ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN
KEBIJAKAN WAKAF UANG DALAM PEMBIAYAAN
MUR
Ā
BAH}AH
DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA
CABANG KRANJI PACIRAN
KSPSRKS
Oleh Alfiatur Rif’ah NIM : C92213179
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian dengan judul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Penerapan Kebijakan Wakaf Uang dalam Pembiayaan Mura>bah}ah di
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran”. Penelitian ini dilakukan
untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana praktik penerapan kebijakan
wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah tersebut.
Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen yang sesuai dengan pembahasan. Penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan teknik deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran menerapkan keharusan untuk melakukan wakaf uang bagi
anggota dan calon anggota yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran. Wakaf uang tersebut
dimasukkan dalam perhitungan margin pembiayaan mura>bah}ah, yaitu sebesar
0,5% dari besar pinjaman (plafon) dikalikan dari lama peminjaman. Dana wakaf tersebut kemudian akan disalurkan untuk santunan anak yatim, piatu, dan fakir miskin, biaya pendidikan anak yatim, piatu, dan fakir miskin, dan untuk pengembangan pendidikan, keagamaan, sosial dan kesehatan. Penerapan wakaf
uang yang dimasukkan dalam pembiayaan mura>bahah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran telah memenuhi unsur rid}a dari kedua belah
pihak yang melakukan wakaf. Praktik Penerapan wakaf uang tersebut tidak sah
menurut hukum Islam karena tidak memenuhi rukun sighat. Bila ditinjau
menurut Undang-undang No. 41 Tahun 2004 dan PP No. 42 Tahun 2006, praktik wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah tersebut belum memenuhi persyaratan untuk tata cara wakaf uang yang benar, karena KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran sebagai naz}ir tidak menerbitkan sertifikat wakaf uang dan tidak mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka kepada KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran, disarankan: Pertama, jika ada anggota dan
calon anggota pembiayaan mura>bah}ah menolak kebijakan wakaf uang yang
dimasukkan dalam pembiayaan mura>bah}ah, maka anggota dan calon anggota
tersebut harus tetap diberikan pinjaman sesuai yang dibutuhkan. Kedua,
sebaiknya anggota dan calon anggota yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah
ix DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN iv
MOTTO v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TRANSLITERASI xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang masalah 1
B. Identifikasi dan batasan masalah 7
C. Rumusan masalah 8
D. Kajian pustaka 8
E. Tujuan penelitian 11
F. Kegunaan hasil penelitian 11
G. Definisi operasional 12
H. Metode penelitian 13
I. Sistematika pembahasan 18
BAB II WAKAF UANG MENURUT HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA 20
A. WAKAF UANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 20
1. Pengertian wakaf uang 20
2. Dasar hukum wakaf uang 21
x
4. Tata cara wakaf uang 30
B. WAKAF UANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DI INDONESIA 31
1. Pengertian wakaf uang menurut undang-undang di
Indonesia 31
2. Dasar hukum wakaf uang menurut undang-undang di
Indonesia 32
3. Rukun dan syarat wakaf uang menurut undang-undang di
Indonesia 33
4. Tata cara wakaf uang menurut undang-undang di
Indonesia 39
BAB III PRAKTIK PENERAPAN KEBIJAKAN WAKAF UANG DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA CABANG KRANJI PACIRAN 42 A. Gambaran umum KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran 42
B. Mekanisme pelaksanaan pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran 56 C. Latar belakang dan dasar penerapan kebijakan wakaf uang
dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran 59
D. Aplikasi penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran 59
E. Pendapat nasabah tentang penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran 63
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KEBIJAKAN WAKAF UANG DALAM PEMBIAYAAN MURA<BAH}AH DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA
xi
A. Praktik penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran 67
B. Analisis hukum Islam terhadap penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran 69
BAB V PENUTUP 76
A. Kesimpulan 76
B. Saran 77
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Secara pokok hubungan manusia terbagi dalam dua dimensi, yakni
hubungan antara manusia dengan Allah (h}abl min Alla>h) dan hubungan
manusia dengan sesama manusia (h}abl min al-na>s). Hal ini sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia.1
Penjelasan yang terdapat dalam ketentuan di atas menunjukkan
bahwa Islam menuntut adanya keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan antara manusia dengan sesamanya. Penerapan
menjalankan ibadah diiringi dengan penerapan berbuat baik kepada sesama
manusia. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk
senantiasa berlomba-lomba untuk berbuat kebajikan sebagaimana yang
terdapat dalam firman Allah swt. dalam Q.S Al-Baqarah ayat 148 :
2
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu..2
Allah swt. telah menjadikan masing-masing manusia saling
membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong,
tukar-menukar keperluan dalam segala kepentingan hidup, baik dalam kepentingan
sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan demikianlah hubungan
kehidupan manusia menjadi teratur.3
Wakaf termasuk dalam golongan sedekah yang dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan salah satu amalan yang telah
disyariatkan, sebagaimana ditegaskan dalam Al-quran sebagai berikut :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. A<li Imra>n : 92).4
Wakaf merupakan ibadah yang berdimensi ganda, selain menggapai
keridhaan Allah dan pahala dari Allah, wakaf juga merupakan ibadah yang
berdimensi sosial. Dalam sejarah Islam, wakaf banyak digunakan untuk
kepentingan sosial. Wujud kepentingan sosial tersebut dapat berupa
pemberdayaan pendidikan, pemberdayaan kesehatan, pemberdayaan sosial,
dan pemberdayaan ekonomi.
2 Ibid., 23.
3
Bentuk pemberdayaan pendidikan misalnya dapat berupa pendirian
sekolah gratis dengan kualitas mutu terjamin atau bantuan uang sekolah dan
peralatan sekolah dengan tetap mempertahankan kesejahteraan guru.
Sementara pemberdayaan kesehatan dapat berupa pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan gratis bagi masyarakat kurang mampu, atau bantuan biaya
kesehatan ibu hamil dan bantuan melahirkan bagi ibu tidak mampu, serta
bantuan gizi bagi balita. Pemberdayaan sosial dapat berupa pelatihan kerja
dan kewirausahaan bagi para pengangguran atau anak jalanan. Aktivitas
pemberdayaan ekonomi dapat berupa bantuan dana bergulir dengan skema al
qard{ al h}asan bagi pengusaha kecil dengan diikuti pembinaan terhadapnya
berupa program pelatihan dan pembinaan usaha, bantuan pemasaran serta
peningkatan mutu produk.5
Biasanya objek wakaf berupa properti, seperti masjid, tanah,
bangunan, sekolah, pondok pesantren dan lain-lain. Namun, menurut
ketentuan Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
wakaf menyebutkan bahwa harta benda wakaf terdiri dari benda bergerak dan
benda tidak bergerak. Benda bergerak dapat berupa uang, logam mulia, surat
berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, dan benda
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.6
Wakaf tunai atau wakaf uang adalah perbuatan hukum wa>kif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian uang miliknya untuk
4
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariat.7
Di Indonesia, bentuk wakaf uang belum dikenal secara luas.
