• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 3394 ped Pedoman Pencacah Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2015 3394 ped Pedoman Pencacah Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PENCACAH SURVEI

LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN

TANAMAN PANGAN 2015

(VP2015-S)

BADAN PUSAT STATISTIK

(2)
(3)

SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS

LAHAN TANAMAN PANGAN

(4)
(5)

Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dimaksudkan untuk

mendapatkan data luas panen dan luas baku lahan dengan pendekatan rumah

tangga pertanian dan pengukuran lahan di lapangan. Dari hasil survei ini akan

diketahui seberapa besar perbedaan data luas panen dan luas tanam jika

dibandingkan dengan hasil pendataan Statistik Pertanian (SP) yang rutin dilakukan

setiap tahun. Survei ini juga diharapkan dapat memperoleh angka konversi galengan

terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas tanam bersih di lahan sawah.

Buku pedoman pencacah ini memuat penjelasan teknis dalam melakukan

kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 yang meliputi

latar belakang, tujuan, cakupan, organisasi lapangan, jadwal pelaksanaan, metodologi

penarikan sampel, tata cara pemutakhiran rumah tangga, tata cara pelaksanaan

pencacahan, dan tata cara pengisian Daftar VP2015-P, Daftar VP2015-DSRT, dan

Daftar VP2015-S.

Keberhasilan pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan

2015 ini ditentukan oleh niat, tekad, dan kesungguhan kita semua. Oleh karena itu,

para petugas diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan

penuh tanggung jawab.

Kepada semua pihak, baik di BPS pusat maupun di BPS daerah, yang telah

berkontribusi dalam pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan

Tanaman Pangan 2015 ini diucapkan terima kasih.

Selamat Bekerja.

Jakarta, 27 Maret 2015

Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik,

Adi Lumaksono

(6)
(7)

2.1. Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan Daerah... 7

2.2. Petugas Pelaksanaan Pencacahan... 7

BAB 3 METODOLOGI PENARIKAN SAMPEL 3.1. Kerangka Sampel... 9

3.2. Stratifikasi Blok Sensus... 10

3.3 Jumlah Sampel... 14

3.4 Prosedur Pengambilan Sampel... 16

3.5 Prosedur Estimasi... 17

3.6 Pemilihan Sampel Pengukuran Lahan... 18

BAB 4 TATA CARA PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA 4.1. Penelusuran Wilayah Kerja... 19

4.2. Pemutakhiran Rumah Tangga... 20

4.3. Tata Cara Pengisian Dfatra VP2015-P... 21

BAB 5 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-DSRT 5.1. Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT... 35

BAB 6 TATA CARA PELAKSANAAN PENCACAHAN 6.1. Tahap Pelaksanaan Pencacahan... 39

6.2. Tata Cara Wawancara... 39

BAB 7 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-S 7.1 Tata Tertib Pengisian Daftar VP2015-S... 43

7.2 Petunjuk Pengisian Daftar VP2015-S... 44

7.3 Keterangan yang Dikumpulkan... 44

7.4 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-S... 45

LAMPIRAN... 69

(8)
(9)

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan, memiliki peran yang sangat

penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Hasil Sensus

Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha tanaman

pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau mencakup 67,83

persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah

tangga pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan

merupakan sumber penghidupan utama sebagian besar petani Indonesia.

Subsektor tanaman pangan juga memainkan peranan penting dalam hal pemenuhan

kebutuhan pangan dan asupan gizi masyarakat. Hal itu tercermin dari peran strategis

komoditas beras sebagai sumber pangan utama (makanan pokok) masyarakat Indonesia.

Kondisi ini mengakibatkan dinamika harga beras sangat mempengaruhi inflasi sebagai

salah satu variabel makro ekonomi yang sangat krusial dalam perekonomian nasional.

Karena itu, tingkat ketersediaan beras dan juga komoditas pangan lainnya, dalam jumlah

yang mencukupi dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, tidak hanya

mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional, tapi juga stabilitas sosial dan politik.

Dewasa ini, upaya mewujudkan swasembada pangan masih menjadi prioritas utama

agenda pembangunan pemerintah di sektor pertanian. Hal itu tercermin dari pencanangan

target swesembada padi (beras), jagung, dan kedelai yang harus diwujudkan dalam dua

tahun mendatang. Target pemerintah ini merupakan manifestasi dari visi ketujuh

pemerintah yang tertuang dalam program Nawacita, yakni mewujudkan kemandirian

ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah

satunya, sektor pertanian melalui upaya membangun dan mewujudkan kedaulatan

pangan.

(10)

Untuk mewujudkan kedaulatan pangan ini, khususnya padi (beras), jagung, dan

kedelai, pemerintah melakukan berbagai cara melalui pelaksanaan program UPSUS (Upaya

Khusus), seperti rehabilitasi jaringan irigasi teknis (JIT), optimasi lahan, perluasan areal

tanam, dan sebagainya sebagai upaya pembangunan pertanian. Berkaitan dengan hal

tersebut, pembangunan pertanian ini membutuhkan dukungan data yang akurat sebagai

pijakan perencanaan dan formulasi kebijakan sehingga dapat tepat sasaran. Salah satu

jenis data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai luas panen padi, jagung, dan

kedelai serta informasi luas baku lahan sawah yang merupakan basis penghitungan angka

produksi komoditas tersebut.

Secara faktual, akurasi data luas panen padi, jagung, dan kedelai yang selama ini

dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), yang dikumpulkan dengan menggunakan

Daftar SP-Padi dan SP-Palawija, dipertanyakan oleh berbagai kalangan, seperti peneliti,

akademisi, legislator, dan praktisi pertanian. Data tersebut diduga mengalami overestimate

atau lebih tinggi dari kondisi riil yang ada di lapangan karena menggunakan metode yang

kurang ilmiah, yaitu eye estimate. Konsekuensinya, data produksi padi (beras), jagung, dan

kedelai yang dihitung dengan mengalikan data produktivitas dan luas panen ditengarai

juga mengalami overestimate.Oleh sebab itu, diperlukan metode pengumpulan data luas

panen lain guna memperoleh data yang lebih akurat dan obyektif. Karena itu, penelitian

dengan wawancara langsung ke petani sampel melalui Survei Luas Panen dan Luas Lahan

Tanaman Pangan 2015 sangat penting dan mendesak untuk dilakukan.

1.2 Tujuan

Tujuan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai

berikut:

a. Mengetahui apakah metode wawancara dapat digunakan untuk pengumpulan data

luas, khususnya luas panen dan luas baku lahan.

b. Mengetahui akurasi data luas panen dan luas baku lahan yang selama ini dikumpulkan

(11)

c. Mengetahui angka konversi galengan terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas

tanam bersih di lahan sawah.

1.3 Landasan Hukum

Pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 didasarkan

pada sejumlah peraturan perundangan yang meliputi:

1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3683);

2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3854);

3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat

Statistik;

4) Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah; dan

5) Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, sebagai pengemban

undang-undang, maka BPS wajib melaksanakan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman

Pangan 2015 dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dalam rangka

menjalankan amanah undang-undang tersebut, baik diminta maupun tidak, seluruh

jajaran BPS di daerah dari tingkat tertinggi hingga terendah membantu dan mengambil

peran sesuai dengan bidangnya masing-masing demi suksesnya Survei Luas Panen dan

(12)

1.4 Cakupan

Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dilakukan di 7 (tujuh)

provinsi di Indonesia, yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa

Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan, dengan jumlah sampel untuk wawancara sebanyak

30.002 blok sensus dan 300.000 rumah tangga, serta 30.000 sampel rumah tangga untuk

pengukuran lahan.

