• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institusi-Januari 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institusi-Januari 2009"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VII JANUARI 2009

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari

berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal

penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka

saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-

download

berita dari

situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas

diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap

penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a ft a r I si

Waspadai, Proses RUU Kontroversial --- 1

Gus Ipul: Putusan MK Tidak Akurat --- 2

UU BHP dan Sisdiknas Akan Digugat --- 3

Perlu Perda Lindungi Taman Kota

---

5

Golput Bukan Ancaman --- 6

Memilih di Pemungutan Ulang --- 8

Parpol Mulai Laporkan Intimidasi --- 9

Pemerintah Siapkan 22 Aturan Pelaksanaan --- 10

Politik "Matsya-Nyaya" --- 11

KPUD Harus Dapat Izin dari KPU Pusat --- 13

Perpres Hanya untuk Darurat --- 14

Di Bali Masyarakat "Ambil Alih" Tugas KPU --- 15

Dicurigai, Motif Politik Perpres --- 16

RUU JPSK Harus Selesai--- 18

RUU TIGNas Berpotensi Menimbulkan Konflik --- 20

Perpres Belum Dipikir --- 21

Pemilu di Tengah Krisis

---

22

Perpu Akan Sulitkan KPU --- 23

Suasana yang Membiru pada Tahun Pemilu --- 24

Waspadai Kekerasan Jelang Pemilu --- 25

Mendagri: Perpres Bantuan Untuk Pemilu Sudah Ditandatangani --- 26

Masa Transisi UU BHP Berbeda --- 27

Pembahasan Raperda Sebaiknya Ditunda --- 29

DPR Optimistis RUU Tipikor Disahkan --- 30

PK Pilkada Lampung Utara Disoal

---

31

Peta Politik Pilgub Berubah--- 32

Dephub Siapkan Lima RPP Penerbangan --- 34

Mendagri Resmikan Tiga Daerah Otonomi --- 35

Menyoal Sebuah Undang-Undang --- 36

Singapura Perketat UU Tentang Unjuk Rasa --- 38

UU BHP Tidak Akan Diubah --- 39

(4)

Agenda kelembagaan dan governance --- 41

UU BHP Ubah Posisi Guru --- 42

Undang-undang Pornografi dan Pancasila --- 45

Kampanye Terselubung di Jambi Marak--- 47

Mahasiswa Minta UU BHP Direvisi --- 48

Perpres Bantuan APBD buat Pemilu Mendesak

---

49

KPU Minta Perpu Pemilu Keluar Januari --- 51

Mengkritisi Akar Masalah UU BHP --- 53

Pilkada Ulang Setelah Pilpres --- 56

Guru tak Perlu Cemaskan UU BHP --- 57

Bali Diizinkan Susun Ulang Jadwal --- 58

Ditemukan Pelanggaran Kampanye Pemilu 2009 --- 59

Keruwetan Sistem Pemilu Harus Diterima --- 60

KPU Jatim Bisa Segera Tetapkan Hasil Pilkada--- 61

Papua, yang Berubah dan yang Berjalan di Tempat --- 62

Pemerintah Tidak Akan Ambil Alih --- 65

Perpu Diharapkan Terbit Akhir Januari --- 66

Pembahasan RUU Rahasia Negara Dikhawatirkan Tergesa-gesa

---

68

Cacat Ideologis UU BHP --- 70

(5)

Kompas Jumat, 22 Januari 2009

W a spa d a i, Pr ose s RU U Kon t r ove r sia l

Jumat, 2 Januari 2009 | 05:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Masyarakat diminta terus mengikuti dan mengkritisi proses legislasi sejumlah rancangan undang-undang terkait isu reformasi sektor keamanan, seperti Rancangan Undang-Undang Peradilan Militer serta Rahasia Negara, apalagi jika rancangan aturan tersebut masih memicu banyak kontroversi dan penolakan.

Jika kehati-hatian tidak dilakukan, dikhawatirkan rancangan aturan seperti itu bakal lolos nyelonong begitu saja, apalagi mengingat tahun 2009 adalah tahun pemilihan umum yang akan banyak menyita waktu dan perhatian masyarakat.

Peringatan seperti itu disampaikan sejumlah pihak, Kamis (1/1), pada kesempatan terpisah. Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, menyatakan, terpecahnya perhatian terutama para anggota dewan antara harus berkampanye dan kewajibannya membahas suatu rancangan undang-undang (RUU) dapat mengakibatkan proses legislasi menjadi sekadar asal jadi.

”Apalagi waktu kerja yang mepet menjelang pemilu. Kita tahu, ketika suatu RUU telah disetujui dan ditetapkan, aturan itu otomatis akan berlaku dalam 30 hari setelah penetapannya. Coba lihat kasus UU Badan Hukum Pendidikan yang ditentang keras banyak kalangan, sementara para anggota dewan pembahasnya sendiri merasa sudah maksimal bekerja,” ujar Ikrar.

Sementara itu, Agus Sudibyo dari Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) menyampaikan bahwa pembahasan RUU Rahasia Negara diperkirakan sudah akan berlanjut kembali pada pertengahan Januari 2009.

Departemen Pertahanan merevisi RUU itu sesuai dengan permintaan Komisi I, yang mengembalikannya akhir Mei lalu. ”Persoalannya sekali lagi, semangat dan substansi yang terkandung di dalam RUU Rahasia Negara sangat kontraproduktif bagi prinsip-prinsip keterbukaan informasi dan proses demokratisasi secara luas,” tutur Agus.

(6)

Jurnal Nasional Sabtu, 03 Januari 2009

Sembilan Surabaya | Sabtu, 03 Jan 2009

Gu s I pu l: Pu t u sa n M K Tida k Ak u r a t

Calon wakil gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengatakan hasil rekapitulasi penghitungan suara ulang di Pamekasan, Jawa Timur, 28 Desember lalu membuktikan pilkada tidak ada kecurangan. Sebab, pasangan Karsa (Soekarwo-Saifullah) tetap memenangkan penghitungan ulang tersebut. Sehingga putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan adanya kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif ternyata tidak terbukti.

"Putusan MK yang menginstruksikan penghitungan ulang sebagai putusan yang salah. MK mengambil keputusan berdasar informasi yang tidak akurat," kata Gus Ipul dalam jumpa persnya, Jumat (2/1) di Surabaya.

Lebih lanjut, jika memang MK menemukan pelanggaran, harusnya tidak digeneralisasi untuk melakukan penghitungan ulang di seluruh Pamekasan. "Yang jadi masalah kan di Kecamatan Pakong, harusnya khusus di kecamatan ini yang diulang. Toh hasilnya di Kecamatan Pakong ternyata juga tak jauh berbeda," katanya.

Ditambahkan Ipul, karena putusan MK yang dinilai salah itu kubu Karsa minta kubu Kaji (Khofifah-Mudjiono) mengganti seluruh biaya penyelenggaraan pemilihan ulang pilkada di Kabupaten Pamekasan. "Kalau tidak terbukti ada pelanggaran, penggugat harusnya bisa tanggung jawab dengan mengganti seluruh proses pengulangan penghitungan suara," katanya.

Menurut dia, Kaji yang menggugat ke Mahkaman Konstitusi (MK) telah merugikan banyak pihak. Apalagi anggaran untuk proses pengulangan tersebut mencapai Rp14,5 miliar dan diambilkan dari uang rakyat melalui APBD.

Terlepas dari itu, Gus Ipul mengaku pihaknya telah siap untuk menghadapi pilkada ulang di Bangkalan dan Sampang. Untuk memenangkan proses pilkada ulang sendiri, pihaknya akan fokus untuk menggiring massa supaya tidak golput ketika hari H pencoblosan.

Ketua Panwas Pamekasan, Muksin Rasyid saat dikonfirmasi mengatakan Panitia Pengawas Kabupaten Pamekasan, memanggil ketua PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Waru terkait hilangnya sebanyak 51 suara di TPS 13 Desa Waru Timur, saat dilakukannya proses penghitungan ulang pada Minggu (28/12) lalu.

Kata Muksin beberapa waktu lalu pihaknya telah memeriksa dua orang masing-masing ketua TPS dan seorang anggotanya untuk menjelaskan kronologis hilangnya surat suara tersebut. "Untuk melengkapi data, hari ini kita panggil ketua PPK, yakni Sunaryo. Soal pertanyaannya masih seputar kronologis hilangnya suara," katanya.

(7)

Jurnal Nasional Senin, 05 Januari 2009

Sosial - Budaya Jakarta | Senin, 05 Jan 2009

U U BH P da n Sisdik n a s Ak a n D igu ga t

by : Ika Karlina Idris

Pe k a n in i dr a f u j i m a t e r iln y a sia p dia j u k a n k e M a h k a m a h

Kon st it u si.

Aliansi Rakyat Tolak Badan Hukum Pendidikan berencana segera mengajukan gugatan Undang-Undang (UU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) dan UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) kepada Mahkamah Konstitusi (MK). Kedua UU tersebut dinilai saling tumpang tindih. Bahan-bahan uji materinya kini sedang mereka siapkan.

"Pekan depan pembahasan undang undang dijadwalkan sudah selesai dan akan diajukan ke MK," kata Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan saat dihubungi, kemarin.

Menurut Ade, sebenarnya mereka hanya berencana menolak UU BHP saja, tapi koalisi akhirnya sepakat untuk menambahkan pengajuan uji formil UU BHP dan uji materiil UU Sisdiknas.

"Dari Undang-Undang Sistem Pendidikan bisa dilihat kalau Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan tidak diperlukan," kata dia.

Aliansi Rakyat ini terdiri dari Indonesia Corruption Watch, Perguruan Taman Siswa, pengamat Pendidikan Winarno Surachmad, H.A.R. Tilaar, Jimmy Paat (Kelompok Studi Kultural dan Pedagogik), Lody Paat (Koalisi Pendidikan), dan wakil dari Koalisi Guru dan Serikat Guru dari Banten, Tangerang, Lebak, Serang, Pandeglang, Garut, Brebes, Medan, dan Tegal.

Selain itu, kata dia, semangat yang ada di dalam UU Sisdiknas dan UU BHP sangat berbeda. Jika pada undang yang pertama ada tujuan pendidikan untuk rakyat, pada undang-undang kedua terlihat semangat korporasi pendidikan. Ade menyatakan UU BHP juga akan mengaburkan peran negara dalam pendanaan pendidikan.

