PEDOMAN PENCACAH SURVEI
LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN
TANAMAN PANGAN 2015
(VP2015-S)
BADAN PUSAT STATISTIK
SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS
LAHAN TANAMAN PANGAN
Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dimaksudkan untuk
mendapatkan data luas panen dan luas baku lahan dengan pendekatan rumah
tangga pertanian dan pengukuran lahan di lapangan. Dari hasil survei ini akan
diketahui seberapa besar perbedaan data luas panen dan luas tanam jika
dibandingkan dengan hasil pendataan Statistik Pertanian (SP) yang rutin dilakukan
setiap tahun. Survei ini juga diharapkan dapat memperoleh angka konversi galengan
terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas tanam bersih di lahan sawah.
Buku pedoman pencacah ini memuat penjelasan teknis dalam melakukan
kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 yang meliputi
latar belakang, tujuan, cakupan, organisasi lapangan, jadwal pelaksanaan, metodologi
penarikan sampel, tata cara pemutakhiran rumah tangga, tata cara pelaksanaan
pencacahan, dan tata cara pengisian Daftar VP2015-P, Daftar VP2015-DSRT, dan
Daftar VP2015-S.
Keberhasilan pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan
2015 ini ditentukan oleh niat, tekad, dan kesungguhan kita semua. Oleh karena itu,
para petugas diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
penuh tanggung jawab.
Kepada semua pihak, baik di BPS pusat maupun di BPS daerah, yang telah
berkontribusi dalam pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan
Tanaman Pangan 2015 ini diucapkan terima kasih.
Selamat Bekerja.
Jakarta, 27 Maret 2015
Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik,
Adi Lumaksono
2.1. Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan Daerah... 7
2.2. Petugas Pelaksanaan Pencacahan... 7
BAB 3 METODOLOGI PENARIKAN SAMPEL 3.1. Kerangka Sampel... 9
3.2. Stratifikasi Blok Sensus... 10
3.3 Jumlah Sampel... 14
3.4 Prosedur Pengambilan Sampel... 16
3.5 Prosedur Estimasi... 17
3.6 Pemilihan Sampel Pengukuran Lahan... 18
BAB 4 TATA CARA PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA 4.1. Penelusuran Wilayah Kerja... 19
4.2. Pemutakhiran Rumah Tangga... 20
4.3. Tata Cara Pengisian Dfatra VP2015-P... 21
BAB 5 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-DSRT 5.1. Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT... 35
BAB 6 TATA CARA PELAKSANAAN PENCACAHAN 6.1. Tahap Pelaksanaan Pencacahan... 39
6.2. Tata Cara Wawancara... 39
BAB 7 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-S 7.1 Tata Tertib Pengisian Daftar VP2015-S... 43
7.2 Petunjuk Pengisian Daftar VP2015-S... 44
7.3 Keterangan yang Dikumpulkan... 44
7.4 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-S... 45
LAMPIRAN... 69
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan, memiliki peran yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Hasil Sensus
Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha tanaman
pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau mencakup 67,83
persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah
tangga pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan
merupakan sumber penghidupan utama sebagian besar petani Indonesia.
Subsektor tanaman pangan juga memainkan peranan penting dalam hal pemenuhan
kebutuhan pangan dan asupan gizi masyarakat. Hal itu tercermin dari peran strategis
komoditas beras sebagai sumber pangan utama (makanan pokok) masyarakat Indonesia.
Kondisi ini mengakibatkan dinamika harga beras sangat mempengaruhi inflasi sebagai
salah satu variabel makro ekonomi yang sangat krusial dalam perekonomian nasional.
Karena itu, tingkat ketersediaan beras dan juga komoditas pangan lainnya, dalam jumlah
yang mencukupi dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, tidak hanya
mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional, tapi juga stabilitas sosial dan politik.
Dewasa ini, upaya mewujudkan swasembada pangan masih menjadi prioritas utama
agenda pembangunan pemerintah di sektor pertanian. Hal itu tercermin dari pencanangan
target swesembada padi (beras), jagung, dan kedelai yang harus diwujudkan dalam dua
tahun mendatang. Target pemerintah ini merupakan manifestasi dari visi ketujuh
pemerintah yang tertuang dalam program Nawacita, yakni mewujudkan kemandirian
ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah
satunya, sektor pertanian melalui upaya membangun dan mewujudkan kedaulatan
pangan.
Untuk mewujudkan kedaulatan pangan ini, khususnya padi (beras), jagung, dan
kedelai, pemerintah melakukan berbagai cara melalui pelaksanaan program UPSUS (Upaya
Khusus), seperti rehabilitasi jaringan irigasi teknis (JIT), optimasi lahan, perluasan areal
tanam, dan sebagainya sebagai upaya pembangunan pertanian. Berkaitan dengan hal
tersebut, pembangunan pertanian ini membutuhkan dukungan data yang akurat sebagai
pijakan perencanaan dan formulasi kebijakan sehingga dapat tepat sasaran. Salah satu
jenis data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai luas panen padi, jagung, dan
kedelai serta informasi luas baku lahan sawah yang merupakan basis penghitungan angka
produksi komoditas tersebut.
Secara faktual, akurasi data luas panen padi, jagung, dan kedelai yang selama ini
dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), yang dikumpulkan dengan menggunakan
Daftar SP-Padi dan SP-Palawija, dipertanyakan oleh berbagai kalangan, seperti peneliti,
akademisi, legislator, dan praktisi pertanian. Data tersebut diduga mengalami overestimate
atau lebih tinggi dari kondisi riil yang ada di lapangan karena menggunakan metode yang
kurang ilmiah, yaitu eye estimate. Konsekuensinya, data produksi padi (beras), jagung, dan
kedelai yang dihitung dengan mengalikan data produktivitas dan luas panen ditengarai
juga mengalami overestimate.Oleh sebab itu, diperlukan metode pengumpulan data luas
panen lain guna memperoleh data yang lebih akurat dan obyektif. Karena itu, penelitian
dengan wawancara langsung ke petani sampel melalui Survei Luas Panen dan Luas Lahan
Tanaman Pangan 2015 sangat penting dan mendesak untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui apakah metode wawancara dapat digunakan untuk pengumpulan data
luas, khususnya luas panen dan luas baku lahan.
b. Mengetahui akurasi data luas panen dan luas baku lahan yang selama ini dikumpulkan
c. Mengetahui angka konversi galengan terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas
tanam bersih di lahan sawah.
