• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI PEMILIH PEREMPUAN PADA IDA ASTUTI (TAN MEI HWA) SEBAGAI CALON WAKIL BUPATI SIDOARJO TERHADAP KEBERPIHAKAN PEMILIH PEREMPUAN DI DESA TROPODO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMILU KEPALA DAERAH SERENTAK 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI PEMILIH PEREMPUAN PADA IDA ASTUTI (TAN MEI HWA) SEBAGAI CALON WAKIL BUPATI SIDOARJO TERHADAP KEBERPIHAKAN PEMILIH PEREMPUAN DI DESA TROPODO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMILU KEPALA DAERAH SERENTAK 2015."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi:

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam

Oleh : IDA MASLACHA

NIM : E04212025

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Persepsi Pemilih Perempuan Pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Terhadap Keberpihakan Pemilih Perempuan Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala

Daerah Serentak 2015”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang Pertama,

Bagaimana persepsi pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo. Kedua, Bagaimana tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo. Ketiga, Seberapa besar pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 orang yang diambil secara Area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah angket, dokumentasi, maupun observasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hasil, yakni Pertama, persepsi pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, mempunyai persepsi yang baik pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan sebesar 57 (57,6%) responden yang memberikan persepsi yang baik pada Ida Astuti dengan rincian sebesar 27 (27,3%) menyatakan percaya dan 30 (30,3%) responden menyatakan cukup percaya bahwa Ida Astuti (Tan Mei Hwa) mampu membawa Sidoarjo menjadi lebih baik lagi sedangkan yang menyatakan tidak percaya bahwa Ida Astuti (Tan Mei Hwa) mampu membawa Sidoarjo menjadi lebih baik lagi sebesar 42 (42,4%) responden. Kedua, tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 memiliki keberpihakan yang baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan jumlah 65,7% (65 reponden) yang memberikan keberpihakan untuk memilih Ida Astuti sebagai Calon Wakil Bupati pada Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Sidoarjo sedangkan 34,3% (34 responden) tidak memberikan keberpihakan pada Ida Astuti sebagai Calon Wakil Bupati pada Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Sidoarjo. Ketiga, berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan SPSS versi 16.0 diketahui bahwa pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 mempunyai tingkat pengaruh yang “RENDAH” yaitu sebesar 0,333. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,111 yang artinya bahwa 11,1% variabel keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 dipengaruhi oleh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dan sisanya 88,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER DEPAN JUDUL SKRIPSI ... i

HALAMAN COVER DALAM JUDUL SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAK... xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Batasan Masalah ... 14

D. Tujuan penelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Variabel Penelitian & Indikator ... 17

G. Definisi Operasional ... 20

H. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Pemilih Perempuan ... 26

B. Keberpihakan ... 29

C. Konsep Gender ... 42

D. Penelitian Terdahulu ... 47

E. Kerangka Berpikir ... 51

(8)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan & Jenis Penelitian ... 55

B. Populasi & Sampel ... 56

C. Penyajian Data & Pengujian Hipotesis ... 79

BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Persepsi Pemilih Perempuan di Desa Tropodo Pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Sidarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 ... 110

B. Tingkat Keberpihakan Pemilih Perempuan di Desa Tropodo Pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 ... 128

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reformasi pada tahun 1998 membawa perubahan yang fundamental bagi bangsa Indonesia. Pasca bergulirnya era reformasi terdapat agenda rutin yang digelar setiap 5 tahun sekali oleh bangsa Indonesia sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, agenda tersebut tidak lain adalah Pemilu. Pemilu merupakan salah satu ajang kontestasi dalam sistem demokrasi yang dilaksanakan secara terbuka dengan tujuan untuk memilih para wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat dan memperjuangkan aspirasi masyarakat.1

Terbilang sejak tahun 2004 hingga tahun 2014 bangsa ini telah melaksanakan Pemilu secara langsung yang dapat dikatakan sukses dengan menempatkan para wakil rakyat, Presiden maupun Wakil Presiden untuk memimpin Indonesia dalam masa bakti 5 tahun. Selain itu, di Indonesia juga dilaksanakan Pemilu secara langsung di tingkat daerah atau yang biasa disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan pemilihan yang dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah tersebut dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud

1 Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi IV, (Jakarta: Gramedia

(10)

mencakup Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota untuk Kota.2

Pelaksanaan Pilkada secara langsung dipandang sebagai mekanisme rekrutmen politik yang demokratis karena memberi peluang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat untuk menentukan para pemimpin yang nantinya diharapkan akan mampu menciptakan pemerintahan daerah yang akuntabel dan kredibel. Dalam hal ini, masyarakat sebagai pemilih mendapat perhatian secara khusus dari para pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, hal ini dilakukan karena pada Pemilihan Kepala Daerah secara langsung masyarakat memiliki peranan yang sangat penting yakni sebagai penentu kemenangan pasangan calon kepala daerah, sehingga kegiatan atau program para kandidat dalam rangka memenangkan pemilihan tersebut terfokuskan pada usaha mempengaruhi persepsi pemilih, keberpihakan pemilih, perilaku pemilih dan partisipasi pemilih.

Landasan hukum Pilkada sendiri didasarkan pada Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk mengatur bentuk pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah dengan salah satu amanat tentang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung.3 Akan tetapi,

pada tahun 2015 UU Nomer 32 Tahun 2004 tersebut mengalami revisi dan menghasilkan UU Nomer 08 Tahun 2015 yang berisikan tentang pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dilaksanakan pada hari dan bulan yang sama

2 https://id.m.wikipedia.org/wiki/provinsi, (Senin, 12 Oktober 2015, 14.35) 3 Suharizal, Pemilukada : Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang, (Jakarta:

(11)

pada tahun 2015 atau bertepatan pada tanggal 9 Desember 2015. Pelaksanaan Pilkada serentak merupakan mekanisme untuk melahirkan pemerintahan daerah yang mampu menciptakan akuntabilitas di daerahnya, kesetaraan hak warga dalam berpolitik serta penguasaan bagi demokrasi nasional.4 Disamping itu, Pelaksanaan Pilkada Serentak tersebut bertujuan untuk mengakomodir keinginan masyarakat yang menginginkan pelaksanaan Pemilu (pemilihan umum) yang efisien dan hemat dari sisi pendanaan pelaksanaannya.