Sementara, pengamat pendidikan dari Perguruan Taman Siswa, Darmaningtyas, menyatakan UU BHP sama sekali tidak diperlukan karena sudah ada UU Sisdiknas. "Mau mengatur apa lagi, semuanya sudah di UU Sisdiknas." katanya.

Menurut Darmaningtyas, seharusnya aturan yang belum begitu jelas di dalam UU Sisdiknas diatur dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) saja. Darmaningtyas mencontohkan Undang Undang Sistem Pendidikan No 8 Tahun 1989 yang melahirkan peraturan pemerintah nomor 27, 28, 29, dan 30.

Keberpihakan UU BHP melalui pengaturan maksimal dana yang diperkenankan dipungut peserta didik, kata dia, tidak membuat undang-undang ini jadi baik. Pasalnya, lanjut Darmaningtyas, sudah ada pasal dalam UU Sisdiknas untuk menjamin terselenggaranya pendidikan dasar tanpa biaya.

Dalam pasal 32 ayat 2 UU Sisdiknas disebutkan pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar tanpa memungut biaya. Dalam ayat selanjutnya dijelaskan wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

(8)
(9)

Jurnal Nasional Senin, 05 Januari 2009

Menurut Dodi, sebenarnya jauh sebelum BHP disahkan, pemerintah dan DPR sudah mendengar semua masukan dari berbagai elemen masyarakat. "Termasuk mahasiswa."

(10)

Pikiran Rakyat Senin, 05 Januari 2009

Pe r lu Pe r da Lin du n gi Ta m a n Kot a

Senin, 05 Januari 2009 , 20:18:00

CIMAHI, (PRLM).- Penataan taman kota yang gencar dilakukan Pemkot Cimahi perlu dilindungi oleh Perda. Pasalnya penataan taman kota, tanaman pot dan penanaman pohon di median jalan di Cimahi kerap tidak terjaga yang akhirnya menjadi rusak. Kesan ingin menciptakan keindahan kota menjadi kebalikannya.

Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Ir. Hj. Suryani Wirianata yang ditemui di kantornya Pemkot Cimahi, Jalan Demang Harjakusumah, Senin (5/1).

“Dengan Perda tersebut diharapkan ada efek jera terhadap tangan jahil beberapa warga yang tidak ikut memelihara taman kota,”kata dia.

Misalnya pemkot telah menanam bunga-bungaan namun beberapa hari kemudian tanaman tersebut dicabut bahkan hilang. Hal serupa pun terjadi pada barang-barang lainnya seperti pagar taman yang sering dicuri oknum warga.

Hal itu sangat disesalkan karena dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan keindahan kota itu tidaklah sedikit.

Pada tahun 2008, Dinas LH Cimahi mengalokasikan dana sebesar Rp 1 milliar lebih anggaran dari APBD Cimahi untuk menata kembali beberapa taman kota tahap pertama dan dilanjutkan pada tahap kedua di tahun 2009 ini.

Di antaranya Taman Kota Oerip Soemoharjo di dekat RS Dustira Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah, Taman Wihelmina Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah, Taman Leuwi Gajah di Keluraha Utama Kecamatan Cimahi Selatan, taman di median Jalan Mintareja Kecamatan Cimahi Utara dan Taman Akses Tol Baros.

Suryani mengharapkan ada kesadaran bersama untuk menjaga keindahan Kota Cimahi.

(11)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

Golpu t Bu k a n An ca m a n

Kamis, 8 Januari 2009 | 00:30 WIB

AJ Susmana

Menghadapi Pemilu 2009, Kiki Syahnakri tampak khawatir dengan potensi menguatnya golongan putih alias golput.

Kiki Syahnakri menulis banyaknya golput, terutama dalam pilkada belum lama ini, merupakan salah satu sisi negatif yang membayangi Pemilu 2009. Alasannya: banyaknya golput bisa berarti keterpilihan pemimpin tidak mencerminkan kehendak rakyat secara utuh.

Dengan kata lain, menurunkan kredibilitas dan legitimasi pemerintah yang dihasilkan sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan politik yang bisa merusak integritas bangsa dan negara.

Ia pun berharap, ”jangan lagi ada tokoh yang menyerukan boikot pemilu atau mendukung golput. Ia juga mengharapkan adanya etika demokrasi dan kompetisi yang sehat menuju Pemilu 2009” (Kompas, 6/1/2009).

Realitas politik

Dalam kacamata formal, banyaknya golput bisa berarti seperti digambarkan Kiki Syahnakri. Namun, dalam soal politik sebagai strategi, kita harus realistis dan memandang golput sebagai realitas politik yang sedang berlangsung dan memiliki potensi terhadap kemenangan dan kekalahan partai tertentu.

Hanya partai yang solid keanggotaannya tak akan terpengaruh kampanye golput. (Apalagi) golput di era kini belum bisa digambarkan sebagai satu kekuatan politik yang terorganisasi, seperti pada Pemilu 1997 yang kian dapat mendeligitimasi rezim Orde Baru. Pada pemilu kali ini, golput masih merupakan gambaran abstrak yang bisa diolah dalam rangka memenangi partai tertentu bila partai itu sanggup, mengingat politik kepartaian kita pada masa reformasi masih dibayangi floating mass hasil depolitisasi Orde Baru selama 32 tahun.

Dalam hal tertentu, golput pada era reformasi bukan kesadaran politik, tetapi mungkin lebih banyak pada ke-apatis-an untuk mengikuti pemilu karena sudah muak dan tidak percaya terhadap lembaga politik dan bisa jadi juga tidak peduli saat hak pilihnya dalam Pemilu 2009 tidak diberikan sebagaimana mestinya oleh petugas yang bertanggung jawab untuk itu.

Sebagai gambaran, kita bisa membaca pernyataan Bre Redana terkait peran kelas kreatif dan momentum Pemilu 2009: ”Perubahan gaya hidup memengaruhi perubahan dunia kini. Peningkatan kualitas kehidupan boleh kita harapkan pada individu-individu yang mendorong berkembangnya ekonomi kreatif, bukan pada para caleg yang fotonya terpampang di poster-poster butut” (Kompas Minggu, 4/1/2009).

Pernyataan itu juga dapat diartikan sebagai sikap apatis atau tak adanya harapan pada para aktivis politik yang kini sedang berjuang di medan parlementarian (entah untuk melakukan perubahan atau mempertahankan status quo, tentu ini soal lain).

(12)
(13)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

Justru yang berbahaya dalam pemilu era sekarang adalah menguatnya politik uang dan kita tahu siapa-siapa yang memiliki uang di negeri ini. Itu artinya demokrasi semakin dijauhkan dari tangan-tangan kerakyatan yang tulus berjuang dan berkehendak mewujudkan demokrasi sebagaimana arti sebenarnya, yaitu Kedaulatan Rakyat.

(14)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

I n dik a t or

M e m ilih di Pe m u n gu t a n U la n g

Kamis, 8 Januari 2009 | 15:01 WIB

Agenda pemungutan suara ulang Pilkada jawa Timur di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang pada 21 Januari mendatang disambut cukup antusias. Antusiasme ini terlihat dari niat pemilih untuk menggunakan hak pilihnya.

Hasil survei Litbang Kompas menyebutkan mayoritas responden (91 persen) akan menggunakan hak pilihnya dalam pemungutan ulang Pilkada Jatim tersebut. Jika merujuk partisipasi pemilih di putaran kedua Pilkada Jatim pada 4 November 2008, tingkat partisipasi pemilih di Bangkalan mencapai 67,62 persen. Adapun di Sampang mencapai 72,44 persen.

(15)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

Pe m ilu di Ace h

Pa r pol M u la i La por k a n I n t im ida si

Kamis, 8 Januari 2009 | 03:00 WIB

Banda Aceh, Kompas - Pengurus partai politik mulai melaporkan intimidasi serta pembakaran atribut dan kantor partainya ke Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Laporan yang diserahkan, antara lain, adalah ancaman pembunuhan yang dilakukan melalui layanan pesan singkat kepada calon anggota legislatif atau caleg ataupun pengurus partai politik.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Rakyat Aceh (PRA) Rahmat Djailani, Rabu (7/1) di Banda Aceh, menuturkan, ”Ratusan intimidasi dan ancaman kami terima setiap hari. Sudah saatnya untuk dilaporkan. Kami sudah tidak tahan.”

Didampingi pengurus PRA, Rahmat menyatakan, data Badan Pemenangan Pemilu PRA antara Oktober dan November tahun 2008 saja mencatat 17 kali pembakaran bendera, ancaman agar tidak memasang atribut, dan ancaman pembunuhan. Wilayah pantai timur Aceh adalah yang paling banyak terjadi ancaman.

Intimidasi itu, kata Rahmat, terjadi hampir setiap hari. Dia mendapatkan belasan layanan pesan singkat (SMS) ancaman pembunuhan jika PRA tetap memasang bendera atau masuk wilayah tertentu.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Bireuen Muhammad Ali juga melaporkan ancaman kepada calegnya. Mereka diminta mengundurkan diri.

Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) NAD Nyak Arief Fadillah Syah menyatakan tak memberi toleransi jika intimidasi dan pelanggaran itu terbukti terjadi. Pemilu 2009 di Aceh harus dilakukan dalam kondisi yang damai. Rakyat sudah lelah berada dalam kondisi konflik.

Dia juga menyatakan akan melakukan klasifikasi bentuk pelanggaran pemilu itu. Panwaslu tak akan mendiamkan begitu pelanggaran pemilu dilakukan tanpa penyelesaian hukum.

Rahmat berharap pelanggaran pemilu, termasuk intimidasi yang terjadi sebelum tahun 2008, juga diusut kembali. ”Jika pengusutan pelanggaran tak berlaku surut, bagaimana dengan ke depannya?” kata dia.

(16)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

U U M in e r ba

Pe m e r in t a h Sia pk a n 2 2 At u r a n Pe la k sa n a a n

Kamis, 8 Januari 2009 | 01:02 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah menargetkan bisa menyelesaikan sekitar 22 peraturan untuk implementasi Undang- Undang Pertambangan Mineral dan Batu Bara pada tahun ini. Peraturan tentang wilayah pertambangan menjadi prioritas.

