• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PEMERIKSAAN HH-PUHH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TATA CARA PEMERIKSAAN HH-PUHH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TATA CARA PEMERIKSAAN HASIL HUTAN

A. Tata cara pemeriksaan kayu bulat untuk pengesahan LHP-KB

1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap LHP yang diajukan : a. Memeriksa kebenaran blanko LHP yang digunakan,

b. Memeriksa nomor-nomor kayu bulat dalam LHP apakah sesuai dengan nomor dalam rerkapitulasi LHC (diminta kepada perusahaan),

c. Memeriksa kebenaran pengisian LHP,

d. Memeriksa kebenaran nama, nomor register dan specimen tandatangan pembuat.

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu bulat dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah batang dari seluruh partai kayu (100 %) dan memeriksa kelengkapan penandaan kayu (nomor, diameter, panjang dan jenis),

b. Mengambil sampel secara acak dari seluruh jumlah batang dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Apabila jumlah batang dari satu partai kurang atau sama dengan 100 batang maka jumlah sampelnya adalah 100 %,

2) Apabila jumlah batang dari satu partai antara 101 sampai dengan 1000, maka jumlah sampelnya minimal adalah 100 batang,

3) Apabila jumlah batang dari satu partai lebih dari 1000 batang, maka jumlah sampelnya adalah 10 %.

c. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran terhadap sampel tersebut dan hasilnya dimasukkan dalam Daftar Pemeriksaan Kayu Bulat

(DPKB) dengan model blanko DK.A. 103.a (lampiran I.C.1).

d. Menghitung dan membandingkan jenis dan ukuran kayu hasil pemeriksaan dengan jenis dan ukuran yang tertulis dalam LHP.

e. Hasil perhitungan dipergunakan sebagai dasar pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Bulat dengan menggunakan model

blanko DK.B.101.a (lampiran I.I.1).

f. Apabila hasil pemeriksaan dalam BAP menunjukkan :

1) Tidak ada perbedaan jenis kayu namun perhitungan volume  5

%, maka partai kayu tersebut dinyatakan benar dan dapat disahkan LHP-nya oleh P2LHP.

2) Tidak ada perbedaan jenis kayu namun perhitungan volume > 5

(2)

3) Setelah selesai dilakukan pengukuran ulang terhadap partai kayu sebagaimana dimaksud pada angka 2), selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang oleh P2LHP dengan prosedur sesuai ketentuan sampai hasil pemeriksaan dinyatakan benar. 4) Terhadap partai kayu yang telah dilakukan pemeriksaan dan

hasilnya dinyatakan benar sebagaimana dimaksud pada angka 3), maka wajib dibuatkan LHP baru dan selanjutnya disahkan P2LHP.

g. Terhadap kayu bulat yang telah disahkan LHP-nya, wajib segera dilakukan pengetokan dengan Palu Tok DK pada kedua ujung bontos seluruh batang dalam partai kayu tersebut.

h. Tata cara pengukuran dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran yang berlaku.

B. Tata cara pemeriksaan kayu bulat untuk penerbitan SKSHH

1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap DHH yang diajukan : a. Memeriksa kebenaran blanko DHH yang digunakan,

b. Memeriksa nomor-nomor kayu bulat sesuai dengan LHP yang telah disahkan,

c. Memeriksa kebenaran pengisian DHH.

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu bulat dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah batang dari seluruh partai kayu (100 %) dan memeriksa kelengkapan penandaan kayu (nomor, diameter, panjang dan jenis) serta tanda peneraan palu tok DK.

b. Mengambil sampel secara acak dari seluruh jumlah batang dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Apabila jumlah batang dari satu partai kurang atau sama dengan 100 batang maka jumlah sampelnya adalah 100 %,

2) Apabila jumlah batang dari satu partai antara 101 sampai dengan 1000, maka jumlah sampelnya minimal adalah 100 batang,

3) Apabila jumlah batang dari satu partai lebih dari 1000 batang, maka jumlah sampelnya adalah 10 %.

c. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran terhadap sampel tersebut dan hasilnya dimasukkan dalam Daftar Pemeriksaan Kayu Bulat

(DPKB) dengan model blanko DK.A. 103.a (lampiran I.C.1).