Pelaksanaan Pilkada Serentak pada tahun 2015 dilaksanakan di 269 daerah yang terdiri dari 9 Provinsi, 36 Kota dan 224 Kabupaten yang serentak memilih kepala daerahnya.5 Salah satu daerah yang melaksanakan Pilkada serentak pada tanggal 9 Desember 2015 adalah Kabupaten Sidoarjo yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Adapun pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Kabupaten Sidoarjo, bertujuan untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah periode 2015-2020. Pada Pilkada Serentak Sidoarjo diikuti oleh empat pasangan calon, yakni:

4 Tjahjo Kumolo, Politik Hukum Pilkada Serentak, (Bandung: Mizan Media Utama, 2015),

35.

(12)

Tabel 1.1

Daftar Nama Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Pada Pemilu Kepala Daerah Serentak Sidoarjo Tahun 2015

No Urut dan

2. Mendorong tumbuh-kembangnya sektor industri dan jasa-perdagangan

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mempercepat aktifitas ekonomi di masyarakat serta berkembangnya (home industri).

4. Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat agar proses pembangunan bergerak secara berkesinambungan, tanpa mengabaikan gender.

5. Meningkatkan sikap profesionalisme aperatur pemerintah agar mencapai pelayanan prima.

6. Memfasilitasi berkembangnya iklim investasi untuk mempercepat dan menguatkan kemandirian masyarakat secara ekonomi serta kesejahteraannya.

7. Mewujudkan terpeliharanya iklim demokrasi yang santun dan menjunjung tinggi etika bermasyarakat.

1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan sarana pendidikan, peningkatan pelayanan serta perbaikan sarana dan prasarana kesehatan

2. Mengutamakan pembangunan infrastruktur guna mendorong peningkatan pembangunan yang proporsional, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Mendorong pembangunan perekonomian daqerah pada semua sektor, dengan memproiritaskan pada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) guna mewujudkan peningkatan taraf hidup masyarakat secara layak serta peningkata pendapatan perkapita guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Memberikan layanan masyarakat secara profesional dengan penataan aparatur yang benar untuk mencapai pelayanan prima.

(13)

Kabupaten

1. Pemerintahan yang bersih dan akuntabel melalui penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, partisipasif dan transparan.

2. Meningkatnya perekonomian daerah melalui optimalisasi potensi basis industri pengolahan, pertanian, perikanan, pariwisata, UMKM dan koperasi serta pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatnya kualitas dan standar pelayanan pendidikan dan kesehatan.

4. Meningkatkan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berakhlaqul karimah, berdasarkan keimanan kepada Tuhan YME, serta dapat memelihara kerukunan, ketentraman, dan ketertiban.

5. Infrastruktur publik yang memadai dan berkualitas sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

1. Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.

2. Mendorong pembangunan di sembilan sektor perekonomian daerah, dengan memprioritaskan pada sektor-sektor yang paling potensial guna mewujudkan peningkatan taraf hidup masyarakat secara layak.

3. Memberikan layanan masyarakat secara profesional untuk mencapai pelayanan prima

4. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur guna mendorong peningkatan pembangunan yang proporsional, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan sarana-prasarana pendidikan, kesehatan, dan peningkatan pendapatan perkapita guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6. Mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan yang berwawasan gender dan pengamalan nilai-nilai agama diiringi dengan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai dasar negara secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

7. Mewujudkan kondisi masyarakat dan lingkungan yang aman, tentram dan tenggang rasa guna terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif.

8. Menumbuhkan iklim demokrasi yang sehat, santun dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika bermasyaraka

Sumber : http://kpud-sidoarjokab.go.id

(14)

Representasi perempuan tersebut dapat dilihat dari majunya Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Wakil Bupati Sidoarjo yang berpasangan dengan Utsman Ikhsan.

Majunya Ida Astuti sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo menunjukkan adanya tindakan affirmative action dimana terdapat upaya melibatkan perempuan dalam sistem dan struktur demokrasi yang merupakan bagian dari upaya untuk melaksanakan sistem demokrasi secara utuh dan menyeluruh. Selain itu, majunya Ida Astuti sebagai satu-satunya Calon Wakil Bupati Sidoarjo menunjukkan adanya kesetaraan gender dalam bidang politik dan pembangunan. Sehingga akan memunculkan pengarusutamaan gender yang akan berimbas pada terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan danprogram pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.6

Majunya Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai satu-satunya perempuan yang menjadi Calon Wakil Bupati tentunya juga akan menarik perhatian serta simpati masyarakat Sidoarjo khususnya pemilih perempuan yang dapat mempengaruhi keberpihakan dan persepsi mereka dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak Sidoarjo tahun 2015.

Tidak hanya itu, pemilih Sidoarjo dalam memilih kandidat Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati juga tidak dapat terlepas dari tingkat popularitas masing-masing kandidat. Berikut data tingkat Popularitas CaBup dan CaWaBup Sidoarjo 2015 yang dirilis dari lembaga survei “The Republic Institute (TRiE):

6 Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pengarusutamaan Gender

(15)

Tabel 1.2

Tingkat Popularitas Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sidoarjo 2015

No Nama Calon

Berdasarkan hasil survei “The Republic Institute (TRiE)”, tingkat popularitas Calon Bupati Saiful Illah mengungguli kandidat lainnya dengan perolehan presentase sebesar 98,5%. Sedangkan pada sisi Calon Wakil Bupati muncul nama Abdul Kholik yang memiliki popularitas lebih tinggi dibandingkan dengan kandidat Calon Wakil Bupati Sidoarjo lainnya yakni sebesar 45,6%. Sementara satu-satunya kandidat perempuan yang maju sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo, yakni Ida Astuti (Tan Mei Hwa) memiliki presentase popularitas sebesar 33,5%. Yang menempati urutan peringkat ke 3 setelah Calon Wakil Bupati Nur Achmad Syaifudin dengan perolehan tingkat popularitas sebesar 36,7%. Akan tetapi, perolehan angka presentase popularitas yang di dapatkan oleh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) masih lebih unggul daripada Calon Wakil Bupati Imam Sugiri yang mendapatkan presentase popularitas sebesar 31,5%.