”Untuk sementara sampai ada aturan yang jelas, izin pertambangan baru dihentikan dulu. Ini bagus juga supaya pemerintah punya waktu untuk menertibkan izin-izin yang sudah ada,” kata Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukhyar, Rabu (7/1) di Jakarta.

Menurut Sukhyar, secara garis besar PP itu berkaitan dengan kewajiban kuasa pertambangan untuk memasok ke domestik, pemetaan wilayah pertambangan, pengusahaan pertambangan, pembinaan dan pengawasan.

Pemetaan wilayah termasuk tata cara penetapan batas dan luas wilayah usaha pertambangan, maupun tata cara memperoleh izin usaha pertambangan.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Mineral, Batu bara, dan Panas Bumi, kini ada sekitar 3.000 kuasa pertambangan yang dikeluarkan oleh daerah.

”Status kuasa pertambangan yang tidak disebutkan secara spesifik di dalam UU juga akan diperjelas dalam PP. Dengan demikian, akan jelas bagaimana mereka harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU,” ujar Sukhyar.

Divestasi saham

Aturan pengusahaan pertambangan akan mencakup kewajiban melakukan divestasi saham dan meningkatkan nilai tambah hasil tambang mineral dengan pengolahan di dalam negeri.

Pemerintah memperkirakan penerapan kewajiban memasok ke domestik akan tertunda sampai pertengahan tahun. Dirjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Bambang Setiawan mengatakan, kewajiban memasok ke domestik yang semula akan ditetapkan dengan peraturan menteri, dinaikkan menjadi peraturan pemerintah.

Menurut Bambang, perusahaan tambang batu bara tetap bisa diwajibkan untuk memasok ke domestik melalui klausul dalam kontrak. ”Di kontrak, ada klausul yang mengatur tentang memasok ke domestik,” kata Bambang.

(17)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

Polit ik " M a t sya - N y a y a "

Kamis, 8 Januari 2009 | 00:27 WIB

Toto Suparto

Indonesia Corruption Watch memperkirakan politik uang akan dominan pada Pemilu 2009. Politik uang itu menjadi pelicin bagi calon anggota legislatif untuk meraih suara sebanyak mungkin.

Hal itu dilakukan caleg akibat putusan uji materi Mahkamah Konstitusi yang membatalkan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD, dan DPD (Kompas, 3/1).

Meski politik uang sulit diusut sebagai perkara pidana pemilu, orang bakal sepakat bahwa politik uang tidak taat pada etika politik. Apa jadinya jika politisi mengabaikan etika politik? Maka, inilah awal dehumanisasi. Politisi itu tak menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Ia enggan memperhitungkan orang lain, enggan pula bertemu wajah orang lain, dan jangan harap mempunyai empati. Kelak yang terjadi, kepentingan rakyat adalah urusan belakangan dan kepentingan pribadi atau kelompok menjadi prioritas.

Itulah yang dikhawatirkan terjadi tahun ini saat para politisi bersaing meraih kursi kekuasaan melalui Pemilu 2009. Hasrat berkuasa acap membuat mereka mengabaikan etika politik. Nafsu memenangi persaingan dalam Pemilu 2009 membuat mereka melupakan kesopanan moral.

Ketika etika politik dilupakan, para politisi terdampar pada praktik politik Matsya-Nyaya, sebuah gambaran politik ala filsafat India. Matsya-Nyaya digambarkan pelukis Pieter Breughel, ”Ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil”.

Tanpa altruisme

Matsya-Nyaya atau hukum ikan ini ingin menggambarkan kehidupan yang tidak memiliki kesopanan moral. Matsya- Nyaya merupakan terminologi India, tetapi di Barat hukum ikan ini juga dikenal khalayak karena menjadi kelaziman bagi politisi di sana. Breughel melukiskan kebiasaan politisi itu dengan kehidupan di laut di mana ikan-ikan besar mencaplok ikan kecil. Ketika ikan besar itu ditangkap nelayan, dari perut ikan besar itu berhamburan ikan-ikan kecil.

Breughel ingin menggambarkan kehidupan laut yang rakus dan berdarah dingin, persis perilaku politik di mana pun dan kapan saja. Politik itu mengorbankan si kecil. Nyaris menjadi kelaziman manakala yang besar melahap si kecil. Ini sebagai metafora dari sikap yang mendahulukan kepentingan sendiri.

Di sini egoisme mengalahkan altruisme. Egoisme beranggapan satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri, sementara altruisme mengajarkan hidupmu merupakan sesuatu yang hanya dapat dikorbankan. Masing-masing tak bisa berdiri sendiri. Idealnya, egoisme berjalan seimbang dengan altruisme. Apalagi moralitas menuntut agar menyeimbangkan kepentingan kita dengan kepentingan lain. Dalam bahasa lain, berperilaku seperti ikan besar tidaklah mengikuti moralitas.

(18)

Kompas Kamis, 08 Januari 2009

Dalam politik kita, saman bisa diterjemahkan sebagai menebar pesona, danda berupa kekerasan, dana sebagai politik uang, dan bheda politik pecah belah. Melalui empat upaya ini saja si kecil dibuat tak berdaya. Apalagi jika ditambah maya yang bisa diartikan sebagai tipuan, upeksa sebagai kepura-puraan, dan indrajala yang lazim diartikan muslihat.

Jika para politisi (dimetaforkan sebagai ikan besar) mempraktikkan cara pendekatan itu, maka wong cilik (ikan kecil) menjadi tak berdaya. Saat inilah ikan-ikan besar itu dengan mudah mencaplok si kecil. Artian mencaplok di sini adalah menguasai sehingga mudah dikendalikan atas kemauan para politisi.

Melawan

Barangkali di antara kita sudah merasakan politik Matsya-Nyaya ini. Jangan terkejut, di masa mendatang akan kian terasa dan bisa lebih vulgar lagi. Memang inilah pilihan untuk menuju kursi kekuasaan, persis ungkapan dalam satu bagian Mahabharata, ”Jika kamu tidak siap berbuat kasar dan membunuh orang, seperti nelayan membunuh ikan, lupakan semua harapan untuk meraih keberhasilan besar”. Ungkapan ini seolah menegaskan, jangan menjadi politisi jika enggan menerabas etika.

Dalam kehidupan laut yang rakus itu, ikan-ikan kecil memberi perlawanan. Ini merupakan pesan, melawan itu perlu. Kita tak usah memberi tempat bagi politisi yang minus etika. Maka, gerakan menolak politisi busuk menjadi penting. Bukan sekadar seremonial, tetapi sungguh-sungguh diwujudkan dalam keseharian.

Melawan bukan berarti menggunakan melulu kekerasan atau cara-cara yang dilakukan politisi. Dana bukan dilawan dana, maya bukan ditandingi maya, atau bheda dibendung dengan bheda. Semua ini, kata filsuf moral, hanya bisa dilawan diri sendiri dengan suara hati.

Suara hati merupakan kesadaran moral dalam situasi nyata, artinya kesadaran dalam situasi itu kita bisa memilih antara melakukan yang benar atau yang salah, serta bahwa kita tidak boleh melakukan yang salah. Teolog John Henry Newman menegaskan, dalam suara hati kita menyadari berkewajiban mutlak untuk melakukan yang baik dan benar serta menolak yang buruk dan salah.

Jika kita punya suara hati, maka politik Matsya-Nyaya yang dipraktikkan para politisi tidak akan mendapat tempat. Perlawanan ini setidaknya menumbuhkan optimisme, politik bisa dijalani secara santun dan beretika. Saatnya kita melawan.

(19)

Kompas Jumat, 09 Januari 2009

Tu n da Pe r pr e s soa l Pe n u n j u k a n

KPU D H a r u s D a pa t I z in da r i KPU Pu sa t

Jumat, 9 Januari 2009 | 00:18 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menunda keluarnya peraturan presiden tentang penunjukan langsung dalam pengadaan logistik Pemilu 2009. Hal itu karena banyak hal yang masih belum jelas dalam usulan tentang perlunya peraturan itu.

Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Ibrahim Zuhdi Fahmi Badoh, Kamis (8/1) di Jakarta, menuturkan, setidaknya ada dua hal yang harus diperjelas lebih dahulu sebelum perpres tersebut dikeluarkan, yaitu kriteria kondisi darurat dan adanya hasil audit aset pemilu dari KPU.

Sebelumnya, Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary memastikan, perpres itu akan keluar pada Jumat hari ini. Dia juga mengatakan, penunjukan langsung hanya boleh dilakukan dalam keadaan mendesak atau darurat (Kompas, 8/1).

Menurut Fahmi, KPU harus menjelaskan dahulu kepada masyarakat, kriteria keadaan darurat yang dimaksud secara rinci. Misalnya, kesiapan logistik yang seperti apa yang dapat disebut darurat.

KPU juga harus lebih dahulu mengaudit sejumlah logistik Pemilu 2004, seperti kotak suara dan peralatan teknologi informasi yang diyakini masih bisa dipakai.

Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti berharap, perpres tersebut baru dikeluarkan saat kondisi darurat sudah faktual terjadi.

”Saat ini gagasan tentang perpres masih didasarkan pada sejumlah asumsi yang ironisnya juga tidak jelas. Dengan demikian, jika sekarang sudah dikeluarkan, dikhawatirkan KPU di sejumlah daerah malah sengaja menciptakan kondisi darurat agar dapat memakai perpres itu,” tutur Rangkuti.

Izin pusat

Menurut anggota KPU I Gusti Putu Artha di Palembang, Kamis, KPU di daerah harus mengantongi izin Ketua KPU sebelum melakukan penunjukan langsung dalam pengadaan logistik. Syarat tersebut antara lain untuk menghindari praktik korupsi.

(20)

Kompas Sabtu, 10 Januari 2009

Pe r pr e s H a n y a u n t u k D a r u r a t

Sabtu, 10 Januari 2009 | 00:25 WIB

Jakarta, Kompas - Pengajuan peraturan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum atas Perubahan Kedelapan terhadap Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, sehingga KPU dapat melakukan penunjukan langsung, hanya akan digunakan dalam kondisi darurat.