1.3 Landasan Hukum
Pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 didasarkan
pada sejumlah peraturan perundangan yang meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3683);
2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3854);
3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat
Statistik;
4) Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah; dan
5) Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pusat Statistik.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, sebagai pengemban
undang-undang, maka BPS wajib melaksanakan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman
Pangan 2015 dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dalam rangka
menjalankan amanah undang-undang tersebut, baik diminta maupun tidak, seluruh
jajaran BPS di daerah dari tingkat tertinggi hingga terendah membantu dan mengambil
peran sesuai dengan bidangnya masing-masing demi suksesnya Survei Luas Panen dan
1.4 Cakupan
Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dilakukan di 7 (tujuh)
provinsi di Indonesia, yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan, dengan jumlah sampel untuk wawancara sebanyak
30.002 blok sensus dan 300.000 rumah tangga, serta 30.000 sampel rumah tangga untuk
pengukuran lahan.
1.5 Jenis Dokumen
Jenis dokumen yang digunakan:
1) Peta ST2013-WB
Peta wilayah yang digunakan dalam pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan
Tanaman Pangan 2015 adalah peta blok sensus tanpa simbol bangunan fisik yang
digunakan pada saat pencacahan lengkap ST2013. Peta ini digunakan untuk
pemutakhiran rumah tangga di blok sensus terpilih, orientasi wilayah kerja petugas,
dan sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi lokasi rumah tangga sampel yang akan
dicacah dengan Daftar VP2015-S.
2) Daftar VP2015-P
Daftar ini digunakan untuk pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih;
identifikasi rumah tangga yang melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung,
atau kedelai pada setiap subround, serta identifikasi lokasi, jenis lahan, status usaha,
dan luas panen tanaman terpilih.
3) Daftar VP2015-DSRT
Daftar ini berisi nama-nama kepala rumah tangga terpilih yang harus dicacah oleh
petugas. Daftar ini diperoleh dari penarikan sampel di BPS Kabupaten/Kota setelah
4) Daftar VP2015-S
Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan (wawancara) pada rumah tangga
terpilih yang tercantum pada Daftar VP2015-DSRT.
5) Buku Pedoman Pencacah (VP2015-PCS)
Buku ini memuat aturan/tata cara pencacahan rumah tangga usaha tanaman padi dan
palawija terpilih, konsep definisi, tata cara pemutakhiran rumah tangga dalam blok
sensus terpilih dengan Daftar P, pengisian Daftar DSRT, dan
VP2015-S.
1.6 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penyusunan kerangka sampel, penarikan sampel, pelatihan
instruktur dan petugas, pencacahan, pengolahan, dan publikasi pada kegiatan Survei Luas
Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015
No. Kegiatan Jadwal
(1) (2) (3)
1. Penyusunan Metodologi 1 Januari-6 Februari 2015
2. Pelatihan Innas Pencacahan
Lapangan 6-9 April 2015
3. Pelatihan Inda 12-16 April 2015
4. Pelatihan Petugas 20-29 April 2015
5. Pemutakhiran Blok Sensus Terpilih
1-10 Mei 2015 (tahap I)
1-13 September 2015 (tahap II) 1-10 Januari 2016 (tahap III)
6. Penarikan Sampel
11-17 Mei 2015 (tahap I) 7-13 September 2015 (tahap II) 4-10 Januari 2016 (tahap III)
7. Editing/Coding
8 Juni-31 Juli 2015 (tahap I)
28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari 2016-29 Februari 2016 (tahap III)
8. Data Entry
22 Juni-2 Agustus 2015 (tahap I)
28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari-29 Februari 2016 (tahap III)
9. Tabulasi 1-16 November 2015 (tahap I dan II) 1-20 Maret 2016 (tahap III)
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan di Daerah
Penanggung jawab pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan
2015 secara keseluruhan adalah Kepala BPS. Pengarah untuk kegiatan pelaksanaan
pencacahan adalah Deputi Bidang Statistik Produksi yang merangkap sebagai Ketua Tim
Teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 sedangkan Pejabat
Eselon I lainnya, bertanggung jawab sebagai pengarah sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Penanggung jawab bidang teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan adalah
Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan sedangkan Pejabat
Eselon II terkait bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Penanggung jawab secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi.
Penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Produksi, sedangkan Pejabat
Eselon III lainnya bertanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas di daerah
masing-masing.
Penanggung Jawab secara keseluruhan di tingkat kabupaten/kota adalah Kepala BPS
Kabupaten/Kota. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Produksi. Pejabat
Eselon IV lainnya bertanggung jawab sesuai dengan penugasan.
2.2 Petugas Pelaksanaan Pencacahan
Pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman pangan 2015
dilakukan oleh Petugas Pencacah Survei (PCS) dan Petugas Pengawas/Pemeriksa Sampel
(PMS). Satu orang PCS melakukan pencacahan sekitar 90 rumah tangga untuk 3 subround.
Setiap PMS membawahi 3-4 orang PCS. Adapun tugas dari petugas pencacah Survei Luas
Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai berikut:
1) PCS
a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan
2015.
b. Bersama-sama PMS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi
wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.
c. Melakukan pemutakhiran blok sensus dengan menggunakan daftar VP2015-P.
d. Melakukan pencacahan dengan menggunakan Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S.
e. Mendiskusikan dengan PMS jika ada permasalahan teknis di lapangan.
f. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, dan VP2015-S segera setelah
pencacahan selesai dilakukan serta diperiksa kelengkapan dan kebenaran isiannya.
g. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.