(16)

wilayah Sidoarjo termasuk salah satunya Kecamatan Waru dan khususnya Desa Tropodo tentunya akan mempengaruhi daya tarik pemilih perempuan serta keberpihakan pemilih perempuan untuk membangun persepsi yang baik dan memberikan dukungan politik kepada Ida Astuti (Tan Mei Hwa).7

Melihat kedekatan Ida Astuti di kalangan perempuan khususnya ibu-ibu, tentunya Ida Astuti juga lebih memfokuskan ke daerah yang terdapat banyak pemilih perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk mendongkrak suara Ida Astuti khususnya dari kalangan perempuan. Salah satu daerah yang sangat potensial untuk mendongkrak suara Ida Astuti (Tan Mei Hwa) adalah Desa Tropodo. Hal ini dikarenakan Tropodo sebagai salah satu Desa dengan jumlah pemilih perempuan terbanyak yakni sejumlah 7796 pemilih.8 Pendekatan Ida Astuti di masyarakat Tropodo dapat dilihat pada tahap awal setelah dirinya diumumkan oleh KPUD Sidoarjo sebagai salah satu kandidat Calon Wakil Bupati Sidoarjo. Ida Astuti melakukan pendekatan dengan masyarakat Desa Tropodo yang dirangkai dalam acara jalan bersama dalam rangka memperingati HUT RI Ke 70. Selain itu, Ida Astuti juga menghadiri acara pengajian yang diadakan oleh masyarakat Desa Tropodo.9

7 http://m.beritajatim.com, (Jum’at, 25 September 2015, 15.50) 8 http://kpud-sidoarjokab.go.id, (Rabu, 30 Desember 2015, 15.40)

9 http://sidoarjoterkini.com/2015/09/02/elektabilitas-utsman-tan-mei-hwa-melesat-naik/,

(17)

Di sisi lain, berdasarkan hasil rekapitulasi yang telah dilakukan oleh KPUD Kabupaten Sidoarjo pasangan Utsman Ikhsan dan Ida Astuti (Tan Mei Hwa) memperolah suara sebesar 64. 375. Adapun rekapitulasi hasil perhitungan suara PILKADA Serentak 2015 di Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Kabupaten Sidoarjo

Nama PasLon Bupati dan Wakil Bupati

Jumlah

Jumlah Akhir 700.706 191.414 64.375 424.611 38.664 720.064

Sumber :http://kpud-sidoarjokab.go.id

(18)

lebih tinggi daripada Warih Andono dan Imam Sugiri. Dari tabel di atas, perolehan suara sebesar 64.375 yang didapat oleh Pasangan Calon dengan nomer urut 2 bisa dikatakan masih mampu bersaing dengan Pasangan Calon nomer urut 4, Warih Andono dan Imam Sugiri yang hanya mendapatkan 38.664 suara. Meskipun Pasangan Calon dengan nomer urut 1 & 3 memiliki perolehan suara di peringkat kedua dan pertama.

(19)

Tabel 1.4

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah Serentak Sidoarjo Tahun 2015 Di Kecamatan Waru Desa Tropodo

No TPS

DPT Pemilih Perempuan

Tiap TPS

Nama PasLon Bupati dan Wakil Bupati

(20)

Pasangan Warih Andono dan Imam Sugiri yang berada di peringkat ke empat dengan perolehan suara sebesar 556. Meskipun di peringkat pertama dan peringkat kedua di tempati oleh Pasangan calon nomer urut 1 dan Paslon nomer urut 3 dengan perolehan suara sebanyak 1. 606 untuk Paslon nomer urut 1 dan 2.300 untuk Paslon nomer urut 3.

Dari berbagai pemaparan diatas, terdapat beberapa hal yang menarik untuk diteliti di antaranya:

1. Obyek penelitian ini adalah Ida astuti (Tan Mei Hwa) sebagai satu-satunya representasi kandidat perempuan dalam putaran Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Sidoarjo kemarin, yang terkenal memiliki kedekatan dengan pemilih perempuan melalui kumpulan pengajian yang kerap kali di adakan dan di hadiri oleh ibu-ibu warga Nahdliyyin. Dari kedekatan yang dilakukan ketika kumpulan pengajian tersebut dapat memunculkan asumsi bahwa akan banyak pemilih perempuan yang berpihak pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sehingga pemilih perempuan memberikan dukungan politik kepada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Sidoarjo.

(21)

pemilih perempuan terbanyak daripada desa lainnya yang ada di Kecamatan Waru, jumlah pemilih perempuan yang ada di Desa Tropodo sebanyak 7796 pemilih dan Kecamatan Waru dipilih karena memiliki jumlah pemilih perempuan terbanyak diantara kecamatan lainnya yakni sebanyak 74.479 pemilih perempuan.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Persepsi Pemilih Perempuan Pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini. Penulis, menyajikan rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikuit:

1. Bagaimana persepsi pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015?

2. Bagaimana tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015?

3. Seberapa besar pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015?

C. Batasan Masalah

(23)

1. Persepsi pemilih perempuan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pemahaman dan penilaian pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) yang maju sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dan ditetapkan KPU untuk mengikuti Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 dengan mendampingi Utsman Ikhsan sebagai pasangannya.

2. Tingkat keberpihakan pemilih perempuan yang menjadi orientasi pada penelitian ini adalah pertimbangan pemilih perempuan serta perilaku pemilih perempuan dalam memilih atau mendukung Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sidoarjo yang menjadi kandidat khususnya mengenai keberpihakan pemilih perempuan pada Ida Astuti sebagai satu-satunya representasi perempuan sebagai Calon Wakil Bupati dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Sidoarjo.

(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas. Maka, tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan persepsi pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

2. Mendeskripsikan tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

E. Manfaat Penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas. Maka, peneliti memaparkan beberapa manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(25)

2. Manfaat Praktis

Pada segi praktis, manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah mampu memberikan landasan berpikir dalam menanggapi keterlibatan perempuan sebagai representasi dalam ranah publik di berbagai tingkat pemerintahan di Indonesia dalam merencanakan, mengorganisir dan menggerakkan roda pemerintahan. Dengan kata lain, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur akan pentingnya partisipasi politik perempuan dalam ajang kontestasi Pemilu yang menjadi salah satu tolak ukur dari sistem demokrasi di suatu negara.

Selain itu, bagi pengamat politik atau ahli politik. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan analisa dan wacana kedepan mengenai pengaruh persepsi pemilih perepuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai calon wakil bupati Sidoarjo terhadap keberpihakan pemilih perempuan dalam menentukan suaranya pada setiap Pemilu, baik ditingkat daerah maupun nasional.

