luas ± 1.154 Ha, terdapat 22 air terjun dengan ketinggian dan lebar beragam, hutan tengkawang dan berbagai macam flora unik dan beberapa sungai yang mempunyai arus deras dan riam riam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan arung jeram. Dilokasi ini dilakukan pembenahan sarana dan prasarana pendukung seperti fasilitas jalan menuju lokasi sepanjang 6 Km dengan kondisi aspal. Disamping itu kandang-kandang untuk satwa sudah diisi dengan binatang-binatang seperti orang utan, pelanduk/kancil, buaya dan lain- lain.

2.1.2.13. Sarana dan Prasarana

(51)

2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010

Jumlah /Total 352 950 352 950 94 290 94 290 867 340 867 340 854 483 859 483

II. Kondisi Jalan

a. B a i k 185 860 174 300 35 000 4 000 182 033 196 838 43 662 45 585 b. Sedang 119 710 103 550 47 250 38 890 299 547 299 547 306 506 324 307 c. Rusak 47 380 62 100 12 040 48 400 147 610 140 257 325 507 312 079 d. Rusak Berat - 13 000 - 3 000 238 150 230 698 178 808 177 513

Jumlah /Total 352 950 352 950 94 290 94 290 867 340 867 340 854 483 859 484

III. Kelas Jalan

Jumlah /Total 352 950 353 950 94 290 95 290 867 340 867 340 854 483 859 484

Sumber /Source : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau

TABEL 2.13. PANJANG JALAN DI KABUPATEN SANGGAU DIRINCI MENURUT KEADAAN JALAN DI KABUPATEN SANGGAU TAHUN 2009 - 2010

Table 8.1.1 Length Of Roadway In Sanggau Regency By Roads Condition, 2009 - 2010

Keadaan Jalan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab.

I. Jenis Permukaan

Jalan Desa

(52)

Kabupaten Sanggau relatif belum dimanfaatkan secara optimal, baik untuk kebutuhan air maupun sebagai prasarana transportasi.

2.1.2.14. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Sanggau termasuk ke dalam salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki kerawanan terhadap bencana banjir dan longsor. Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud adalah sepanjang kawasan daerah aliran sungai (DAS) Kapuas dan Sub daerah aliran sungai (DAS) Sekayam, seluas 365.743 Ha sedangkan kawasan rawan longsor terdapat di Kecamatan Meliau, Tayan Hilir, Kapuas, Toba, Entikong, Sekayam, Bonti, Kembayan, Noyan, dan Jangkang.

Untuk itu dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi risiko atas bencana yang akan terjadi dan sebagai upaya untuk menjalankan mandat UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (PB), Kabupaten Sanggau telah memiliki sejumlah kebijakan dan regulasi terkait penanggulangan bencana, diantaranya menetapkan strategi penyusunan mitigasi bencana dengan arah kebijakan antara lain meningkatkan kesiagaan dan pencegahan dini, melaksanakan tanggap darurat, dan penanganan pasca bencana.

(53)

BAB III

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah baik itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini dikarenakan identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis mampu meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral maupun etika birokrasi dapat dipertanggungjawabkan. Analisis terhadap isu strategis sebagai bagian dari perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan agar organisasi dalam pelaksanaan rencana pembangunan senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Mengingat pentingnya analisis tersebut, maka perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.

Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi pemerintahan daerah dan masyarakat di masa datang. Karena isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan organisasi/institusi di masa yang akan datang. Dengan demikian, kondisi penting tersebut apabila tidak diantisipasi maka akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, apabila tidak dimanfaatkan maka menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

Isu strategis dalam jangka panjang sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional maupun daerah;

2. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah;

3. Memiliki dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat; 4. Memiliki daya ungkit yang signifikan pembangunan daerah; dan 5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani.

(54)

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan daerah merupakan permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan pada akhirnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah. Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara kinerja yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa mendatang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Untuk mengefektifkan sistem perencanaan pembangunan dan bagaimana visi/misi daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan sehubungan dengan peluang dan tantangan yang dihadapi.