1.5 Jenis Dokumen

Jenis dokumen yang digunakan:

1) Peta ST2013-WB

Peta wilayah yang digunakan dalam pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan

Tanaman Pangan 2015 adalah peta blok sensus tanpa simbol bangunan fisik yang

digunakan pada saat pencacahan lengkap ST2013. Peta ini digunakan untuk

pemutakhiran rumah tangga di blok sensus terpilih, orientasi wilayah kerja petugas,

dan sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi lokasi rumah tangga sampel yang akan

dicacah dengan Daftar VP2015-S.

2) Daftar VP2015-P

Daftar ini digunakan untuk pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih;

identifikasi rumah tangga yang melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung,

atau kedelai pada setiap subround, serta identifikasi lokasi, jenis lahan, status usaha,

dan luas panen tanaman terpilih.

3) Daftar VP2015-DSRT

Daftar ini berisi nama-nama kepala rumah tangga terpilih yang harus dicacah oleh

petugas. Daftar ini diperoleh dari penarikan sampel di BPS Kabupaten/Kota setelah

(13)

4) Daftar VP2015-S

Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan (wawancara) pada rumah tangga

terpilih yang tercantum pada Daftar VP2015-DSRT.

5) Buku Pedoman Pencacah (VP2015-PCS)

Buku ini memuat aturan/tata cara pencacahan rumah tangga usaha tanaman padi dan

palawija terpilih, konsep definisi, tata cara pemutakhiran rumah tangga dalam blok

sensus terpilih dengan Daftar P, pengisian Daftar DSRT, dan

VP2015-S.

1.6 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penyusunan kerangka sampel, penarikan sampel, pelatihan

instruktur dan petugas, pencacahan, pengolahan, dan publikasi pada kegiatan Survei Luas

(14)

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015

No. Kegiatan Jadwal

(1) (2) (3)

1. Penyusunan Metodologi 1 Januari-6 Februari 2015

2. Pelatihan Innas Pencacahan

Lapangan 6-9 April 2015

3. Pelatihan Inda 12-16 April 2015

4. Pelatihan Petugas 20-29 April 2015

5. Pemutakhiran Blok Sensus Terpilih

1-10 Mei 2015 (tahap I)

1-13 September 2015 (tahap II) 1-10 Januari 2016 (tahap III)

6. Penarikan Sampel

11-17 Mei 2015 (tahap I) 7-13 September 2015 (tahap II) 4-10 Januari 2016 (tahap III)

7. Editing/Coding

8 Juni-31 Juli 2015 (tahap I)

28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari 2016-29 Februari 2016 (tahap III)

8. Data Entry

22 Juni-2 Agustus 2015 (tahap I)

28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari-29 Februari 2016 (tahap III)

9. Tabulasi 1-16 November 2015 (tahap I dan II) 1-20 Maret 2016 (tahap III)

(15)

2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan di Daerah

Penanggung jawab pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan

2015 secara keseluruhan adalah Kepala BPS. Pengarah untuk kegiatan pelaksanaan

pencacahan adalah Deputi Bidang Statistik Produksi yang merangkap sebagai Ketua Tim

Teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 sedangkan Pejabat

Eselon I lainnya, bertanggung jawab sebagai pengarah sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Penanggung jawab bidang teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan adalah

Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan sedangkan Pejabat

Eselon II terkait bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Penanggung jawab secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi.

Penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Produksi, sedangkan Pejabat

Eselon III lainnya bertanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas di daerah

masing-masing.

Penanggung Jawab secara keseluruhan di tingkat kabupaten/kota adalah Kepala BPS

Kabupaten/Kota. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Produksi. Pejabat

Eselon IV lainnya bertanggung jawab sesuai dengan penugasan.

2.2 Petugas Pelaksanaan Pencacahan

Pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman pangan 2015

dilakukan oleh Petugas Pencacah Survei (PCS) dan Petugas Pengawas/Pemeriksa Sampel

(PMS). Satu orang PCS melakukan pencacahan sekitar 90 rumah tangga untuk 3 subround.

Setiap PMS membawahi 3-4 orang PCS. Adapun tugas dari petugas pencacah Survei Luas

Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai berikut:

(16)

1) PCS

a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan

2015.

b. Bersama-sama PMS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi

wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.

c. Melakukan pemutakhiran blok sensus dengan menggunakan daftar VP2015-P.

d. Melakukan pencacahan dengan menggunakan Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S.

e. Mendiskusikan dengan PMS jika ada permasalahan teknis di lapangan.

f. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, dan VP2015-S segera setelah

pencacahan selesai dilakukan serta diperiksa kelengkapan dan kebenaran isiannya.

g. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.

2) PMS

a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan

2015.

b. Mendistribusikan peta ST2013-WB, VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, sesuai

wilayah tugas PCS.

c. Bersama-sama PCS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi

wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.

d. Melakukan pengawasan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman

Pangan 2015 dan pemeriksaan isian Daftar VP2015-S hasil pencacahan PCS.

e. Melakukan pengukuran luas panen dan luas lahan dengan menggunakan Daftar

VP2015-U (pengukuran luas baku lahan, pengukuran galengan, dan saluran air

dengan menggunakan GPS).

f. Bersama-sama PCS mendiskusikan permasalahan teknis yang terjadi di lapangan.

g. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, dan VP2015-U yang

telah diperiksa ke BPS Kabupaten/kota.

(17)

3.1 Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk

pemilihan sampel tahap pertama, dan kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap ke

dua.

1. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap pertama adalah kerangka sampel blok

sensus, berisi daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan yang

tercakup dalam ST2013 dan dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga yang

menguasai/mengusahakan tanaman padi (padi sawah, padi ladang) dan/atau palawija

(jagung, kedelai) hasil pencacahan lengkap ST2013 (ST2013-L).

Blok sensus eligible adalah blok sensus yang terdapat minimal 1 rumah tangga

eligible. Sedangkan rumah tangga eligible adalah rumah tangga yang

menguasai/mengusahakan tanaman padi sawah atau padi ladang atau jagung atau

kedelai yang diperoleh dari dokumen ST2013-L Blok III Rincian 301a, Rincian 301b,

Rincian 303a, dan Rincian 303b yang ada isian; dan lahan terluas yang dikuasai

berlokasi di dalam desa, atau di luar desa dalam kecamatan, atau di luar kecamatan

dalam kabupaten yang sama dengan lokasi rumah tangga (isian dokumen ST2013-L

Blok IX Rincian 901a6 Kolom (3) atau Rincian 901b1 Kolom (3) berkode 1, 2, atau 3).

Blok-blok sensus eligible tersebut distratifikasi berdasarkan potensi jenis tanaman

pangan dan subround tanam pada level kabupaten/kota, dan menghasilkan kerangka

sampel yang dibedakan menurut subround-nya, yaitu:

 Kerangka sampel blok sensus subround I (Januari-April), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah,

padi ladang, jagung, kedelai) bulan September-Desember 2012 hasil ST2013-L per

strata per blok sensus.

METODOLOGI

(18)

 Kerangka sampel blok sensus subround II (Mei-Agustus), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah,

padi ladang, jagung, kedelai) bulan Januari-April 2013 hasil ST2013-L per strata per

blok sensus.

 Kerangka sampel blok sensus subround III (September-Desember), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan

terpilih (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai) bulan Mei-Agustus 2012 hasil

ST2013-L per strata per blok sensus.

2. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap kedua adalah kerangka sampel rumah

tangga, berisi daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran dengan Daftar

VP2015-P yang dibedakan menurut jenis tanaman yang dipanen, dan diurutkan

menurut luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha

luas panen terluas.