2) PMS
a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan
2015.
b. Mendistribusikan peta ST2013-WB, VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, sesuai
wilayah tugas PCS.
c. Bersama-sama PCS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi
wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.
d. Melakukan pengawasan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman
Pangan 2015 dan pemeriksaan isian Daftar VP2015-S hasil pencacahan PCS.
e. Melakukan pengukuran luas panen dan luas lahan dengan menggunakan Daftar
VP2015-U (pengukuran luas baku lahan, pengukuran galengan, dan saluran air
dengan menggunakan GPS).
f. Bersama-sama PCS mendiskusikan permasalahan teknis yang terjadi di lapangan.
g. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, dan VP2015-U yang
telah diperiksa ke BPS Kabupaten/kota.
3.1 Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk
pemilihan sampel tahap pertama, dan kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap ke
dua.
1. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap pertama adalah kerangka sampel blok
sensus, berisi daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan yang
tercakup dalam ST2013 dan dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga yang
menguasai/mengusahakan tanaman padi (padi sawah, padi ladang) dan/atau palawija
(jagung, kedelai) hasil pencacahan lengkap ST2013 (ST2013-L).
Blok sensus eligible adalah blok sensus yang terdapat minimal 1 rumah tangga
eligible. Sedangkan rumah tangga eligible adalah rumah tangga yang
menguasai/mengusahakan tanaman padi sawah atau padi ladang atau jagung atau
kedelai yang diperoleh dari dokumen ST2013-L Blok III Rincian 301a, Rincian 301b,
Rincian 303a, dan Rincian 303b yang ada isian; dan lahan terluas yang dikuasai
berlokasi di dalam desa, atau di luar desa dalam kecamatan, atau di luar kecamatan
dalam kabupaten yang sama dengan lokasi rumah tangga (isian dokumen ST2013-L
Blok IX Rincian 901a6 Kolom (3) atau Rincian 901b1 Kolom (3) berkode 1, 2, atau 3).
Blok-blok sensus eligible tersebut distratifikasi berdasarkan potensi jenis tanaman
pangan dan subround tanam pada level kabupaten/kota, dan menghasilkan kerangka
sampel yang dibedakan menurut subround-nya, yaitu:
Kerangka sampel blok sensus subround I (Januari-April), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah,
padi ladang, jagung, kedelai) bulan September-Desember 2012 hasil ST2013-L per
strata per blok sensus.
METODOLOGI
Kerangka sampel blok sensus subround II (Mei-Agustus), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah,
padi ladang, jagung, kedelai) bulan Januari-April 2013 hasil ST2013-L per strata per
blok sensus.
Kerangka sampel blok sensus subround III (September-Desember), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan
terpilih (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai) bulan Mei-Agustus 2012 hasil
ST2013-L per strata per blok sensus.
2. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap kedua adalah kerangka sampel rumah
tangga, berisi daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran dengan Daftar
VP2015-P yang dibedakan menurut jenis tanaman yang dipanen, dan diurutkan
menurut luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha
luas panen terluas.
3.2 Stratifikasi Blok Sensus
Stratifikasi blok sensus ditujukan untuk mengelompokkan unit-unit area (blok
sensus) menurut komposisi jumlah relatif luas tanam yang diusahakan rumah tangga per
jenis tanaman per subround. Strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis tanaman
per subround merupakan sekelompok blok sensus dengan komposisi jumlah luas tanam
yang dominan. Stratifikasi dilakukan pada level kabupaten/kota. Pembentukan stratifikasi
blok sensus dilakukan seperti penjelasan berikut:
1. Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus, berikut ini
disajikan notasi-notasi yang digunakan:
h : menyatakan blok sensus (i = 1, 2, …, H)
ij : menyatakan jenis tanaman i pada subroundj (i = 1, 2 3, 4 dan j = 1, 2, 3)
dengan:
1 : tanaman padi sawah
2 : tanaman padi ladang
4 : tanaman kedelai
Nhij : luas tanam tanaman i pada subroundj di blok sensus h.
A.ij : jumlah blok sensus yang memuat luas tanam minimal satu jenis tanaman pada
subroundj.
N.ij : jumlah seluruh luas tanam jenis tanaman i pada subroundj di kabupaten/kota.
2. Proses Stratifikasi
i). Nhij=0 untuk semua ij, blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata
non usaha.
iii). Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dengan rumus:
ij
vii). Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h.
Untuk lebih jelasnya, skematis proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut
Gambar 3.1: Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
keduanya terdapat pada luas tanam padi ladang subround 1.
3. Evaluasi
Proses stratifikasi pada butir 2 akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang
harus dievaluasi agar menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih
masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi blok sensus awal adalah
sebagai berikut:
i). Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal maka
dilakukan perubahan notasi berikut:
k : blok sensus
j : peringkat pertama indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada
j’ : peringkat kedua indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada
subround tertentu (j’= 0, 1, 2,…., 12). Untuk j’=0 berarti blok sensus
tersebut hanya memuat luas tanam j.
j
iii). Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan
ke dalam salah satu strata, yaitu:
Strata 1 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround I.
Strata 2 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi ladang subround I.
...
Strata 5 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II.
Strata 6 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II.
...
Strata 11: Blok sensus konsentrasi luas tanam jagung subround III.
Strata 12 : Blok sensus konsentrasi luas tanam kedelai subround III.
Strata 13 : Blok sensus nonkonsentrasi luas tanam padi/palawija (padi
sawah/padi ladang/jagung/kedelai).
Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh kelompok-kelompok blok sensus yang
teridentifikasi dalam 13 strata. Selanjutnya, kerangka sampel tiap subround dibentuk
dengan mengelompokkan blok sensus-blok sensus hasil stratifikasi ke dalam 3
subround sesuai dengan strata konsentrasinya, sehingga terbentuk menjadi 3
kerangka sampel blok sensus. Pengelompokkan blok sensus dilakukan sebagai
berikut:
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 1 s.d. strata 4 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Januari-April 2013)
dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround II;
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 5 s.d. strata 8 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Mei-Agustus 2012)
dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround III;
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 9 s.d. strata 12 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan September-Desember
2012) dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround I.
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 13 (strata nonkonsentrasi luas tanam tanaman pangan (padi sawah/padi ladang/jagung/kedelai)), digabungkan ke
dalam kerangka sampel blok sensus masing-masing subround sesuai dengan
luas tanam jenis tanaman pangan terluas dari ketiga subround.
5. Keluaran Daftar Sampel Blok Sensus
Untuk kemudahan penggunaan Daftar Sampel Blok Sensus (VP2015-DSBS)
dilapangan, maka nomor urut strata blok sensus hasil stratifikasi diurutkan kembali
mulai dari nomor 1 untuk setiap subround. Dengan demikian strata 5 s.d. strata 8
hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka sampel subround III;
strata 9 s.d. strata 12 hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka
sampel subround I; sedangkan strata 13 menjadi strata 5 yang tersebar pada setiap
kerangka sampel.
3.3 Jumlah Sampel
Desain sampel Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dirancang
tangga sebanyak 300.000 rumah tangga yang tersebar di 7 provinsi (Provinsi Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan).
Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman per kabupaten di lakukan di BPS dengan
prosedur sebagai berikut.
Dari target sampel rumah tangga, dilakukan secara power allocation berdasarkan data luas panen 2014. Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan dengan
rumus:
Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan alokasi sampel rumah tangga per provinsi dilakukan dengan rumus:
t sampel rumah tangga per subround dilakukan dengan rumus:
tp
tp r kabupaten, dilakukan alokasi sampel rumah tangga per strata dengan rumus:
tp r k
3.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Desain sampling yang digunakan adalah two-stage stratified sampling design.
Pengambilan sampel pada setiap subround per strata dilakukan secara independen
dengan prosedur sebagai berikut:
Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus diambil sejumlah blok sensus secara probability proporsional to size dengan size luas tanam jenis tanaman terpilih
yang diusahakan rumah tangga sesuai stratanya. Misalnya pengambilan sampel
blok sensus pada kerangka sampel subround 1 untuk strata 1 (padi sawah), digunakan
size luas tanam padi sawah subround 1 yang diusahakan rumah tangga. Khusus untuk
pengambilan sampel blok sensus pada strata nonkonsentrasi, size yang digunakan
adalah jumlah luas tanam dari keempat komoditas terpilih yang diusahakan rumah
tangga pada subround yang sesuai.
Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga di setiap blok sensus, diambil rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan terpilih secara sistematik,
dengan implicit stratification berdasarkan variabel luas tanaman yang dipanen, jenis
Pengambilan sampel blok sensus dilakukan di BPS, sedangkan pengambilan sampel
rumah tangga dilakukan di daerah setelah pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus
selesai. Entri data hasil pemutakhiran, pengambilan sampel rumah tangga, dan
pencetakan daftar sampel rumah tangga menggunakan sistem yang disiapkan oleh
Direktorat Sistem Informasi Statistik.
3.5 Prosedur Estimasi
Estimasi karakteristik hasil pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman
Pangan 2015 dilakukan pada level kabupaten per subround per jenis tanaman. Prosedur
penghitungan faktor pengali sebagai berikut:
Tahap Unit
Jumlah unit dalam
strata h Metode Penarikan sampel Peluang Fraksi
Populasi Sampel
tangga pada blok sensus i setiap subround dapat dihitung dengan rumus:
h i
blok sensus suatu kabupaten di strata h,
Lhi : Jumlah luas tanam hasil pencacahan ST2013-L pada strata h blok sensus i,
nh : Jumlah sampel blok sensus pada strata h,
h i
M : Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran (dokumen VP2015-P) pada blok
h i
m : Jumlah sampel rumah tangga pada strata h blok sensus i.
Estimasi karakteristik Y suatu kabupaten berdasarkan data hasil pencacahan pada
strata h blok sensus i rumah tangga ke-j adalah:
Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan sampel rumah tangga
pengukuran luas lahan adalah daftar rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas
Lahan Tanaman Pangan 2015 pada setiap kabupaten/kota. Dari kerangka sampel tersebut
diambil 10 % sampel rumah tangga untuk dilakukan pengukuran lahan. Pemilihan sampel
dilakukan secara sistematik melalui sistem yang telah disiapkan oleh Direktorat Sistem
Informasi Statistik:
i. Data yang digunakan adalah daftar seluruh rumah tangga terpilih Survei Luas panen
dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dari seluruh blok sensus sampel dalam satu
kabupaten/kota yang diurutkan menurut identitas rumah tangga dan jenis tanaman
terpilih. Satu rumah tangga yang terpilih sampel untuk dua atau lebih jenis tanaman
dianggap sebagai dua atau lebih entitas rumah tangga.
ii. Membuat stratifikasi implisit berdasarkan variabel jenis tanaman, luas tanaman yang
dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas.
iii. Melakukan pemilihan sampel rumah tangga secara sistematik.
iv. Memberi tanda bintang (*) untuk rumah tangga terpilih sampel pengukuran luas lahan
pada daftar sampel rumah tangga yang sama dengan sampel rumah tangga yang
diwawancarai.
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pemutakhiran blok sensus terpilih
dengan menggunakan Daftar VP2015-P.