(3)

e. Hasil perhitungan dipergunakan sebagai agar pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Bulat dengan menggunakan model DK.B.101a (lampiran I.I.1).

f. Apabila hasil pemeriksaan dalam BAP menunjukkan :

1) Tidak ada perbedaan jenis kayu dan perhitungan volume  5 %,

(4)

2) Tidak ada perbedaan jenis kayu namun perhitungan volume > 5 %, maka seluruh batang dalam partai kayu tersebut harus dilakukan pengukuran kembali 100 % oleh pemilik kayu.

3) Setelah selesai dilakukan pengukuran ulang terhadap partai kayu sebagaimana dimaksud pada angka 2), selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai ketentuan sampai hasil pemeriksaan dinyatakan benar.

4) Terhadap partai kayu yang telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya dinyatakan benar sebagaimana dimaksud pada angka 3), maka wajib dibuatkan DHH baru dan selanjutnya diterbitkan SKSHH oleh P2SKSHH.

g. Tata cara pelaksanaan pengukuran dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran yang berlaku.

C. Tata cara pemeriksaan penerimaan kayu bulat di TPK Antara / Industri / Pelabuhan

Petugas Pemeriksa Penerimaan Kayu Bulat (P3KB) setelah mendapat laporan dan menerima SKSHH dari perusahaan wajib segera mematikan dokumen SKSHH sesuai ketentuan dan selanjutnya melakukan pemeriksaan kayu bulat dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi :

a. Kebenaran blanko SKSHH yang digunakan,

b. Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHH,

c. Kebenaran nomor register penerbit SKSHH,

d. Kebenaran pengisian (perusahaan pengiriman, tujuan

pengangkutan, alat angkut yang digunakan, masa berlaku dokumen, penulisan angka dan huruf jumlah batang maupun volume dan lain-lain).

2. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah batang dari seluruh partai kayu (100 %) dan

memeriksa kelengkapan penandaan kayu (nomor, diameter, panjang dan jenis) serta tanda peneraan palu tok DK.

b. Mengambil sampel secara acak dari seluruh jumlah batang

dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Apabila jumlah batang dari satu partai kurang atau sama dengan 100 batang maka jumlah sampelnya adalah 100 %,

2) Apabila jumlah batang dari satu partai antara 101 sampai dengan 1000, maka jumlah sampelnya minimal adalah 100 batang,

(5)

c. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran terhadap sampel tersebut dan hasilnya dimasukkannya dalam Daftar Pemeriksaan Kayu

Bulat (DPKB) dengan model blanko DK.A. 103.a (Lampiran I.C.1).

d. Menghitung dan membandingkan jenis dan ukuran kayu hasil

pemeriksaan dengan jenis dan ukuran yang tertulis dalam DHH.

e. Hasil perhitungan dipergunakan sebagai dasar pembuatan Berita

Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Bulat dengan menggunakan model

blanko DK.B.101a (lampiran I.I.1).

f. Apabila hasil pemeriksaan dalam BAP menunjukkan :

1) Tidak ada perbedaan jenis kayu dan

perhitungan volume  5 %, maka partai kayu tersebut dinyatakan

benar dan sah pengangkutannya.

2) Tidak ada perbedaan jenis kayu namun

perhitungan volume > 5 %, maka terhadap seluruh batang dalam partai kayu tersebut harus dilakukan pengukuran ulang 100 % oleh pemilik kayu dengan didampingi P3KB.

3) Hasil pengukuran ulang 100 % sebagaimana dimaksud pada angka 2), wajib dimasukkan ke dalam Daftar Pengukuran Ulang Penerimaan Kayu Bulat oleh pemilik kayu dengan menggunakan

blanko model DK.A. 103.c (lampiran I.C.3) dan segera dibuatkan

Berita Acara Pengukuran Ulang Penerimaan Kayu Bulat oleh P3KB

dengan menggunakan blanko model DK.B. 101.c (lampiran I.I.3).

4) Atas kelebihan volume fisik terhadap volume

yang tercantum dalam dokumen dikenakan sanksi denda sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Tata cara pengukuran dilakukan sesuai dengan ketentuan

pengukuran yang berlaku.

D. Tata cara pemeriksaan KBK/Bakau di TPn

1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap

LHP-KBK/LHP-Bakau yang diajukan, yaitu :

a. Memeriksa kebenaran blanko LHP-KBK/LHP-Bakau yang

digunakan,

b. Memeriksa kebenaran pengisian LHP-KBK/LHP-Bakau,

c. Memeriksa kebenaran nama, nomor register dan specimen

tandatangan pembuat.