Menanggapi berbagai wacana tentang wakaf uang dan surat dari Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama bernomor:
Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tertanggal 26 April 2002 yang berisi tentang
permohonan fatwa tentang wakaf uang. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
merespon dengan mengeluarkan fatwa tentang Wakaf Uang tertanggal 28
Shafar 1423 H/11 Mei 2002 yang ditandatangani oleh KH. Ma’ruf Amin.8
Menyusul kemudian UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang didalamnya mengatur tentang
wakaf benda bergerak telah disahkan.
Ada empat manfaat utama dari wakaf tunai. Pertama, wakaf tunai
jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas
sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi
tuan tanah terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf tunai, aset-aset wakaf yang
berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan
gedung atau diolah untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa
membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash flow-nya
5
terkadang kembang kempis dan menggaji civitas akademika ala kadarnya.
Keempat, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia
pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan negara
yang memang semakin lama semakin terbatas.9
Wa>kif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang (wakaf uang),
yang dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah yang ditunjuk oleh
menteri untuk bertanggung jawab di bidang agama sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). LKS yang ditunjuk
tersebut atas dasar saran dan pertimbangan dari Badan Wakaf Indonesia
(BWI) setelah mempertimbangkan saran instansi terkait.10
Dalam ketentuan undang-undang, terdapat dua model wakaf uang,
yaitu wakaf uang untuk jangka waktu tertentu dan wakaf uang untuk
selamanya.11
Namun berdasarkan pengamatan, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran memiliki model penerapan yang berbeda dengan
ketentuan undang-undang tersebut. Wakaf uang dalam KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran dimasukkan dalam perhitungan margin
pembiayaan mura>bah}ah. Objek yang digunakan dalam pembiayaan mura>bah}ah
di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran adalah emas. Besar
pinjaman (plafon) yang diajukan oleh anggota atau calon anggota akan
dikonversi menjadi emas seharga Rp. 300.000,00 per gram. Setelah
9Ibid., 6.
6
pembiayaan mura>bah}ah yang diajukan oleh anggota atau calon anggota
disetujui oleh kepala cabang, anggota atau calon anggota yang mengajukan
pembiayaan mura>bah}ah harus mengangsur untuk mengembalikan pinjaman
tersebut ditambah dengan besarnya margin keuntungan yang telah ditetapkan
oleh KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
Ketentuan perhitungan margin pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran adalah sebesar 1% dari besar
pinjaman (plafon) untuk ujrah BMT dan sebesar 0,5% dari besar pinjaman
(plafon) untuk wakaf uang. Wakaf uang tersebut akan disalurkan untuk yatim
piatu dan pembangunan masjid, sekolah, dan lain-lain.12
Anggota atau calon anggota yang mengajukan pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran harus
menyetujui ketentuan yang ditetapkan oleh pihak BMT agar memperoleh
pembiayaan yang diinginkan, sehingga anggota atau calon anggota tersebut
otomatis juga diharuskan untuk wakaf uang. Padahal, anggota atau calon
anggota yang mengajukan pembiayaan biasanya adalah orang yang sedang
membutuhkan uang namun pihak KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran justru mengharuskan anggota atau calon anggota yang ingin
mengajukan pembiayaan untuk melakukan wakaf uang.
Bila dilihat dari keabsahan wakaf maka harus terpenuhi syarat dan
rukunnya, yang salah satunya adalah wakaf harus didasarkan atas kemauan
sendiri bukan atas tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Ulama telah
7
sepakat bahwa wakaf atau wasiat dari orang yang dipaksa tidak sah
hukumnya, begitu pula hukum atau ketentuan bagi setiap perbuatannya.13
Berdasarkan alasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini
layak untuk dilakukan guna mengetahui tentang ketentuan hukum penerapan
kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran dengan judul Analisis Hukum Islam
Terhadap Penerapan Kebijakan Wakaf Uang dalam Pembiayaan Mura>bah}ah
di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah
yang diantaranya:
a. Perhitungan margin dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
b. Praktik wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
c. Analisis hukum Islam terhadap penerapan kebijakan wakaf uang
dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran.
8
2. Batasan masalah
Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat
umum, sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam
pembahasannya supaya lebih terarah pada ruang lingkupnya serta
permasalahannya. Maka penulis memberikan batasan pembahasan
meliputi sebagai berikut:
a. Praktik wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
b. Analisis hukum Islam terhadap penerapan kebijakan wakaf uang
dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penerpaan kebijakan wakaf uang
dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran?
D. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
9
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan diteliti ini tidak ada
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.
Sejauh pengamatan penulis, belum ada peneliti yang mengkaji
tentang penerapan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran menurut hukum Islam. Akan tetapi
penulis menemukan beberapa penelitian tentang wakaf uang ataupun wakaf
tunai, antara lain sebagai berikut:
1. Skripsi yang disusun oleh Muhamad Masyhudi pada tahun 2010 dengan
judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wakaf Surat Utang Negara pada
Pasal 21 Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf”,
Penelitian tersebut membahas mengenai ketentuan wakaf Surat Utang
Negara dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 karena pada dasarnya,
SUN adalah surat utang berharga yang berupa surat pengakuan utang yang
mengandung unsur bunga (riba).14
2. Skripsi yang disusun oleh Arif Khoirul Munib pada tahun 2014 dengan
judul: “Studi Tentang Praktek Wakaf Tunai pada Yayasan Wakaf Bina
Amal Semarang.” Konsep wakaf tunai pada Yayasan Wakaf Bina Amal
berbeda dengan konsep para ulama, karena wakaf tunai yang dilakukan di
Yayasan Wakaf Bina Amal tidak dijadikan investasi atau modal usaha,
14Muhamad Masyhudi, ““Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wakaf Surat Utang Negara pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
10
akan tetapi hanya sekedar menyalurkan uang dari wakif untuk keperluan
pembangunan dan pembelihan lahan tanah untuk pengembangan yayasan,
sedangkan menurut para ulama konsep wakaf tunai adalah wakaf yang
diberikan wakif dalam bentuk uang tunai yang diberikan kepada naz}}ir
wakaf untuk kemudian dikembangkan sebagai modal usaha kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf untuk kemaslahatan umat,
sementara pokok wakafnya tidak boleh habis sampai kapanpun.15
3.Skripsi yang disusun oleh Nur Fitriani pada Tahun 2007, dengan judul :
“Fatwa MUI Tentang Wakaf Uang (wakaf tunai) dalam Perspektif Imam
Syafii dan Relevansinya dengan Perekonomian di Indonesia”, yang hasilnya
lebih menekankan pada suatu masalah yaitu fatwa MUI tentang wakaf uang
terhadap perekonomian di Indonesia.16
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi di atas adalah peneliti akan lebih menfokuskan kepada bagaimana
hukum tentang pembebanan wakaf uang yang dimasukkan dalam ketentuan
perhitungan margin pembiayaan murabahah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran. Ketentuan perhitungan margin pembiayaan
murabahah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran adalah
1% untuk ujrah BMT tiap bulan dari besarnya plafon dan 0,5% untuk wakaf
uang tiap bulan dari besarnya plafon.