F. Variable Penelitian dan Indikator

Pada penelitian kuantitatif terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (variable X) dan variable terikat (variable Y).10 Dalam penelitian ini variable X membahas mengenai pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo sedangkan variable Y membahas tentang keberpihakan pemilih perempuan Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015. Adapun indikator dari masing- masing variabel adalah sebagai berikut :

(26)

Tabel 1.5 Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo) 1. Penyerapan Terhadap Rangsang

atau Objek dari Luar Individu Tentang Latar Belakang Ida Astuti sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015. 2. Pengetahuan Pemilih Perempuan

Pada Ida Astuti sebagai Calon

3. Penilaian atau Evaluasi Pemilih Perempuan Tentang Program Kerja Ida Astuti Sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015

1. Kesamaan (Seseorang cenderung berpihak pada orang yang sama dalam sikap, minat, nilai, latar belakang dan kepribadiannya)

2. Kedekatan (Seseorang akan berpihak pada orang yang dekat dengannya) 3. Keakraban (Semakin seringnya

seseorang berjumpa pada orang tertentu, maka semakin pula orang tersebut berpihak pada orang tertentu tersebut)

4. Daya Tarik (Seseorang akan cenderung berpihak pada daya tarik fisik, seperti keberpihakan pada salah satu jenis kelamin tertentu)

5. Kemampuan (Seseorang akan berpihak pada orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi yang tinggi)

6. Tekanan Emosional (Keadaan emosi seseorang akan mempengaruhi keberpihakannya pada orang lain)

7. Kesukaan Secara Timbal Balik (Ketika

seseorang berpihak pada orang tertentu, maka orang tersebut juga mengharapkan ganjaran atau reward dari orang yang dia pihak).

8. Teori GenderMainstreaming

Konsep gender yang dibuat dalam bidang politik untuk mendukung perempuan dalam proses pembangunan serta pembuatan kebijakan yang mengarah pada kesetaraan gender.

(27)

Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

Asumsi tersebut berawal ketika seseorang dalam mempersepsikan suatu hal butuh melalui beberapa tahapan terlebih dahulu, yakni penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu dimana penyerapan terhadap objek atau rangsang merupakan landasan pertama atau langkah awal dari pemilih perempuan ketika memperoleh gambaran atau kesan mengenai latar belakang yang dimiliki oleh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015. Kemudian, setelah sebuah gambaran mengenai obyek tersebut telah terkumpul maka akan berlanjut pada tahapan kedua yakni pengetahuan, dimana ketika seorang pemilih perempuan atau responden mengetahui serta memahami track record, visi serta misi yang dimiliki oleh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo maka akan muncul sebuah perbandingan serta interpretasi yang nantinya akan berlanjut pada tahapan ketiga yakni penilaian atau evaluasi. Dimana, penilaian atau evaluasi tersebut terjadi setelah pemilih perempuan atau responden mulai membandingkan program kerja yang dibuat oleh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) terhadap pemahaman yang dimiliki oleh responden.

(28)

yang kemudian menghasilkan partisipasi dan berpengaruh pada pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dan akan menghasilkan feminisme.11

Selain itu, asumsi tersebut juga berawal ketika seseorang akan berpihak atau memilih suatu hal tentu saja dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kesamaan latar belakang atau minat antara pemilih dengan kandidat, kedekatan, keakraban, daya tarik fisik, kemampuan, tekanan emosional, maupun kesukaannya terhadap suatu hal. Dalam hal ini, keberpihakan pemilih perempuan yang dimaksudkan tentunya mengenai representasi Ida Astuti sebagai satu-satunya Calon Wakil Bupati perempuan pada Pemilu Kepala Daerah Sidoarjo 2015 yang nantinya akan mempengaruhi keberpihakan pemilih serta partisipasi pemilih dalam menentukan pilihan politiknya.

G. Definisi Operasional

Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (benda atau orang) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.12

Persepsi Pemilih Perempuan : Persepsi merupakan proses dimana individu-individu yang saling berinteraksi untuk menafsirkan kesan indra mereka terhadap hal-hal yang menarik dari

11 Ihromi, Kajian Wanita Dalam Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Obor Indosia, 1995),

419.

(29)

lingkungannya.13 Pemilih perempuan adalah masyarakat Sidoarjo khususnya perempuan yang telah berusia diatas 17 tahun dan terdaftar sebagai pemilih tetap (DPT) untuk mengikuti Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.14

Jadi, persepsi pemilih perempuan adalah individu-individu perempuan yang terdaftar di DPT untuk menafsirkan kesan indra mereka terhadap hal-hal yang menarik dari lingkungannya.

Ida Astuti (Tan Mei Hwa) : Calon Wakil Bupati Sidoarjo yang telah ditetapkan oleh KPUD Sidoarjo dengan nomer urut 2 dan berpasangan dengan utsman ikhsan.15

Calon Wakil Bupati Sidoarjo : Calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik (PKB, PDIP, PKS, PAN, NASDEM, DEMOKRAT, PBB, GOLKAR) yang sudah terdaftar di

13 Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Demokrasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2008), 57.

(30)

KPU sidoarjo dan ke empat calon tersebut adalah Abdul Kholik, Ida Astuti (Tan Mei Hwa), Nur Achmad Syaifuddin dan Imam Sugiri.16

Keberpihakan

Pemilih Perempuan : Keberpihakan berasal dari kata berpihak. Dimana, arti kata berpihak memiliki pengertian yakni mengikuti (memilih) salah satu pihak.17 Sedangkan yang dimaksud dengan pemilih perempuan adalah masyarakat Sidoarjo khususnya perempuan yang telah berusia diatas 17 tahun dan terdaftar sebagai pemilih tetap (DPT) untuk mengikuti Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberpihakan pemilih perempuan adalah keberpihakan pemilih perempuan yang terdaftar untuk mengikuti Pilkada Serentak 2015 di Sidoarjo terhadap salah satu kandidat

16 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia, (Senin, 12

Oktober 2015, 23.10)

(31)

Pilkada Serentak 2015 di Sidoarjo yang dalam hal ini adalah Ida Astuti atau Tan Mei Hwa.

Pemilu Kepala Daerah

Serentak 2015 : Pemilu Kepala Daerah Serentak adalah Pemilihan Umum secara langsung guna memilih Gubernur, Wali Kota dan Bupati dalam masa bakti 5 tahun.18

Desa Tropodo Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo : Salah satu desa yang padat penduduknya di kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.19

Jadi, berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan Pengaruh Persepsi Pemilih Perempuan Pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo Terhadap Keberpihakan Pemilih Perempuan Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 adalah keterkaitan atau pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo yang merupakan satu-satunya calon perempuan yang maju dalam Pilkada Serentak 2015 di Sidoarjo terhadap keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

18 Suharizal, Pemilukada : Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2012), 36.

19 https://id.wikipedia.org/wiki/Tropodo,_Waru,_Sidoarjo, (Selasa, 22 Desember 2015,

(32)

H. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, Variabel dan Indikator Variabel, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan membahas mengenai Teori Persepsi, Keberpihakan, Teori Gender, Penelitian Terdahulu, Kerangka Konseptual, dan Hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN. Pada BAB ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis Penelitian, Obyek Penelitian (Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel), Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder), Metode Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan Dokumentasi, serta Teknik Analisis Data).