2. Melakukan pemeriksaan fisik KBK dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Meneliti apakah terdapat kelompok jenis kayu indah atau mewah

(6)

b. Hasil pengukuran butir a, selanjutnya dibuat LHP tersendiri dan sekaligus disahkan oleh P2LHP.

c. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan untuk KBK/Bakau di luar kayu

bulat tersebut pada butir b. dengan melakukan pengukuran/pengujian terhadap partai dengan satuan stapel meter, namun bila kondisi tidak memungkinkan, pengukuran dapat dilakukan di atas alat angkut truk atau tongkang atau alat angkut lainnya berdasarkan ukuran tinggi panjang dan lebar tumpukan KBK/Bakau.

d. Hasil pengukuran dan pengujian tersebut selanjutnya dibuatkan

Berita Acara Pengukuran dan Pengujian KBK/Bakau dengan

menggunakan blanko model DK.B. 101.f (lampiran I.I.6).

e. Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut

pada butir b jumlah totalnya masih berada pada toleransi 5 % terhadap jumlah yang tercantum dalam usulan LHP-KBK/LHP-Bakau, maka LHP-KBK/LHP-Bakau dapat segera disahkan oleh P2LHP.

f. Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut

pada butir b jumlah totalnya melebihi toleransi 5 % terhadap jumlah yang tercantum dalam LHP-KBK/LHP-Bakau, maka wajib dibuatkan LHP-KBK/LHP-Bakau baru sesuai dengan jumlah hasil pengukuran dan pengujian.

E. Tata cara pemeriksaan KBK/Bakau untuk penerbitan SKSHH

1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap DHH yang diajukan : a.Memeriksa kebenaran blanko DHH yang digunakan,

b.Memeriksa/mencocokkan DHH tersebut dengan LHP-nya.

2. Melakukan pemeriksaan fisik KBK / Bakau dengan tahapan

sebagai berikut :

a.Memastikan bahwa KBK/Bakau yang akan diangkut telah disahkan LHP-KBK atau LHP-Bakau-nya.

b.Pengukuran dan pengujian dilakukan terhadap partai dengan satuan stapel meter di atas alat angkut truk atau tongkang atau alat angkut lainnya berdasarkan ukuran tinggi panjang dan lebar tumpukan KBK/Bakau.

c.Hasil pengukuran dan pengujian tersebut selanjutnya dibuat Berita Acara Pengukuran dan Pengujian dengan menggunakan blanko model DK.B. 101.f (lampiran I.I.6).

(7)

e.Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut pada butir b jumlah totalnya melebihi toleransi 5 % terhadap jumlah yang tercantum dalam DHH, maka wajib dibuatkan DHH baru sesuai dengan jumlah hasil pengukuran dan pengujian.

F. Tatacara pemeriksaan penerimaan KBK/Bakau di industri

1. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi :

a. Kebenaran blanko SKSHH / FA-BBS yang digunakan,

b. Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHH/FA

-BBS/FA-Bakau.

c. Kebenaran nomor register penerbit SKSHH/FA-BBS/FA-Bakau,

d. Kebenaran pengisian (perusahaan pengirim, tujuan

pengangkutan, masa berlaku dokumen angkutan, jenis alat angkut, penulisan angka dan huruf dalam jumlah maupun volume/berat dan lain-lain.

2. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mencermati setiap truk pengangkut KBK/Bakau

yang masuk timbangan dengan mencermati jumlah berat timbangan serta mencermati ukuran diameter KBK dan jenis kayu,

b. KBK/Bakau yang diangkut dengan tongkang

atau alat angkut melalui air lainnya setibanya di industri, wajib diawasi pemindahannya ke alat angkut truk untuk dilakukan penimbangan,

c. Hasil pemeriksaan fisik harian dicatat dalam

buku register penerimaan dan setiap akhir bulan dibuat rekapitulasinya dan digunakan sebagai dasar perhitungan produksi di tempat asal hasil hutan.