Dengan kata lain, jika penunjukan langsung sampai tidak dilakukan, pelaksanaan pemilu bisa terancam batal.

Demikian diungkapkan Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary di Jakarta, Jumat (9/1), terkait dengan batasan darurat dalam penunjukan langsung pengadaan logistik pemilu.

Penunjukan langsung hanya akan dilakukan KPU provinsi dalam pengadaan kotak suara, bilik suara, serta alat untuk memberi tanda pilihan. Penunjukan langsung tidak akan dilakukan dalam proses lelang di KPU Pusat.

Saat ini beberapa KPU provinsi sudah mulai melaksanakan tahapan lelang tersebut. Namun, beberapa KPU provinsi, seperti KPU Sumatera Selatan, belum memulainya akibat persoalan internal yang ada.

Jika lelang dimulai saat ini, masih ada waktu bagi KPU Sumatera Selatan untuk memulai proses lelang sehingga tidak ada alasan penunjukan langsung. ”Perpres penunjukan langsung ini sebaiknya tidak digunakan KPU karena rawan korupsi. Namun, keberadaan perpres ini diperlukan untuk berjaga-jaga jika diperlukan,” kata Hafiz.

Dipertanyakan

Secara terpisah, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Lena Maryana Mukti, mempertanyakan batasan darurat yang digunakan KPU sehingga memungkinkan penunjukan langsung oleh KPU provinsi. KPU juga perlu menjelaskan mekanisme penunjukan langsung yang akan digunakan sehingga menjamin pelaksanaannya yang adil, transparan, efisien, dan tidak diskriminatif.

Anggota Badan Pengawas Pemilu, Bambang Eka Cahya Widada, meminta penunjukan langsung hanya terjadi untuk pemilu legislatif. Proses itu tidak boleh diulangi dalam pemilu presiden. Jika terulang kembali, artinya KPU tidak pernah belajar dari pengalaman yang sudah ada.

(21)

Kompas Sabtu, 10 Januari 2009

Sosia lisa si Pe m ilu Te r k e n da la D a n a

D i Ba li M a sy a r a k a t " Am bil Alih " Tu ga s KPU

Sabtu, 10 Januari 2009 | 01:16 WIB

Palembang, Kompas - Akibat kas KPU provinsi dan kabupaten/kota se-Sumatera Selatan kosong, sosialisasi Pemilu 2009 tidak berjalan sebagaimana yang diagendakan. KPU berharap dana operasional untuk sosialisasi itu segera turun, mengingat Sumsel sudah tertinggal sekitar satu bulan dari daerah lainnya.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Selatan Anisatul Mardiah, Jumat (9/1) di Palembang, mengatakan, KPU adalah lembaga yang bersifat hierarkis. Karena itu, ketika kas KPU Sumsel kosong, kas KPU kabupaten/kota se-Sumsel pun dalam kondisi serupa.

Kendala lainnya dalam pelaksanaan sosialisasi, menurut Anisatul, karena anggota KPU kabupaten/kota demisioner satu bulan, sebelum pelantikan Rabu lalu. ”Keterlambatan juga karena adanya perpecahan dalam tubuh KPU Sumsel yang mengakibatkan pemberhentian empat anggota,” tambahnya.

Meskipun belum melakukan perhitungan rinci, Anisatul memastikan dana sosialisasi Pemilu 2009 yang dibutuhkan cukup besar. Sebab, pelaksanaannya sampai ke daerah terpencil dengan medan yang berat, seperti Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.

”Kami sudah membicarakan persoalan itu dengan Gubernur Sumsel Alex Noerdin,” lanjut Anisatul, seraya menambahkan, Gubernur bersedia membantu pendanaan dari dana APBD Sumsel.

Undang KPU

Masalah serupa dialami KPU Bali. Namun, sebagian masyarakat Bali kemudian berinisiatif mengadakan sosialisasi pemilu secara swadaya.

Beberapa desa di Bali, seperti di Kabupaten Bangli, menurut Ketua KPU Bangli I Dewa Agung Gede Lidartawan, mengundang KPU karena sudah tidak sabar mengetahui cara pelaksanaan Pemilu 2009.

”Hingga sekarang kami mencatat ada 15 desa di Bangli yang bergotong royong dan meminta KPU setempat melakukan sosialisasi pemilu,” ujarnya kemarin di Denpasar.

Secara terpisah, Dewan Penasihat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Suratmaja mengaku pihaknya telah meminta jajarannya untuk secara tidak langsung membantu sosialisasi pemilu. Meski demikian, ia tetap mendesak KPU menjalankan kewajibannya.

”KPU tidak bisa berjalan pelan karena waktunya tinggal 91 hari lagi,” kata Suratmaja mengingatkan.

Kemarin KPU Bali masih menunggu kucuran dana sosialisasi pemilu dari pusat. Di samping itu, mereka juga berharap Pemerintah Provinsi Bali bersedia membantu sekitar Rp 1,6 miliar untuk kebutuhan operasional dan sosialisasi Pemilu 2009.

(22)

Kompas Senin, 12 Januari 2009

D icu r iga i, M ot if Polit ik Pe r pr e s

Pe r e n ca n a a n KPU D in ila i Bu r u k

Senin, 12 Januari 2009 | 00:19 WIB

Jakarta, Kompas - Permintaan Komisi Pemilihan Umum agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden soal penunjukan langsung logistik Pemilu 2009 diprotes banyak kalangan. Mereka mencurigai ada kepentingan politik di balik upaya ini.

Hal itu disampaikan oleh Fahmi Badoh dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Arif Nur Alam dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) di Jakarta, Sabtu (10/1).

Mereka menilai alasan yang dikemukakan KPU untuk meminta peraturan presiden (perpres) penunjukan langsung sama sekali tidak berdasar.

”Fitra menolak kalau alasannya waktu, itu tidak berdasar. Kalau dari hasil kajian dan diskusi kami dengan para ahli, penunjukan langsung dan tender sebenarnya terpaut hanya 6 hari saja. Jadi alasan itu tidak mendasar,” kata Arif.

Ia menilai kondisi yang terjadi sekarang ini bukan kondisi darurat, tetapi karena perencanaan KPU yang buruk.

Selain itu, KPU juga dinilai tidak teliti dan profesional dalam mengikuti tahapan-tahapan pemilu seperti yang ditentukan bersama.

”Apakah KPU hanya ingin menggunakan tangan Presiden melalui perpres, bisa juga sebaliknya, sangat mungkin Presiden menggunakan KPU untuk kepentingannya di pemilu,” kata Arif.

Dua kepentingan

Arif melihat ada dua kepentingan di balik terbitnya perpres penunjukan langsung, yaitu untuk melindungi pengusaha yang ingin mendapatkan proyek KPU dan juga melindungi kepentingan politik tertentu.

”Perpres ini lahir seakan-akan sudah direncanakan. Kalau becermin dari kinerja KPU yang tidak konsisten, mulai dari panitia tender yang terlambat terbentuk, orang-orang yang masuk dalam kepanitiaan pengadaan setelah diteliti ternyata bukan orang-orang profesional, tetapi titipan. Kenapa harus ada orang Depdagri? Keterampilan dan disiplin ilmu mereka tidak memadai, tetapi mereka ada di situ,” tutur Arif.

Terkait itu semua, Arif meminta agar perpres penunjukan langsung tidak dipaksakan untuk keluar.

”Jika perpres ini sampai keluar, ini menandakan bertolak belakang dengan komitmen Presiden Yudhoyono dalam pemberantasan korupsi. Kalau dipaksakan keluar, kami akan ajukan judicial review,” kata Arif.

Suap

(23)
(24)

Kompas Senin, 12 Januari 2009

Menurut Fahmi, KPU tidak sadar bahwa kasus korupsi KPU 2004 lebih banyak soal suap dari rekanan.

Apabila dilakukan penunjukan langsung, katanya, subyektivitas akan semakin tinggi dan meningkatkan peluang suap serta mendistribusikan suap ke daerah.

(25)

Kompas Senin, 12 Januari 2009

RU U JPSK H a r u s Se le sa i

Ja n ga n M e m bu a t Pe m ba h a sa n di Lu a r Se n a y a n

Senin, 12 Januari 2009 | 00:52 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah menempatkan posisi DPR pada bab khusus dalam Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Ini untuk memperjelas hubungan pemerintah dan DPR saat menanggulangi dampak krisis keuangan yang bisa terjadi lebih buruk dari krisis tahun 1997.

Masa sidang DPR akan berlangsung 19 Januari-April 2009. Meski cukup panjang, pemerintah tetap berharap pembahasan Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK) tersebut bisa dilakukan dengan cepat bersama DPR.

”Semua orang berharap ada kepastian hukum dalam penanganan krisis keuangan yang bisa terjadi. Meski demikian, kami berharap tidak ada lembaga keuangan yang mengalami persoalan sehingga memaksa kita menggunakan itu (aturan JPSK),” ujar Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, pekan lalu.

Menurut Sri Mulyani, RUU JPSK yang sedang disusun pemerintah saat ini akan mengakomodasi pendapat sepuluh fraksi yang dinilai positif dan konstruktif. Akomodasi itu akan menyangkut tujuh hal.

Pertama, memperjelas pembagian kewenangan antara pemerintah dan Bank Indonesia pada saat krisis terjadi.

Kedua, hubungan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dengan Presiden.

Ketiga, memantapkan prosedur penetapan kondisi krisis.

Keempat, mengatur peranan BI dalam memperkuat sektor perbankan.

Kelima, penyampaian informasi tentang kondisi krisis kepada Presiden.

Keenam, hubungan KSSK dengan DPR, terutama pada saat krisis menimbulkan dampak terhadap APBN.

Ketujuh, pengaturan ulang status hukum pejabat yang mengambil keputusan di saat situasi sedang krisis.

Sebelumnya, pemerintah mengajukan Perpu Nomor 4 Tahun 2008 tentang JPSK kepada DPR untuk dibahas lebih lanjut menjadi UU pada masa sidang terakhir tahun 2008. Namun, sebagian besar fraksi di DPR menolak. Sebagai gantinya, DPR meminta pemerintah mengajukan aturan JPSK itu dalam bentuk lain, yakni dalam bentuk RUU.