BAB IV : HASIL PENELITIAN. Pada BAB ini akan membahas mengenai Deskripsi Lokasi Penelitian, Karakteristik Responden, dan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.

(33)

Kepala Daerah Serentak 2015 dan pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap tingkat keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

BAB VI : PENUTUP. Pada BAB ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi Pemilih Perempuan

Selama ini tidak ada sumber yang menjelaskan secara langsung mengenai pengertian persepsi pemilih perempuan. Oleh karena itu, penulis akan mengklasifikasikannya menjadi 2 bagian, yakni pengertian persepsi dan pemilih perempuan.

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pada saat menafsirkan pesan informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori.1 Di sisi lain, dalam

proses persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:2

1. Seleksi adalah penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan sehingga mempunyai arti bagi seseorang.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

1 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 51.

2 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Persepsi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003),

(35)

Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:3

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.

Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan, normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.

2. Pengetahuan.

Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengetahuan. Proses terjadinya pengetahuan tersebut sangat unik dan cepat. Pengetahuan yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

3 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi umum, (Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset, 2003),

(36)

3. Penilaian atau evaluasi.

Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.

Selanjutnya, pemilih perempuan mempunyai pengertian sebagai masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat perempuan yang berusia diatas 17 tahun dan telah terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).4

Dari pengertian persepsi dan pemilih perempuan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi pemilih perempuan adalah individu-individu perempuan yang terdaftar dalam DPT yang saling berinteraksi untuk menafsirkan kesan indra mereka terhadap hal-hal yang menarik dari lingkungannya.

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini yang membahas mengenai pengaruh persepsi pemilih perempuan pada Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap keberpihakan pemilih perempuan dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 dapat dimaknai bahwa dengan pandangan atau tanggapan masyarakat khususnya pemilih perempuan dalam menanggapi majunya Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo yang nantinya akan membentuk persepsi dari setiap individu. Persepsi tersebut kemudian akan

(37)

mempengaruhi keberpihakan memilih mereka dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015. Persepsi tersebut, dibangun atas tiga indikator, yakni penyerapan, pengetahuan, dan evaluasi terhadap Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

B. Keberpihakan

Keberpihakan berasal dari kata dasar berpihak yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengikut (memilih) salah satu pihak.5 Pada tahapan

keberpihakan, seseorang tidak akan memilih ataupun menentukan pilihannya terhadap suatu obyek yang akan dijadikan pilihannya sebelum orang tersebut memberikan penilaian terhadap beberapa obyek lainnya. Penilaian terhadap suatu obyek tersebut berupa daya tarik interpersonal.

Daya tarik interpersonal merupakan kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif untuk mendekatinya dan berperilaku positif kepadanya.6 Ketika melakukan penilaian terhadap seseorang terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pada tahap awal pertemuan hubungan dengan orang lain, faktor tersebut diantaranya:

1. Faktor Personal adalah faktor yang berasal dari karakteristik pribadi kita. 2. Faktor Situasional adalah sifat-sifat obyektif (karakteristik) persona

stimuli yang akan membentuk ketertarikan individu.

5

http://web.id/berpihak, (Selasa, 22 Desember 2015, 21.30)

6

(38)

Selanjutnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya tarik interpesonal yang bersifat kontinu antara yang satu dengan lainnya. Faktor tersebut diantaranya7:

1. Kesamaan (Seseorang cenderung berpihak pada orang yang sama dalam sikap, minat, nilai, latar belakang dan kepribadiannya).

2. Kedekatan (Seseorang akan berpihak pada orang yang dekat dengannya).

3. Keakraban (Semakin seringnya seseorang berjumpa pada orang tertentu, maka semakin pula orang tersebut berpihak pada orang tertentu tersebut).

4. Daya Tarik (Seseorang akan cenderung berpihak pada daya tarik, seperti keberpihakan pada salah satu jenis kelamin tertentu).

5. Kemampuan (Seseorang akan berpihak pada orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi yang tinggi).

6. Tekanan Emosional (Keadaan emosi seseorang akan mempengaruhi keberpihakannya pada orang lain).

7. Kesukaan Secara Timbal Balik (Ketika seseorang berpihak pada orang tertentu, maka orang tersebut juga mengharapkan ganjaran atau reward dari orang yang dia pihak).

7

(39)

Selanjutnya, ketika berbicara mengenai daya tarik interpesonal terdapat beberapa pengertian,8 diantaranya:

1. Menurut Brehn dan Kassin, daya tarik interpersonal merupakan keinginan seseorang untuk mendekati orang lain.

2. Menurut Bringham, daya tarik interpersonal adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif untuk mendekatinya dan berperilaku positif kepadanya.

Dari dua pengertian daya tarik interpersonal di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tarik interpersonal adalah kecenderungan seseorang untuk mendekati dan menilai orang lain secara positif. Dalam artian tidak hanya melakukan penilaian secara fisik saja tetapi seluruh aspek yang ada pada orang tersebut. Adapun penjelasan dari faktor-faktor dalam daya tarik interpersonal adalah sebagai berikut:9

1. Kesamaan (similarity)

Kecenderungan menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, minat, nilai, latar belakang dan kepribadian. Kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tarik interpersonal karena terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan dalam hal ini yaitu:

a. Menurut teori konsistensi kognitif dari Heider, jika kita menyukai orang lain kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kita menjadi tidak nyaman

8

Ibid., 86.

9

(40)

ketika orang yang kita sukai atau orang terdekat kita ternyata menyukai apa yang kita benci atau tidak kita sukai.

b. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran dan perbedaan menimbulkan hal yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita dalam menafsirkan realitas sosial. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.

c. Pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran.

d. Kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita dan merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita.

Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Kesamaan sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif. Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang yang tidak sama dengan mereka. Individu yang memiliki self monitoring rendah lebih dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sedangkan high self monitors tertarik kepada orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang

mereka sukai daripada kesamaan dalam sikap dan nilai.10

10

(41)

2. Kedekatan (proximity)

Pada penelitian mengenai ketertarikan, orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul diantara tetangga yang berdekatan atau diantata mahasiswa yang berdekatan. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang atau mengalami repeated exposure. Repeated exposure adalah kontak yang terus menerus dengan sebuah stimulus, dimana paparan berulang terhadap stimulus akan berakibat pada evaluasi terhadap stimulus tersebut.11 Beberapa hal yang membuat orang saling menyukai, diantaranya :

a. Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita daripada orang yang kita temui diluar lingkungan kita. Eksposur yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka.

b. Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.

c. Orang yang dekat secara fisik lebih mudah dijangkau daripada orang yang berada di tempat yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial yakni diperlukan sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaliknya hubungan jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.