15 Arif Khoirul Munib, “Studi Tentang Praktek Wakaf Tunai pada Yayasan Wakaf Bina Amal Semarang.”” (Skripsi—UIN Walisongo Semarang, 2014).
11
Berdasarkan alasan di atas, peneliti akan melanjutkan penelitian
dengan judul: “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Wakaf Uang dalam
Pembiayaan Mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji
Paciran.”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui praktik penerapan wakaf uang dalam pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
2. Untuk menganalisis hukum Islam terhadap penerapan wakaf uang dalam
pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji
Paciran.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari permasalahan di atas, penelitian ini diharapkan mempunyai nilai
tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, antara lain :
1. Secara teoritis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penerapan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran, sehingga dapat dijadikan
informasi bagi para pembaca yang ingin memperdalam pengetahuan
12
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi masyarakat
luas yang ingin melaksanakan wakaf. Sebagai kontribusi bagi para
akademisi tentang bagaimana penerapan wakaf yang sesuai dengan rukun
dan syaratnya sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan hukum
Islam. Bagi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran,
skripsi ini dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan praktek wakaf
yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam di kemudian hari.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan
Wakaf Uang dalam Pembiayaan Mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran”. Untuk memudahkan gambaran yang lebih
jelas mengenai pengertian dalam judul proposal ini, maka penulis menegaskan
beberapa istilah-istilah berikut :
1.Hukum Islam : Seperangkat peraturan tentang wakaf
uang yang bersumber dari Al-Qur’an,
hadits, pendapat Imam Mazhab,
Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf dan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
13
2.Wakaf uang dalam Mura>bah}ah : Wakaf uang yang dimasukkan dalam
perhitungan margin keuntungan
pembiayaan mura>bah}ah.
3.BMT Mandiri Sejahtera Kranji : Lembaga yang menghimpun dana dan
menyalurkannya kepada masyarakat
Kranji Paciran.
H. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan yang memiliki langkah-langkah yang sistematis.17
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh Bogdan &
Taylor dalam Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.18 Dalam penelitian ini,
peneliti mendeskripsikan tentang praktik penerapan wakaf uang dalam
pembiayaan mura>bah}ah.
17 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 71.
14
2. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran, Jalan Raya Deandles Stand Pasar Kranji, Paciran,
Lamongan.
3. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Data mengenai sejarah, visi dan misi, lokasi, kepengurusan,
keanggotaan, produk-produk KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran, dan akad yang digunakan dalam setiap produk yang
diterapkan oleh KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji
Paciran.
b. Data mengenai ketentuan dan mekanisme pelaksanaan wakaf uang
dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran.
c. Data mengenai mekanisme perhitungan margin dalam pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
d. Data mengenai pendapat anggota atau calon anggota yang mengajukan
pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
15
4. Sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari :
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian19, data
tersebut bisa diperoleh dari :
1) Bapak Azizir Rokhim, selaku Kepala Cabang Kranji Paciran.
2) Pegawai Administrasi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran.
3) 10 (sepuluh) orang anggota atau calon anggota yang mengajukan
pembiayaan mura>bah}ah.
b. Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik dari
perpustakaan atau laporan peneliti terdahulu20, data tersebut meliputi:
1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera
2) Hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera
3) Dokumen produk-produk KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
4) Dokumen akad kontrak pembiayaan mura>bah}ah
5. Teknik pengumpulan data
19 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 82-83.
16
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut Kartini Kartono, observasi adalah studi yang disengaja
dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan.21 Teknik ini digunakan untuk
mengetahui dan memahami secara langsung praktik penerapan wakaf
uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Cabang Kranji Paciran.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan atau
responden.22 Peneliti akan melakukan wawancara dengan narasumber,
yaitu :
1) Bapak Azizir Rokhim, selaku Kepala Cabang Kranji Paciran, untuk
mengetahui tentang mekanisme pelaksanaan serta latar belakang
dan dasar penerapan penerapan wakaf uang dalam pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji
Paciran.
2) Pegawai Administrasi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang
Kranji Paciran, untuk mengetahui tentang proses perhitungan
21 Masruhan, Metodologi..., 212-213.
17
margin keuntungan pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
3) 10 (sepuluh) Anggota atau calon anggota yang mengajukan
pembiayaan mura>bah}ah, yaitu: a) Ida Purwati, b) Kasuam, c)
Purwanto, d) Enik, e) Nur Kholifah, f) Ah. Siswanto, g) Suryo, h)
Siti Aminah, i) Khusnul Khotimah, j) Eni Latifah.
c. Studi dokumen
Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui data tertulis dengan menggunakan analisis yang ada.23 Peneliti
akan mengumpulkan berkas-berkas yang berkaitan dengan penerapan
wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Cabang Kranji Paciran, misalnya AD ART KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera, RAT KSPPS BMT Mandiri Sejahtera, akad
pembiayaan mura>bah}ah dan lain-lain.
6. Teknik analisis data
Setelah data tersebut terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Analisis data yang dilakukan bersifat deduktif, karena
penulis berangkat dari teori-teori wakaf yang bersifat umum, kemudian
dianalisis dengan wakaf uang yang dimasukkan dalam pembiayaan
mura>bah}ah
18
Teknik deskriptif analisis digunakan untuk menggambarkan atau
menguraikan tentang bagaimana praktik wakaf uang dalam pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis, maka penelitian ini nanti akan dibagi
dalam beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi beberapa sub bab. Susunan
sistematikanya sebagai berikut.