Beberapa permasalahan pembangunan daerah yang dihadapi oleh Kabupaten Sanggau antara lain:

A. Bidang Pemerintahan

Seiring bergulirnya otonomi daerah yang memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah untuk mengelola sendiri pemerintahannya, maka upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pemerintahan harus diutamakan oleh pemerintah daerah. Meskipun usia peraturan perundangan yang mengawali diterapkannya otonomi daerah sudah tidak muda lagi, namun masih banyak ditemui permasalahan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan dalam pemerintahan, mulai dari pembangunan yang kurang maksimal, pelayanan publik yang masih menuai keluhan dari masyarakat, dan permasalahan lainnya.

Kondisi ini dipengaruhi oleh masih rendahnya kualitas sumber daya manusia di bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam menjalankan mekanisme pembangunan daerah serta belum optimalnya perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Disamping itu belum optimalnya pembangunan “capacity building” institusi-institusi pemerintahan sehingga kurang berperan dalam alokasi sumber daya secara efektif dan efisien.

(55)

memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan untuk mempermudah aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Reformasi birokrasi juga bertujuan untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan memperhatikan kebutuhan kecamatan (desa), sehingga kecamatan (desa) yang terdapat di Kabupaten Sanggau masih merasa memperoleh manfaat berada dalam (orbit) Kabupaten Sanggau. Tantangan ke depan yang dihadapi adalah penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik mengingat isu ini sudah menjadi isu yang hangat dan prioritas termasuk dalam skala nasional.

B. Bidang Perekonomian

Pembangunan berbasis kewilayahan yang telah dilaksanakan selama ini telah dapat mendorong kerja sama pembangunan antardaerah secara sinergis, sehingga dapat mendorong daya saing wilayah. Tantangan pembangunan kewilayahan ke depan adalah meningkatnya kesenjangan pembangunan antardaerah akibat bervariasinya dan terbatasnya potensi sumber daya alam daerah, sehingga perlu diupayakan pengembangan berbagai potensi daerah termasuk pengembangan sumber energi alternatif. Selain itu, tantangan dalam bidang ekonomi adalah mengantisipasi terjadinya transformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder (sektor industri/pengolahan), atau bahkan ke sektor tersier (sektor jasa).

Pembangunan ekonomi Kabupaten Sanggau sampai saat ini telah menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, namun masih belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan secara memadai. Oleh karena itu, tantangan pembangunan ekonomi pada dua puluh tahun ke depan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas yang mampu meningkatkan pendapatan perkapita serta pemerataan sehingga secara bertahap kesejahteraan masyarakat pada akhir periode pembangunan dapat mencapai tingkat kesejahteraan minimal setara dengan Kabupaten/kota maju di Indonesia.

(56)

dari kabupaten lain yang lebih maju. Untuk itu upaya peningkatan dan penguatan pondasi perekonomian daerah harus terus diupayakan sehingga nantinya daerah dapat keluar dari keterpurukan dan bahkan memenangi persaingan.

Perekonomian Kabupaten Sanggau di dominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi PDRB yang berkisar pada 36.23% (tahun 2009), dominasi sektor pertanian tersebut ternyata tidak di ikuti dengan tingginya produktivitas pertanian di Kabupaten Sanggau dikarenakan rendahnya kualitas SDM dan kurangnya infrastruktur baik secara fisik (sarana dan prasarana produksi, transportasi dan komunikasi) maupun non fisik (kelembagaan pemasaran).

Meningkatnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan, ekplorasi lahan secara berlebihan, dan terjadinya berbagai bencana alam dapat menganggu ketahanan pangan wilayah dan masyarakat. Tantangan ke depan adalah mengantisipasi, mengendalikan, dan mengurangi secara bertahap permasalahan-permasalahan di atas, serta terus berupaya meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian secara berkelanjutan.

Eksplorasi terhadap kehidupan ekonomi domestik perlu diperhatikan lebih jauh, seperti rencana eksplorasi pertambangan dan industri lainnya di daerah Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. Di satu sisi kemampuan SDM, finansial dan peralatan lokal belum mampu untuk melakukan eksplorasi secara besar-besaran, maka peluang tersebut dimanfaatkan oleh pihak luar daerah untuk melakukan eksplorasi tersebut. Kabupaten Sanggau mempunyai wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, dan mempunyai pintu gerbang PPLB Entikong yang juga sebagai gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga dan era globalisasi hingga membanjirnya produk Malaysia dan China yang murah a memberikan pukulan terhadap pengusaha kecil/ menengah domestik karena kalah bersaing terhadap murahnya harga produk barang/jasa yang dihasilkan.