3. Bagi kayu bulat dengan diameter mulai 20 cm ke atas yang

diterima di industri wajib dipisahkan dan dilakukan pengukuran dan pengujian secara sensus (100%), sedangkan untuk keperluan pemeriksaan dilakukan terhadap kayu contoh yang diambil dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi dengan jumlah batang sebagai berikut :

a. Untuk kayu dengan diameter 20 cm s/d kurang dari 30 cm :

- Partai 1 s/d 100 batang, contoh yang diambil 100 %,

- Partai 101 s/d 5000 batang, contoh yang diambil 100 batang,

- Partai > 5000 batang, contoh yang diambil 5%.

b. Untuk kayu dengan diameter mulai 30 cm ke atas mengikuti ketentuan pemeriksaan kayu bulat seperti pada butir C.2.b.

(8)

G. Tatacara pemeriksaan Kayu Gergajian untuk penerbitan SKSHH

1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap DHH

yang diajukan :

a. Memeriksa kebenaran blanko DHH yang digunakan,

b. Memeriksa nomor-nomor bundel kayu gergajian sesuai dengan

DHH,

c. Memeriksa kebenaran pengisian DHH.

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu gergajian dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut :

a. Kayu gergajian yang akan diuji disusun per sortimen dan

dikelompokan berdasarkan penggunaan,

b. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran, dengan mengambil

(9)

1) Partai 1 – 35 keping, contoh yang diambil 100 %,

2) Partai 36 – 500 keping, contoh yang diambil 35 keping, 3) Partai 501 – 1000 keping, contoh yang diambil 60 keping, 4) Partai 1001 – 2000 keping, contoh yang diambil 80 keping, 5) Partai 2001 – 3000 keping, contoh yang diambil 125 keping, 6) Partai lebih dari 3000 keping, contoh yang diambil 5%.

c. Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam

pemeriksaan adalah sebagai berikut :

7) Tebal ukuran baku ≤ 3 cm, toleransinya ≤ 3 mm 8) Tebal ukuran baku > 3 cm, toleransinya ≤ 6 mm 9) Lebar ukuran baku ≤ 8 cm, toleransinya ≤ 3 mm

10) Lebar ukuran baku > 8 cm, toleransinya ≤ 3

mm

11) Panjang ukuran baku ≤ 1 m, toleransinya ≤ 25

mm

12) Panjang ukuran baku > 1 m, toleransinya ≤ 50

mm

d. Hasil Pemeriksaan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam

Daftar Pemeriksaan Kayu Gergajian / Kayu Lapis (DPKG/KL) dengan

menggunakan blanko model DK.A. 103.b (lampiran I.C.2).

e. Apabila berdasarkan pemeriksaan partai sampel tersebut, ukuran lebihnya tidak melebihi toleransi yang diperkenankan, maka dimensi fisik kayu tersebut termasuk lulus uji, yaitu tebal dan panjangnya tidak mempunyai kayu kurang atau kayu pas, sedangkan lebarnya diperkenankan mempunyai kayu pas dan kayu kurang (< 5 mm), asalkan jumlah kepingnnya hanya < 10% dari jumlah keping kayu gergajian contoh.

f. Apabila kayu gergajian yang lulus uji jumlahnya adalah 90% atau lebih dari jumlah sampel, maka DHH yang diajukan dinyatakan benar.

g. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Gergajian / Kayu Lapis dengan

menggunakan model blanko DK.B. 101.b (lampiran I.I.2).

h. Apabila berdasarkan pemeriksaan diperoleh hasil di luar batas yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka wajib dilakukan pengukuran ulang 100 % oleh pemilik/penerima kayu olahan tersebut.

i. Setelah selesai dilakukan pengukuran ulang terhadap partai kayu sebagaimana dimaksud pada huruf h, selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai ketentuan sampai hasil pemeriksaan dinyatakan benar.

(10)

k. Peralatan pengujian yang digunakan meliputi pita ukur, jangka sorong, pisau dan kaca pembesar.

l. Tata cara pengukuran/pengujian dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran/pengujian yang berlaku.

H. Tata cara pemeriksaan Kayu Lapis untuk penerbitan SKSHH

3. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap DHH

yang diajukan :

a. Memeriksa kebenaran blanko DHH yang digunakan,

b. Memeriksa nomor-nomor bundel kayu lapis sesuai dengan DHH, c. Memeriksa kebenaran pengisian DHH.