Penelusuran wilayah kerja perlu dilakukan agar petugas mengenali batas-batas luar
blok sensus yang menjadi wilayah kerjanya. Dengan demikian, kesalahan cakupan dapat
dihindari. Penelusuran wilayah kerja dilakukan oleh tim (pengawas dan pencacah) sebelum
melakukan pemutakhiran dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengunjungi ketua/pengurus SLS untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah
tersebut dengan membawa surat tugas dari BPS Kabupaten/Kota. Tanyakan posisi
rumah tangga pertama pada daftar VP2015-P, kemudian beri simbol (√) pada posisi
rumah tangga pertama tersebut di peta blok sensus. Gunakan landmark sebagai
referensi posisi.
2. Menelusuri wilayah kerja dengan membawa peta blok sensus.
3. Mengenali arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark (bangunan yang
mudah dikenali sebagai batas, seperti rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb). Periksa
ketepatan posisi landmark dan tambahkan landmark pada batas luar SLS dan batas
luar blok sensus bila belum ada. Perhatikan secara seksama batas terluar blok sensus,
karena hal ini berkaitan dengan cakupan rumah tangga dalam blok sensus tersebut.
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara batas terluar peta blok sensus dengan rumah
tangga yang tercakup dalam Daftar VP2015-P, petugas harus memastikan batas terluar
blok sensus tersebut.
4. Jika ditemui ketidaksesuaian arah utara, batas luar blok sensus, jalan, dan landmark
penting lainnya (rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb), petugas memperbaiki dan/atau 4.1 Penelusuran Wilayah Kerja
TATA CARA PEMUTAKHIRAN
melengkapi arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark penting lainnya
dengan menggunakan warna yang berbeda, sesuai keadaan di lapangan.
5. Tim merencanakan kegiatan pemutakhiran dengan cermat agar rumah tangga dalam
blok sensus tersebut tidak terlewat cacah atau tercacah lebih dari satu kali.
6. Memperkirakan kapan pemutakhiran rumah tangga pada masing-masing blok sensus.
7. Melakukan identifikasi karakter masyarakat dan menyusun rencana untuk
menyesuaikan diri (waktu berkunjung, dll).
4.2 Pemutakhiran Rumah Tangga
Pemutakhiran rumah tangga dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga dari
rumah ke rumah (door to door) untuk seluruh rumah tangga dalam blok sensus, baik yang
tercetak maupun yang belum tercetak pada Daftar VP2015-P, dan wawancara langsung
terhadap responden. Prosedur pemutakhiran rumah tangga dengan metode ini dilakukan
untuk mengetahui keberadaan rumah tangga, yaitu ditemukan, ganti kepala rumah
tangga, pindah dalam blok sensus, baru, bergabung dengan rumah tangga lain, pindah
keluar blok sensus, dan tidak ditemukan. Instrumen yang digunakan dalam pemutakhiran
adalah Daftar VP2015-P dan Peta ST2013-WB. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Kunjungi rumah tangga nomor urut pertama yang tercetak pada Daftar
VP2015-P dilanjutkan dengan rumah tangga berikutnya, baik yang tercetak maupun
tidak tercetak pada Daftar VP2015-P, yang ada di blok sensus tersebut sampai seluruh
rumah tangga dikunjungi. Sebelum melakukan wawancara pada rumah tangga
pertama, petugas harus terlebih dahulu menghapus simbol (√) yang sebelumnya
dituliskan pada Peta ST2013-WB.
2) Pada setiap rumah tangga yang dikunjungi, lakukan pemutakhiran rumah tangga
dengan wawancara berdasarkan Daftar VP2015-P Blok V.
3) Apabila rumah tangga yang dikunjungi belum dapat diwawancarai, lanjutkan ke rumah
tangga berikutnya. Sebelum periode pencacahan berakhir, petugas harus kembali ke
4) Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga yang tidak tercantum pada
Daftar VP2015-P, maka tuliskan keterangan rumah tangga baru tersebut setelah baris
terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti
bangunan fisik dan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian akhiran berupa
abjad A, B, C, dst.
5) Jika ternyata rumah tangga pada Daftar VP2015-P sudah pindah atau ganti penghuni,
maka keterangan rumah tangga pada Daftar VP2015-P tidak perlu diubah. Sedangkan
rumah tangga pengganti (rumah tangga baru) dicatat pada baris kosong setelah baris
terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti
bangunan fisik dan bangunan sensus yang ditempatinya.
6) Lakukan pemutakhiran rumah tangga dalam satu blok sensus hingga selesai terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus
berikutnya yang menjadi tanggung jawab petugas.
7) Setelah pengisian Daftar VP2015-P untuk satu rumah tangga selesai, gambarkan
lingkaran kosong (○) pada Peta ST2013-WB untuk lokasi rumah tangga yang tidak
melakukan panen padi, jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu, dan
gambarkan lingkaran isi ( ) untuk lokasi rumah tangga yang melakukan panen padi,
jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu kemudian beri nomor urut sesuai
nomor urut hasil pemutakhiran pada kolom (7) Daftar VP2015-P. Bila dalam satu
bangunan sensus ada tiga rumah tangga dengan nomor urut hasil pemutakhiran
rumah tangga 10, 11, dan 12, lingkaran yang digambar cukup satu dan diberi nomor
urut rumah tangga 10-12.
001. Kode dan nama subround yang lalu:
Kode dan nama subround sudah pre-printed
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
Blok ini berisi keterangan wilayah yang akan dilakukan pemutakhiran, dan isiannya telah
tercetak (pre-printed). Blok ini berisi kode dan nama wilayah administrasi (provinsi,
dan perkotaan), nomor blok sensus, dan nomor nomor kode sampel (NKS) serta nomor
dan nama SLS. Apabila di lapangan ditemukan ada perubahan nama SLS, tuliskan nama
SLS tersebut di Rincian 108 dalam tanda kurung.
Contoh: pre-printed (001) RT 07, (002) RT 08
Pemutakhiran: tuliskan (RT 09)
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
Blok ini berisi keterangan identitas petugas dan keterangan waktu pelaksanaan
pemutakhiran dan pemeriksaannya. Petugas terdiri dari Pencacah (PCS) dan
Pengawas/Pemeriksa (PMS) yang bertanggung jawab melakukan pemutakhiran dan
pemeriksaan Daftar VP2015-P.