(42)

d. Berdasarkan teori konsistensi kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berampingan dengan orang lain yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologis, sehingga kita akan mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita

e. Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya. Hal ini meyebabkan ia cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek-aspek negatif dari hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan.

3. Keakraban (familiarity)

Semakin sering kita berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang tersebut.12 Sebagaimana hasil penelitian Robert Zajonc tentang efek terpaan (more exposure effect) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang akan mengembangkan perasaan positif pada obyek dan individu yang sering mereka lihat. Mungkin hal ini bisa dikutipkan dari ungkapan dalam bahasa Jawa “witing tresno jalaran soko kullino” (jatuh cinta karena sering atau terbiasa bertemu) dimana rasa

(43)

cinta tumbuh dan berkembang seiring intensitas keakraban yang terjalin antar individu.

4. Daya tarik

Ketika kita suka atau tidak suka kepada seseorang pada pandangan pertama, reaksi ini mengidikasikan bahwa sesuatu mengenai orang itu memunculkan efek positif atau negatif.13 Kemudian, reaksi semacam ini didasarkan pada pengalaman di masa lalu, stereotip, dan atribut yang mungkin relevan atau tidak. Misalnya, jika seorang asing mengingatkan kita pada seseorang yang kita ketahui atau kita suka, maka kita cenderung menyukainya, bagitupun sebaliknya. Ketika kita memiliki stereotip terhadap kelompok tertentu maka kita cenderung tidak menyukainya.

Namun, reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi cukup sering, meskipun kadangkala tidak masuk akal. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh daya tarik fisik (physical attractiveness). Dalam masyarakat kita biasanya muncul stereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang cantik adalah baik.14

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepintas seorang individu akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi semata-mata berdasarkan penampilan. Penelitian Dion (dalam Baron & Bryrne, 2004:278) misalnya tentang penilaian wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya dan dianggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain

(44)

mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain dan biasanya diperlukan lebih sopan.

Salah satu alasan mengapa daya tarik fisik menjadi faktor yang penting adalah karena daya tarik fisik ini adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika informasi karakteristik personal lainnya seperti intelegensia atau kebaikan hati tidak cepat tersedia dan kurang menonjol. Hal lainnya adalah kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga diri (radiating beauty effect). Meskipun penampilan fisik mungkin juga akan berakibat negatif artinya seseorang yang dikelilingi banyak wanita cantik mungkin akan menjadi kurang menarik (sekalipun jika sendirian sebenarnya dia juga cantik dan menarik) karena adanya proses pembandingan hal ini disebabkan oleh contrass effect.

Daya tarik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian di pemiliknya.15 Kita dapat mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik yaitu:

a. Orang-orang memiliki harapan yang berbeda tentang individu yang memiliki penampilan fisiknya dibandingkan dengan individu yang kurang atau tidak menarik.

b. Orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlakuan yang berbeda dan lebih mendapatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial.

(45)

c. Perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadian dan keterampilan sosial (social skill) barangkali hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri (self-fulfilling prophecy).

d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak yang kurang menarik fisiknya serta cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik.

e. Mereka yang cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih asertif dan lebih percaya diri.

Meskipun daya tarik fisik kuat, banyak orang yang tidak terlalu akurat dalam memperkirakan bagaimana orang lain menilai penampilan mereka. Laki-laki (terutama), mempunyai perkiraan yang lebih tentang daya tarik mereka bagi orang lain. Masalahnya lebih berat pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa orang baik laki-laki maupun perempuan memberikan respon berupa kecemasan penampilan (appearance anxiety).16

Kecemasan penampilan adalah pemahaman atau kekhawatiran mengenai

apakah penampilan fisiknya cukup menarik dan mengenai bagaimana penilaian oarang lain. Sebagai contoh mereka yang memiliki kecemasan penampilan akan memiliki kepedulian yang berlebihan mengenai bagaimana

(46)

seseorang dilihat, misalnya “saya merasa sebagian besar teman-teman saya lebih menarik secara fisik dibandingkan saya”.

5. Kemampuan (ability)

Menurut teori pertukaran sosial dan reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau konsekuensi yang positif terhadap diri kita, maka kita cenderung ingin bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi ganjaran (keuntungan) kepada kita.17

Mereka dapat membawa kita menafsirkan kejadian-kejadian yang ada dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menyebabkan orang yang memiliki kompetensi, pintar, lebih disukai daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.

Suatu pengecualian yang menarik adalah hasil telaah Aronson, Willerman & Floyd yang menemukan bahwa orang yang paling disenangi justru orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental yaitu:

a. Pertama, orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah. Orang-orang dengan tipe pertama ini dinilai paling menarik.

b. Kedua, orang yang berkemampuan tinggi tetapi tidak berbuat salah. Orang-orang dengan tipe kedua ini dinilai menarik.

c. Ketiga, orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah. Orang dengan tipe ketiga ini dinilai sebagai orang yang paling tidak menarik.

(47)

d. Keempat, orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat kesalahan. Orang biasa yang tidak berbuat salah ini ditempatkan dalam urutan ketiga dari sisi daya tarik.

Namun beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa orang yang semakin tidak menarik karena ia sering berbuat kesalahan, sekalipun orang tersebut adalah orang yang dianggap memiliki kompetensi tinggi.

6. Kedekatan emosional

Bila individu berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Dan hal ini lama kelamaan akan menimbulkan rasa suka kepada orang yang menemaninya tersebut.18 Hasil penelitian Schater menunujukkan dalam subyek dengan rasa takut tinggi lebih ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut maka semakin besar pula keinginan untuk berafilliasi dengan orang lain.