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu lapis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Kayu Lapis yang akan diuji disusun per sortimen dan dikelompokkan berdasarkan ketebalannya,

b. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran, dengan mengambil secara acak dan harus mewakili setiap sortimen dan jenis, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Partai 1 – 35 keping, contoh yang diambil 100 %,

2) Partai 36 – 500 keping, contoh yang diambil 35 keping, 3) Partai 501 – 1000 keping, contoh yang diambil 60 keping, 4) Partai 1001 – 2000 keping, contoh yang diambil 80 keping, 5) Partai lebih dari 2000 keping, contoh yang diambil 125 keping. c. Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam pemeriksaan

adalah sebagai berikut :

1) Panjang dan lebar,

toleransinya –0.00 mm dan +1,50 mm

2) Tebal untuk ukuran > 3 cm,

toleransinya ± 6 mm

3) Tebal untuk ukuran 3 mm - <

6 mm, toleransinya ± 0,20 mm

4) Tebal untuk ukuran 6 mm - <

12 mm, toleransinya ± 0,30 mm

5) Tebal untuk ukuran 12 mm

-< 20 mm, toleransinya ± 0,40 mm

6) Tebal untuk ukuran ≥ 20 mm, toleransinya ± 0.50 mm

d. Hasil Pemeriksaan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam Daftar Pemeriksaan Kayu Gergajian / Kayu Lapis (DPKG/KL) dengan

menggunakan blanko model DK.A. 103.b Lampiran I.C.2).

(11)

f. Apabila kayu lapis yang lulus uji tersebut butir e, jumlahnya adalah 90% atau lebih dari jumlah sampel, maka DHH yang diajukan dinyatakan benar.

g. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Gergajian / Kayu Lapis dengan menggunakan model blanko DK.B. 101.b (lampiran I.I.2).

h. Apabila berdasarkan pemeriksaan diperoleh hasil di luar batas yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka wajib dilakukan pengukuran ulang 100 % oleh pemilik/penerima kayu lapis tersebut.

i. Setelah selesai dilakukan pengukuran ulang terhadap partai kayu sebagaimana dimaksud pada huruf c, selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai ketentuan sampai hasil pemeriksaan dinyatakan benar.

j. Terhadap partai kayu yang telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya dinyatakan benar sebagaimana dimaksud pada huruf i, maka wajib dibuatkan DHH baru dan selanjutnya diterbitkan SKSHH oleh P2SKSHH.

k. Peralatan pengujian yang digunakan meliputi pita ikur, jangka sorong, pisau dan kaca pembesar.

l. Tata cara pengukuran/pengujian dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran/pengujian yang berlaku.

I. Tata cara pemeriksaan penerimaan Kayu Gergajian

Petugas pemeriksa penerima kayu gergajian (P3KG) setelah mendapat laporan dan menerima SKSHH dari perusahaan wajib segera mematikan dokumen sesuai ketentuan dan segera melakukan pemeriksaan kayu gergajian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi : a. Kebenaran blanko SKSHH yang digunakan,

b. Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHH, c. Kebenaran nomor register penerbit SKSHH,

d. Kebenaran pengisian (perusahaan pengirim, tujuan pengangkutan, masa berlaku dokumen, jenis alat angkut, penulisan huruf dan angka volume dan lain-lain).

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu gergajian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(12)

b. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran, dengan mengambil secara acak dan harus mewakili setiap sortimen dan jenis, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Partai 1 – 35 keping, contoh

yang diambil 100 %,

2) Partai 36 – 500 keping, contoh

yang diambil 35 keping,

3) Partai 501 – 1000 keping,

contoh yang diambil 60 keping,

4) Partai 1001 – 2000 keping,

contoh yang diambil 80 keping,

5) Partai 2001 – 3000 keping,

contoh yang diambil 125 keping,

6) Partai lebih dari 3000 keping,

contoh yang diambil 5%.

c. Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1) Tebal ukuran baku ≤ 3 cm, toleransinya ≤ 3 mm 2) Tebal ukuran baku > 3 cm, toleransinya ≤ 6 mm 3) Lebar ukuran baku ≤ 8 cm, toleransinya ≤ 3 mm 4) Lebar ukuran baku > 8 cm, toleransinya ≤ 3 mm 5) Panjang ukuran baku ≤ 1 m, toleransinya ≤ 25 mm 6) Panjang ukuran baku > 1 m, toleransinya ≤ 50 mm

d. Hasil Pemeriksaan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam Daftar Pemeriksaan Kayu Gergajian / Kayu Lapis (DPKG/KL) dengan

menggunakan blanko model DK.A. 103.b (lampiran I.C.3).