C. Bidang Sumber Daya Manusia

(57)

program yang direncanakan dan secanggih apapun teknologi yang diterapkan tidak akan dapat berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Secara makro beberapa indikator peningkatan kualitas sumber daya manusia diantaranya kependudukan, pendidikan dan kesehatan telah menunjukkan kemajuan meskipun masih jauh dari yang diharapkan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Sanggau sebesar 374.022 jiwa dengan laju pertumbuhan (Growth Rate) penduduk dari tahun 2005- 2009 adalah sebesar 1,06 %. Dengan demikian, 20 (dua puluh) tahun ke depan diperkirakan jumlah penduduk akan mengalami pertambahan yang cukup signifikan. Untuk itu pengendalian terhadap kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk tetap perlu diperhatikan guna menciptakan komposisi pertumbuhan penduduk yang seimbang dan merata dalam rangka mendukung terjadinya nilai tambah demografis yang ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada jumlah penduduk usia non produktif. Kondisi tersebut perlu ditargetkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, daya saing dan kesejahteraan rakyat.

Pada bidang pendidikan masih banyak ditemui permasalahan diantaranya sarana dan prasarana serta kebijakan terkait peningkatan kualitas pendidikan yang masih belum optimal. Tantangan ke depan yang dihadapi antara lain adalah penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan proporsi jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; penurunan penduduk yang buta aksara; menurunnya kesenjangan pendidikan antara yang kaya dan miskin, di desa maupun di perkotaan serta antar jenis kelamin. Tantangan lain adalah meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga pendidikan yang dijalankan dapat mendorong dan berperan dalam pembangunan daerah termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai budaya dan moral.

(58)

D. Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan

Tujuan pembangunan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pembangunan dapat dikatakan berhasil adalah ketika diperoleh indikator yang menunjukkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat diantaranya yaitu tingginya daya beli masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut maka sudah selayaknya pemerintah daerah memberikan porsi perhatian yang lebih terhadap permasalahan pembangunan daerah diantaranya:

1. Masih cukup tingginya jumlah penduduk yang berada dibawah gariskemiskinan; 2. Masih cukup tingginya kesenjangan sosial dalam masyarakat baik itu antar golongan

pendapatan maupun antar wilayah; dan

3. Masih banyaknya desa/kelurahan maupun kecamatan yang belum mempunyai kemandirian ekonomi dan ketersediaan infrastruktur yang memadai.

Tantangan ke depan yang dihadapi adalah peningkatan kemampuan masyarakat untuk berusaha bangkit dari kemiskinan dengan memberikan alternatif solusi yang tepat diantaranya peningkatan kualitas sehingga memiliki kreativitas dan produktivitas yang tinggi, mengurangi kesenjangan sosial antar golongan dengan memberikan kesempatan yang sama dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat serta menjamin pemerataan pembangunan dengan mengutamakan peningkatan kapasitas wilayah yang tergolong tertinggal di Kabupaten Sanggau.

E. Bidang Revitalisasi Pertanian dan Ketahanan Pangan

(59)

Tantangan terbesar bagi Kabupaten Sanggau ke depan adalah melakukan revitalisasi sektor pertanian. Melalui revitalisasi ini, diharapkan produktivitas sektor pertanian akan meningkat, sehingga pada PDRB juga akan meningkat yang secara otomatis juga berpengaruh pada peningkatan ketahanan pangan.

Dari berbagai tantangan dan peluang yang akan dihadapi, secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Transformasi struktural dalam perekonomian

Arah transformasi struktur perekonomian berkembang ke arah terbentuknya struktur perekonomian yang lebih seimbang. Hal ini mempertegas bahwa pembangunan pertanian memberikan kesempatan tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lainnya, sehingga mampu memperbesar peranannya dalam PDRB.