Terdapat dua kemungkinan dalam hal proses psikologi yang menyebabkan orang yang takut melakukan afiliasi dengan orang lain. Pertama, hipotesis penglihatan yaitu orang yang merasa takut melakukan

afiliasi untuk mengalihkan pikiran mereka dari masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini orang tersebut cenderung tidak mempersoalkan dengan siapa ia berafiliasi. Kedua, hipotesis yang diajukan oleh teori perbandingan sosial (social comparison theory) yaitu bahwa orang berafiliasi untuk membandingan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam

(48)

situasi yang sama. Bila kita berada dalam situasi yang baru atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita harus bereaksi, kita meminta bantuan orang sebagai sumber informasi. Dalam hal ini penting bagi kita untuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Teori perbandingan sosial ini lebih banyak mendapatkan dukungan dibanding teori pertama diatas.19

7. Kesukaan secara timbal balik

Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita maka kita dapat mengharapkan ganjaran (reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain membantu kita di masa yang akan datang dan kita juga akan mengalami perasaan baik atau positif menghadapai suatu kenyataan bahwa orang lain memikirkan tentang kita menjadi teman (meningkatkan harga diri). Maka kesukaan akan melahirkan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi.20

Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang kompleks. Beberapa studi mengemukakan bahwa seberapa banyak kita memikirkan orag lain menyukai kita (peceived reciprocity) adalah lebih penting daripada seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita (actual reciprocity). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik.

19 Ibid.

(49)

Sebagai ilustrasi hasil penelitian Curtis & Miller menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka. Maka orang tersebut akan lebih setuju dengan subyek yang menyukainya itu, akan lebih mengungkapkan diri dan lebih memiliki nada suara dan sikap yang umumnya positif terhadap subyek tersebut, dibandingkan ketika ia tidak dibimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Pada orang pertama ternyata perilakunya yang demikian itu akan membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain tersebut dan meningkatkan kesukaan diantara mereka. Dengan demikian terjadi fenomena self fulfilling prophecy yaitu keyakinan bahwa ketika kita disukai orang lain maka mungkin hal tersebut akan menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tesebut, sehingga menyebabkan orang lain itupun akan berbalik menyukai kita juga.

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini yang membahas mengenai pengaruh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo terhadap keberpihakan pemilih perempuan di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 dapat di maknai bahwa pandangan ataupun tanggapan pemilih perempuan dalam menanggapi keberpihakan terhadap calon perempuan nantinya akan membentuk daya tarik interpersonal dari setiap individu.

(50)

interpersonal yang memiliki beberapa indikator, diantaranya kesamaan, kedekatan, keakraban, daya tarik fisik, kemampuan, tekanan emosional, dan kesukaan secara timbal balik terhadap Ida Astuti (Tan Mei Hwa) sebagai satu-satunya Calon Wakil Bupati Sidoarjo dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015.

C. Konsep Gender

1. Definisi Gender

Selama ini seringkali Sex dan gender seringkali disamakan, padahal kedua kata tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Sex atau jenis kelamin merupakan pembagian dua jenis kelamin (penyifatan) manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Hal ini dapat dicontohkan, semisal laki-laki memiliki penis, memiliki jakal (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sementara itu, perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina, dan bisa menyusui.21 Hal ini juga mempunyai arti bahwa jenis kelamin merupakan kodrat Tuhan (ciptaan Tuhan) yang berlaku dimana saja dan sepanjang masa yang tidak dapat berubah dan dipertukarkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Di sisi lain, gender mempunyai pengertian yang berbeda dengan sex. Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial-budaya

21 Riant Nugroho, Gender Dan Pengarus-Utamaannya Di Indonesia, (Yogyakarta:

(51)

dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Selain itu, masih banyak lagi pengertian gender, yakni:22

a. Ann Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. b. H.T. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu

dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.

c. Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia mengartikan gender sebagai peran-peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran tersebut dapat dilakukan oleh keduanya.

Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gender adalah pembedaan anatara perempuan dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya setempat. Selain itu, juga memperjelas bahwa gender bukanlah kodrat Tuhan melainkan buatan manusia yang dapat dipertukarkan dan memiliki sifat relatif.

(52)

2. Ketimpangan Gender

Gender sampai saat ini, masih dianggap sebagai suatu hal yang dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan baik dari peran fungsi, hak, perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya. Hal inilah yang lantas menimbulkan gender inequalities (ketidakadilan gender) yang sebagian besar korban ketidakadilan adalah kaum perempuan. Lebih jelasnya ketidakadilan gender dalam hal ini dapat dilihat dari berbagai bentuk sebagai berikut:23

1. Marginalisasi

Marginalisasi terhadap perempuan muncul akibat dari berbagai aspek, seperti dari pemerintah, keluarga, tafsir keagamaan, maupun adat istiadat. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan pemerintah yang mewajibkan kuota perempuan di parlemen hanya 30% saja.

2. Subordinasi

Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap kaum perempuan. Sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan utu emosional atau irasional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin merupakan bentuk dari subordinasi.

23

(53)

3. Stereotipe

Stereotipe merupakan pelabelan atau penandaan negative terhadap kelompok atau jenis kelamin tertentu yang mengakibatkan diskriminasi dan berbagai ketidakadilan.

4. Violence (kekerasan)

Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap perempuan adalah masih seringnya terjadi kekerasan pada perempuan maupun pelecehan seksual. 5. Beban kerja

Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas hanya mengelolah rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama dibandingkan dengan laki-laki.

3. Gender Mainstreaming

Melihat adanya ketimpangan gender yang dialami oleh perempuan membuat perlunya sebuah konsep untuk menyetarakan antara kaum laki-laki dan perempuan. Salah satu konsep yang muncul adalah konsep Gender dan Pembangunan (Gender And Development / GAD). Konsep ini lebih didasarkan pada suatu pendekatan mengenai pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam proses-proses pembangunan.24

24

(54)

Konsep ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa kontruksi sosial yang dibuat atas peran perempuan dan laki-laki dapat diubah. Pendekatan ini lebih memusatkan kepada isu gender dan tidak melihat masalah perempuan semata. Pada GAD ini tampak jelas bahwa tidak hanya kalangan perempuan harus disertakan dalam proses-proses pengambilan keputusan atas proyek pembangunan. Akan tetapi, kaum laki-laki harus juga bisa memahami dan memikirkan kebutuhan-kebutuhan kaum perempuan dalam setiap program atau proyek.25

Akan tetapi konsep GAD tampaknya belum cukup untuk melakukan penyetaraan gender. Hal inilah yang mendorong munculnya konsep baru yang bernama gender mainstreaming. Konsep gender mainstreaming dibuat untuk keperluan mendukung perempuan dalam pembangunan dan bagaimana memasukkan nilai-nilai perempuan ke dalam pembangunan. Di sisi lain, gender mainstreaming diperlukan untuk mengevaluasi dan mengorganisir proses-proses

kebijakan agar pembuat kebijakan tidak lupa untuk memasukkan perspektif persamaan gender ke dalam semua kebijakan.26

Syarat-syarat yang diperlukan untuk membangun kondisi gender mainstreaming yang paling penting adalah adanya political will. Pemerintah harus

memasukkan gender equality (kesetaraan gender) sebagai salah satu tujuan utamanya. Jadi sangat jelas bahwa gender mainstreaming harus menjadi isu politik, dimana pemerintah harus dengan gambling menyampaikan misinya untuk

25

Ibid., 140.