Rincian 201. Kode Petugas
Tuliskan kode petugas pemutakhiran pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat
unique dalam satu kabupaten/kota. Kode PMS dan PCS terdiri dari 3 digit. Kode petugas
diinformasikan pada saat pelatihan petugas.
Rincian 202. Nama Petugas
Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 203. Tanggal Pemutakhiran/Pemeriksaan
Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pemutakhiran/pemeriksaan sampai dengan selesai
pemutakhiran/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.
Rincian 204. Nomor HP Petugas
Tuliskan nomor HP petugas pada kotak yang tersedia. Nomor HP petugas pencacahan
diisikan pada kolom (2), sementara nomor HP pengawas diisikan pada kolom (3).
Rincian 205. Tanda Tangan
Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan
kelengkapan isian Daftar VP2015-P. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan
sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/pemeriksaan.
BLOK III. REKAPITULASI
Tujuan pengisian Blok III adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil pemutakhiran rumah
tangga pada suatu blok sensus. Blok ini diisi setelah kegiatan pemutakhiran dalam satu
blok sensus selesai dilakukan. Isian Blok III disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi
(Rincian “c”, Kolom 8), atau nomor urut terbesar. Sebelum mengisi Blok III, petugas
pemutakhiran harus yakin bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran
isiannya.
Rincian 301. Jumlah rumah tangga ST2013
Isian rincian ini sudah tercetak, merupakan jumlah rumah tangga yang nomor urutnya
tercetak pada Blok V Kolom (3).
Rincian 302. Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran
Isian rincian ini adalah nomor urut terbesar yang tercantum pada Blok V Kolom (7).
Rincian 303. Jumlah rumah tangga yang panen padi, jagung, atau kedelai pada
subroundyang lalu
Isian rincian ini disalin dari Blok V halaman terakhir Rincian C, Kolom (8).
BLOK IV. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
BLOK V. HASIL PEMUTAKHIRAN DAN KETERANGAN KEGIATAN PERTANIAN
Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh rumah tangga pada suatu blok
sensus. Pada sudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “halaman … dari … halaman”
yang sudah tercetak. Periksa terlebih dahulu urutan nomor halaman sebelum melakukan
pemutakhiran.
Kolom (1) s.d. (5): Nomor Bangunan Fisik, Nomor Bangunan Sensus, Nomor Urut
Rumah Tangga, Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga, dan Alamat.
Isian kolom ini telah tercetak (preprinted). Isian Kolom (1), (2), dan (3) tidak perlu diperbaiki
meskipun terdapat ketidaksesuaian isian kolom-kolom tersebut dengan kondisi di
Kolom (4) dan/atau Kolom (5) harus diperbaiki jika nama kepala rumah tangga dan/atau
alamat tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.
Kolom (1): Nomor Bangunan Fisik
Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan fisik hasil pemutakhiran
ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan.
Kolom (2): Nomor Bangunan Sensus
Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan sensus hasil
pemutakhiran ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak
berurutan.
Kolom (3): Nomor Urut Rumah tangga
Nomor urut yang tercantum pada kolom ini adalah nomor rumah tangga hasil
pemutakhiran ST2013.Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini berurutan.
Kolom (4): Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga
Nama-nama yang tercantum pada kolom ini adalah nama kepala rumah tangga.
Kolom (5): Alamat
Alamat yang tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal kepala rumah
tangga beserta anggotanya hasil pemutakhiran ST2013.
Kolom (6): Hasil pemutakhiran rumah tangga
Kolom ini merupakan hasil pemutakhiran yang dilakukan oleh PCS. Kolom ini diisi dengan
kode yang sesuai dengan kondisi keberadaan rumah tangga yang dikunjungi sebagai
berikut:
a. Kode 1. Ditemukan, adalah kondisi nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat
pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat yang tercetak
(pre-printed). Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama kepala rumah tangga
berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercetak adalah nama panggilan atau
alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pemutakhiran sebelumnya, sehingga
mengakibatkan kesalahan pada Daftar VP2015-P.
b. Kode 2. Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran
rumah tangga sama dengan alamat yang tercetak tetapi terjadi pergantian kepala
rumah tangga yang diakibatkan kepala rumah tangga yang namanya tercantum pada
daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain misalnya bercerai. Termasuk dalam
kondisi ini adalah terjadinya kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh petugas
pada saat pemutakhiran sebelumnya.
c. Kode 3. Pindah dalam Blok Sensus, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran
rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga yang tercetak (tetapi masih
dalam satu blok sensus) sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama. Tidak
termasuk perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat
pada saat pemutakhiran sebelumnya.
d. Kode 4. Baru, adalah kondisi rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi
tidak tercetak dalam Daftar VP2015-P. Hal ini bisa diakibatkan karena terlewat cacah
pada saat pemutakhiran sebelumnya, anggota rumah tangga pre-printed yang
membentuk rumah tangga baru, pindahan dari blok sensus lain dan sejenisnya.
e. Kode 5. Bergabung dengan rumah tangga lain, adalah kondisi nama kepala rumah
tangga yang tercetak beserta anggota rumah tangganya, ditemukan sebagai anggota
rumah tangga pada rumah tangga lain.
f. Kode 6. Pindah ke luar blok sensus, adalah kondisi rumah tangga yang nama kepala
rumah tangganya tercetak, pada saat pemutakhiran tidak ditemukan, dan setelah
dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga
tersebut telah pindah tempat tinggal di luar blok sensus yang sedang dilakukan
pemutakhiran. Termasuk pula rumah tangga tunggal yang telah meninggal dunia pada
saat pemutakhiran.
g. Kode 7. Tidak Ditemukan, adalah apabila pada saat pemutakhiran nama kepala
setelah dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah
tangga tersebut tidak ada di dalam blok sensus tersebut.