2. Pemilikan lahan yang semakin sempit

Tantangan dalam memberdayakan petani berlahan sempit sebagai pelaku agribisnis melalui pengembangan dan penciptaan sistem kelembagaan yang mampu menjamin petani memenuhi skala usaha yang efisien dan menghasilkan komoditas andalan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.

3. Pemasaran dan mutu produk

Kendala utama yang dihadapi berkaitan dengan pemasaran antara lain persoalan distribusi pemasaran yang belum efisien. Hal ini dipengaruhi banyak faktor yang salah satunya adalah minimnya dukungan jalan sentra produksi yang berkualitas.

4. Kelembagaan dan kemitraan

Lemahnya posisi tawar pertanian disebabkan belum berimbangnya kemampuan antar pelaku. Tantangan yang dihadapi adalah meningkatnya pertumbuhan dan pengembangan pengusaha-pengusaha perdesaan dan mengembangkan usaha dengan pola-pola kemitraan. 5. Permodalan dan investasi

(60)

F. Bidang Infrastruktur Dasar

Insfrastuktur merupakan syarat mutlak pendukung terlaksananya kegiatan dan peningkatan produktivitas sektor-sektor lain. Selain itu adanya infrastruktur yang memadai menjadi tolak ukur berjalan atau tidaknya pembangunan di daerah. Yang menjadi permasalahan kemudian adalah kondisi infrastruktur dasar masih banyak yang kurang pemeliharaan sehingga mengalami kerusakan. Kondisi ini memerlukan kelanjutan pembangunan sarana dan prasarana yang belum terselesaikan dan belum berfungsi optimal serta mengoptimalkan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang sudah ada. Pembangunan infrastruktur dilakukan untuk pemerataan pembangunan sehingga terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah dapat dihindari dan ketertinggalan wilayah tertentu dari wilayah lainnya dapat diminimalisir.

G. Bidang Jasa dan Perdagangan

Dilihat dari aspek geografis dan demografi, wilayah Kabupaten Sanggau sangat strategis, terletak pada jalur lalu lintas yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Barat dengan Sarawak Malaysia bagian timur. Namun potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal dikarenakan masih minimnya kemampuan masyarakat di Kabupaten Sanggau untuk bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan, yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat produksi baik jasa maupun barang terutama dari segi kualitas. Selain itu akses terhadap permodalan juga menjadi pemicu rendahnya produktivitas masyarakat di Kabupaten Sanggau. Kedepan diharapkan dengan potensi yang baik tersebut, pembangunan di bidang jasa dan perdagangan dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

H. Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana

(61)

optimalnya kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup masih belum berjalan secara maksimal. Kedepannya diperlukan langkah riil dan strategis dalam pengelolaan sumber daya alam yang selalu memelihara dan menjaga keserasian dan kelestariannya dengan melakukan reformasi kebijakan dalam penanganannya, peningkatan kesadaran masyarakat secara menyeluruh dan kontinyu. Dilakukannya pemantapan kawasan lindung mengacu kepada kawasan lindung yang ditetapkan oleh Nasional dan Provinsi serta ditetapkan oleh Kabupaten dengan muatan kearifan lokal.

Kabupaten Sanggau mempunyai wilayah yang termasuk kedalam daerah rawan bencana (ring of fire)tentunya harus mengupayakan secara optimal mitigasi bencana dengan peningkatan kualitas informasi bencana alam serta kapasitas adaptasi dan mitigasi bencana alam. Hal ini penting sebagai upaya mempersiapkan secara dini terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam agar dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan.

I. Bidang Pengambangan Wilayah dan Penataan Ruang

Tantangan pengembangan wilayah dan penataan ruang di Kabupaten Sanggau ke depan adalah menjaga konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, mengurangi kesenjangan pembangunan antara di perkotaan dan perdesaan, penetapan kawasan-kawasan strategis, mengupayakan keberlanjutan areal pertanian serta perencanaan alih fungsi hutan. Tantangan kewilayahan pada masa yang akan datang adalah pengaturan tata ruang kewilayahan harus mengacu pada pembangunan berkelanjutan secara proporsional dengan memegang teguh prinsip keserasian dan keselarasan dengan alam/lingkungan. Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang hirarki dalam rangka meningkatkan pelayanan keseluruhan bagian wilayah kabupaten dan pengembangan wilayah yang berpotensi dilakukan pemekaran wilayah serta pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan yang mendorong sektor bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(62)