e. Apabila berdasarkan pemeriksaan partai sampel tersebut, ukuran lebihnya tidak melebihi toleransi yang diperkenankan, maka dimensi fisik kayu tersebut termasuk lulus uji, yaitu tebal dan panjangnya tidak melmpunyai kayu kurang atau kayu pas, sedangkan lebarnya diperkenankan mempunyai kayu pas dan kayu kurang (< 5 mm), asalkan jumlah kepingnnya hanya < 10% dari jumlah keping kayu gergajian contoh.

f. Apabila kayu gergajian yang lulus uji jumlahnya adalah 90% atau lebih dari jumlah sampel, maka DHH yang diajukan dinyatakan benar.

g. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Gergajian / Kayu Lapis dengan menggunakan model blanko DK.B. 101.b (lampiran I.I.2).

h. Apabila berdasarkan pemeriksaan diperoleh hasil di luar batas yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf a atau jumlah sortimen lulus uji kurang dari 90%, maka wajib dilakukan pengukuran ulang 100 % oleh pemilik/penerima kayu olahan tersebut dengan didampingi P3KG.

(13)

/ Kayu Lapis oleh pemilik kayu dengan menggunakan blanko model DK.A.103.d (lampiran I.C.4) dan segera dibuatkan Berita Acara Pengukuran Ulang Penerimaan Kayu Gergajian Bulat/Kayu Olahan oleh P3KG dengan menggunakan blanko model DK.B.101.d (lampiran I.I.4).

j. Atas kelebihan volume fisik terhadap volume yang tercantum dalam dokumen dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

k. Peralatan pengujian yang digunakan meliputi pita ikur, jangka sorong, pisau dan kaca pembesar.

l. Tata cara pengukuran/pengujian dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran/pengujian yang berlaku.

J. Tatacara pemeriksaan Penerimaan Kayu Lapis

Petugas pemeriksa penerima kayu lapis (P3KL) setelah mendapat laporan dan menerima SKSHH dari perusahaan wajib segera mematikan dokumen sesuai ketentuan dan segera melakukan pemeriksaan kayu lapis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi :

a. Kebenaran blanko SKSHH yang digunakan,

b. Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHH, c. Kebenaran nomor register penerbit SKSHH,

d. Kebenaran pengisian (perusahaan pengirim, tujuan pengangkutan, masa berlaku dokumen, jenis alat angkut, penulisan huruf dan angka volume dan lain-lain).

2. Melakukan pemeriksaan fisik kayu lapis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Kayu lapis yang akan diuji disusun per sortimen dan dikelompokkan berdasarkan ketebalannya,

b. Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran, dengan mengambil secara acak dan harus mewakili setiap sortimen dan jenis, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Partai 1 – 35 keping, contoh yang diambil 100 %,

2) Partai 36 – 500 keping, contoh yang diambil 35 keping, 3) Partai 501 – 1000 keping, contoh yang diambil 60 keping, 4) Partai 1001 – 2000 keping, contoh yang diambil 80 keping, 5) Partai 2001 – 3000 keping, contoh yang diambil 125 keping, 6) Partai lebih dari 3000 keping, contoh yang diambil 5%.

c. Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut :

(14)

d. Hasil Pemeriksaan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam Daftar Pemeriksaan Kayu Gergajian / Kayu

Lapis (DPKG/KL) dengan menggunakan blanko model DK.A. 103.b

(lampiran I.C.2).

e. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan

sampel tersebut penyimpangannya masih berada dalam batas toleransi yang diperkenankan, maka dimensi/ukuran kayu lapis tersebut termasuk lulus uji.

f. Apabila kayu lapis yang lulus uji

tersebut butir e, jumlahnya adalah 90% atau lebih dari jumlah sampel, maka partai kayu lapis tersebut dinyatakan sah pengangkutannya.

g. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya

dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kayu Gergajian / Kayu Lapis dengan menggunakan model blanko DK.B. 101.b (lampiran I.I.2).

h. Apabila berdasarkan pemeriksaan

diperoleh hasil di luar batas yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf a atau jumlah sortimen lulus uji kurang dari 90%, maka wajib dilakukan pengukuran ulang 100 % oleh pemilik/penerima kayu olahan tersebut dengan didampingi P3KL.

i. Hasil pengukuran ulang 100 %

sebagaimana dimaksud pada huruf c, wajib dimasukkan ke dalam Daftar Pengukuran Ulang Kayu Gergajian / Kayu Lapis oleh pemilik kayu dengan menggunakan blanko model DK.A.103.d (lampiran I.C.4) dan segera dibuatkan Berita Acara Pengukuran Ulang Penerimaan Kayu Lapis oleh P3KL dengan menggunakan blanko model DK.B. 101.d (lampiran I.I.4).

j. Atas kelebihan volume fisik terhadap

volume yang tercantum dalam dokumen dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

k. Peralatan pengujian yang digunakan

meliputi pita ikur, jangka sorong, pisau dan kaca pembesar.

l. Tata cara pengukuran/pengujian

dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran/pengujian yang berlaku.