Bab satu adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab dua adalah landasan teori tentang wakaf uang. Bab ini terbagi
dalam dua sub bab. Sub bab pertama adalah wakaf uang dalam perspektif
hukum Islam. Sub bab kedua adalah wakaf uang dalam perspektif hukum
positif. Kemudian dari dua sub bab ini masing-masing dikembangkan menjadi
anak sub bab, yaitu pengertian wakaf uang, dasar hukum wakaf uang,
pandangan ulama tentang wakaf uang, rukun dan syarat wakaf uang, dan tata
cara wakaf uang.
Bab ketiga berisi praktik penerapan kebijakan wakaf uang dalam
pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji
Paciran. Bab ini dibagi dalam beberapa sub bab. Sub bab pertama berisi
19
bab kedua berisi mekanisme pelaksanaan pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran. Sub bab ketiga dasar
penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran. Sub bab keempat berisi
aplikasi penerapan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran. Sub bab kelima berisi pendapat
anggota dan calon anggota tentang penerapan wakaf uang dalam pembiayaan
mura>bah}ah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
Bab keempat mengemukan tentang analisis hukum Islam terhadap
penerapan kebijakan wakaf uang dalam pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian secara keseluruhan dan berdasarkan hasil penelitian, penulis
BAB II
WAKAF UANG MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG DI INDONESIA
A. Wakaf Uang dalam Perspektif Hukum Islam
1. Pengertian wakaf uang
Kata wakaf yang sudah menjadi bahasa Indonesia itu berasal dari
kata kerja bahasa Arab waqafa (fi’il mad}y), yaqifu (fi’il mud}ari’), dan
waqfan (isim mas}dar) yang secara etimologi (lughah, bahasa) berarti
berhenti, berdiri, berdiam di tempat, atau menahan. Kata waqafa dalam
bahasa Arab adalah sinonim dari kata habasa (fi’il mad\}y), yahbisu (fi’il
mud}ari’), dan habsan (isim mas}dar) yang menurut etimologi adalah juga
bermakna menahan.1
Kata al-waqf dalam bahasa Arab mengandung pengertian:
َا َول
ْق
ُف
َِب
ْع َن
تلا
ْح ِب
ْي
َس
َو
تلا
ْس ِب
ْي َل
2
Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan.
Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa
lenyapnya bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan
tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau
mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah
(tidak haram) yang ada.3
1 Suhrawardi K. Lubis, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 4 2 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Proses Lahirnya Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), 1
21
Wakaf uang yang merupakan terjemah langsung dari istilah cash
waqf yang popular di Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya.
Dalam beberapa literatur lain, cash waqf juga dimaknai wakaf tunai.4
Hanya saja, makna tunai ini sering disalahartikan sebagai lawan kata dari
kredit, sehingga pemaknaan wakaf uang lebih sesuai.
Wakaf tunai atau wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk
uang tunai.5
2. Dasar hukum wakaf uang
Berikut adalah beberapa dasar hukum diperbolehkannya wakaf
uang, antara lain:
a. QS. Ali Imran: 92
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (QS. A<li Imra>n : 92).6
b. Hadis
1) Hadis Riwayat mnlsuM
َع ْن
أ
ِْب
ُ َر ْ ي
َر َة
َُْع ها َيِضَر
لاَق
:
َلاَق
َر
ُس ْو
ُل
ِها
َص ل
ُها ى
َع َل
ْي ِ
َو َس
ل َم
ِإ :
َذ
َم ا
َتا
ِا ْب
ُن
َأ َد ُم
ا ْ ن
َق َط
َع
َع َم
ُل ُ
ِإ
ا
ِم
ْن
َ ث َل
َص , ث
َد َق
ة
َج
ِرا َي
ِة
َأ ,
ْو
ِع ْل
م
َ ي ْ َ ت
َف ُع
ِب
ِ
َأ ,
ْو
َو َل د
َص
ِلا
ح
َي ْد
ُع ْو َل
ُ
4Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia (2007) dan Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (2007). 5Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007), 3.
22
Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.7
2) Hadis Riwayat Al-Bukhori
َع ْن
ِا ْب
ن
ُع
َم َر
َر
ِض
َى
ُها
َع
ْ ُه
َما
َبْيَِِ ا ضْرَا َرَمُع َباَصَا : َلاَق
َتَأَف
ُرُمْأَتْسَي ُِِ لا ى
َي : َلاَقَ ف اَهْ يِف
ِِا ها ُلْوُسَر ا
ُسُفْ نا َوُ َُُق ااَم َباَصَا ََْ ِبْيَِِ أ ضْرَا ُُْبَصَا
َُْسَبَح َُْئِش ْنَا ، َمَلَسَو ِْيَلَع ها ُلْوُسَر َُل َلاَق ،ِِب ُِرُمْأَت اَمَف ُِْم ىِدِْع
اَِِ َقَدَصَتَ ف اَِِ َُْقَدَصَتَو اَهَلْصَا
اَه نِا ،ُرَمُع
.ُثَرْوُ ت َاَو ، ُبَْوُ ت َاَو ، ُعاَبُ ت َا
ِلْيِب سلا ِنْباَو ِها ِلْيِب سلا َِِو ِباَقِرلا َِِو ََْرُقْلا َِِو ِءاَرَقُفْلا ِِ اَِِ َقَدَصَتَو َلاَق
ْنَا اَهُ يِلَو ْنَم ىَلَع َحاَُج َا ِفْي ضلاَو
ْطُيَو ِفْوُرْعَمْلاِب اَهْ ِم َلُكْأَي
ل وَمَتُم َرْ يَغ ُمِع
)ملسم اور(
8Dari Ibn Umar ra. berkata : bahwa sahabat Umar ra. mendapat sebidang tanah di Khaibar. Kemudian menghadap Rasulullah untuk mendapat petunjuk, Umar berkata: “Ya…Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apa yang Engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah menjawab: “bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya)”, kemudian Umar melakukan shdaqoh, tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan. Berkata Umar: Umar menyedekahkannya, dan tidak pula diwariskan. Berkata Umar : Umar menyedekahkannya kepada orang fakir miskin, kaum kerabat, budak belian sabilillah, Ibn sabil, dan tamu. Tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta. (HR. Muslim)
7Muslim Ibn al-Hajaj Abu Husaini al-Qushairi al-Nisabury, Shohih Muslim, (Baitut : Daar Ihya’l al-Thurusi al-Arabiy), Juz 3, 1255.