Pertemuan di Bali

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Rizal Djalil, mengatakan, posisi DPR dalam RUU JPSK jangan diatur secara sepihak oleh pemerintah, tetapi ditetapkan secara bersama-sama dalam masa sidang nanti.

(26)
(27)

Kompas Senin, 12 Januari 2009

(28)

Kompas Senin, 12 Januari 2009

Ta t a Ru a n g Ke bu m ia n

RU U TI GN a s Be r pot e n si M e n im bu lk a n Kon flik

Senin, 12 Januari 2009 | 00:45 WIB

Jakarta, Kompas - Rancangan Undang-Undang Tata Informasi Geospasial Nasional atau RUU TIGnas yang disusun Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dikhawatirkan dipertentangkan dengan tugas pokok dan fungsi departemen terkait. Dengan begitu, pengajuan RUU ini ke DPR akan terus terganjal.

Hal itu dikemukakan Antonius Bambang Wijanarto, anggota Tim Perumus RUU TIGNas Bakosurtanal, di Cibinong, Jabar, Jumat (9/1), sebelum rapat harmonisasi tahap kedua RUU itu. Ia berharap RUU ini tak menimbulkan keberatan Badan Pertanahan Nasional yang telah menyusun peta dasar pertanahan skala besar, 1:5000 hingga 1:1000, untuk keperluan pendaftaran persil.

Menurut Anton—juga peneliti di Balai Geomatika Nasional Bakosurtanal—BPN tidak perlu mengajukan keberatan atas RUU itu karena Bakosurtanal sendiri belum mampu menyediakan peta dasar untuk seluruh Indonesia. Peta dari Bakosurtanal tersebut masih terbatas di Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, dan Surabaya.

Penggunaan sistem koordinat dan peta dasar yang sama sebagai acuan oleh semua pihak dalam lingkup nasional penting, ujar Anton, untuk menghindari konflik antardaerah dan inefisiensi dalam pembangunan. Hal inilah yang diatur dalam RUU TIGNas.

(29)

Kompas Selasa, 13 Januari 2009

Pe r pr e s Be lu m D ipik ir

KPU Su m se l Bu t u h Pe r pr e s Pe n u n j u k a n La n gsu n g

Selasa, 13 Januari 2009 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Ketua Komisi Pemilihan Umum Abdul Hafiz Anshary meminta jajaran KPU tidak terlebih dulu berpikir soal penunjukan langsung untuk pengadaan barang dan jasa kebutuhan Pemilu 2009. Waktu yang ada masih mencukupi untuk pengadaan lewat proses lelang.

”Jangan berpikir sedikit pun soal penunjukan langsung, waktunya masih cukup,” kata Hafiz saat membuka rapat kerja KPU dengan KPU provinsi di Jakarta, Senin (12/1).

Hafiz mengakui, memang ada usul peraturan presiden tentang penunjukan langsung pengadaan logistik Pemilu 2009. Perpres itu mengatur perpendekan masa kerja pengadaan barang dan jasa dengan memperhitungkan hari libur serta antisipasi keadaan darurat, misalnya pemenang lelang mengundurkan diri karena tak sanggup memenuhi kewajibannya. Namun, perpres itu hanya dapat digunakan saat darurat.

”Jangan digunakan landasan untuk tiba-tiba penunjukan langsung,” kata Hafiz.

Ia menekankan, logistik Pemilu 2009 mesti tiba di Panitia Pemungutan Suara di tingkat desa/kelurahan lima hari sebelum pemungutan suara. Di tempat pemungutan suara, logistik harus diterima sehari sebelum pemungutan suara. Jadwal itu mesti dipenuhi untuk menepis sinyalemen seolah-seolah KPU tidak siap menyelenggarakan Pemilu 2009.

Daerah siap

Pada awal rapat kerja, terungkap baru 12 provinsi yang memulai lelang pengadaan barang dan jasa. Selebihnya baru mulai pengumuman pengadaan pada pekan ini. Untuk Pemilu 2009, logistik yang diadakan KPUD adalah kotak dan bilik suara, formulir, serta kelengkapan administrasi pemungutan suara.

Sekretaris Jenderal KPU Suripto Bambang Setyadi menyebutkan, waktu masih memadai untuk proses pengadaan. Bahkan, sampai awal Februari sekalipun proses lelang masih bisa dilakukan. Rapat kerja digelar untuk memastikan kesiapan pengadaan logistik pemilu oleh KPUD. Tak ada persoalan anggaran untuk pengadaan.

KPU sejumlah provinsi juga menyatakan, pengadaan barang dan jasa Pemilu 2009 lewat lelang masih cukup waktu. Misalnya, anggota KPU Sumatera Selatan, Kelly Mariana, menyebutkan, lelang diumumkan pada 16 Januari ini dan kemungkinan prosesnya tuntas pada awal Februari 2009.

Anggota KPU Sulawesi Tengah, Adam Malik, mengharapkan agar sudah ada kepastian mengenai spesifikasi logistik. ”Misalnya, kalau format formulir ternyata berubah lagi, apa tidak jadi masalah di tendernya?” kata dia.

Walau mengharapkan pengadaan tidak lewat penunjukan langsung, Ketua KPU Jawa Barat Ferry Kurnia mengingatkan perlunya antisipasi jika ternyata proses lelang ternyata gagal.

(30)
(31)

Kompas Selasa, 13 Januari 2009

Pe m ilu di Te n ga h Kr isis

Selasa, 13 Januari 2009 | 00:22 WIB

Menjelang akhir tahun 2008, undangan dialog akhir tahun yang saya terima lebih banyak dibandingkan akhir tahun lalu. Bukan di tingkat elite saja, melainkan juga di tingkat menengah bawah. Macam-macam tema dialog itu. Substansinya adalah evaluasi akhir tahun dan meneropong tahun 2009. Tentu saja yang diteropong serius, yaitu krisis pemilu, potensi konflik yang mungkin muncul.

Mereka yang cemas menghadapi tahun 2009 umumnya para pengamat, dosen senior, dan kalangan pengusaha. Namun, ada juga yang menanggapi dengan santai saja. Toh, krisis demi krisis yang melanda bangsa ini bisa dilalui dengan tenang.

”Krisis”, itulah kata yang amat menyebalkan bagi saya. Krisis moneter, krisis pangan, krisis energi, dan kini krisis global. Dalam kata krisis, ada unsur ancaman bila tak dikelola dengan baik dan bisa jadi bahaya. Ada yang berpendapat, kondisi bangsa pada tahun 2009 abnormal. Tentu saja cara penyelesaiannya harus dengan cara-cara abnormal (terobosan) pula.

Saat bangsa ini dilanda krisis, sama sekali tak tampak ada sense of crisis. Boro-boro mengurus krisis dan pemilu yang berat, mengatur penyaluran BBM saja belum bisa!? Padahal, pemerintah harus memberi rujukan bagaimana menangani krisis. Para pejabat dan birokrat harus berbuat nyata. Bagaimana meningkatkan kinerja dan disiplin mereka, menggerakkan penghematan, dan meningkatkan kejujuran. Mereka harus terlihat solid dan kompak menghadapi krisis. Jangan pula mengeluarkan kebijakan yang hanya memanjakan kalangan berduit.

Masyarakat juga sebaliknya. Mereka harus sedia payung sebelum hujan. Kita harus sapapait-samamanis. Artinya, harus siap berpahit-pahit, hidup prihatin bersama. Jurang kesenjangan antara kaya dan miskin harus diwaspadai.

Potensi konflik bukannya tak ada. Kita merasa masyarakat gelisah. Mereka berpotensi marah bila kondisi kehidupan semakin susah. Bila pemerintah tidak memberi rujukan yang tepat, potensi konflik itu dikhawatirkan meledak. Konflik bisa muncul bahkan karena hal-hal yang sepele!

Pada saat krisis global, kita juga menghadapi pemilu yang memakan biaya amat besar. Parpol maupun caleg mengeluarkan uang banyak. Para caleg membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk memasang poster dan baliho di berbagai tempat.

Melihat poster-poster dan baliho para caleg itu membuat hati saya terusik saat mengamatinya. Inikah wajah-wajah yang bertarung berebut kursi dan membawa perubahan 5 tahun yang akan datang? Mereka tentunya sadar, beban krisis akan berada di pundaknya. Tentunya kita mengharap merekalah yang akan membawa bangsa ini keluar dari krisis. Pada poster dan baliho-baliho itu tampak wajah-wajah imut-imut, senyum manis, dan pasang wibawa. Bahkan, ada pula wajah kaget! (Mungkin saat dipotret tidak sempat action).

(32)
(33)

Kompas Selasa, 13 Januari 2009

Sosia lisa si U la n g M e r e pot k a n

Pe r pu Ak a n Su lit k a n KPU

Selasa, 13 Januari 2009 | 00:24 WIB

Jakarta, Kompas - Keinginan Presiden untuk menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang untuk mengatur pemberian tanda dua kali pada surat suara Pemilu 2009 justru berisiko merepotkan jajaran Komisi Pemilihan Umum.

Jajaran KPU ”dipaksa” melakukan sosialisasi ulang karena selama ini KPU di daerah menyosialisasikan pemberian suara dengan memberi tanda sekali sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 mengenai Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

Ketua KPU Jawa Barat Ferry Kurnia, anggota KPU Sulawesi Tengah Yahdi Basma, maupun anggota Komisi Independen Pemilihan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Robby Syahputra secara terpisah di Jakarta, Senin (12/1), mengakui bakal mengalami kesulitan jika cara pemberian suara diubah karena sosialisasi pemberian suara dengan menandai satu kali sudah dilaksanakan sejak kuartal terakhir 2008. Waktu sosialisasi dinilai makin terbatas. Terlebih rencana perubahan ketentuan itu sampai sekarang masih sebatas wacana, belum ada peraturan yang tegas untuk mengaturnya.

”Kalau ada yang disosialisasikan, tetapi ini kan belum jelas semuanya?” kata Robby.

Secara terpisah, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Senin di Kantor Presiden, Jakarta, menyatakan, pemerintah tetap akan mengeluarkan perpu yang mengesahkan pemberian tanda dua kali dalam surat suara. Perpu itu saat ini masih dipersiapkan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan segera dilaporkan kepada Presiden.