3.2 Stratifikasi Blok Sensus

Stratifikasi blok sensus ditujukan untuk mengelompokkan unit-unit area (blok

sensus) menurut komposisi jumlah relatif luas tanam yang diusahakan rumah tangga per

jenis tanaman per subround. Strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis tanaman

per subround merupakan sekelompok blok sensus dengan komposisi jumlah luas tanam

yang dominan. Stratifikasi dilakukan pada level kabupaten/kota. Pembentukan stratifikasi

blok sensus dilakukan seperti penjelasan berikut:

1. Notasi Dasar

Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus, berikut ini

disajikan notasi-notasi yang digunakan:

h : menyatakan blok sensus (i = 1, 2, …, H)

ij : menyatakan jenis tanaman i pada subroundj (i = 1, 2 3, 4 dan j = 1, 2, 3)

dengan:

1 : tanaman padi sawah

2 : tanaman padi ladang

(19)

4 : tanaman kedelai

Nhij : luas tanam tanaman i pada subroundj di blok sensus h.

A.ij : jumlah blok sensus yang memuat luas tanam minimal satu jenis tanaman pada

subroundj.

N.ij : jumlah seluruh luas tanam jenis tanaman i pada subroundj di kabupaten/kota.

2. Proses Stratifikasi

i). Nhij=0 untuk semua ij, blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata

non usaha.

iii). Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dengan rumus:

ij

vii). Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h.

Untuk lebih jelasnya, skematis proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut

(20)

Gambar 3.1: Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi

keduanya terdapat pada luas tanam padi ladang subround 1.

3. Evaluasi

Proses stratifikasi pada butir 2 akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang

harus dievaluasi agar menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih

masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi blok sensus awal adalah

sebagai berikut:

i). Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal maka

dilakukan perubahan notasi berikut:

k : blok sensus

j : peringkat pertama indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada

(21)

j’ : peringkat kedua indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada

subround tertentu (j’= 0, 1, 2,…., 12). Untuk j’=0 berarti blok sensus

tersebut hanya memuat luas tanam j.

j

iii). Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan

ke dalam salah satu strata, yaitu:

Strata 1 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround I.

Strata 2 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi ladang subround I.

...

Strata 5 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II.

Strata 6 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II.

...

Strata 11: Blok sensus konsentrasi luas tanam jagung subround III.

Strata 12 : Blok sensus konsentrasi luas tanam kedelai subround III.

Strata 13 : Blok sensus nonkonsentrasi luas tanam padi/palawija (padi

sawah/padi ladang/jagung/kedelai).

(22)

Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh kelompok-kelompok blok sensus yang

teridentifikasi dalam 13 strata. Selanjutnya, kerangka sampel tiap subround dibentuk

dengan mengelompokkan blok sensus-blok sensus hasil stratifikasi ke dalam 3

subround sesuai dengan strata konsentrasinya, sehingga terbentuk menjadi 3

kerangka sampel blok sensus. Pengelompokkan blok sensus dilakukan sebagai

berikut:

 Blok sensus yang terkategori sebagai strata 1 s.d. strata 4 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Januari-April 2013)

dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround II;

 Blok sensus yang terkategori sebagai strata 5 s.d. strata 8 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Mei-Agustus 2012)

dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround III;

 Blok sensus yang terkategori sebagai strata 9 s.d. strata 12 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan September-Desember

2012) dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround I.

 Blok sensus yang terkategori sebagai strata 13 (strata nonkonsentrasi luas tanam tanaman pangan (padi sawah/padi ladang/jagung/kedelai)), digabungkan ke

dalam kerangka sampel blok sensus masing-masing subround sesuai dengan

luas tanam jenis tanaman pangan terluas dari ketiga subround.

5. Keluaran Daftar Sampel Blok Sensus

Untuk kemudahan penggunaan Daftar Sampel Blok Sensus (VP2015-DSBS)

dilapangan, maka nomor urut strata blok sensus hasil stratifikasi diurutkan kembali

mulai dari nomor 1 untuk setiap subround. Dengan demikian strata 5 s.d. strata 8

hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka sampel subround III;

strata 9 s.d. strata 12 hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka

sampel subround I; sedangkan strata 13 menjadi strata 5 yang tersebar pada setiap

kerangka sampel.

3.3 Jumlah Sampel

Desain sampel Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dirancang

(23)

tangga sebanyak 300.000 rumah tangga yang tersebar di 7 provinsi (Provinsi Sumatera

Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan).

Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman per kabupaten di lakukan di BPS dengan

prosedur sebagai berikut.

 Dari target sampel rumah tangga, dilakukan secara power allocation berdasarkan data luas panen 2014. Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan dengan

rumus:

 Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan alokasi sampel rumah tangga per provinsi dilakukan dengan rumus:

t sampel rumah tangga per subround dilakukan dengan rumus:

tp

(24)

tp r kabupaten, dilakukan alokasi sampel rumah tangga per strata dengan rumus:

tp r k

3.4 Prosedur Pengambilan Sampel

Desain sampling yang digunakan adalah two-stage stratified sampling design.

Pengambilan sampel pada setiap subround per strata dilakukan secara independen

dengan prosedur sebagai berikut:

 Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus diambil sejumlah blok sensus secara probability proporsional to size dengan size luas tanam jenis tanaman terpilih

yang diusahakan rumah tangga sesuai stratanya. Misalnya pengambilan sampel

blok sensus pada kerangka sampel subround 1 untuk strata 1 (padi sawah), digunakan

size luas tanam padi sawah subround 1 yang diusahakan rumah tangga. Khusus untuk

pengambilan sampel blok sensus pada strata nonkonsentrasi, size yang digunakan

adalah jumlah luas tanam dari keempat komoditas terpilih yang diusahakan rumah

tangga pada subround yang sesuai.

 Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga di setiap blok sensus, diambil rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan terpilih secara sistematik,

dengan implicit stratification berdasarkan variabel luas tanaman yang dipanen, jenis

(25)

Pengambilan sampel blok sensus dilakukan di BPS, sedangkan pengambilan sampel

rumah tangga dilakukan di daerah setelah pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus

selesai. Entri data hasil pemutakhiran, pengambilan sampel rumah tangga, dan

pencetakan daftar sampel rumah tangga menggunakan sistem yang disiapkan oleh

Direktorat Sistem Informasi Statistik.

3.5 Prosedur Estimasi

Estimasi karakteristik hasil pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman

Pangan 2015 dilakukan pada level kabupaten per subround per jenis tanaman. Prosedur

penghitungan faktor pengali sebagai berikut:

Tahap Unit

Jumlah unit dalam

strata h Metode Penarikan sampel Peluang Fraksi

Populasi Sampel

tangga pada blok sensus i setiap subround dapat dihitung dengan rumus:

h i

blok sensus suatu kabupaten di strata h,

Lhi : Jumlah luas tanam hasil pencacahan ST2013-L pada strata h blok sensus i,

nh : Jumlah sampel blok sensus pada strata h,

h i

M : Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran (dokumen VP2015-P) pada blok

(26)

h i

m : Jumlah sampel rumah tangga pada strata h blok sensus i.

