• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN, OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA, SERTA EKOWISATA DAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN, OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA, SERTA EKOWISATA DAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN,

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA, SERTA

EKOWISATA DAN LINGKUNGAN HIDUP

2.1 Pengertian Ilmu Pariwisata

Pengertian pariwisata masih belum begitu memasyarakat karena adanya kerancuan.Umpamanya masyarakat mengatakan bahwa piknik adalah pariwisata, padahal piknik adalah hanya merupakan salah satu aktivitas dalam kepariwisataan, fenomena ini berkaitan pula dengan kenyataan yang ada di Indonesia.Kata “Pariwisata” sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourism ke-2 di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958 (Yoeti, 1983:102).

Namun berikut ini akan penulis paparkan beberapa defenisi dari para pakar tentang pariwisata tersebut. Herman V Schulalard (dalam Yoeti, 1983:105) memberikan batasan sebagai berikut:

Tourism is the sum of operations, mainly of an economic nature, which directly related to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country,

city or region”.

Selanjutnya E. Guyer Freuler merumuskan: “pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya

(2)

pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan” (Yoeti, 1983:105-106).

Kemudian Salah Wahab dalam bukunya “An Introduction on Tourism Theory” mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:

1. Manusia (manusia), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata.

2. Ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

3. Waktu (time), yaitu waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Lebih lengkapnya pendapat Prof. Salah Wahab mengenai pariwisata adalah: “suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu negara atau

benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap”

(Yoeti, 1983:107).

1. Pengertian yang lebih modern lagi tentang defenisi pariwisata adalah apayang dikatakan oleh H. Kodhyat dan Ramaini, “Pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut”.

(3)

Berikutnya menurut I Made Suradnya, yang dimaksud dengan pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.

2.2 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Apabila merujuk pada sub judul di atas, maka objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (Kodhyat dan Ramaini, 1992:80). Selanjutnya mengapa ada daya tarik wisata, hal ini dikarenakan adanya objek wisata atau tourist object.Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Ibid, 80).

Menurut Mariotti (dalam Yoeti, 1983:160-167) segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut diperlukan adanya “attractive spontance”.Hal-hal yang

(4)

dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah:

• Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, misalnya: iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, dan pusat-pusat kesehatan.

• Hasil ciptaan manusia, misalnya: benda-benda yang bersejarah, monumen, museum, acara tradisional, dan rumah-rumah peribadatan.

• Tata cara hidup masyarakat.

Ketiga hal di atas yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah disebutnya sebagai “Tourism Resources”. Sedangkan untuk tourist services yang dikatakan Marioti dengan istilah “Attractive Derivee” yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan dan aktivitas yang dapat dilakukan yang pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial.

Suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

1. Daerah itu harus mempunyai objek wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Atraksi wisata dapat dijadikan sebagai

Entertainments” bila orang datang kesana.

2. Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat mereka betah tinggal lama di tempat itu.

(5)

3. Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan tangan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

2.3 Pengertian Wisata Alam

Istilah wisata yang diperkenalkan melalui Undang-Undang No. 9 tahun 1990 (tentang kepariwisataan) pasal 16 undang-undang tersebut menyebutkan wisata alam sebagai salah satu kelompok objek dan daerah tujuan wisata yang dapat diusahakan, disamping itu wisata budaya dan wisata minat khusus.

Istilah ini dijelaskan melalui Peraturan No. 18 tahun 1994, dengan mengartikan

wisata alam sebagai kegiatan perjalanan untuk menikmati gejala keunikan alam di taman nasional raya ataupun taman wisata alam.

Dengan demikian wisata alam adalah segala kegiatan kepariwisataan yang

memanfaatkan alam sebagai objek atau lokasi.Kegiatan ini belum tentu masuk ke dalam kualifikasi ekotourism karena hanya kegiatan yang memenuhi persyaratan

lingkungan yang masuk dalam kategori tersebut.

Karena itu memahami dengan baik asal usul, substansi dan aspek teknis gagasan tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk menggunakan

gagasan tersebut baik untuk sekedar tujuan moral maupun tujuan bisnis teknis (Putra, 2001:16).

(6)

2.4 Pengertian Ekowisata

Ekowisata lebih populer dan banyak digunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme.Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis.Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme.Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.

Defenisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism

Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan

melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pencinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

(7)

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan.Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefenisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).

Dari defenisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini.

Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata.Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefenisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefenisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Defenisi ini memberi penegasan bahwa aspek terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Hal serupa juga telah berkembang secara cepat dan luas dalam kegiatan bisnis kepariwisataan dan muncul kemasan ecotourism.Gagasan ini menekankan keramahan terhadap lingkungan.Suatu kegiatan sekecil apapun harus dilaksanakan pada tempat yang tepat sesuai dengan perencanaan dan peruntungan ruang, karakteristik dan daya dukung ruang direncanakan secermat-cermatnya, dihitung

(8)

kuantitas dengan kualitas dampaknya dan dilengkapi mekanisme pencegahan, pengolahan dan pemilihan dampak.Kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dampaknya sedemikian luas dan berbahaya atau bahkan tidak dapat diperkirakan (harmfulm/ultrahazardpous), parsial maupun akumulatif jangka pendek maupun jangka panjang harus dibatalkan atau paling tidak ditunda dan hanya kegiatan yang tidak berdampak atau skala dampaknya kecil yang boleh dilanjutkan.

Kegiatan bisnis kepariwisataan yang bertolak dari kebijakan pertumbuhan ekonomi (economic growth) ternyata merupakan motor penghancuran lingkungan yang sangat menakutkan dorongan untuk memperoleh pertumbuhan yang setinggi-tingginya, dolar sebanyak-banyaknya, melahirkan desain gerakan kepariwisataan, dan telah menjadi kendaraan kolusi pemerintah pelaku bisnis, disengaja ataupun sekedar komando atasan untuk mengeksploitasi lingkungan.

Tanpa mempertimbangkan akibatnya, baik bagi lingkungan maupun kelangsungan kegiatan itu sendiri dari dampak kegiatan itu bahwa kepariwisataan yang berobjek lingkungan atau mengandalkan kekayaan alampun ikut menghabisi alam (Putra, 2001:7).

a. Latar Belakang Ekowisata

Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary pada tahun 1811, yang menyatakan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang.Orang yang pertama kali membuat sebuah petunjuk perjalanan adalah Aimeri de Picaud yang mempublikasikan bukunya pada tahun 1130 tentang

(9)

perjalannya ke Spanyol.Awalnya, perjalanan atau ekspedisi ilmu pengetahuan, studi antropologi dan budaya serta keinginan-keinginan untuk melihat bentangan

alam yang indah.

Sampai pertengahan abad ke-12 pertumbuhan wisata sangat rendah.Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19 kebutuhan wisata mulai meningkat.Pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh revolusi industri.Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan, sementara Amerika memulai industri wisata tahun 1950-an.

Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirkan, pada tahun 1984 sebuah perusahaan penerbangan Amerika Pan America World Airways

memperkenalkan tourism class pada penerbangannya.Di sini, mass tourism mulai berkembang dengan adanya transportasi udara.Tujuan perjalanan mulai beralih ke negara berkembang.Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990 industri wisata dipandang sama nilainya dengan industri minyak.

Perkembangan wisata secara besar-besaran pada awalnya diyakini tidak menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi.Namun, banyak temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata (dalam banyak hal) sangat merugikan ekosistem, terutama ekosistem destination wisata setempat.Pertentangan dan

(10)

pertumbuhan wisatawan yang besar dan tidak terkontrol telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai.Dampak tidak langsung lainnya diyakini eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada di daerah wisata.

b. Prinsip-prinsip Ekowisata

1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2) Pendidikan konservasi lingkungan mendidik wisatawan dan masyarakat akan pentingnya arti konservasi, pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 3) Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan

untuk ekowisata dan management pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.

4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5) Penghasilan masyarakat, keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6) Menjaga keharmonisan dengan alam, semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas untuk utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.

(11)

7) Daya dukung lingkungan, pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak tetapi daya dukunglah yang membatasi. 8) Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara, apabila suatu

kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.4.1 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata

Hubungan ekotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan

ekotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau

populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal.Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan instansi yang mengelola ekotorism di daerah tersebut untuk dapat mengembangkan ekotourism dengan baik.

2.4.2 Hubungan Ekowisata dengan Masyarakat

Masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan konservasi tersebut penting dan sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu

masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ekotourism yang berlokasi di

(12)

tempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra sejajar dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber daya alam setempat.

Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling menguntungkan antara pengelola ekotourism dengan masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata tersebut, karena dengan mengikutsertakan masyarakat dalam

ekotourism berarti menciptakan timbulan rasa memiliki masyarakat setempat

sehingga masyarakat turut menjaga dan memelihara kelangsungan sumber daya alam yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan ekotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).

2.5 Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah keseluruhan keadaan luar yang mempengaruhi eksistensi suatu organisme atau suatu masyarakat hayati, secara singkat lingkungan hidup adalah habitat mahkluk hidup.

Dalam konteks ekologi, lingkungan hidup adalah habitat, yaitu suatu daerah yang dapat memenuhi segala keperluan hidup suatu mahkluk

(13)

mana lingkungan hidup adalah konsepsionalnya, sedangkan lahan adalah operasionalnya.