Agar lebih mudah memahami kondisi-kondisi pemutakhiran di atas, perhatikan
ilustrasi gambar berikut ini.
Kondisi ST 2013 Kondisi Survei Subsektor 2014
2
Nomor 2. Rumah tangga ganti kepala rumah tangga
Nomor 3. Rumah tangga pindah dalam blok sensus
Nomor 4. Rumah tangga baru
Nomor 5. Bergabung dengan rumah tangga lain
Nomor 6. Rumah tangga pindah ke luar blok sensus
Nomor 7. Rumah tangga tidak ditemukan
Kolom (7): Jika Kolom (6) berkode 1, 2, 3, atau 4, isikan nomor urut rumah tangga
hasil pemutakhiran. Jika Kolom (6) berkode 5, 6, atau 7 STOP
Kolom ini hanya diisi jika Kolom (6) berisi kode 1, 2, 3, dan 4. Isian kolom ini boleh tidak
berurut, tergantung pada pelaksanaan lapangannya, tetapi nomor urut yang dicantumkan
Gambar 4.1.
pada kolom ini tidak boleh ada yang terlewat atau tercatat lebih dari satu kali. Nomor urut
terbesar mencerminkan banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran.
Berikut ini penjelasan pengisian Blok V untuk setiap kondisi pemutakhiran:
Apabila rumah tangga ditemukan, maka isikan kode “1” pada Kolom (6), kemudian
tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhirannya pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga ganti kepala rumah tangga, coret isian Kolom (4) yaitu nama kepala rumah tangga, kemudian tuliskan nama kepala rumah tangga yang baru.
Selanjutnya isikan kode “2” pada Kolom (6) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil
pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga pindah dalam blok sensus, isikan kode “3” pada Kolom (6) dan
tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7) pada saat rumah
tangga tersebut dikunjungi pada alamat baru.
Apabila yang dikunjungi PCS adalah rumah tangga baru, tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris kosong setelah baris terakhir yang terisi.
Pengisian nomor bangunan fisik (Kolom (1)) dan bangunan sensus (Kolom (2))
mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan
pemberian akhiran berupa abjad A, B, C, dst. Tuliskan nama kepala rumah tangga pada
Kolom (4) dan alamat di Kolom (5). Selanjutnya isikan kode “4” pada Kolom (6) dan
tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan bangunan fisik baru, maka penulisan nomor bangunan fisik mengikuti nomor bangunan fisik terdekat sebelumnya, dengan
pemberian indeks berupa abjad A, B, C dst.
Apabila rumah tangga ditemukan, tetapi ternyata rumah tangga tersebut bagian dari
anggota rumah tangga lain, maka isikan kode “5” pada Kolom (6), dan tidak perlu
menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga pindah ke luar blok sensus, isikan kode “6” pada Kolom (6) dan tidak perlu menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7). Apabila rumah tangga tidak ditemukan, isikan kode “7” pada Kolom (6) dan tidak perlu
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu
bangunan, serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri
dari hanya satu anggota rumah tangga.
Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di
suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain,
pembantu rumah tangga yang menginap atau ART lainnya), baik yang sedang berada di
rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Termasuk ART:
1. Bayi yang baru lahir.
2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap
(pindah datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah
meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih.
3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap (pindah
datang).
4. Pembantu rumah tangga, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya
bergabung dengan rumah tangga majikan.
5. Orang yang mondok dengan makan (indekos) jumlahnya kurang dari 10 orang.
6. KRT yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara
periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja
tambang.
Tidak termasuk ART:
1. Anak yang tinggal di tempat lain (luar BS) misalnya untuk sekolah atau bekerja,
meskipun kembali ke orang tuanya seminggu sekali atau ketika libur, dianggap telah
membentuk rumah tangga sendiri atau bergabung dengan rumah tangga lain di
tempat tinggalnya sehari-hari.
2. Seseorang yang sudah bepergian 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan
pindah.
3. Orang yang sudah pergi kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk pindah.
4. Pembantu rumah tangga yang tidak tinggal di rumah tangga majikan.
6. Orang yang mondok dengan makan (indekos) lebih dari 10 orang.
Contoh:
Windi Maulina tinggal di Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia bekerja di BPS Pusat. Setiap
hari Sabtu dan Minggu, Windi Maulina "pulang" ke rumah orang tuanya di Depok. Dalam kasus ini, Windi Maulina dicatat sebagai ART Pisangan Baru, Jakarta Timur.
Kepala rumah tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang
dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Penjelasan:
1) KRT yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu
tempat tinggalnya dimana ia berada paling lama.
2) KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan
anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, asalkan
masih kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan
anak-anaknya.
3) KRT yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di kapal berbendera asing dan
lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai KRT di rumah istri dan
anak-anaknya.
Seseorang yang tinggal kurang dari 6 bulan dan tidak berniat
menetap, tetapi telah meninggalkan rumahnya 6bulan atau lebih,
maka orang tersebut dicatat di mana dia tinggal pada saat
pencacahan, bukan di rumah asalnya.
Untuk menghindari adanya lewat cacah atau cacah ganda dalam
pencatatan ART, maka kepada setiap rumah tangga perlu ditanyakan,
Contoh:
Febrim Sipayung adalah KRT yang bekerja dan tinggal di Jakarta selama hari kerja. Istri
dan anak-anaknya tinggal di Cirebon. Setiap hari Jumat sore ia pulang ke Cirebon dan
kembali ke Jakarta pada Senin pagi. Maka Febrim Sipayung tetap dicatat sebagai KRT di Cirebon.
Catatan:
Jika diketahui seorang suami mempunyai istri lebih dari satu, maka ia harus dicatat di
salah satu rumah tangga istri dimana dia lebih lama tinggal. Bila diketahui lamanya tinggal
bersama istri-istrinya sama, maka ia dicatat di rumah istri yang paling lama dinikahi.