Estimasi karakteristik Y suatu kabupaten berdasarkan data hasil pencacahan pada

strata h blok sensus i rumah tangga ke-j adalah:

Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan sampel rumah tangga

pengukuran luas lahan adalah daftar rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas

Lahan Tanaman Pangan 2015 pada setiap kabupaten/kota. Dari kerangka sampel tersebut

diambil 10 % sampel rumah tangga untuk dilakukan pengukuran lahan. Pemilihan sampel

dilakukan secara sistematik melalui sistem yang telah disiapkan oleh Direktorat Sistem

Informasi Statistik:

i. Data yang digunakan adalah daftar seluruh rumah tangga terpilih Survei Luas panen

dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dari seluruh blok sensus sampel dalam satu

kabupaten/kota yang diurutkan menurut identitas rumah tangga dan jenis tanaman

terpilih. Satu rumah tangga yang terpilih sampel untuk dua atau lebih jenis tanaman

dianggap sebagai dua atau lebih entitas rumah tangga.

ii. Membuat stratifikasi implisit berdasarkan variabel jenis tanaman, luas tanaman yang

dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas.

iii. Melakukan pemilihan sampel rumah tangga secara sistematik.

iv. Memberi tanda bintang (*) untuk rumah tangga terpilih sampel pengukuran luas lahan

pada daftar sampel rumah tangga yang sama dengan sampel rumah tangga yang

diwawancarai.

(27)

Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pemutakhiran blok sensus terpilih

dengan menggunakan Daftar VP2015-P.

Penelusuran wilayah kerja perlu dilakukan agar petugas mengenali batas-batas luar

blok sensus yang menjadi wilayah kerjanya. Dengan demikian, kesalahan cakupan dapat

dihindari. Penelusuran wilayah kerja dilakukan oleh tim (pengawas dan pencacah) sebelum

melakukan pemutakhiran dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mengunjungi ketua/pengurus SLS untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah

tersebut dengan membawa surat tugas dari BPS Kabupaten/Kota. Tanyakan posisi

rumah tangga pertama pada daftar VP2015-P, kemudian beri simbol (√) pada posisi

rumah tangga pertama tersebut di peta blok sensus. Gunakan landmark sebagai

referensi posisi.

2. Menelusuri wilayah kerja dengan membawa peta blok sensus.

3. Mengenali arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark (bangunan yang

mudah dikenali sebagai batas, seperti rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb). Periksa

ketepatan posisi landmark dan tambahkan landmark pada batas luar SLS dan batas

luar blok sensus bila belum ada. Perhatikan secara seksama batas terluar blok sensus,

karena hal ini berkaitan dengan cakupan rumah tangga dalam blok sensus tersebut.

Apabila terdapat ketidaksesuaian antara batas terluar peta blok sensus dengan rumah

tangga yang tercakup dalam Daftar VP2015-P, petugas harus memastikan batas terluar

blok sensus tersebut.

4. Jika ditemui ketidaksesuaian arah utara, batas luar blok sensus, jalan, dan landmark

penting lainnya (rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb), petugas memperbaiki dan/atau 4.1 Penelusuran Wilayah Kerja

TATA CARA PEMUTAKHIRAN

(28)

melengkapi arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark penting lainnya

dengan menggunakan warna yang berbeda, sesuai keadaan di lapangan.

5. Tim merencanakan kegiatan pemutakhiran dengan cermat agar rumah tangga dalam

blok sensus tersebut tidak terlewat cacah atau tercacah lebih dari satu kali.

6. Memperkirakan kapan pemutakhiran rumah tangga pada masing-masing blok sensus.

7. Melakukan identifikasi karakter masyarakat dan menyusun rencana untuk

menyesuaikan diri (waktu berkunjung, dll).

4.2 Pemutakhiran Rumah Tangga

Pemutakhiran rumah tangga dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga dari

rumah ke rumah (door to door) untuk seluruh rumah tangga dalam blok sensus, baik yang

tercetak maupun yang belum tercetak pada Daftar VP2015-P, dan wawancara langsung

terhadap responden. Prosedur pemutakhiran rumah tangga dengan metode ini dilakukan

untuk mengetahui keberadaan rumah tangga, yaitu ditemukan, ganti kepala rumah

tangga, pindah dalam blok sensus, baru, bergabung dengan rumah tangga lain, pindah

keluar blok sensus, dan tidak ditemukan. Instrumen yang digunakan dalam pemutakhiran

adalah Daftar VP2015-P dan Peta ST2013-WB. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1) Kunjungi rumah tangga nomor urut pertama yang tercetak pada Daftar

VP2015-P dilanjutkan dengan rumah tangga berikutnya, baik yang tercetak maupun

tidak tercetak pada Daftar VP2015-P, yang ada di blok sensus tersebut sampai seluruh

rumah tangga dikunjungi. Sebelum melakukan wawancara pada rumah tangga

pertama, petugas harus terlebih dahulu menghapus simbol (√) yang sebelumnya

dituliskan pada Peta ST2013-WB.

2) Pada setiap rumah tangga yang dikunjungi, lakukan pemutakhiran rumah tangga

dengan wawancara berdasarkan Daftar VP2015-P Blok V.

3) Apabila rumah tangga yang dikunjungi belum dapat diwawancarai, lanjutkan ke rumah

tangga berikutnya. Sebelum periode pencacahan berakhir, petugas harus kembali ke

(29)

4) Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga yang tidak tercantum pada

Daftar VP2015-P, maka tuliskan keterangan rumah tangga baru tersebut setelah baris

terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti

bangunan fisik dan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian akhiran berupa

abjad A, B, C, dst.

5) Jika ternyata rumah tangga pada Daftar VP2015-P sudah pindah atau ganti penghuni,

maka keterangan rumah tangga pada Daftar VP2015-P tidak perlu diubah. Sedangkan

rumah tangga pengganti (rumah tangga baru) dicatat pada baris kosong setelah baris

terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti

bangunan fisik dan bangunan sensus yang ditempatinya.

6) Lakukan pemutakhiran rumah tangga dalam satu blok sensus hingga selesai terlebih

dahulu, kemudian dilanjutkan pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus

berikutnya yang menjadi tanggung jawab petugas.

7) Setelah pengisian Daftar VP2015-P untuk satu rumah tangga selesai, gambarkan

lingkaran kosong (○) pada Peta ST2013-WB untuk lokasi rumah tangga yang tidak

melakukan panen padi, jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu, dan

gambarkan lingkaran isi ( ) untuk lokasi rumah tangga yang melakukan panen padi,

jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu kemudian beri nomor urut sesuai

nomor urut hasil pemutakhiran pada kolom (7) Daftar VP2015-P. Bila dalam satu

bangunan sensus ada tiga rumah tangga dengan nomor urut hasil pemutakhiran

rumah tangga 10, 11, dan 12, lingkaran yang digambar cukup satu dan diberi nomor

urut rumah tangga 10-12.

001. Kode dan nama subround yang lalu:

Kode dan nama subround sudah pre-printed

BLOK I. KETERANGAN TEMPAT

Blok ini berisi keterangan wilayah yang akan dilakukan pemutakhiran, dan isiannya telah

tercetak (pre-printed). Blok ini berisi kode dan nama wilayah administrasi (provinsi,

(30)

dan perkotaan), nomor blok sensus, dan nomor nomor kode sampel (NKS) serta nomor

dan nama SLS. Apabila di lapangan ditemukan ada perubahan nama SLS, tuliskan nama

SLS tersebut di Rincian 108 dalam tanda kurung.

Contoh: pre-printed (001) RT 07, (002) RT 08

Pemutakhiran: tuliskan (RT 09)

BLOK II. KETERANGAN PETUGAS

Blok ini berisi keterangan identitas petugas dan keterangan waktu pelaksanaan

pemutakhiran dan pemeriksaannya. Petugas terdiri dari Pencacah (PCS) dan

Pengawas/Pemeriksa (PMS) yang bertanggung jawab melakukan pemutakhiran dan

pemeriksaan Daftar VP2015-P.