Menurut Hatta, perpu itu merupakan kesimpulan dari rapat koordinasi antara pemerintah dan lembaga negara akhir Desember 2008 guna mengantisipasi hasil simulasi yang menunjukkan tingkat kesalahan menandai surat suara yang mencapai lebih dari 20 persen untuk wilayah DKI Jakarta. Terkait dengan materi perpu itu, pada prinsipnya pemerintah ingin menyelamatkan pemilu dari ancaman banyaknya suara tidak sah berdasarkan simulasi yang digelar.

Namun, Ferry Kurnia menyebutkan, perubahan cara pemberian suara untuk mengakomodasi pemberian tanda dua kali pada surat suara tak sesederhana yang dibayangkan. Materi perubahan itu sudah menyangkut perubahan pola pikir, tak bisa sekadar menggunakan persepsi sebagaimana pada Pemilu 2004. Perspektif penyelenggara semestinya juga dipertimbangkan. ”Satu (sosialisasi pemberian tanda satu kali) saja belum kelar, apalagi ini dua,” kata dia, sambil tertawa.

(34)

Kompas Selasa, 13 Januari 2009

I st a n a Pr e side n

Su a sa n a y a n g M e m bir u pa da Ta h u n Pe m ilu

Selasa, 13 Januari 2009 | 00:21 WIB

Dalam politik, warna menjadi salah satu penanda. Dengan warna, identitas lebih mudah dikenali, bahkan juga oleh mereka yang buta aksara. Untuk urusan warna, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar M Jusuf Kalla bersyukur.

”Tidak ada partai lain yang menggunakan warna kuning sebagai warna partainya, selain Golkar,” ujar Kalla sambil tertawa gembira.

Ketegasan identitas dalam sebuah kerumunan besar memang penting. Apalagi untuk kompetisi dalam Pemilu 2009 yang diikuti 38 partai politik nasional dan enam partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam.

Untuk yang melek aksara, tak mudah membedakan setiap partai itu dalam kumpulan besarnya. Selain karena beberapa warna yang dipakai sama, nama partai atau singkatannya juga mirip-mirip.

Oleh karena alasan itu, Partai Demokrat gencar melakukan sosialisasi akan warna partainya. Biru laut dan biru tua dijadikan warna dasar setiap kampanyenya di media massa. Kampanye ini ditangani konsultan politik dan strategi yang dikelola keluarga Mallarangeng.

Warna biru adalah warna yang dipilih Susilo Bambang Yudhoyono saat menggagas pendirian Partai Demokrat pada tahun 2001. Partai Demokrat berlambang gambar bintang bersinar tiga arah dengan warna merah putih di kedua sisinya dengan latar belakang warna dasar biru tua dan biru laut

Biru laut lambang kesejukan penuh kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berjuang mewujudkan cita-cita bangsa. Biru tua lambang sikap tegas, mantap, percaya diri, dan optimisme.

Pralambang ini mewarnai cara dan gaya Yudhoyono berpolitik. Ketika banyak orang khawatir tentang Pemilu 2009, dia mengemukakan, pemilu bisa indah, bisa damai, kompetisi bisa tanpa permusuhan. Optimisme itu disampaikan Presiden saat menjawab kekhawatiran para investor. Dasarnya Pemilu 2004.

Warna biru yang menjadi filosofi Partai Demokrat ini juga pelan-pelan masuk ke lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta. Yang terbaru adalah kartu identitas wartawan yang diperbolehkan meliput seluruh kegiatan Presiden dan Ibu Negara.

Kartu tanda identitas wartawan yang sebelumnya didominasi warna merah diubah biru. Latar belakang foto diri wartawan yang semula berwarna merah mendadak diganti warna biru juga. Akibatnya, foto itu dipotong sekenanya agar warna biru bisa masuk.

Hampir bersamaan dengan itu, situs Presidesby.info juga berubah tampilannya. Situs yang diresmikan 14 Februari 2005 itu kini didominasi warna biru. Di situs ini, Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng, yang juga pengurus Partai Demokrat, menjadi pemimpin redaksinya.

(35)
(36)

Kompas Selasa, 13 Januari 2009

Pe m e r in t a h a n

W a spa da i Ke k e r a sa n Je la n g Pe m ilu

Selasa, 13 Januari 2009 | 00:22 WIB

Jakarta, Kompas - Maraknya aneka bentuk kekerasan dan konflik pada tahun 2008 mendesak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Dalam kajiannya, Imparsial dan Institut Titian Perdamaian mencatat, selama tahun 2008 terjadi 1.136 insiden kekerasan di Indonesia.

Sedikitnya 112 orang meninggal, 1.736 orang terluka, dan aneka konflik terjadi di Indonesia itu. Dalam jumpa pers di Kantor Imparsial, Senin (12/1) di Jakarta, disebutkan, pada tahun itu antara lain terjadi 338 kasus penghakiman massa, 240 kasus tawuran, 180 konflik politik, dan 123 konflik sumber daya ekonomi.

”Kasus-kasus itu terjadi secara sporadis dan tempat kejadiannya menyebar,” kata Mohammad Miqdad dari Institut Titian Perdamaian.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya, konflik umumnya terjadi di wilayah konflik, seperti Aceh dan Sulawesi Tengah, pada tahun 2008 tercatat wilayah konflik menyebar ke beberapa wilayah. Di beberapa daerah, seperti Lampung, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta, aneka bentuk konflik juga terjadi.

Juniarti Boat, fasilitator asal Nusa Tenggara Timur, mengatakan, pada tahun 2009 diperkirakan konflik itu akan terus terjadi. Ia mengemukakan, di Nusa Tenggara Timur, misalnya, konflik tanah masih akan terus terjadi.

Rusdi Marpaung dari Imparsial mengatakan, konflik masih akan terus terjadi karena lemahnya penegakan hukum. Dari 1.136 kasus itu, hanya 28 persen kasus diselesaikan melalui jalur hukum dan tiga persen melalui jalur adat.

Selain itu, beberapa peristiwa penting, seperti pemilihan kepala daerah, dinilai juga menjadi pencetus kekerasan. Kondisi itu diperparah dengan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem penegakan hukum di Indonesia.

Pada tahun 2009 ini, mereka menengarai suhu politik yang makin meningkat perlu diwaspadai. Gesekan antarkelompok akan mudah terjadi karena berbagai isu.

Pemerintah maupun masyarakat diimbau agar lebih proaktif menciptakan suasana damai. Terkait dengan pemilu, Komisi Pemilihan Umum diharapkan bersikap lebih tegas terkait dengan proses tahapan dan penyelenggaraan pemilu.

(37)

Jurnal Nasional Rabu, 14 Januari 2009

Nasional | Jakarta | Rabu, 14 Jan 2009 06:00:00 WIB

M e n da gr i: Pe r pr e s Ba n t u a n U n t u k Pe m ilu Su da h

D it a n da t a n ga n i

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono telah menandatangani peraturan presiden (Perpres), yang mengatur pemberian fasilitas dan bantuan, bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) di pusat dan di daerah oleh pemerintah pusat dan daerah.

"Saya sudah mendapat laporan dari Sekjen Depdagri (Diah Anggraeni, red) bahwa Perpres tersebut sudah ditandatangani," kata Menteri Dalam Negeri Mardiyanto di Pekanbaru, Selasa (13/1) ketika bertatap muka dengan Gubernur Riau Rusli Zainal, para walikota dan bupati se-Provinsi Riau, serta anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Riau.

Namun, kata Mardiyanto, karena baru saja menerima laporan tentang telah terbitnya Perpres tersebut, maka Mendagri belum bisa memberikan penjelasan terperinci misalnya kapan surat itu ditandatangani Kepala Negara, nomor serta ruang lingkupnya.

Dengan adanya Perpres tersebut maka pemberian bantuan itu kini sudah memiliki payung hukum yang sah.

Pada hari Minggu (11/1) ketika mengadakan pertemuan dengan Gubernur Sumatra Utara Syamsul Arifin serta para pejabat Sumut di Medan, Mendagri Mardiyanto masih menyatakan harapannya agar perpres tersebut dapat segera ditandatangani oleh Kepala Negara.

Mardiyanto menyebutkan perpres tersebut diterbitkan pemerintah karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru-baru ini mengirimkan surat kepada Presiden Yudhoyono agar memberikan bantuan bagi KPU Pusat serta KPU-KPU di daerah.

Alasannya, karena sekalipun APBN dan APBD-APBD telah menyediakan anggaran bagi mereka, namun ternyata dana tersebut tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan pemilihan anggota DPR, DPD, serta DPRD dan juga pemilihan presiden dan wakil presiden.

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan Departemen Dalam Negeri Saut Situmorang mengatakan pemberian bantuan itu bisa berupa uang ataupun fasilitas.

Saut yang juga merupakan Juru Bicara Departemen Dalam Negeri memberi contoh bahwa sebuah pemerintah daerah selain bisa memberikan uang kepada KPU setempat maka dapat pula menyediakan fasilitas perkantoran ataupun kendaraan.

Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin di sela-sela pertemuan dengan Mendagri Mardiyanto pada hari Minggu itu menyampaikan harapannya agar perpres itu bisa segera diterbitkan.

(38)

Kompas Kamis, 15 Januari 2009

PEN GELOLAAN PEN D I D I KAN

M a sa Tr a n sisi U U BH P Be r be da

Kamis, 15 Januari 2009 | 01:03 WIB

Jakarta, Kompas - Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan atau UU BHP akan segera berlaku setelah ditandatangani presiden sehingga penyelenggara dan satuan pendidikan diharapkan segera menyiapkan diri. Undang-undang itu mengamanatkan masa transisi bagi penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan berbeda-beda.

Perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sejauh ini dipandang yang paling siap untuk segera beradaptasi menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). Perguruan tinggi negeri berstatus BHMN diberikan waktu transisi untuk tata kelola tiga tahun dan pendanaan empat tahun.

Adapun perguruan tinggi negeri non-BHMN diberikan waktu transisi empat tahun. Perguruan tinggi swasta (PTS) yang sudah ada diberikan waktu enam tahun. Adapun sekolah atau madrasah swasta yang sudah ada diberi waktu enam tahun juga.

Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo dalam pertemuan dengan wartawan, Rabu (14/1), mengungkapkan, pada Januari ini UU BHP tersebut kemungkinan sudah akan ditandatangani presiden dan masuk lembar negara sehingga mulai berlaku.

Masa transisi paling cepat diharapkan di level perguruan tinggi. Sementara itu, Bambang mengatakan, pihaknya tidak terlalu mengkhawatirkan transisi di jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Delapan standar

Seperti tertuang dalam UU BHP, di level pendidikan dasar, untuk sekolah negeri hanya sekolah yang telah memenuhi delapan standar nasional pendidikan dan berakreditasi A yang berubah menjadi BHP Pemerintah Daerah. Demikian juga madrasah negeri. Hanya saja lembaga itu berubah menjadi BHP Pemerintah Pusat karena tidak ada otonomi di bidang agama. Untuk sekolah dan madrasah swasta, perubahan menjadi BHP penyelenggara dengan ketentuan berbeda.

Bambang mengatakan, sejauh ini telah banyak sekolah berakreditasi A, tetapi belum ada sekolah yang telah memenuhi delapan standar nasional pendidikan. ”Masih dibutuhkan waktu cukup lama untuk itu,” ujarnya.

Mengenai elemen masyarakat yang tetap menolak UU BHP, Bambang berpendapat, cara paling elegan ialah melalui uji materi. Undang-undang tersebut telah disetujui DPR dan Menteri Pendidikan Nasional sehingga Presiden tidak dapat menarik kembali UU tersebut.

Dia mengatakan, undang-undang tersebut memberikan otonomi lebih optimal kepada satuan pendidikan daripada manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi.

(39)
(40)

Kompas Kamis, 15 Januari 2009

(41)

Kompas Kamis, 15 Januari 2009

Pe r pa sa r a n

Pe m ba h a sa n Ra pe r da Se ba ik n y a D it u n da

Kamis, 15 Januari 2009 | 01:21 WIB

Jakarta, Kompas - Perumusan dua rancangan peraturan daerah mengenai perpasaran dan Perusahaan Daerah Pasar Jaya harus dilakukan secara transparan. DPRD harus menampung masukan dari masyarakat dan pedagang seluas-luasnya sebelum kedua raperda itu akhirnya disahkan.

Oleh karena itu, pihak pedagang mendesak pembahasan kedua raperda tersebut ditunda hingga DPRD bersedia mengakomodasi aspirasi pedagang tradisional yang menjadi obyek utama kedua raperda itu.

”Tanpa transparansi itu, kedua raperda tersebut patut diduga hanya sekadar alat kepentingan dan titipan kelompok tertentu. Apa lagi kalau bukan pemodal besar,” kata Sujianto, Presiden Federasi Organisasi Pedagang Pasar Indonesia (FOPPI), Rabu (14/1).

Sujianto mengatakan, FOPPI hari Kamis ini akan menghimpun tanda tangan dari pedagang di semua pasar yang menjadi area PD Pasar Jaya di Jakarta. Tanda tangan yang dihimpun itu merupakan tanda kesepakatan di antara pedagang untuk mendesak DPRD membatalkan pembahasan kedua raperda hingga aspirasi pedagang tradisional terwakili melalui mekanisme yang seharusnya.

Mekanisme yang dimaksud, tambah Sujianto, pihak Dewan menampung masukan dari pedagang secara luas dan menyosialisasikannya kembali secara luas.

Menurut Sujianto, pedagang baru mengetahui kedua raperda itu sudah dalam tahap pembahasan melalui media massa. ”Kami baru tahu ketika kedua raperda itu ditolak oleh semua fraksi di DPRD dalam paripurna seminggu lalu,” kata Sujianto.

Dalam rapat paripurna pada Rabu (7/1), semua fraksi menolak pengesahan kedua raperda itu dan sepakat untuk menggelar pembahasan ulang. Salah satu yang melatarbelakangi penolakan adalah raperda harus menjamin eksistensi pedagang tradisional di tengah gempuran pasar peritel besar (modern).

”Jika kita tinjau kedua raperda itu dengan dua perda yang akan diganti, raperda justru makin berpihak kepada pemodal besar. Dan kekuasaan PD Pasar semakin luas tanpa diimbangi mekanisme kontrol,” kata Sujianto.

Sebelumnya, Ketua Umum Pusat Koperasi Pasar (Puskopas) Wirman Syahab mengatakan, pihaknya juga mendesak DPRD lebih mengakomodasi kepentingan pedagang tradisional.

(42)

Pikiran Rakyat Kamis, 15 Januari 2009

D PR Opt im ist is RU U Tipik or D isa h k a n

Kamis, 15 Januari 2009 , 14:02:00

JAKARTA, (PRLM).- Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (RUU Tipikor) yang kini sudah berada di DPR-RI diyakini akan bisa disahkan menjadi UU dalam tahun ini. Berdasarkan pendapat awal yang disampaikan, seluruh fraksi di DPR RI sepakat RUU tersebut penting segera disahkan dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

"Insya Allah bisa selesai. Kami berusaha agar RUU Tipikor ini bisa disahkan menjadi undang-undang," kata Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Tipikor DPR RI, Dewi Asmara kepada "PRLM", di Jakarta, Kamis (15/1) pagi.

Dewi yang berasal dari Fraksi Partai Golkar ini menyebutkan, kini RUU tersebut masuk dalam pembahasan dengan masyarakat umum. "Sekarang masuk dalam rapat dengar pendapat dengan akademisi, praktisi hukum, penegak hukum dan pengamat hukum. Pansus RUU Tipikor yang dibentuk akhir Oktober 2008 lalu, sudah mengadakan RDP dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Universitas Indonesia (UI)," kata Dewi.

(43)

Seputar I ndonesia Kamis, 15 Januari 2009

PK Pilk a da La m pu n g U t a r a D isoa l

Thursday, 15 January 2009

PUTUSAN Mahkamah Agung (MA) terkait peninjauan kembali (PK) Pilkada Lampung Utara kembali disoal. Pasangan kandidat bupati Lampung Utara,Bachtiar Basrie dan Slamet Haryadi, menolak putusan PK yang diajukan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Lampung Utara.

Kuasa hukum Bachtiar-Slamet,Amir Aswan, mengatakan MA tidak lagi memiliki kewenangan untuk memeriksa atau mengadili serta memutuskan sengketa pilkada. Sengketa pilkada sudah dialihkan penanganannya ke Mahkamah Konstitusi (MK) sesuai UU No 12/ 2008 tentang Perubahan Kedua UU No 32 /2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 236C.

Amir mengatakan, dalam surat berita acara yang ditandatangani mantan Ketua MA Bagir Manan dengan Ketua MK Mahfud MD pada 29 Oktober 2008 lalu dinyatakan bahwa MA telah mengalihkan semua kewenangan mengadili perkara-perkara pilkada mulai dari 2005–2008 kepada Mahkamah Konstitusi.

(44)

Seputar I ndonesia Jumat, 16 Januari 2009

Pe t a Polit ik Pilgu b Be r u ba h

Friday, 16 January 2009

SAMPANG(SINDO) – Konstelasi politik jelang coblos ulang di Madura bergerak cepat.Kehadiran Yenny Wahid dalam kampanye pasangan Khofifah-Mudjiono (KaJi) kemarin diyakini mampu menggerus lumbung suara Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa).

Pengamat politik dari Universitas Muhamadiyah Malang M Mas’ud Said melihat turunnya Yenny Wahid di Sampang memberi energi yang sangat besar bagi pasangan KaJi. Menurut dia, kehadiran Yenny dapat dibaca sebagai wujud dukungan Gus Dur terhadap pasangan bernomor urut satu itu. ”Energi yang didapatkan sama ketika pasangan KaJi mendapatkan dukungan dari PDIP sebelum pelaksanaan pencoblosan putaran kedua lalu,” ujarnya kemarin.

Menurut pria yang akrab disapa Cak Ud ini, ada poin plus lainnya dari turun langsungnya Yenny. Kehadiran Yenny, kata Cak Ud, membuat banyak masyarakat Madura akan mendukung KaJi pada pencoblosan ulang nanti. Dukungan itu juga mencakup tokoh-tokoh masyarakat Madura yang selama ini menjadi pendukung fanatik Gus Dur. ”Para tokoh tersebut pasti akan membawa gerbongnya masing-masing,”analisisnya. Walau begitu,Cak Ud juga memperkirakan peta dukungan itu masih bisa berbalik lagi.Artinya, kedatangan Yenny Wahid hanya akan membawa simpati sesaat masyarakat bagi Sampang dan Bangkalan.

”Jika Yenny berada di Madura hanya pada masa kampanye, kemungkinan itu bisa terjadi,”ungkapnya. Mengapa demikian? Menurut Cak ud saat ini banyak sekali tokoh-tokoh Jakarta dari sejumlah parpol yang datang ke Madura.Mereka akan berupaya memengaruhi masyarakat untuk memenangkan pasangan KarSa. ”Kalau dukungan dan simpati masyarakat tetap stabil,semestinya Yenny Wahid berada di Madura sampai pelaksanaan pencoblosan,”kata Cak Ud.

Menghadapi coblos ulang, pasangan KaJi memang perlu bekerja ekstrakeras. Betapa tidak, selama putaran kedua November silam KaJi kalah oleh KarSa.Semua kabupaten di Pulau Garam ini telah dikuasai ”Duet Brengos”. Bahkan pada hitung ulang di Pamekasan belum lama ini KaJi tetap kalah meski mampu menipiskan selisih suara dari KarSa.

Di Pamekasan itu KaJi memperoleh 195.117 suara, sementara KarSa hanya memperoleh 216.293 suara. Padahal, dalam putaran kedua lalu KarSa memperoleh 217.076 suara dan KaJi 195.315 suara.Ini berarti suara KarSa menyusut 783 suara dan KaJi menyusut 198 suara. Pengamat Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Hariyadi melihat turunnya Yenny Wahid akan menggeser peta politik,meski tidak terlalu drastis. ”Yenny hanya akan menyebabkan penguatan kecil saja bagi KaJi,” ujarnya.

Menurut Hariyadi, kedatangan Yenny hanya merupakan show of force saja. Di Madura,ketokohan Bupati Bangkalan Fuad Amin lebih diakui dibandingkan putri Gus Dur itu.”Tapi kalau Gus Dur yang turun, baru petanya akan berubah,”katanya.