23
c. Pandangan ulama tentang wakaf uang
Hukum wakaf uang telah menjadi perhatian para ahli hukum
Islam. Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum wakaf uang.
Iman Bukhari mengemukakan bahwa Iman Az-Zuhri
berpendapat bahwa dinar boleh diwakafkan. Caranya adalah dengan
menjadikan dinar itu sebagai modal usaha (dagang), kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.9
Wahbah az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab
Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar
istihsan bi al-urf, karena sudah banyak dilakukan oleh masyarakat.
Mazhab Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan
berdasarkan ‘urf (adat kebiasaan) mempunyai kekuatan yang sama
dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan nash (teks).
Ibnu Abidin mengemukakan bahwa wakaf uang yang
dikatakan merupakan kebiasaan yang berlaku di masyarakat adalah
kebiasaan yangberlaku di wilayah Romawi, sedangkan di negeri lain,
wakaf uang bukan merupakan kebiasaan. Oleh karena itu, Ibn Abidin
berpandangan bahwa wakaf uang tidak boleh atau tidak sah. Madhab
Syafi’i berpandangan bahwa wakaf uang tidak diperbolehkan karena
dinar dan dirham akan lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada
lagi wujudnya.10
9Ibid., 28.
24
Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa mazhab Syafi’I
juga membolehkan wakaf uang.
َو َر َو
َأ ى
ُ ب ْو
َ ث ْو ُر
َع
ِن
شلا
ِفا
ِع
ْى
َج َو
َو زا
َق
دلا ْىأ اهف
َن ِنا
ْ ي َر
َو
دلا
َر ِا
ْي َم
Abu Saur meriwayatkan dari Imam Syafi’i tentang dibolehkannya
wakaf dinar dan dirham.11
3. Rukun dan syarat wakaf uang
Pada dasarnya, rukun dan syarat wakaf uang sama dengan syarat
dan rukun wakaf secara umum. Wakaf dinyatakan sah apabila telah
terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf ada empat, yaitu :12
a. Wa>kif (Orang yang berwakaf)
b. Mauquf (Barang atau harta yang diwakafkan)
c. Mauquf ‘alaih (Sasaran wakaf atau pihak yang menerima wakaf)
d. S}ighat (pernyataan atau ikrar wa>kif sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya).
Rukun atau unsur wakaf tersebut akan menjadi sah jika memenuhi
syarat yang telah ditentukan dari masing-masing rukun tersebut.
a. Syarat wa>kif (orang yang berwakaf)
Wa>kif aulcdkdmidl MaMusuiu iaydidpan hukum atau kamal al
ahliyah (legal competent) dalam hal membelanjakan hartanya.
Kecakapan bertindak di sini meliputi empat kriteria sebagai berikut.13
1) Merdeka
11 Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, Tahqiq Dr. Mahmud Mathraji, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), Juz IX, 379.
25
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya)
tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara
memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba
sahaya tidak mempunyai hak milik. Namun, Abu Zahrah
mengatakan bahwa para fuqaha sepakat bahwa budak boleh
mewakafkan hartanya apabila mendapat izin dari tuannya, karena
ia sebagai wakil darinya. Bahkan ulama Adz-Dzahiri menetapkan
bahwa budak dapat memiliki sesuatu yang diperoleh dengan jalan
waris atau tabarru’ (berbuat baik). Jika budak memiliki sesuatu,
maka ia boleh mewakafkan walaupun hanya sebagai tabarru’ saja.
2) Berakal sehat
Wakaf yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal
seperti orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak berakal,
tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan
lainnya. Demikian juga tidak sah wakaf orang yang lemah mental
(idiot), berubah akal karena faktor usia, sakit atau kecelakaan,
hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak
cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
3) Dewasa (baligh)
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa
(baligh), hukumnya tidak sah karena dipandang tidak cakap
26
miliknya. Baligh dalam perspektif fiqh adalah adanya tanda-tanda
pada dirinya seperti mimpi bersenggama atau berumur 17 tahun.
4) Tidak berada di bawah pengampuan (boros/lalai)
Orang yang berada di bawah pengampuan dipandang tidak
cakap untuk berbuat kebaikan (tabarru’), maka wakaf yang
dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan istihsan, wakaf
orang yang berada di bawah pengampuan terhadap dirinya sendiri
selama hidupnya hukumnya sah.
Orang yang mempunyai hutang, maka hukum wakafnya ada
tiga(3) macam :14
1) Jika ia berada dibawah pengampuan karena hutang dan
mewakafkan seluruh atau sebagian hartanya, sedang hutangnya
meliputi seluruh harta yang dimiliki, hukum wakafnya sah. Tetapi
pelaksanaannya tergantung pada kerelaan para krediturnya.
Apabila mereka merelakannya, maka wakaf dapat terlaksana sebab
para kreditur telah menggugurkan hak mereka untuk mencegah
atau membatalkan wakaf si debitur, tetapi jika mereka tidak
merelakannya, wakaf tidak dapat dilaksanakan. Apabila hutang si
wa>kif tidak sampai meliputi seluruh harta yang dia miliki, maka
wakafnya sah dan dapat terlaksana atas kelebihan harta setelah
dikurangi sebagian untuk melunasi hutang dan tidak merugikan
kreditur.
27
2) Jika ia berada di pengampuan karena hutang, dan mewakafkan
seluruh atau sebagian hartanya, hukum wakafnya sah tetapi
pelaksanaannya tergantung kerelaan kreditur.
3) Jika dia tidak di bawah pengampuan karena hutang dan
mewakafkan seluruh atau sebagian hartanya ketika dalam keadaan
sehat, maka wakafnya sah dan dapat dilaksanakan, baik hutangnya
meliputi seluruh harta yang dimiliki atau hanya sebagian saja.
b. Syarat mauquf (Barang atau harta yang diwakafkan)
Harta yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:15
1) Harta yang diwakafkan harus harus mutaqawwam
Menurut Madzab Hanafi, harta yang mutaqawwam ialah
sesuatu yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam keadaan
normal (bukan dalam keadaan darurat).
2) Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan
Harta yang akan diwakafkan harus diketahui dengan yakin
(bendanya, letaknya ataupun ukuran), sehingga tidak akan
menimbulkan persengketaan.
3) Milik wa>kif
Hendaklah harta yang diwakafkan milik penuh dan
mengikat bagi wa>kif ketika ia mewakafkannya. Untuk itu, tidak
sah mewakafkan sesuatu yang bukan milik wa>kif.
28
4) Terpisah, bukan milik bersama
Harta wakaf bisa saja berupa harta yang bercampur (milik
umum), dan bisa juga harta yang terpisah dari harta lainnya.16
c. Syarat Mauquf ‘alaih (Sasaran wakaf atau pihak yang menerima
wakaf)
Mauquf ‘alaih (Sasaran wakaf atau pihak yang menerima
wakaf) harus memenuhi syarat sebagai berikut.17
1) Sasaran wakaf harus berorientasi pada kebajikan
Para ulama sepakat bahwa wakaf harus berorientasi pada
kebajikan, karena wakaf tidak boleh mengandung unsur maksiat.
2) Hendaknya pihak penerima wakaf tidak terputus dalam
pengelolaannya.
Wakaf yang tidak diperdebatkan lagi adalah wakaf yang
tidak terputus pengelolaannya, namun apabila wakaf tersebut
sudah jelas akan berakhir atau akan terputus pengelolaannya,
maka para ulama berbeda pendapat.
Ada dua pendapat dari Imam Syafi’i mengenai wakaf yang
terputus pengelolaannya. Pendapat pertama, wakaf tersebut tidak
sah karena rukun wakaf hendaknya bersifat kontinu. Pendapat
kedua, wakaf tersebut dianggap sah karena jika pada awalnya
benda itu ada, maka tidak perlu memusingkan orang yang
diberikan kepercayaan, seperti halnya hibah dan wasiat.
29
Mazhab Hanafi juga mempunyai dua pendapat yang
berbeda. Pendapat pertama, disyaratkan agar tidak ada
keterputusan. Wakaf yang terputus tidak boleh, kecuali bila akhir
dari wakafnya adalah untuk pihak-pihak yang tidak terputus
selamanya. Pendapat kedua, tidak disyaratkan kontinuitas, jadi
meskipun wakaf tersebut diniatkan untuk pihak yang mengalami
keterputusan, wakaf tersebut tetap diperbolehkan dan setelahnya
nanti diberikan pada kaum fakir, meski hal itu tidak diucapkan.
Menurut Mazhab Hambali, wakaf yang terputus atau
ditujukan untuk pihak tertentu yang tidak bersifam terus-menerus
itu dibolehkan.
Kelompok Malikiyah menganggap bahwa wakaf yang
terputus itu sah secara mutlak karena didasarkan pada hukum asal
diperbolehkannya wakaf, baik yang bersifat sementara maupun
selamanya.
3) Harta wakaf tidak dikembalikan kepada pewakaf (wakaf untuk
diri sendiri)
Mayoritas ulama, baik mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah,
Hanabilah, Malikiyah, Ja’fariyah, Zaidiyah, dan Zahiriyah sepakat
bahwa wakaf untuk diri sendiri hukumnya tidak sah.
30
Mayoritas ulama, mazhab Syafi’iyah, Hanafiyah,
malikiyah, Hanabilah, Zaidiyah, dan Ja’fariyah sepakat bahwa
wakaf harus diberikan kepada pihak yang berhak memilikinya.
a. Syarat s}ighat (pernyataan atau ikrar wa>kif sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya)
Syarat-syarat s}ighat wakaf menurut ulama fiqih adalah sebagai
berikut :18
1) Permanen atau selamanya (at-ta’bid), ikrar wakaf harus menyatakan
kehendak wakaf secara permanen (selamanya).
2) S}ighat harus mencantumkan peruntukan wakaf (mauquf ‘alaih)
3) Statemen harus tegas dan jelas
4) S}ighat wakaf tidak mengiringi syarat yang bertentangan dengan
ketentuan wakaf.
5) S}ighat tidak bertele-tele.
4. Tata cara wakaf uang
Tata cara wakaf uang menurut Iman Az-Zuhri adalah dengan
menjadikan dinar sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan
keuntungannya sebagai wakaf.
Cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan uang), menurut
mazhab Hanafi, ialah dengan menjadikannya modal usaha dengan cara
31
mud}arabah atau muba>d}a’ah, dan keuntungannya kemudian disedekahkan
kepada pihak wakaf.19
B. Wakaf Uang dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia
1. Pengertian wakaf uang menurut undang-undang di Indonesia
Perbincangan tentang wakaf tunai mulai mengemuka dalam
beberapa tahun terakhir. Hal ini seiring berkembangnya sistem
perekonomian dan pembangunan yang memunculkan inovasi-inovasi
baru. Wakaf tunai sebagai instrumen finansial, keuangan sosial dan
perbankan sosial yang dipelopori oleh Prof. M. A. Mannan (2002), pakar
ekonomi asal Bangladesh,20 M. A. Mannan mendirikan sebuah lembaga
yang ia sebut Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh.
SIBL memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Uang pertama kali di
dunia.21
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan
wakaf tunai. Fatwa komisi fatwa MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11
Mei 2002.22 Dalam fatwa tersebut ditetapkan bahwa wakaf uang
merupakan wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga
atau badan hukum dalam bentuk uang (cash). Termasuk dalam pengertian
uang adalah surat-surat berharga. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan
19 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman…, 5.
20 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Proses Lahirnya Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), 2.
21 Sudirman Hasan, Wakaf Uang…, 23.
32
digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syariah. Nilai pokok
wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan
dan atau diwariskan.23
Dalam buku hukum wakaf yang ditulis oleh Dr. H. M. Athoillah,
M.Ag menyebutkan di dalam PMA Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang pada Pasal 1 ayat (1), bahwa:
“Wakaf uang adalah perbuatan hukum wa>kif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian uang miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.”24
2. Dasar hukum wakaf uang menurut undang-undang di Indonesia
Wakaf uang di Indonesia tergolong baru. Hal ini bisa dicermati
dengan lahirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang wakaf uang yang
ditetapkan tanggal 11 Mei 2002. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf sendiri juga baru disahkan oleh Presiden pada tanggal 27
Oktober 2004. Undang-undang ini merupakan tonggak sejarah baru bagi
pengelolaan wakaf setelah sebelumnya wakaf diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan Kompilasi Hukum Islam. Sebagai
hukum positif, tentunya aturan yang sudah ditetapkan itu bersifat
memaksa dan harus dilaksanakan.25
23Sudirman Hasan, Wakaf…, 30.
33
Seperti yang dikemukakan di atas, Peraturan tentang Wakaf Uang
belum diatur dalam KHI maupun Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1977 karena MUI baru mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang pada
tanggal 11 Mei 2002.