Rincian 201. Kode Petugas

Tuliskan kode petugas pemutakhiran pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat

unique dalam satu kabupaten/kota. Kode PMS dan PCS terdiri dari 3 digit. Kode petugas

diinformasikan pada saat pelatihan petugas.

Rincian 202. Nama Petugas

Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.

Rincian 203. Tanggal Pemutakhiran/Pemeriksaan

Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pemutakhiran/pemeriksaan sampai dengan selesai

pemutakhiran/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.

Rincian 204. Nomor HP Petugas

Tuliskan nomor HP petugas pada kotak yang tersedia. Nomor HP petugas pencacahan

diisikan pada kolom (2), sementara nomor HP pengawas diisikan pada kolom (3).

Rincian 205. Tanda Tangan

Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan

kelengkapan isian Daftar VP2015-P. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan

sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/pemeriksaan.

(31)

BLOK III. REKAPITULASI

Tujuan pengisian Blok III adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil pemutakhiran rumah

tangga pada suatu blok sensus. Blok ini diisi setelah kegiatan pemutakhiran dalam satu

blok sensus selesai dilakukan. Isian Blok III disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi

(Rincian “c”, Kolom 8), atau nomor urut terbesar. Sebelum mengisi Blok III, petugas

pemutakhiran harus yakin bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran

isiannya.

Rincian 301. Jumlah rumah tangga ST2013

Isian rincian ini sudah tercetak, merupakan jumlah rumah tangga yang nomor urutnya

tercetak pada Blok V Kolom (3).

Rincian 302. Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran

Isian rincian ini adalah nomor urut terbesar yang tercantum pada Blok V Kolom (7).

Rincian 303. Jumlah rumah tangga yang panen padi, jagung, atau kedelai pada

subroundyang lalu

Isian rincian ini disalin dari Blok V halaman terakhir Rincian C, Kolom (8).

BLOK IV. CATATAN

Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.

BLOK V. HASIL PEMUTAKHIRAN DAN KETERANGAN KEGIATAN PERTANIAN

Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh rumah tangga pada suatu blok

sensus. Pada sudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “halaman … dari … halaman”

yang sudah tercetak. Periksa terlebih dahulu urutan nomor halaman sebelum melakukan

pemutakhiran.

Kolom (1) s.d. (5): Nomor Bangunan Fisik, Nomor Bangunan Sensus, Nomor Urut

Rumah Tangga, Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga, dan Alamat.

Isian kolom ini telah tercetak (preprinted). Isian Kolom (1), (2), dan (3) tidak perlu diperbaiki

meskipun terdapat ketidaksesuaian isian kolom-kolom tersebut dengan kondisi di

(32)

Kolom (4) dan/atau Kolom (5) harus diperbaiki jika nama kepala rumah tangga dan/atau

alamat tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.

Kolom (1): Nomor Bangunan Fisik

Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan fisik hasil pemutakhiran

ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan.

Kolom (2): Nomor Bangunan Sensus

Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan sensus hasil

pemutakhiran ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak

berurutan.

Kolom (3): Nomor Urut Rumah tangga

Nomor urut yang tercantum pada kolom ini adalah nomor rumah tangga hasil

pemutakhiran ST2013.Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini berurutan.

Kolom (4): Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga

Nama-nama yang tercantum pada kolom ini adalah nama kepala rumah tangga.

Kolom (5): Alamat

Alamat yang tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal kepala rumah

tangga beserta anggotanya hasil pemutakhiran ST2013.

Kolom (6): Hasil pemutakhiran rumah tangga

Kolom ini merupakan hasil pemutakhiran yang dilakukan oleh PCS. Kolom ini diisi dengan

kode yang sesuai dengan kondisi keberadaan rumah tangga yang dikunjungi sebagai

berikut:

a. Kode 1. Ditemukan, adalah kondisi nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat

pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat yang tercetak

(pre-printed). Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama kepala rumah tangga

berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercetak adalah nama panggilan atau

(33)

alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pemutakhiran sebelumnya, sehingga

mengakibatkan kesalahan pada Daftar VP2015-P.

b. Kode 2. Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran

rumah tangga sama dengan alamat yang tercetak tetapi terjadi pergantian kepala

rumah tangga yang diakibatkan kepala rumah tangga yang namanya tercantum pada

daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain misalnya bercerai. Termasuk dalam

kondisi ini adalah terjadinya kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh petugas

pada saat pemutakhiran sebelumnya.

c. Kode 3. Pindah dalam Blok Sensus, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran

rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga yang tercetak (tetapi masih

dalam satu blok sensus) sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama. Tidak

termasuk perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat

pada saat pemutakhiran sebelumnya.

d. Kode 4. Baru, adalah kondisi rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi

tidak tercetak dalam Daftar VP2015-P. Hal ini bisa diakibatkan karena terlewat cacah

pada saat pemutakhiran sebelumnya, anggota rumah tangga pre-printed yang

membentuk rumah tangga baru, pindahan dari blok sensus lain dan sejenisnya.

e. Kode 5. Bergabung dengan rumah tangga lain, adalah kondisi nama kepala rumah

tangga yang tercetak beserta anggota rumah tangganya, ditemukan sebagai anggota

rumah tangga pada rumah tangga lain.

f. Kode 6. Pindah ke luar blok sensus, adalah kondisi rumah tangga yang nama kepala

rumah tangganya tercetak, pada saat pemutakhiran tidak ditemukan, dan setelah

dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga

tersebut telah pindah tempat tinggal di luar blok sensus yang sedang dilakukan

pemutakhiran. Termasuk pula rumah tangga tunggal yang telah meninggal dunia pada

saat pemutakhiran.

g. Kode 7. Tidak Ditemukan, adalah apabila pada saat pemutakhiran nama kepala

(34)

setelah dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah

tangga tersebut tidak ada di dalam blok sensus tersebut.

Agar lebih mudah memahami kondisi-kondisi pemutakhiran di atas, perhatikan

ilustrasi gambar berikut ini.

Kondisi ST 2013 Kondisi Survei Subsektor 2014

2

Nomor 2. Rumah tangga ganti kepala rumah tangga

Nomor 3. Rumah tangga pindah dalam blok sensus

Nomor 4. Rumah tangga baru

Nomor 5. Bergabung dengan rumah tangga lain

Nomor 6. Rumah tangga pindah ke luar blok sensus

Nomor 7. Rumah tangga tidak ditemukan

Kolom (7): Jika Kolom (6) berkode 1, 2, 3, atau 4, isikan nomor urut rumah tangga

hasil pemutakhiran. Jika Kolom (6) berkode 5, 6, atau 7 STOP

Kolom ini hanya diisi jika Kolom (6) berisi kode 1, 2, 3, dan 4. Isian kolom ini boleh tidak

berurut, tergantung pada pelaksanaan lapangannya, tetapi nomor urut yang dicantumkan

Gambar 4.1.

(35)

pada kolom ini tidak boleh ada yang terlewat atau tercatat lebih dari satu kali. Nomor urut

terbesar mencerminkan banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran.

Berikut ini penjelasan pengisian Blok V untuk setiap kondisi pemutakhiran:

 Apabila rumah tangga ditemukan, maka isikan kode “1” pada Kolom (6), kemudian

tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhirannya pada Kolom (7).

 Apabila rumah tangga ganti kepala rumah tangga, coret isian Kolom (4) yaitu nama kepala rumah tangga, kemudian tuliskan nama kepala rumah tangga yang baru.

Selanjutnya isikan kode “2” pada Kolom (6) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil

pemutakhiran pada Kolom (7).

 Apabila rumah tangga pindah dalam blok sensus, isikan kode “3” pada Kolom (6) dan

tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7) pada saat rumah

tangga tersebut dikunjungi pada alamat baru.

 Apabila yang dikunjungi PCS adalah rumah tangga baru, tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris kosong setelah baris terakhir yang terisi.

Pengisian nomor bangunan fisik (Kolom (1)) dan bangunan sensus (Kolom (2))

mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan

pemberian akhiran berupa abjad A, B, C, dst. Tuliskan nama kepala rumah tangga pada

Kolom (4) dan alamat di Kolom (5). Selanjutnya isikan kode “4” pada Kolom (6) dan

tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).

 Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan bangunan fisik baru, maka penulisan nomor bangunan fisik mengikuti nomor bangunan fisik terdekat sebelumnya, dengan

pemberian indeks berupa abjad A, B, C dst.

 Apabila rumah tangga ditemukan, tetapi ternyata rumah tangga tersebut bagian dari

anggota rumah tangga lain, maka isikan kode “5” pada Kolom (6), dan tidak perlu

menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).

 Apabila rumah tangga pindah ke luar blok sensus, isikan kode “6” pada Kolom (6) dan tidak perlu menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).  Apabila rumah tangga tidak ditemukan, isikan kode “7” pada Kolom (6) dan tidak perlu

(36)

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu

bangunan, serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri

dari hanya satu anggota rumah tangga.

Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di

suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain,

pembantu rumah tangga yang menginap atau ART lainnya), baik yang sedang berada di

rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah.

Termasuk ART:

1. Bayi yang baru lahir.

2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap

(pindah datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah

meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih.

3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap (pindah

datang).

4. Pembantu rumah tangga, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya

bergabung dengan rumah tangga majikan.

5. Orang yang mondok dengan makan (indekos) jumlahnya kurang dari 10 orang.

6. KRT yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara

periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja

tambang.

Tidak termasuk ART:

1. Anak yang tinggal di tempat lain (luar BS) misalnya untuk sekolah atau bekerja,

meskipun kembali ke orang tuanya seminggu sekali atau ketika libur, dianggap telah

membentuk rumah tangga sendiri atau bergabung dengan rumah tangga lain di

tempat tinggalnya sehari-hari.

2. Seseorang yang sudah bepergian 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan

pindah.

3. Orang yang sudah pergi kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk pindah.

4. Pembantu rumah tangga yang tidak tinggal di rumah tangga majikan.

(37)

6. Orang yang mondok dengan makan (indekos) lebih dari 10 orang.

Contoh:

Windi Maulina tinggal di Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia bekerja di BPS Pusat. Setiap

hari Sabtu dan Minggu, Windi Maulina "pulang" ke rumah orang tuanya di Depok. Dalam kasus ini, Windi Maulina dicatat sebagai ART Pisangan Baru, Jakarta Timur.

Kepala rumah tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas

pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang

dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.

Penjelasan:

1) KRT yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu

tempat tinggalnya dimana ia berada paling lama.

2) KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan

anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, asalkan

masih kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan

anak-anaknya.

3) KRT yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di kapal berbendera asing dan

lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai KRT di rumah istri dan

anak-anaknya.

Seseorang yang tinggal kurang dari 6 bulan dan tidak berniat

menetap, tetapi telah meninggalkan rumahnya 6bulan atau lebih,

maka orang tersebut dicatat di mana dia tinggal pada saat

pencacahan, bukan di rumah asalnya.

Untuk menghindari adanya lewat cacah atau cacah ganda dalam

pencatatan ART, maka kepada setiap rumah tangga perlu ditanyakan,

(38)

Contoh:

Febrim Sipayung adalah KRT yang bekerja dan tinggal di Jakarta selama hari kerja. Istri

dan anak-anaknya tinggal di Cirebon. Setiap hari Jumat sore ia pulang ke Cirebon dan

kembali ke Jakarta pada Senin pagi. Maka Febrim Sipayung tetap dicatat sebagai KRT di Cirebon.

Catatan:

Jika diketahui seorang suami mempunyai istri lebih dari satu, maka ia harus dicatat di

salah satu rumah tangga istri dimana dia lebih lama tinggal. Bila diketahui lamanya tinggal

bersama istri-istrinya sama, maka ia dicatat di rumah istri yang paling lama dinikahi.

Kolom (8): Apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai pada subround yang

lalu ...?

Tanyakan kepada responden apakah ada anggota rumah tangga yang melakukan panen

padi, jagung, atau kedelai pada referensi waktu pencacahan (subround yang terisi pada

pojok kiri atas Daftar VP2015-P halaman pertama). Isikan kode “1” jika rumah tangga

melakukan panen padi, jagung, atau kedelai selama referensi waktu pencacahan dan “-”

jika tidak. Jika isian kolom (8) “-”, proses pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (8)

dan dilanjutkan pada rumah tangga berikutnya.

Kolom (9): Apakah ada panen yang berlokasi di dalam kabupaten/kota?

Tanyakan kepada responden apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai yang

berlokasi di dalam kabupaten/kota tempat tinggal responden (sesuai rincian 102). Isikan

kode 1 jika “ya”, dan kode “-“ jika “tidak”. Jika isian kolom (9) berkode “-“, proses

pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (9), dan dilanjutkan pada rumah tangga

(39)

Kolom (10)-(21): Identifikasi luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen

terluas, dan status usaha luas panen terluas menurut jenis tanaman (padi sawah,

padi ladang, jagung, dan kedelai)

Luas Tanaman yang Dipanen

Kolom (10), (13), (16), dan (19): tanyakan kepada responden berapa luas tanaman yang

dipanen (sesuai jenis tanaman) yang diusahakan responden selama referensi waktu

pencacahan dalam satuan m2. Isikan kode yang bersesuaian dengan jawaban responden

sesuai kode luas tanaman yang dipanen selama referensi waktu pencacahan. Kode luas

panen berbeda-beda menurut kabupaten/kota, jenis tanaman, dan subround.

Jenis Lahan Luas Panen Terluas

Kolom (11), (14), (17), dan (20): tanyakan kepada responden jenis lahan luas panen

terluas (sesuai jenis tanaman). Isikan kode jawaban responden sesuai jenis lahan luas

panen terluas. Kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:

a. Kode 1: Sawah Irigasi

b. Kode 2: Sawah Tadah Hujan

c. Kode 3: Sawah Rawa Pasang Surut

d. Kode 4: Sawah Rawa Lebak

e. Kode 5: Lahan Pertanian Bukan Sawah

Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang

(galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah

tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan tersebut. Lahan yang dimaksud

termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi Bangunan, Iuran Pembangunan Daerah, lahan

bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman

tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi, palawija atau tanaman

semusim lainnya.

Sawah irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik

yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya dikuasai dan diatur oleh Dinas

(40)

terdiri dari: lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah

irigasi sederhana, dan lahan sawah irigasi desa/non PU.

Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang pengairannya bergantung pada air hujan.

Sawah rawa pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air

sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut

Sawah rawa lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa

lebak (bukan pasang surut).

Lahan pertanian bukan sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah. Lahan

pertanian bukan sawah yang disajikan dalam publikasi ini terdiri dari tegal/kebun,

ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan.

Status Usaha Luas Panen Terluas

Kolom (12), (15), (18), dan (21): tanyakan kepada responden status usaha luas panen

terluas. Isikan kode jawaban responden sesuai dengan status usaha tanaman yang

dipanen. Isian kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:

a. Kode 1: Mengelola usaha pertanian milik sendiri

b. Kode 2: Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil

c. Kode 3: Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah

Usaha pertanian tanaman pangan adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian

tanaman pangan (padi, jagung, dan/atau kedelai) tanpa memperhatikan apakah sebagian

atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja

keluarga) atau tidak.

Mengelola usaha pertanian milik sendiri adalah apabila salah satu atau lebih anggota

rumah tangga tanaman pangan memiliki usaha padi, jagung, dan/atau kedelai dan

pengelolaannya dilakukan sendiri secara langsung, baik menggunakan buruh maupun

tidak.

Contoh:

(41)

ditanami padi. Dalam mengelola usaha tanaman padi tersebut, Pak Iskandar dibantu

oleh Fandi dengan memberi upah.

Dalam hal ini Pak Iskandar dianggap melakukan usaha tanaman padi sawah

dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (dibantu buruh).

2. Pak Takdir tinggal di Mamuju dan mempunyai lahan tegalan seluas 5.000 m2 di dekat

rumahnya. Lahan tersebut ditanami jagung yang dikelola sendiri oleh Pak Takdir.

Dalam hal ini Pak Takdir dianggap melakukan usaha tanaman jagung dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (tanpa menggunakan buruh).

Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil adalah apabila salah satu atau lebih

anggota rumahtangga melakukan usaha tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai yang

merupakan usaha bersama atau usaha salah satu pihak dengan sistem bagi hasil, dan

rumah tangga bersangkutan mengelola langsung usaha pertanian tersebut dengan sistem

bagi hasil. Dengan demikian, dalam usaha dengan sistem bagi hasil yang dicakup hanya

salah satu rumah tangga saja, yaitu yang melakukan pengelolaan.

Contoh:

Pak Eno tinggal di Kabupaten Tegal. Di samping menjadi buruh tani, ia sehari-hari juga

sibuk mengurus/mengelola lahan sawah milik Pak Nian yang ditanami padi dengan sistem

bagi hasil. Pak Nian adalah famili Pak Eno yang tinggal di Comal, Kabupaten Pemalang.

Dalam pengelolaan lahan sawah tersebut semua sarana produksi (pupuk, benih, dan

pestisida) disuplai oleh Pak Nian. Selebihnya, semua kegiatan budidaya mulai dari

penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan dilakukan dan menjadi tanggung jawab

Pak Eno. Pembagian hasilnya adalah secara paro, yakni gabah hasil panen akan dibagi

dua.

Berdasarkan contoh di atas, Pak Eno dianggap sebagai petani di wilayah blok

sensusnya (tempat tinggalnya) dan “mengelola usaha pertanian dengan sistem bagi

hasil”. Sedangkan Pak Nian tidak dianggap sebagai rumah tangga yang

mengelola/mengusahakan tanaman pangan (padi sawah).

Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah adalah apabila satu atau lebih

(42)

kedelai milik orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap usaha tersebut dengan

menerima upah. Dengan demikian, buruh tidak tetap/serabutan tidak termasuk dalam

kategori ini.

Memiliki usaha pertanian yang dikelola oleh orang lain dengan memberi upah

adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga memiliki usaha tanaman padi,

jagung, dan/atau kedelai dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang lain

dengan memberi upah.

Contoh:

Pak Eka yang tinggal di Kabupaten Sukabumi mengelola dua bidang lahan sawah yang

ditanami padi. Lahan sawah tersebut merupakan milik Pak Dena yang tinggal di Kota

Bekasi. Dalam mengelola lahan sawah Pak Dena, Pak Eka mendapat kepercayaan secara

penuh untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan lahan sawah

Pak Dena, sementara Pak Dena hanya menyediakan biaya sesuai dengan yang dibutuhkan.

Berdasarkan contoh di atas, rumah tangga Pak Eka merupakan rumah tangga pengelola/usaha tanaman padi sawah dengan status pengelolaan “mengelola usaha

tanaman padi sawah dengan menerima upah”. Sementara Pak Dena dianggap sebagai “ memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah”.

Jika status pengelolaan tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai

yang diusahakan rumah tangga sebagian besar atau sepenuhnya

dikelola oleh orang lain dengan memberi upah, rumah tangga

tersebut tidak dicakup dalam Survei Luas Panen dan Luas Lahan

Tanaman Pangan 2015. Dengan kata lain, rumah tangga tersebut

dianggap tidak melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung,

atau kedelai selama subround yang lalu. Isian pada kolom (8) untuk

(43)

Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian Daftar VP2015-DSRT.

5.1 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT

Daftar ini berisi nama kepala rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas

Lahan Tanaman Pangan 2015, alamat, informasi jenis tanaman terpilih untuk pencacahan

dengan Daftar VP2015-S, informasi apakah pada rumah tangga terpilih akan dilakukan

pengukuran luas lahan, dan hasil pencacahan setiap rumah tangga.

001. Subround yang lalu:

Isikan kode subround yang lalusudah tercetak.

Blok I. Pengenalan Tempat

Isian untuk blok ini sudah tercetak.

Blok II. Rekapitulasi

Blok ini digunakan untuk rekapitulasi jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi

ladang, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu serta rumah tangga yang berhasil

diwawancarai, pindah ke luar blok sensus, tidak dapat diwawancarai sampai dengan batas

waktu pencacahan, atau menolak diwawancarai.

Rincian 201. Jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi ladang, jagung,

atau kedelai pada subround yang lalu

Isian Rincian 201, 201.a, 201.b, 201.c, dan 201.d sudah tercetak.

Rincian 202. Jumlah rumah tangga yang berhasil diwawancarai

Isian Rincian 202 diperoleh dari banyaknya kode 1 di Blok IV Kolom (15).

Rincian 203. Jumlah rumah tangga yang pindah ke luar blok sensus

Isian Rincian 203 diperoleh dari banyaknya kode 2 di Blok IV Kolom (15).

TATA CARA PENGISIAN

(44)

Rincian 204. Jumlah rumah tangga yang tidak dapat diwawancarai sampai dengan

batas waktu pencacahan

Isian Rincian 204 diperoleh dari banyaknya kode 3 di Blok IV Kolom (15).

Rincian 205. Jumlah rumah tangga yang menolak diwawancarai

Isian Rincian 205 diperoleh dari banyaknya kode 4 di Blok IV Kolom (15).

Blok III. Catatan

Blok ini digunakan untuk mencatat sesuatu yang dianggap perlu dan penting untuk

dicatat.

Blok IV. Keterangan Rumah Tangga Terpilih

Kolom (1) s.d. Kolom (6): Nomor BF; Nomor BS; Nomor Urut Rumah Tangga Padi,

Jagung, atau Kedelai Hasil Pemutakhiran, Nomor Urut Sampel, Nama Lengkap

Kepala Rumah Tangga, dan Alamat

Isian kolom-kolom ini sudah tercetak untuk seluruh rumah tangga sampel. Isian Kolom (5)

yang sudah tercetak dapat diperbaiki apabila nama kepala rumah tangga berbeda dengan

kondisi di lapangan, tetapi masih merupakan satu rumah tangga yang sama. Dalam hal ini

dapat disebabkan ganti kepala rumah tangga. Perbaikan juga dapat dilakukan pada kolom

(6) apabila ada perbedaan alamat yang disebabkan kesalahan penulisan pada saat

pemutakhiran maupun pindah dalam blok sensus.

Perbaikan nama kepala rumah tangga dapat dilakukan dengan mencoret nama yang

tercetak, kemudian tuliskan perbaikan nama tersebut di sebelahnya. Perbaikan alamat

dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mencoret alamat yang tercetak kemudian tuliskan

(45)

Contoh:

Sebelum perbaikan Setelah perbaikan

Nama KRT AMRAN GAJAH AMRAN GAJAH RAMLAN GAJAH

Alamat DUSUN 1 DUSUN 1 DUSUN 2

Kolom (7-14): Jenis Tanaman Terpilih

Isian kolom ini berupa tanda cek (√). Tanda cek tersebut menandakan bahwa rumah

tangga bakal dicacah dengan Daftar VP2015-S dan/atau Daftar VP2015-U sesuai dengan

jenis komoditasnya.

Kolom (15): Hasil Pencacahan (Kode)

Isian kolom ini disalin dari Rincian 301 Daftar VP2015-S. Kode hasil pencacahan

merupakan salah satu dari kode berikut:

b. Kode1: Berhasil diwawancarai

c. Kode 2: Pindah ke luar blok sensus

d. Kode 3: Tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan

e. Kode 4: Menolak diwawancarai

Blok V. Keterangan Petugas

Blok ini berisi keterangan identitas pencacah (PCS) dan pengawas/ pemeriksa (PMS). Isikan

kode dan nama petugas, tanggal pencacahan/pemeriksaan, nomor HP petugas, dan

bubuhkan tanda tangan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kebenaran isian pada

Daftar VP2015-DSRT.

Rincian 501. Kode Petugas

Tuliskan kode petugas pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat unique dalam satu

kabupaten. Kode PMS terdiri dari 4 digit, 3 digit pertama menyatakan nomor urut PMS

dalam suatu kabupaten, sedangkan digit ke-4 adalah 0 (nol). Kode PCS terdiri dari 4 digit,

(46)

dalam koordinasi PMS yang sama. Kode petugas diinformasikan pada saat pelatihan

petugas.

Rincian 502. Nama Petugas

Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.

Rincian 503. Tanggal Pencacahan/Pemeriksaan

Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pencacahan/pemeriksaan sampai dengan selesai

pencacahan/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.

Rincian 504. Nomor HP Petugas

Isikan nomor HP PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.

Rincian 505. Tanda Tangan

Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan

kelengkapan isian Daftar VP2015-DSRT. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang

disediakan sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/ pemeriksaan.

(47)

6.1 Tahap Pelaksanaan Pencacahan

Tahapan pelaksanaan pencacahan adalah sebagai berikut:

1) Penyiapan Dokumen

Dokumen yang harus disiapkan sebelum pencacahan ke lapangan meliputi peta

ST2013-WB, Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S.

2) Pengenalan wilayah kerja

Sebelum melakukan pencacahan, PCS harus mengenali wilayah kerjanya secara cermat

dengan menggunakan Peta ST2013-WB.

3) Pencacahan

Pencacahan dilakukan pada rumah tangga terpilih dengan Daftar VP2015-S sesuai

Daftar VP2015-DSRT.

4) Penyerahan hasil pencacahan

Daftar VP2015-DSRT harus diserahkan kembali kepada PMS bersama-sama dengan

hasil pencacahan Daftar VP2015-S secara bertahap tanpa menunggu seluruh

dokumen yang menjadi tanggung jawabnya selesai.

6.2 Tata Cara Wawancara

Dalam melakukan kunjungan/wawancara dengan rumah tangga perhatikan tata cara

berikut:

1) Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga responden ada di

rumah pada waktu wawancara.

2) Dalam melaksanakan pencacahan, saudara akan menjumpai berbagai sikap

responden, sebagian besar diantaranya terus terang (jujur) dan senang membantu,

beberapa orang ragu-ragu dan tidak tegas, sebagian kecil curiga dan dengan sikap

TATA CARA PELAKSANAAN

(48)

menentang. Gunakan kecakapan, kesabaran dan sikap bijaksana saudara agar

wawancara berhasil.

3) Tidak seorangpun diperkenankan untuk menemani saudara kecuali pengawas dan

atau atasannya.

4) Sebelum saudara memasuki rumah untuk mengadakan wawancara, saudara harap

minta ijin dengan mengucapkan salam, mengetuk pintu atau dengan cara lain yang

biasa berlaku di daerah setempat.

5) Tunjukkan selalu sikap ramah dan sopan santun kepada mereka.

6) Mulailah setiap wawancara dengan memperkenalkan diri dengan menjelaskan maksud

kedatangan saudara. Bila perlu tunjukkan surat tugas/tanda pengenal saudara.

7) Sebelum melakukan pencacahan beri penjelasan tentang pentingnya memberikan

keterangan yang benar dan yakinkan kepada mereka mengenai kerahasiaan

keterangan yang dikumpulkan.

8) Tegaskan bahwa keterangan-keterangan yang dikumpulkan hanya akan digunakan

untuk keperluan perencanaan pembangunan dan tidak ada sangkut pautnya dengan

penyidikan dan pajak.

9) Kerja sama dengan responden perlu diperhatikan, sehingga mereka tidak

segan-segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

10) Kadang-kadang saudara menemui responden yang menolak untuk memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saudara ajukan. Usahakanlah dengan

bijaksana untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan dengan menjelaskan

kembali tujuan dan kegunaan survei, sifat kerahasiaan keterangan yang dikumpulkan

dan pentingnya jawaban yang diperoleh dari responden untuk keperluan

pembangunan.

11) Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu responden, dan jawablah pertanyaan responden

dengan tepat dan jelas.

12) Jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan

responden atau kehilangan kesabaran. Bersikaplah tenang dalam menghadapi

(49)

13) Jika responden membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang dari

pelaksanaan survei, kembalikan secara bijaksana pembicaraan ke arah daftar isian dan

usahakan mendapatkan keterangan yang diperlukan.

14) Setelah selesai melakukan pencacahan, jangan lupa mengucapkan terima kasih atas

bantuan responden. Katakan kepada responden, kemungkinan ada petugas yang akan

datang kembali untuk mendapatkan keterangan tambahan. Kemudian lanjutkan pada

rumah tangga sampel berikutnya.

15) Lakukan kunjungan ulang jika memang diperlukan. Hal ini mungkin terjadi karena

pada kunjungan pertama, saudara tidak berhasil mendapatkan semua keterangan

yang diperlukan, atau mungkin atas perintah PMS, saudara diminta untuk melakukan

Gambar

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Survei Luas Panen dan  Luas Lahan Tanaman Pangan 2015
Gambar 3.1: Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
Gambar 4.1.

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam suatu organisasi, baik itu formal maupun informal membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan semangat pada bawahannya untuk senantiasa produktif,

Menurut Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mendefinisikan, “Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu

Bapak dan Ibu dosen program studi akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis.. Ibu Erma

Edutainment Park yang edukatif dan rekreatif melalui tata ruang dan bentuk.. Anak-anak dalam mempelajari hal-hal tentang pertanian serasa

Apakah Bapak / Ibu menjelaskan kembali kepada kelompok masyarakat miskin bahwa kegiatan pemetaan swadaya yang sedang dilaksanakan, adalah kegiatan untuk mengidentifikasi faktor –

Permukaan cat dengan perbanding- an paling kecil terlihat kasar karena kehomo- genan yang tidak bagus, tetapi pengukuran sudut kontak menunjukkan hasil yang bagus dengan didapat

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah peneliti hanya melihat hubungan antara umur, status gizi dan pengetahuan remaja tentang menarche dengan kesiapan menghadapi menarche tanpa

Hambatan yang terjadi dalam memperoleh sumber pendapatan daerah yang dilakukan oleh pemerintah kota Medan adalah terdapatnya target pajak parkir yang telah ditetapkan tidak