1. Penegakan disiplin dan aturan hukum yang mengikat kepada seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha;

2. Meningkatkan sinkronisasi perencanaan tata ruang antar level pemerintah; dan

3. Meningkatkan kompetensi kinerja aparat pengendali tata ruang dan pertanahan dengan melibatkan komponen masyarakat; serta

4. Meningkatkan pengawasan yang efektif melalui sistem dan prosedur monitoring dan evaluasi yang jelas.

J. Bidang Pariwisata, Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi

Kabupaten Sanggau memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya percepatan pembangunan daerah, baik pariwisata pegunungan, wisata danau maupun wisata sungai. Namun sampai saat ini perencanaan dan pengembangan potensi wisata masih belum optimal, belum terpadu dan belum terintegrasi serta belum didukung sarana dan prasarana yang memadai serta kegiatan promosi wisata belum optimal. Tantangan ke depan adalah mengembangkan pengelolaan potensi wisata yang ada sehingga mampu menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah yang dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam bidang kebudayaan, Kabupaten Sanggau memiliki beraneka ragam budaya yang tentunya memerlukan perhatian dan pembinaan sehingga dapat dikembangkan sebagai upaya pengembangan kreativitas masyarakat.

(63)

3.2. Isu Strategis

Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis dinamika lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan yang memiliki karakteristik bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembangaan/ keorganisasian untuk menentukan tujuan di masa yang akan datang. Beberapa isu strategis daerah sebagai modal dasar pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten Sanggau sebagai berikut:

A. Tata Pemerintahan Yang baik

Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif, serta didalamnya mengatur pola hubungan yang sinergis dan kostruktif antara pemerintah, dunia usaha swasta dan masyarakat. Tata kepemerintahan yang baik meliputi tata kepemerintahan untuk sektor publik (good public governance) yang merujuk pada lembaga penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) dan adanya partisipasi aktif dari masyarakat (civil society). Para pihak inilah yang sering disebut sebagai 3 (tiga) pilar penyangga penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip utama dalam tata kepemerintahan yang baik, yakni transparansi, partisipasi, penegakan hukum dan akuntabilitas.

B. Kabupaten Sanggau Merupakan Daerah Rawan Bencana

Secara geografis, Kabupaten Sanggau termasuk dalam daerah yang rawan terhadap bencana. Ke depan perlu dilakukan langkah-langkah riil sebagai antisipasi terhadap terjadinya bencana banjir dan longsor sehingga dapat meminimalisir resiko yang ditimbulkannya. Peningkatan kualitas informasi bencana alam serta kapasitas adaptasi dan mitigasi bencana alam adalah hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah daerah.

C. Peningkatan Sarana dan Akses Pelayanan Pendidikan Serta Kesehatan

Gambar

Tabel 2.1. Batas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sanggau
Tabel 2.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sanggau Tahun 2009
Tabel 2.6.Penduduk Kabupaten Sanggau
Tabel 2.7.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Misi 3 : Memantapkan pembangunan di bidang kesehatan untuk mendorong peningkatan derajat kesehatan masyarakat agar dapat bekerja secara lebih optimal dan memiliki harapan hidup

Masyarakat juga terlibat aktif dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan pembiayaan pelayanan kesehatan; peningkatan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan

Indeks pembangunan manusia merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi-dimensi: (1) Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup,

Pembangunan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk memiliki kehidupan yang layak, terpenuhinya kebutuhan dasar dengan titik berat pada

Kualitas hidup masyarakat diukur melalui pendekatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan, kesehatan dan kemampuan

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENGURANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN DASAR Percepatan Pengurangan Kemiskinan Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Gizi

Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), penurunan angka kematian ibu melahirkan, peningkatan umur harapan hidup, dll. Kegiatan KKN-PPM Yang Direncanakan 1. Lokasi

Pembangunan dibidang lingkungan hidup diprioritaskan pada peningkatan kualitas lingkungan melalui pelaksanaan program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan