• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O | Widawati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 18 40 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O | Widawati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 18 40 1 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP

KASUS

CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED

BERDASARKAN ICD-O

Kurnia Widawati1 , Fajar Yunita Sari2, Dedi Setiadi3 1Staf RSU Permata Depok

2Dosen Program Studi D III PIKES Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya 3Dosen Program Studi D III PIKES Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya 1quniwz@gmail.com, 2 fay_zharie@ymail.com, 3ded_set165@yahoo.co.id

Abstract

Background in this research highest neoplasm case in RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung on 2013 is Malignant Neoplasma of Cervix Uteri, Unspeciied as much 193 case. Meanwhile for make certain about main diagnose is can’t contains information “Unspeciied” because can inluence to grouping DRG or act of determining cost of hospital. Kind of this research is descriptive study with retrospective approachment. Variable in this research is “inpatient with main diagnose Carcinoma Cervix Uteri Unspeciied code”. Population in this research as much 193 inpatient document with main diagnose Carcinoma Cervix Uteri and using total sampling technique. Last result of topography code is C53.9 (Unspeciied) can be classiied into speciied code based on ICD-O to C53.8 as much 70 code, C53.0 as much 68code dan C53.1 as much 55 code and morphology code can be classiied be M8072/32 as much 60 code, M8010/31 as much 31 code, M8072/33 as much 33 code, M8072/31 as much 20 code, M8010/32, as much 18 code, M8071/33 as much 8 code, M8071/32 as much 5 code, M8010/33, M8320/31, M8441/32 as much 4 code, dan M8071/31 as much 3 code. Process of determine Carcinoma Cervix Uteri morphology code used ICD-O is looking into Gynecology form and also result of Pathology Anatomy investigation. Morphology code should to apply at RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung because how important that code to ind out frequency of incident on cancer registry form to classiied all information and cancer data in order to results statistical data incident of cancer.

Keywords :Code, Carcinoma, Cervix Uteri, ICD-O

Abstrak

Kasus neoplasma tertinggi di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung adalah Malignant Neoplasma of Cervix Uteri, Unspeciied sebanyak 193 kasus. Dalam menentukan kode diagnosis utama tidak diperbolehkan mengandung keterangan “Unspeciied” yang dapat berakibat terhadap grouping DRG atau penentuan jumlah biaya rawat yang dibayarkan. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif.

Variabel penelitian ini adalah kodeikasi diagnosis utama pasien rawat inap kasus Carcinoma cervix uteri Unspeciied. Populasi pada penelitian ini sebanyak 193 dokumen pasien diagnosis utama Carcinoma cervix uteri dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling. Hasil kode topograi yang sebelumnya adalah kode C53.9 (Unspeciied) dapat diklasiikasikan menjadi menjadi kode yang

lebih spesiik berdasarkan ICD-O menjadi kode C53.8 sebanyak 70 kode, C53.0 sebanyak 68 kode dan C53.1 sebanyak 55 kode. Kode morfologi dapat diklasiikasikan menjadi M8072/32 sebanyak 60 kode; M8010/31sebanyak 31 kode; M8072/33 sebanyak 33 kode; M8072/31 sebanyak 20 kode; M8010/32 sebanyak 18 kode; M8071/33 sebanyak 8 kode; M8071/32 sebanyak 5 kode; M8010/33, M8320/31, M8441/32 sebanyak 4 kode, dan M8071/31sebanyak 3 kode. Proses Kodeikasi topologi dan morfologi

diagnosis utama pada kasus Carcinoma cervix uteri menggunakan ICD-O dilihat dari formulir Anamnesa

Ginekologi dan Lembar Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi. Kodeikasi morfologi sebaiknya dilaksanakan

di RSUP Dr Hasan Sadikin dikarenakan pentingnya kode tersebut untuk mengetahui frekuensi angka kejadian kanker dalam bentuk Cancer Resgistry yang dapat dipergunakan untuk mengklasiikasikan informasi keseluruhan data kanker sehingga dapat dihasilkan data statistik kejadian kanker pada satu waktu tertentu.

Kata kunci: Kodeikasi,Carcinoma, Cervix Uteri, ICD-O

(2)

PENDAHULUAN

Dalam menentukan kode diagnosis suatu penyakit, petugas koding mempunyai peranan penting dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat. Senada dengan hal tersebut berdasarkan Permenkes

No 55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis tercantum pada pasal 12 yang

berisikan tentang kewenangan pekerjaan perekam medis di sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan salah satu kompetensi seorang perekam medis yaitu

melakukan klasiikasi klinis dan kodeikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan

dan tindakan medis sesuai terminologi medis yang benar.

Penerapan pengkodean sistem ICD digunakan untuk : 1. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan

di sarana pelayanan kesehatan

2. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis 3. Memudahkan proses penyimpanan dan

pengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan

4. Bahan dasar dalam pengelompokkan Diagnoses Related Groups (DRGs) untuk sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan

5. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas

6. Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses

evaluasi perencanaan pelayanan medis

7. Menentukan bentuk pelayanan yang harus

direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman

8. Analisis pembiayaan pelayanan kesehatan

9. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis (Hatta,

G. 2008)

Menurut Maesaroh (2010) kodefikasi penyakit

tersebut berperan penting terhadap rumah sakit diantaranya untuk mempermudah pengelompokkan sepuluh besar penyakit terbanyak untuk laporan

ke dinas kesehatan. Kodeikasi diagnosis penyakit

(khususnya diagnosis utama) sangat penting untuk mendapatkan grouping DRG dan biaya rawatan yang benar untuk setiap kasus pasien, kesalahan

kodeikasi diagnosis penyakit akan memberikan

implikasi yang besar kepada jumlah reimbursement. Bagi manajemen, untuk kemajuan rumah sakit dalam pengambilan keputusan akan lebih bisa terarah guna

meminimalisir pengembangan-pengembangan yang

sekiranya tidak sesuai dengan permintaan yang nantinya bisa merugikan rumah sakit.

Mengingat pentingnya kodeikasi yang benar dan

tepat, dalam proses mengkode diagnosis digunakan pedoman yaitu International Statistical Classiication

of Diseases and Related Health Problem (ICD-10).

ICD-10 merupakan acuan dalam mengkode berbagai penyakit yang terbagi dalam 22 bab. Salah satu bab dalam ICD-10 membahas tentang penyakit terkait

neoplasma.

Dalam ICD-10 WHO 1992 volume 1, Neoplasma dibagi menjadi 4 kategori yaitu :

1. Neoplasma Ganas secara umum disebut

Carcinoma (Kanker)

2. Neoplasma in situ 3. Neoplasma jinak

4. Neoplasma sifat tidak tentu & sifat tidak tahu

Menurut Dewa Gede (2005) Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel. Neoplasma terdiri dari

sel-sel baru yang mempunyai bentuk, sifat, dan

kinetika yang berbeda dari sel normal asalnya. Dalam penanganan kasus yang kompleks tersebut dibutuhkan tindakan dan runtutan pengobatan yang kompleks pula sehingga diperlukan kode penyakit

yang lebih spesiik supaya dapat menggambarkan kondisi penyakit secara lebih detail/lengkap. Salah satu panduan yang dibuat oleh WHO setelah ICD-10 adalah International Classification of Disease for Oncology (ICD-O) yang diterbitkan pada tahun 2000 dan merupakan edisi ketiga yang digunakan untuk kodeikasi kasus neoplasma dan dibahas secara lebih spesiik. Kode yang terdapat dalam ICD-O tidak hanya kode topografi dan morphology akan tetapi kode derajat keganasan

juga terdapat di dalamnya. Terdapat pula perbedaan yang sangat spesiik diantara ICD-10 dan ICD-O seperti kode C42 dalam ICD-O menjelaskan

beberapa kode tentang Haematopoietic and reticuloendothelial system sedangkan dalam

ICD-10 diklasiikasikan menjadi leukimias and related conditions C90-C95. Dalam BAB II pada ICD-10 kode topograi dapat menggambarkan sifat

neoplasma (ganas jinak, in situ, atau tidak pasti

jenisnya), sedangkan dalam ICD-O sifat keganasan

neoplasma dijelaskan pada kode morfologi yang

lebih spesiik.Kode morfologi memiliki lima digit kode antara M-8000/0 sampai M-9989/3. Empat

digit pertama mengindikasikan histologis yang

spesiik sedangkan kode setelah garis miring (/)

(3)

RSUP Dr Hasan Sadikin merupakan rumah sakit tipe

A yang menyediakan pelayanan spesialis dan sub

spesialis luas. Sebagai rumah sakit yang menyediakan pelayanan lengkap maka RSUP Dr Hasan Sadikin menjadi rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan oleh pemerintah atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat. Sebagian besar pasien di Jawa Barat yang tidak dapat ditangani

di daerah-daerah akan dirujuk ke rumah sakit ini.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tahun

2013 di RSUP Dr Hasan Sadikin terdapat 187

jenis Carcinoma, dengan kasus tertinggi adalah

Malignant Neoplasma of Cervix Uteri, Unspeciied

sebanyak 193 kasus. Dalam menentukan kode diagnosis utama tidak diperbolehkan mengandung keterangan “Unspeciied” karena akan berakibat terhadap grouping DRG atau penentuan jumlah biaya rawat yang dibayarkan. Proses kodefikasi kasus neoplasma tersebut, RSUP Dr. Hasan Sadikin

menggunakan ICD-10 sebagai pedoman kodeikasi

semua kasus termasuk kasus Neoplasma. RSUP Dr

Hasan Sadikin hanya memberikan kode topograi dan

tidak mengkode kondisi morfologinya maka kode yang dihasilkan berupa kode “Unspeciied”.

Guna menentukan kode yang lebih spesifik dibutuhkan satu pedoman khusus yang digunakan dalam proses penentuan kode penyakit neoplasma

yaitu ICD-O sehingga kode yang dihasilkan akan menunjukan keadaan yang lebih spesiik. Kode yang spesiik akan berpengaruh terhadap penentuan jumlah

biaya rawat yang sesuai dengan pemberian tindakan dan pengobatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti

tertarik untuk mengambil judul penelitian “Analisis Kodeikasi Diagnosis Utama Pasien Rawat Inap

Kasus Carcinoma of Cervix Uteri Unspecified berdasarkan ICD-O di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung tahun 2013”

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat ke belakang (backward looking) artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi.

(Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di Unit Rekam Medis RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 7 mei – 13 Juni

Populasi dari penelitian ini adalah dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis utama kasus Carcinoma Cervix Uteri Unspeciied tahun

2013 sebanyak 193 kasus.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan cara total sampling yaitu seluruh dokumen pasien rawat inap dengan diagnosis

Carcinoma Cervix Uteri Unspecified dijadikan sampel sebanyak 193 dokumen.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah

pedoman observasi berupa daftar pengamatan yang dibutuhkan dalam analisis kodefikasi diagnosis utama kasus Carcinoma of Cervix Uteri Unspeciied. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara

Observasi secara langsung. (Soekidjo, 2012). Analisis data dengan analisis diskriptif yaitu mencari,

mengumpulkan data, menyusun, serta menafsirkan data yang sudah ada untuk diuraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu objek penelitian.

HASIL

Proses kodeikasi dokumen pasien rawat inap kasus carcinoma cervix uteri tahun 2013 sebanyak 193 dokumen dapat dibedakan menjadi 2 kode yaitu kode Topograi dan kode Morfologi. Kode yang

sebelumnya unspeciied kemudian diklasiikasikan

ke beberapa kode yang lebih spesiik sebagai berikut :

1. Pengklasiikasian Berdasarkan Kode Topograi

Tabel 1 Hasil Klasifikasi Kode Topo-grafi Diagnosis Utama Kasus Carcinoma Cervix Uteri Berdasar-kan ICD-O tahun 2013

Kode Jumlah Persentase tertinggi adalah kode C53.8 yaitu Carcinoma cervix uteri squamous cell sebanyak 37% dan

kode dengan jumlah terendah adalah kode C53.1 yaitu carcinoma of exocervix. Proses kodefikasi dilakukan dengan menganalisis

formulir-formulir yang terdapat dalam

(4)

lembar Anamnesa Ginekologi dan hasil patologi

anatomi.

2. Pengklasiikasian Berdasarkan Kode Morfologi

Berdasarkan hasil kodeikasi 193 dokumen, kode morfologi yang diperoleh dapat diklasiikasikan

kedalam 11 kode yang menunjukan sifat dan derajat keganasan dari kanker tersebut.

Tabel 2 H a s i l K l a s i f i k a s i K o d e Morfologi Diagnosis Utama Kasus Carcinoma Cervix Uteri Berdasarkan ICD-O tahun 2013

Kode Jumlah Persentase

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 193 dokumen

yang dianalisis didapatkan 11 jenis kode morfologi dengan jumlah tertinggi adalah kode

M8072/32 yaitu Non keratinizing squamous cell/epidermoid moderately differentiated sebanyak 31% atau 60 dokumen. Kode

morfologi dengan jumlah terendah adalah kode

M8071/31 yaitu keratinizing squamous cell/ epidermoid well differentiated sebanyak 2%

atau 3 buah dokumen.

Kode tersebut didapatkan berdasarkan hasil

analisis/review terhadap beberapa formulir yang terlampir pada dokumen rekam medis diantaranya lembar anamnesa ginekologi dan lembar hasil pemeriksaan patologi anatomi. Berdasarkan hasil patologi anatomi dapat

diketahui derajat keganasan dari masing-masing

kasus neoplasma.

PEMBAHASAN

RSUP Dr. Hasan Sadikin menggunakan ICD-10 sebagai pedoman kodeikasi semua kasus termasuk

kasus Neoplasm. RSUP Dr Hasan Sadikin hanya

memberikan kode topograi dan tidak mengkode

kondisi morfologinya maka kode yang dihasilkan mengandung keterangan “Unspeciied”. Kode yang

tidak spesiik akan berpengaruh terhadap penentuan

jumlah biaya rawat yang tidak sesuai dengan pemberian tindakan dan pengobatan. Penentuan

kode yang lebih spesiik dibutuhkan satu pedoman

khusus yang digunakan dalam proses penentuan

kode penyakit neoplasma yaitu ICD-O, sehingga

kode yang dihasilkan akan menunjukan keadaan

yang lebih spesiik dan dihasilkan kode morfologi

yang akan berpengaruh terhadap terciptanya Cancer Registry.

Menurut WHO (2000) Cancer Registry dipergunakan untuk peningkatan sistem manajemen rumah sakit

dalam hal pengolahan data untuk mengklasiikasi

informasi keseluruhan data kanker sehingga dapat dihasilkan data statistik kejadian kanker pada satu

waktu tertentu. Hasil kodeikasi kasus Carcinoma Cervix Uteri Unspeciied tahun 2013 menggunakan

ICD-10 hampir seluruhnya mengandung keterangan Unspeciied. Hal ini berpengaruh terhadap klaim

INA-CBG yang tidak sesuai dengan penyakit dan pelayanan yang diberikan. Kodeikasi kasus neoplasma menggunakan ICD-10 juga tidak

mendukung adanya pengkodean morfologi yang

lengkap karena pada ICD-10 tidak mencantumkan

digit ke enam untuk mengetahui Grade neoplasma.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kode topograi

tertinggi diagnosis utama kasus carcinoma cervix uteri adalah kode C53.8 yaitu Carcinoma Cervix Uteri Squamous Cell. Kondisi ini disebabkan sel berlapis serviks dan epitel torak selapis endoservix merupakan epitel yang tidak berkeratin sel tumor berbentuk pleomorif, rasio ini sitoplasma meninggi. Kanker jenis ini ditegakan setelah adanya pemeriksaan dokter dan dilakukan tindakan biopsi.

Kode yang ditentukan berdasarkan analisis/review

formulir anamnesa ginekologi yang mengandung keterangan squamous cell yang dijadikan clue dalam

pencarian kode berdasarkan ICD-O. Penentuan kode topograi, lead term yang digunakan adalah “Cervix” kemudian ada keterangan “squamous cell” maka

ditemukan kode C53.8 setelah dipastikan dalam tabular list.

Berdasarkan hasil penelitian kode morfologi dengan

(5)

menunjukan jenis histologis kanker yang tidak berkeratin atau tidak adanya pengerasan pada kulit

atau sel. Terdapat pula keterangan yang menunjukan

bahwa pasien menderita carcinoma cervix grade II yang ditandai dengan adanya keterangan

moderately differentiated. Keterangan tersebut ditunjukan pada lembar anamnesa ginekologi dan hasil pemeriksaan patologi anatomi yang terlampir pada dokumen. Lead Term dalam penegakan kode morfologi adalah “non keratinizing” kemudian ada keterangan “squamous cell”/”epidermoid”

maka didapatkan kode M8072/3. Kode digit

keenam diambil dari keterangan “moderately differentiated” kemudian dilihat pada tabel grading ICD-O maka dari keterangan tersebut ditentukan kode 2 untuk grade II.

Pembahasan diatas menjelaskan bahwa kode yang mengandung keterangan “Unspeciied” pada ICD-10

dapat dispesiikasikan dengan menggunakan ICD-O. Kodeikasi kasus Neoplasma akan lebih tepat jika menggunakan O dibanding menggunakan ICD-10, karena kode yang dihasilkan akan lebih akurat dan lebih spesiik.

Kode diagnosis utama haruslah akurat dan presisi. Hal ini mutlak diperlukan dalam rangka penjaminan kualitas pelayanan, karena erat terkait aspek legal, reimbursement dan manajemen pelayanan. Kebijakan terbaru dalam Health Care Reimbursement berbasis

Case-mix dan DRG’s kian menekankan pentingnya akurasi dan presisi kode yang dihasilkan, karena besar klaim sangat ditentukan oleh kode yang dihasilkan.

Guna menentukan kode dengan tepat banyak informasi pendukung diagnosis yang perlu dianalisis oleh petugas koding. Ketiadaan atau ketidaklengkapan data pendukung akan berpengaruh terhadap akurasi koding yang

dihasilkan. Hal-hal tersebut perlu diketahui dan

dipahami oleh tenaga medis, agar meningkatkan pencatatan dan pelaporan.

SIMPULAN

1. Proses kodefikasi morfologi diagnosis utama pada kasus Carcinoma Cervix Uteri menggunakan ICD-O dilihat dari formulir Anamnesa Ginekologi dan Lembar Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi untuk digunakan

sebagai Lead Term yang ditentukan untuk mencari kode.

2. Pengklasiikasian kode topograi berdasarkan ICD-O dengan jumlah terbanyak adalah kode C53.8 yaitu carcinoma of cervix squamous cell/overlapping sebanyak 37%, kemudian C53.0 yaitu carcinoma ofendocervix sebanyak

34% dan C53.1 yaitu carcinoma ofexocervix sebanyak 29%.

3. Pengklasiikasian kode morfologi berdasarkan ICD-O dengan jumlah terbanyak adalah kode M8072/32 yaitu non keratinizing epidermoid/squamous cell ca cervix moderately differentiated sebanyak 60%, jumlah terbesar selanjutnya adalah kode M8010/31 yaitu carcinoma cervix well differentiated sebanyak

31%, urutan terbesar selanjutnya adalah kode M8072/33 yaitu non keratinizing epidermoid/ squamous cell poorly differentiated sebanyak

17%, M8072/31 yaitu non keratinizing epidermoid/ squamous cell well differentiated sebanyak 10%, M8010/32 yaitu carcinoma cervix moderately differentiated sebanyak 9%, M8071/33 keratinizing epidermoid/squamous cell ca crevix poorly differentiated sebanyak

4%, M8071/32 adalah keratinizing epidermoid/ squamous cell moderately differentiated sebanyak 3%, kemudian M8010/33, M8320/31, M8441/32, M8071/31 sebanyak 2%.

DAFTAR PUSTAKA

Diananda, Rama. (2007). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati. Hal:53

Faizah . (2010). Waspada Kanker Serviks. Yogyakarta:

Lintang Aksara. Hal:14

Hatta, Gemala. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta:Universitas Indonesia. Hal:140

Lincoln, J & Wilensky (2008). Kanker Payudara Diagnosis dan Solusinya. Jakarta:Prestasi

Pustaka. Hal: 21-29

Maesaroh, L., et.al (2010). Analisis Kelengkapan Kode Klasiikasi Dan Kode Morphology Pada Diagnosis Carcinoma Mammae Berdasarkan

Icd-10 Di Rsud Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Hal: 6-9

(6)

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hal: 63

Permenkes No 55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis. Jakarta.

Snell, Richard S. (2006). Clinical Anatomy. Jakarta: CV. EGC Penerbit Bk Kedokteran. Hal: 45 Sukardja, I Dewa Gede. (2005). Onkologi Klinik.

Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 134-136

World Health Organization. 2005. International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems (ICD), 10th . Volume 1, WHO. Geneva. Hal: 14

World Health Organization. 2005. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD), 10th . Volume 2, WHO. Geneva.Hal: 32

Gambar

Tabel 1  Hasil Klasifikasi Kode Topo-
Tabel 2  H a s i l  K l a s i f i k a s i  K o d e

Referensi

Dokumen terkait

Variabel BOPO, secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah periode selama tiga tahun setengah dimulai dari

Serangan Umum 1 Maret 1949 ialah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan

Biaya- biaya akibat aktivitas distribusi fisik tersebut ini akan dianalisis dengan metode tertentu dan akan diketahui apakah berperan terhadap peningkatan volume penjualan

Untuk itu, salah satu metode yang dapat digunakan guru di kelas dalam upaya meningkatkan kemampuan imajinasi dan kreativitas siswa maka pada kegiatan pembelajaran

(1) Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Silima Pungga Pungga Tahun Pembelajaran 2016/2017 dalam menulis puisi sebelum menggunakan media film bingkai tergolong

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara latihan berwudhu dengan kemampuan berwudhu siswa di Pondok

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka.. mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan

[r]