Dalam konteks pengelolaan, lahan adalah aktualisasi dari lingkungan hidup.Dengan aktualisasi ini hakekat lingkungan hidup dapat diwujudkan dengan tanda-tanda pengenal yang ditransfortasikan melalui variabel-variabel, lahan kritis adalah contoh hakiki dari lingkungan hidup, dengan demikian pencegahan lahan kritis merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup.

Pariwisata telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi glogal yang terbesar, suatu cara untuk membayar konversi alam dan meningkatkan nilai lahan-lahan yang dibiarkan dalam kondisi alami.

Menyelamatkan dengan menjualnya bukanlah hal yang baru, tetapi resiko yang dihadapi dalam usaha semacam itu juga bukan hal yang baru.Jika baik buruknya pariwisata tidak mencengangkan, maka gambaran yang berkaitan dengan pariwisata adalah sebaliknya.

Untuk pengembangan dan pembinaan jenis objek wisata dan daya tarik wisata merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat kompleks dan memerlukan keterlibatan berbagai unsur yang mana unsur ini perlu dikoordinir dan dimotivasi sehingga tercipta persamaan persepsi dalam pelaksanaannya.Dalam pembinaan, pemanfaatan, dan pengembangan objek dan daya tarik objek wisata hasil karya

(14)

manusia diperlukan keterampilan, pemahaman, dan pengetahuan yang memadai tentang objek dan daya tarik wisata (Yoeti, 1996:181-187).

Pemanfaatan objek dan daya tarik wisata harus dilakukan secara bijaksana, karena sumber daya manusia beserta kreasinya memiliki keanekaragaman bentuk dan perlu dilestarikan serta sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Kemajuan dalam pola hidup manusia 2. Perkembangan pengetahuan dan teknologi.

2.6 Beberapa Dampak yang Ditimbulkan pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Dikembangkan

Beberapa dampak yang ditimbulkan pada lingkungan hidup (ekowisata) apabila terus dikembangkan, yakni:

a. Degradasi dalam penurunan nilai-nilai sosial budaya

Budaya merupakan unsur yang tidak pernah dilupakan dalam konservasi, konservasi dan pariwisata yang menolak keprihatinan masyarakat lokal merugikan diri sendiri, pariwisata dapat menghancurkan budaya asli dan mengacaukan perekonomian asli pula.

b. Ekonomi

Ekowisata terkait dengan ekonomi disebabkan ada dampak keuntungan dan kerugian, semata-mata untuk mencari profit dan kawasan yang lebih dikenal. Di sini juga lebih memaksimalkan profit daripada kunjungan karena dengan

(15)

memaksimalkan profit maka pemeliharaan terhadap wilayah kunjungan tersebut akan menjadi lebih baik.

c. Penurunan kesehatan masyarakat akibat limbah yang dibuang pada pengembangan ekowisata tersebut.

d. Estetika

Dampak diukur baik melalui batas pengunjung yang dapat ditoleransi maupun melalui kerusakan ekologi. Nilai dan keseluruhan persepsi adalah gambaran yang rumit dari pengguna yang diterima jauh lebih rendah sebab pengunjung akan membayar lebih tinggi untuk merasakan alam liar, kerumunan orang mengurangi daya tarik keindahan dan menurunkan keinginan pengunjung untuk membayar.

2.7 Manfaat Pariwisata

Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut: a. Peningkatan devisa negara

b. Peningkatan kesempatan kerja dan usaha c. Pemberdayaan ekonomi rakyat

d. Pelestarian nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat e. Pelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup f. Perwujudan otonomi daerah pada sektor pariwisata

Referensi

Dokumen terkait

mengenai pentadbiran daerah dan tanah di Balik Pulau oleh kerajaan kolonial yang

Berdasarkan evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode yang diusulkan menghasilkan citra tersegmentasi yang lebih baik daripada metode Lopes dan metode Otsu pada citra

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa ketiga metode memberikan hasil tipe pasang surut pada stasiun Malahayati yaitu tipe pasang surut harian

Secara teoritis, stabilitas politik ditentukan oleh 3 variabel, yakni perkembangan ekonomiyang memadai, perkembangan perlembagaan baik struktur maupun proses

صخلملا ةثحابلا ةيلمع ىفلز : ثحبلا ناونع : فرشلدا : لدا روسيم ناقدص جالحا روتكدلا ا يرتسج ةيسيئرلا تاملكلا :أ تادرفلدا باعيتسا رث - ةءارقلا ةراهم – مكلحا

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efisiensi boiler dan energi listrik pada PLTU Air Anyir Bangka menggunakan bahan bakar batubara periode bulan dan

Timbalan Menteri Kewangan I [Datuk Abd Rahim bin Bakri]: Terima kasih Tuan Yang di-Pertua di atas penyertaan dan juga kepada semua Ahli-ahli Yang Berhormat yang telah terlibat