K. Tatacara pemeriksaan HHBK untuk pengesahan LP-HHBK

1. Setelah menerima LP-HHBK, P2LHP segera melakukan pemeriksaan fisik hasil hutan bukan kayu dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung jumlah bundel/ikat/karung,

(15)

c. Penimbangan dengan sampel 5 % untuk jenis HHBK dengan ukuran berat.

2. Hasil pemeriksaan fisik HHBK sebagaimana dimaksud butir 1

dimasukkan kedalam BAP dengan model DK.B. 101.e (Lampiran I.I.5).

3. Apabila berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut hasilnya dinilai

telah sesuai dengan LP-HHBK yang diajukan, maka LP-HHBK dapat segera disahkan.

L. Tatacara pemeriksaan HHBK untuk penerbitan SKSHH

1. Setelah menerima DHH, P2SKSHH segera melakukan pemeriksaan fisik hasil hutan bukan kayu dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung jumlah bundel/ikat/karung,

b. Meneliti jenis hasil hutan bukan kayu,

c. Penimbangan dengan sampel 5 % untuk jenis HHBK dengan ukuran berat.

d. Hasil pemeriksaan fisik HHBK sebagimana dimaksud butir 1 dimasukkan kedalam BAP dengan model DK.B. 101.e (Lampiran I.I.5).

e. Apabila berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut hasilnya dinilai telah sesuai dengan DHH yang diajukan, maka SKSHH dapat segera diterbitkan.

M. Tatacara pemeriksaan penerimaan Hasil Hutan Bukan Kayu di Industri

1. Petugas Pemeriksa Penerimaan Hasil Hutan Bukan Kayu (P3HHBK) setelah mendapat laporan dan menerima SKSHH dari perusahaan, wajib segera mematikan dokumen sesuai ketentuan dan segera melakukan pemeriksaan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi :

1) Kebenaran blanko SKSHH yang digunakan,

2) Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHH,

3) Kebenaran nomor register penerbit SKSHH,

4) Kebenaran pengisian (masa berlaku dokumen, nama pengirim,

tujuan pengangkutan, masa berlaku, jenis alat angkut, jumlah muatan/isi, penulisan angka volume atau volume dalam huruf) b. Melakukan pemeriksaan fisik hasil hutan bukan kayu dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menghitung jumlah bundel/ikat/karung,

(16)

3) Penimbangan dengan sampel 5 % untuk jenis HHBK dengan ukuran berat.

4) Hasil pemeriksaan fisik HHBK sebagimana dimaksud butir 2

dimasukkan kedalam BAP dengan model DK.B. 101.e (Lampiran

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, untuk pemanfaatan kayu dan non kayu dapat dilakukan pada Hutan Desa yang berfungsi sebagai Hutan Produksi melalui IUPHHK dan IUPHHNK dan jasa lingkungan

pemberitahuan secara tertulis oleh kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan kepada orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan

Terhadap Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan de- ngan Pemeriksaan Kantor, dalam hal permo- honan pengembalian kelebihan pembayaran tersebut diajukan

(4) Apabila Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan Pemeriksaan Kan tor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a, jangka

 nah itulah hal yang harus dilakukan ketika anda ingin melakukan install ulang windows 7 jika proses sudah selesai maka anda sudah berhasil membuat

Setelah seluruh pelaksanaan pemeliharaan selesai, maka dilakukan perakitan kembali dari seluruh bagian generator dengan langkah dan cara yang benar, Test Generator Setelah

Investigasi biasanya dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap korban,saksi-saksi serta rekontruksi atau pengulangan kejadian guna mendapatkan data-data proses

Setelah itu melakukan perancangan ulang dengan menggunakan software Visio 2016, setelah melakukan perancangan ulang menggunakan metode shared storage dilakukan pengukuran menggunakan