Dasar hukum mengenai wakaf uang bisa ditemukan dalam Pasal
28 sampai dengan Pasal 31 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 22
sampai dengan Pasal 27 dan Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf.26
3. Rukun dan syarat wakaf uang menurut undang-undang di Indonesia
Rukun atau unsur wakaf menurut Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf, adalah sebagai berikut.27
a. Wa>kif
b. Na>z}ir
c. Harta benda Wakaf
d. Ikrar Wakaf
e. Peruntukan harta benda wakaf
f. Jangka Waktu Wakaf
Rukun atau unsur wakaf tersebut akan menjadi sah jika memenuhi
syarat yang telah ditentukan dari masing-masing unsur tersebut.
26 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 115.
27
34
a. Wa>kif atau orang yang mewakafkan
Dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf juga menyebutkan bahwa wa>kif bisa meliputi perseorangan,
organisasi dan badan hukum. Wakaf perseorangan hanya dapat
melakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan:28
1) Dewasa
2) Berakal sehat
3) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
4) Pemilik sah harta benda wakaf
Sedangkan wa>kif organisasi dan wa>kif badan hukum hanya
dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi atau
badan hukum bersangkutan untuk mewakafkan harta benda wakaf
milik organisasi atau badan hukum sehingga sesuai dengan anggaran
dasar organisasi yang bersangkutan.
b. Na>z}ir
Tugas na>z}ir diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf, antara lain sebagai berikut:
1) Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf
2) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya
3) Melindungi dan mengawasi harta benda wakaf
4) Melakukan pelaporan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia
35
Na>z}ir meliputi perseorangan, organisasi atau badan hukum
(Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 9).
menurut Pasal 10 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004,
menyebutkan bahwa na>z}ir perseorangan dianggap sah apabila
memenuhi persyaratan:29
1) Warga negara Indonesia
2) Beragama Islam
3) Dewasa
4) Amanah
5) Mampu secara jasmani dan rohani
6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Na>z}ir organisasi merupakan organisasi yang bergerak di
bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.
Na>z}ir badan hukum merupakan badan hukum yang bergerak di bidang
sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.
Syarat-syarat na>z}ir organisasi diatur dalam Pasal 7ayat (3),
dan syarat-syarat na>z}ir badan hukum diatur dalam Pasal 11 ayat (3)
PP RI Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Na>z}ir oraganisasi maupun
badan hukum memiliki syarat-syarat yang sama, yaitu:30
29Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 10.
36
1) Na>z}ir organisasi maupun badan hukum wajib didaftarkan pada
Menteri atau BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat.
2) Jika tidak terdapat Kantor Urusan Agama setempat, maka
pendaftaran na>z}ir dilakukan melalui Kantor Urusan Agama
terdekat, Kantor Departemen Agama, atau perwakilan BWI di
propinsi kabupaten atau kota.
3) Merupakan organisasi atau badan hukum yang bergerak di bidang
sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
4) Pengurus organisasi atau badan hukum harus memenuhi
persyaratan na>z}ir perseorangan.
5) Salah satu pengurus organisasi atau badan hukum harus
berdomisili di kabupaten/kota letak benda wakaf berada.
6) Memiliki:
a) Salinan akta notaris tentang pendirian dan anggaran dasar
b) Daftar susunan pengurus
c) Anggaran rumah tangga
d) Program kerja dalam pengembangan wakaf
e) Daftar kekayaan yang berasal dari harta wakaf yang terpisah
dari kekayaan laina tau yang merupakan kekayaan organisasi
atau badan hukum
37
LKS Penerima Wakaf Uang yang bertindak sebagai na>z}ir
wakaf uang memiliki tugas untuk:31
1) Mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS
penerima wakaf uang.
2) Menyediakan blangko sertifikat wakaf uang.
3) Menerima secara tunai wakaf uang dari wa>kif atas nama na>z}ir.
4) Menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadi’ah)
atas nama na>z}ir yang ditunjuk wa>kif.
5) Menerima pernyataan kehendak wa>kif yang dituangkan secara
tertulis dalam formulir pernyataan kehendak wa>kif.
6) Menerbitkan sertifikat wakaf uang serta menyerahkan sertifikat
tersebut kepada wa>kif dan menyerahkan tembusan sertifikat
kepada na>z}ir ynag ditunjuk oleh wa>kif.
7) Mendaftarkan wakaf uang kepada menteri atas nama na>z}ir.
c. Harta benda wakaf
Harta benda wakaf hanya bisa diwakafkan apabila dimiliki dan
dikuasai oleh wa>kif secara sah (Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf). Sedangkan dalam wakaf uang, benda yang
dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah, jika uang yang akan
dimanfaatkan masih dalam mata uang asing, maka harus dikonversi
terlebih dahulu ke dalam rupiah (Pasal 22 PP RI Nomor 42 Tahun
2006).
38
d. Ikrar wakaf
Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wa>kif yang diucapkan
secara lisan dan/atau tulisan kepada na>z}ir untuk mewakafkan harta
benda miliknya (Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004).
Dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006,
pernyataan ikrar wakaf untuk benda wakaf berupa uang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Menyetorkan secara tunai sejumlah uang yang akan diwakafkan
kepada Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU) dengan mengisi formulir pernyataan kehendak wa>kif yang
berfungsi sebagai Akta Ikrar Wakaf.
2) Wa>kif dapat menyatakan ikrar wakaf uang kepada na>z}ir di
hadapan PPAIW yang selanjutnya Na>z}ir menyerahkan akta ikrar
wakaf tersebut kepada LKS.
e. Peruntukan harta benda wakaf
Peruntukan harta benda wakaf diatur dalam Pasal 22
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004. Harta benda wakaf hanya dapat
diperuntukan bagi :32
1) Sarana dan kegiatan ibadah
2) Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
32
39
3) Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu dan
beasiswa
4) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau
5) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
Penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh
wa>kif pada pelaksanaan ikrar wakaf. Apabila wa>kif tidak menetapkan
peruntukan harta benda wakaf, maka na>z}ir dapat menetapkan
Peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan
dan fungsi wakaf.
f. Jangka waktu wakaf
Wa>kif dapat menetapkan jangka waktu dari benda yang
diwakafkan. Apabila wa>kif berkehendak melakukan perbuatan hukum
wakaf uang untuk jangka waktu tertentu maka pada saat jangka waktu
tersebut berakhir, na>z}ir wajib mengembalikan jumlah pokok wakaf
uang kepada wa>kif atau ahli waris/penerus haknya melalui LKS
Penerima Wakaf Uang.33
4. Tata cara wakaf uang menurut undang-undang di Indonesia
Dikemukakan bahwa wa>kif dapat mewakafkan benda bergerak
berupa uang (wakaf uang), yang dilakukan melalui Lembaga Keuangan
Syariah yang ditunjuk oleh menteri untuk bertanggung jawab di bidang
33
40
agama sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU). LKS yang ditunjuk tersebut atas dasar saran dan pertimbangan
dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) setelah mempertimbangkan saran
instansi terkait.34
Tata cara wakaf uang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf.
Wa>kif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk :35
a. Hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya. Apabila wa>kif
tidak dapat hadir, maka wa>kif dapat menunjuk wakil dan kuasanya.
b. Menjelaskan kepemilikan dan asal usul uang yang akan diwakafkan.
c. Menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU.
d. Mengisi formulir pernyataan kehendak wa>kif yang berfungsi sebagai
Akta Ikrar Wakaf (AIW).
Wa>kif dapat menyatakan ikrar wakaf uang kepada na>z}ir di
hadapan PPAIW yang selanjutnya na>z}ir menyerahkan akta ikrar wakaf
tersebut kepada LKS.36
Keterangan yang harus dimuat dalam sertifikat wakaf uang adalah
sebagai sebagai berikut.37
34 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 115. 35PP RI Nomor 42 athun 2006…, Pasal 22 ayat (3)
41
a. Nama LKS Penerima Wakaf Uang
b. Nama wa>kif
c. Alamat wa>kif
d. Jumlah wakaf uang
e. Peruntukan wakaf
f. Jangka waktu Wakaf
g. Nama na>z}ir yang dipilih
h. Alamat na>z}ir yang dipilih
i. Tempat dan tanggal penerbitan wakaf uang.
LKS Penerima Wakaf Uang atas nama na>z}ir mendaftarkan wakaf
uang kepada menteri paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya
Sertifikat Wakaf Uang. Pendaftaran wakaf uang dari LKS-PWU
kemudian ditembuskan kepada BWI untuk diadministrasikan.38
37Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
BAB III
PRAKTIK KEBIJAKAN WAKAF UANG DALAM PEMBIAYAAN
MURA>BAH}AH DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA CABANG KRANJI
PACIRAN
A. Gambaran Umum KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran.
1. Lokasi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Cabang Kranji Paciran
terletak di Jl. Raya Deandles Stand Pasar Kranji, Paciran. Tempat
tersebut merupakan tempat yang sangat strategis karena di pusat
perputaran uang daerah Kranji Paciran Lamongan yang berupa pasar
tradisional dan jalan raya yang menghubungkan wilayah Lamongan
dengan Gresik dan wilayah Lamongan dengan Tuban.
2. Sejarah singkat KSPPS BMT Mandiri Sejahtera1
Sejarah berdirinya BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur Dukun
Gresik inidilatar belakangi oleh rasa keprihatinan para tokoh masyarakat
sekitar akan maraknya praktik riba. Praktik riba terjadi karena tidak
adanya lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah yang dapat
meminjamkan modal usaha kepada mereka(masyarakat sekitar). Sehingga
mudah bagi para rentenir untuk masuk dalam kehidupan mereka, dan
menerapkan praktik riba.
Koperasi BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur dengan nama
Pendirian Koperasi BMT Kube Sejahtera Unit 023 berdiri pada tanggal
03 April 2005 yang merupakan lembaga keuangan syariah yang
43
menggabungkan dua bidang keuangan yaitu bidang bait al maal dan bait
al tamwil.
Koperasi BMT Kube Sejahtera Unit 023 merupakan lembaga
non-bank yang berbadan hukum koperasi dan merupakan Program Binaan
Direktorat BSFM Dirjen Banjamsos DEPSOS RI dan bekerjasama dengan
Pusat Inkubasi Bisnis Kecil (PINBUK).
BMT Mandiri Sejahtera berdiri dengan modal awal sebesar
Rp.125.000.000,- (hibah depsos) dan pada tahun 2005 ada tambahan
modal Rp.22.000.000,- (pendiri) yang disalurkan kepada 10 KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) dan memiliki 38 orang anggota diawal
berdirinya.
Pada tanggal 13 Juni 2006, KSPPS BMT Kube Sejahtera 023
diresmikan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
RI Dinas Koperasi PK dan M. Kabupaten Gresik dengan putusan Nomor
3/BH/403.62/IV/2006.
Seiring dengan perkembangan BMT Mandiri Sejahtera yang
semakin cepat, maka BMT Mandiri Sejahtera kemudian mengajukan izin
untuk membuka cabang-cabang di luar kota kepada dinas koperasi
provinsi Jawa Timur dengan keputusan SIUSP
NomorP2T/39/09.06/X/2011. Sehingga pada tanggal 20 Oktober 2011
beralih bina ke Provinsi Jawa Timur dengan nama Koperasi BMT Mandiri
44
menjadi KJKS BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur dan mulai beroperasi
di luar kota Gresik.
BMT Mandiri Sejahtera kemudian membuka cabang di Jl. Raya
Deandles Stand Pasar Kranji, Paciran, Lamongan pada tanggal 13
Oktober 2013, karena tempat tersebut merupakan tempat yang sangat
strategis karena di pusat perputaran uang daerah Kranji Paciran
Lamongan yang berupa pasar tradisional dan jalan raya yang
menghubungkan wilayah Lamongan dengan Gresik dan wilayah
Lamongan dengan Tuban.
3. Motto, visi,misi dan tujuan KSPPS BMT Mandiri Sejahtera2
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga
keuangan mikro syariah, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera selalu
berpedoman pada motto, visi, misi dan tujuannya.
Motto dari KSPPS BMT Mandiri Sejahtera adalah mudah, aman
dan terhindar dari riba.
Visi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera adalah menjadi keuangan
mikro syariah yang sehat, berkembang, dan terpercaya yang mampu
melayani anggota masyarakat sekitar berkehidupan salam, penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Misi KSPPS BMT Mandiri Sejahtera adalah mengembangkan
koperasi BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur sebagai sarana gerakan
pemberdayaan dan keadilan, sehingga terwujud kualitas masyarakat di
45
sekitar Koperasi BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur yang salam, penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Tujuan didirikannya KSPPS BMT Mandiri Sejahtera antara lain:3
a. KSPPS BMT Mandiri Sejahtera bermaksud menggalang kerjasama
demi kemajuan dan kepentingan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
b. KSPPS BMT Mandiri Sejahtera bertujuan menjadi penggerak
perekonomian rakyat dan membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
yang berlandaskan pada pancasila dan undang-undang 1945.
4. Susunan Kepengurusan KSPPS BMT Mandiri Sejahtera4
Susunan Kepengurusan KSPPS BMT Mandiri Sejahtera