26

(55)

memasukkan perspektif gender ke dalam semua kebijakan dan program yang nantinya bisa mengarah pada kesetaraan gender. Tanpa adanya political will yang kuat dalam menciptakan konsensus dan budaya kesetaraan gender, kebijakan gender mainstreaming tidak akan berhasil.27

Pada gender mainstreaming ini juga menekankan untuk tidak boleh melupakan adanya keterlibatan perempuan dalam politik dan kehidupan public, serta dalam proses pengambilan keputusan. Akan sulit rasanya menciptakan political will untuk gender mainstreaming, tanpa disertai keterlibatan perempuan secara penuh. Berbagai aspek dan nilai kehidupan perempuan tidak akan luput untuk diperhitungkan jika perempuan aktif terlibat di dalam proses pembentukan kebijakan.28

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pengaruh Ida Astuti (Tan Mei Hwa) Sebagai Calon Wakil Bupati Terhadap Keberpihakam Pemilih Perempuan Dalam Pemilu Kepala Daerah Serentak 2015 Di Desa Tropodo Kcamtan Waru Kabupaten Sidoarjo tidak ditemukan. Oleh karena itu, peneliti mengambil penelitian terdahulu tentang perilaku pemilih perempuan. Terdapat beberapa hasil penelitian tentang perilaku pemilih perempuan dan persepsi, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Cice Verawati R.L. yang berjudul “Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di

27

Riant Nugroho, Gender Dan Pengarus-Utamaannya Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 142.

28

(56)

Kabupaten Kolaka Utara Makassar”.29 Hasil yang diperoleh dari penelitian

ini adalah memberikan gambaran objektif tentang perilaku politik perempuan, dalam hal ini pilihan politik perempuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik tersebut. Pilihan politik perempuan dimaksudkan sebagai pilihan atau pemberian suara terhadap pemilu legislatif tahun 2009 di Kabupaten Kolaka Utara. Selain itu, pilihan politik mencakup informasi dan pengetahuan seputar pemilihan yang diterima perempuan dan menjadi landasan ketika menggunakan hak pilihnya. Adapun konklusi dari penelitian menunjukkan bahwa pada pemilihan legislatif tahun 2009 di Kabupaten Kolaka Utara, kondisi tiap perempuan tidaklah sama. Terdapat perempuan yang menggunakan hak pilihnya berdasarkan informasi dan rasionalitas. Selain itu terdapat pula perempuan yang menggunakan hak pilihnya tapi memiliki informasi yang sangat minim terhadap pemilihan ini. Pilihan politik perempuan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, proses sosialisasi dan kepentingan juga mempengaruhi pilihan politik perempuan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Winda Meilani yang berjudul “Orientasi Politik Pemilih Perempuan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 di Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Padang”.30 Adapun

hasil dari penelitian adalah pada Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, pemilih

29 Cice Verawati R.I., “Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009

di Kabupaten Kolaka Makassar”(Skripsi Program Studi Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, Universitas Hasanuddin Makassar, 2011), 76.

30 Winda Meilani, “Orientasi Politik Perempuan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 di

(57)

perempuan di Kelurahan Parupuk Tabing cenderung berorientasi afektif yaitu yang konteksnya berdasarkan perasaan saja dan hal itu dikarenakan kurangnya pendidikan politik atau organisasi-organisasi politik yang menyebabkan pemilih perempuan kurang informasi dan pengetahuan tentang Pemilu Legislatif. Hasil ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci yang mayoritas memberi pendapat bahwa pemilih perempuan mempunyai dasar pemikiran dalam memilih kandidat cenderung di pengaruhi keluarga dan identifikasi kandidat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yusuf yang berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Caleg Terhadap Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif 2014 Di Sidoarjo”.31 Hasil penelitian ini

menunjukkan, pertama, persepsi masyarakat pada caleg yang ada di Sidoarjo kurang baik, hal itu dapat dilihat dari hasil angket yang disebar oleh peneliti ditemukan sebanyak 59% responden setuju bahwa caleg tidak melaksanakan program kerjanya jika sudah terpilih menjadi anggota legislative, dan 35% responden tidak setuju dengan pendapat itu. Kedua, perilaku memilih masyarakat di Kabupaten Sidoarjo dalam pileg adalah tradisionalis, sebanyak 52% responden tidak setuju bahwa program kerja yang menguntungkan dapat membuat caleg terpilih, disusul dengan 38% responden setuju, dan 10% menyatakan sangat setuju. Ketiga, pengaruh yang terjadi antara persepsi masyarakat pada caleg dengan perilaku

31 Ahmad Yusuf, “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Calon Legislatif Terhadap

Gambar

        Tabel 3.1 Jumlah Populasi Perempuan Di Desa Tropodo Kecamatan Waru
Tabel 3.2
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi
     Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kromatogram GC-MS dapat diketahui bahwa senyawa kimia penyusun minyak atsiri kedua sirih ini ada 22 senyawa dan 6 di antaranya sebagai komponen utama dengan konsentrasi diatas 5

Class tersebut akan menyimpan pilihan pada sebuah Record Store. Setiap record akan memiliki variabel name

Data pasang surut yang digunakan pada simulasi model sistem drainase Jalan Dorak Kota Selat Panjang merupakan data sekunder yang merujuk pada Master Plan Dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan sinyal percepatan linier aktivitas manusia dengan sinyal percepatan gempa bumi pada akselerometer smartphone Android melalui

Sedangkan pada penelitian terdahulu yang kedua berbeda dengan penelitian yang peneliti susun, pada penelitian terdahulu menggunakan analisis data dengan

Dalam Film “ Red Cliff ”, “ Crouching Tiger ”, dan “ The Great Wall ” diduga menggambarkan Fenomena media, perempuan dan laki-laki digambarkan memiliki kesetaraan

Jadual diatas menunjukkan struktur reka bentuk mimbar yang mempunyai persamaan dengan anggota badan manusia dibahagikan kepada tiga anggota utama terdiri daripada kaki, badan

1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations). a) Menunjukkan tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. b) Sikap