Kampanye Perdana

(45)

Seputar I ndonesia Jumat, 16 Januari 2009

Sementara calon wakil gubernur Saifullah Yusuf memilih kampanye di kediaman KH Romli Sholeh, pengasuh Pondok Pesantren Raudlotul Ulum,Taman Sari, Desa Pakaan Dajah,Kecamatan Galis, Bangkalan. Kedatangan Khofifah di Pulau Kambing (sebutan lain Pulau Gili Mandangin) terasa istimewa karena didampingi Yenny Wahid. Putri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (gus Dur) itu datang dengan menaiki helikopter.

Dia ditemani Bendahara DPP PKB pro-Gus Dur Aris Junaidi. Selain itu, Khofifah juga didampingi sejumlah kiai top di Sampang, seperti KH Ali Masud Zayadi, KH Faruq Alawy Muhammad, dan KH Mutammam Abdul Bari. Kedatangan Yenny dan Khofifah disambut antusias puluhan ribu massa. Dalam orasinya,Yenny menyampaikan salam Gus Dur kepada masyarakat Gili Mandangin dan masyarakat Madura pada umumnya.”Saya bilang ke Abah,Gus Dur,mau ke Pulau Mandangin. Kata beliau, salam saya ke masyarakat sana,” kata Yenny disambut tepuk tangan massa.

Dia menceritakan,sebagai kader NU, Khofifah telah sowan ke Gus Dur terkait coblosan ulang Pilgub Jatim di Bangkalan dan Sampang.Pertemuan itu terjadi di kediaman Gus Dur di Ciganjur. ”Bu Khofifah telah bertemu Gus Dur di Ciganjur. Gus Dur banyak memberikan pesan kepada Bu Khofifah agar menjadi pemimpin yang baik,” kataYenny. Dia melanjutkan, sesuai dengan pesan Gus Dur,Yenny meminta warga NU dan PKB untuk memilih dan memenangkan Khofifah.

Dia juga meminta segenap masyarakat Bangkalan dan Sampang agar teguh pendirian dan tak mudah tergiur dengan imingiming calon lain. ”Jangan mau dimingimingi dengan apa pun.Kalau ada orang mau kasih apa-apa, terima saja sembakonya dan terima saja uangnya. Tapi, pilihnya tetap nomor satu,” kata Yenny merujuk nomor urut KaJi. Yenny menegaskan, jika ulama Madura dan masyarakat bersatu memenangkan pasangan KaJi, di masa mendatang masyarakat akan hidup makmur.

Sementara itu, Khofifah dalam orasinya kembali mengajak masyarakat Gili Mandangin, umumnya masyarakat Madura,untuk menjaga martabat NU, dengan memilih kader NU sebagai gubernur. ”Penduduk Pulau Mandangin dan Madura adalah warga NU.Maka,KaJilah pilihan yang tepat bagi semunya,” kata kader NU tulen ini. Khofifah juga berpesan kepada pendukung KaJi untuk ikut mengamankan suara KaJi agar tak lagi terjadi kecurangan.” Pesan kami,amankan suara KaJi.

Jangan sampai dicuri lagi,” ungkap mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini. Sementara itu,selain kampanye terbuka, Saifullah Yusuf juga membaiat(mengambil sumpah) warga yang hadir untuk memilih dan sekaligus menjadi tim sukses pasangan KarSa di masing-masing desanya saat coblos ulang. Ipul menjelaskan bahwa Pilgub Jatim merupakan pemilihan kepala daerah yang paling aneh karena sampai ada ”coblosan ekstra”.

”Tidak hanya tiga kali mencoblos, melainkan juga sampai ada hitung ulang. Saya kira ini pilkada yang paling aneh (di Indonesia), bahkan di dunia,” ujarnya. Ipul menambahkan, dengan dukungan dari semua pihak, termasuk kalangan ponpes, ulama, tokoh, dan masyarakat luas, KarSa optimistis dapat memenangi coblos ulang seperti putaran kedua lalu Soal berapa target suara, mantan menteri yang jago main bulutangkis ini menginginkan kemenangan sekitar 200.000 suara di Bangkalan dan 100.000 di Sampang.

(46)

Jurnal Nasional Sabtu, 17 Januari 2009

Ekonomi | Jakarta | Rabu, 17 Des 2008 15:57:14 WIB

D e ph u b Sia pk a n Lim a RPP Pe n e r ba n ga n

DEPARTEMEN Perhubungan (Dephub) akan menyiapkan lima Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penerbangan.

Sebelumnya, Dephub berhasil menggolkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penerbangan menjadi UU Penerbangan yang baru oleh DPR RI (17/12).

"Kami telah siapkan lima RPP dan peraturan pelaksana lainnya setelah pengesahan ini demi terwujudnya penyelenggaraan penerbangan yang memenuhi standar `safety` (keselamatan dan keamanan penerbangan) internasional," kata Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, di Jakarta, Rabu (17/12).

Sidang Paripurna DPR itu sendiri mengagendakan, selain mengesahkan RUU Penerbangan, juga RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP), RUU Kepariwisataan dan RUU tentang Pengesahan Konvensi PBB menentang kejahatan transnasional terorganisir.

Selain itu, kata Jusman, pemerintah juga akan menyiapkan sejumlah keputusan yang meliputi ketentuan mengenai bandar udara, navigasi penerbangan, pesawat udara, angkutan udara dan keselamatan penerbangan.

(47)

Jurnal Nasional Kamis, 18 Januari 2009

Nasional | Jakarta | Kamis, 15 Jan 2009 15:45:46 WIB

M e n da gr i Re sm ik a n Tiga D a e r a h Ot on om i

MENTERI Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto, di Jakarta, Kamis (15/1), meresmikan pembentukan tiga daerah otonomi baru yakni Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara, dan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Peresmian tiga daerah otonomi baru ini diikuti dengan pelantikan Penjabat Bupati Labuhanbatu Selatan, R. Sabrina, Penjabat Bupati Labuhanbatu Utara, Daudsyah, dan Penjabat Bupati Sigi, Hidayat dengan masa jabatan paling lama satu tahun.

"Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh Penjabat Bupati dalam masa jabatan yang singkat ini adalah untuk segera berkoordinasi dengan Bupati Kabupaten induknya," kata Mendagri.

Penjabat bupati juga perlu segera meminta petunjuk gubernur untuk membentuk struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan daerah, dan dilanjutkan dengan pengisian personil.

Selain itu, penjabat kepala daerah harus segera melakukan pemetaan potret data awal kondisi daerah. Ini diperlukan untuk mengukur tingkat perkembangan dan keberhasilan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Indikator dalam evaluasi keberhasilan tersebut yakni menggunakan parameter kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Labuhanbatu Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Sigi merupakan pemekaran dari Kabupaten Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah.

(48)

Jurnal Nasional Minggu, 18 Januari 2009

Halaman Muka Jakarta | Minggu, 18 Jan 2009

M e n y oa l Se bu a h U n da n g- U n da n g

by : Fransisca Dewi Ria Utari

Lakon Sidang Susila kembali dipentaskan oleh Teater Gandrik pimpinan Butet Kertaradjasa. Lakon ini ditampilkan pada 15-17 Januari 2008 lalu, di Teater Salihara, Jl. Salihara 16, Pasar Minggu.

Sebuah negara baru saja memberlakukan Undang-Undang Susila. Isinya adalah seperangkat aturan tentang moralitas dan tata susila masyarakat. “Dengan berlakunya Undang-Undang Susila ini, maka secara konstitusional kita telah menjadi bangsa yang bermoral dan bertata susila,” ujar tokoh Jaksa.

Disusunlah sebuah GBHMN (Garis-Garis Besar Haluan Moral Negara). Orang-orang yang dianggap berpikiran kotor dan berkelakuan asusila ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Susila Parna (diperankan Susilo Nugroho), seorang penjual mainan anak-anak dianggap salah satunya. Tokoh Susila punya badan yang amat tambun. Saking tambunnya, ia memiliki ukuran dada yang amat besar, kimplah-kimplah dalam bahasa Jawa. Sehabis sebuah pertunjukan tayub, Susila yang kegerahan membuka “dada”nya. Susila pun ditangkap karena dianggap mempertontonkan aurat.

Karakternya yang polos dan ceplas-ceplos, bahkan cenderung jorok—dalam arti yang sebenarnya—tidak membantu meringankan tuduhan atas dirinya. Ia pun dikenai tuduhan berlapis-lapis. Susila terancam hukuman yang amat berat.

Di sisi lain, aparat negara yang tentu harus memberikan teladan bagi masyarakat bersikap semakin berlebihan. Ketakutan atas pikiran dan tindakan tak bermoral membuat mereka paranoid. Setiap mereka tanpa sengaja bersentuhan dengan Susila, mereka menyemprotkan antiseptik khusus. Seolah-olah amoralitas dan potensi menjadi asusila adalah sejenis virus menular yang bisa membuat sakit orang yan

Referensi

Dokumen terkait

Metode bagian adalah pendekatan mengajar yang efektif untuk memudahkan siswa memahami suatu gerakan teknik dasar dengan cara memilah – milah sehingga menjadi

Berdasarkan perbandingan total biaya antara kondisi eksisting dengan skenario yang dibuat, diketahui bahwa total biaya service hingga 100.000 km akan lebih ekonomis

Pengaruh cuaca terhadap agregat sebagai bahan perkerasan akan menimbulkan pelapukan (weathering) begitu pula pengaruh kondisi lingkungan. Akibat konstruksi tidka awet /

Untuk memastikan dosis paparan radiasi yang diterima pekerja minimal, kami menyediakan desain radiologi diagnostik dan intervensional yang memenuhi standar sesuai peraturan

1. Hakim memberikan hukuman dibawah minimal yang seharusnya tiga tahun penjara namun disini hanya penjara selama satu tahun enam bulan kepada terdakwa atas perbuatan cabulnya

Perbandingan skor dasar, ulangan siklus I dan ulangan harian siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada materi pokok

Jika diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, noda adalah bercak sehingga menjadikan adanya noda. Noda tersebut dapat mengotori, mencemarkan; menjelekan;merusak. 11

untuk ekowisata dan management pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. 4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat diajak dalam