Kolom (8): Apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai pada subround yang
lalu ...?
Tanyakan kepada responden apakah ada anggota rumah tangga yang melakukan panen
padi, jagung, atau kedelai pada referensi waktu pencacahan (subround yang terisi pada
pojok kiri atas Daftar VP2015-P halaman pertama). Isikan kode “1” jika rumah tangga
melakukan panen padi, jagung, atau kedelai selama referensi waktu pencacahan dan “-”
jika tidak. Jika isian kolom (8) “-”, proses pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (8)
dan dilanjutkan pada rumah tangga berikutnya.
Kolom (9): Apakah ada panen yang berlokasi di dalam kabupaten/kota?
Tanyakan kepada responden apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai yang
berlokasi di dalam kabupaten/kota tempat tinggal responden (sesuai rincian 102). Isikan
kode 1 jika “ya”, dan kode “-“ jika “tidak”. Jika isian kolom (9) berkode “-“, proses
pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (9), dan dilanjutkan pada rumah tangga
Kolom (10)-(21): Identifikasi luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen
terluas, dan status usaha luas panen terluas menurut jenis tanaman (padi sawah,
padi ladang, jagung, dan kedelai)
Luas Tanaman yang Dipanen
Kolom (10), (13), (16), dan (19): tanyakan kepada responden berapa luas tanaman yang
dipanen (sesuai jenis tanaman) yang diusahakan responden selama referensi waktu
pencacahan dalam satuan m2. Isikan kode yang bersesuaian dengan jawaban responden
sesuai kode luas tanaman yang dipanen selama referensi waktu pencacahan. Kode luas
panen berbeda-beda menurut kabupaten/kota, jenis tanaman, dan subround.
Jenis Lahan Luas Panen Terluas
Kolom (11), (14), (17), dan (20): tanyakan kepada responden jenis lahan luas panen
terluas (sesuai jenis tanaman). Isikan kode jawaban responden sesuai jenis lahan luas
panen terluas. Kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:
a. Kode 1: Sawah Irigasi
b. Kode 2: Sawah Tadah Hujan
c. Kode 3: Sawah Rawa Pasang Surut
d. Kode 4: Sawah Rawa Lebak
e. Kode 5: Lahan Pertanian Bukan Sawah
Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang
(galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah
tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan tersebut. Lahan yang dimaksud
termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi Bangunan, Iuran Pembangunan Daerah, lahan
bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman
tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi, palawija atau tanaman
semusim lainnya.
Sawah irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik
yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya dikuasai dan diatur oleh Dinas
terdiri dari: lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah
irigasi sederhana, dan lahan sawah irigasi desa/non PU.
Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang pengairannya bergantung pada air hujan.
Sawah rawa pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air
sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
Sawah rawa lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa
lebak (bukan pasang surut).
Lahan pertanian bukan sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah. Lahan
pertanian bukan sawah yang disajikan dalam publikasi ini terdiri dari tegal/kebun,
ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan.
Status Usaha Luas Panen Terluas
Kolom (12), (15), (18), dan (21): tanyakan kepada responden status usaha luas panen
terluas. Isikan kode jawaban responden sesuai dengan status usaha tanaman yang
dipanen. Isian kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:
a. Kode 1: Mengelola usaha pertanian milik sendiri
b. Kode 2: Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil
c. Kode 3: Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah
Usaha pertanian tanaman pangan adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian
tanaman pangan (padi, jagung, dan/atau kedelai) tanpa memperhatikan apakah sebagian
atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja
keluarga) atau tidak.
Mengelola usaha pertanian milik sendiri adalah apabila salah satu atau lebih anggota
rumah tangga tanaman pangan memiliki usaha padi, jagung, dan/atau kedelai dan
pengelolaannya dilakukan sendiri secara langsung, baik menggunakan buruh maupun
tidak.
Contoh:
ditanami padi. Dalam mengelola usaha tanaman padi tersebut, Pak Iskandar dibantu
oleh Fandi dengan memberi upah.
Dalam hal ini Pak Iskandar dianggap melakukan usaha tanaman padi sawah
dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (dibantu buruh).
2. Pak Takdir tinggal di Mamuju dan mempunyai lahan tegalan seluas 5.000 m2 di dekat
rumahnya. Lahan tersebut ditanami jagung yang dikelola sendiri oleh Pak Takdir.
Dalam hal ini Pak Takdir dianggap melakukan usaha tanaman jagung dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (tanpa menggunakan buruh).
Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil adalah apabila salah satu atau lebih
anggota rumahtangga melakukan usaha tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai yang
merupakan usaha bersama atau usaha salah satu pihak dengan sistem bagi hasil, dan
rumah tangga bersangkutan mengelola langsung usaha pertanian tersebut dengan sistem
bagi hasil. Dengan demikian, dalam usaha dengan sistem bagi hasil yang dicakup hanya
salah satu rumah tangga saja, yaitu yang melakukan pengelolaan.
Contoh:
Pak Eno tinggal di Kabupaten Tegal. Di samping menjadi buruh tani, ia sehari-hari juga
sibuk mengurus/mengelola lahan sawah milik Pak Nian yang ditanami padi dengan sistem
bagi hasil. Pak Nian adalah famili Pak Eno yang tinggal di Comal, Kabupaten Pemalang.
Dalam pengelolaan lahan sawah tersebut semua sarana produksi (pupuk, benih, dan
pestisida) disuplai oleh Pak Nian. Selebihnya, semua kegiatan budidaya mulai dari
penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan dilakukan dan menjadi tanggung jawab
Pak Eno. Pembagian hasilnya adalah secara paro, yakni gabah hasil panen akan dibagi
dua.
Berdasarkan contoh di atas, Pak Eno dianggap sebagai petani di wilayah blok
sensusnya (tempat tinggalnya) dan “mengelola usaha pertanian dengan sistem bagi
hasil”. Sedangkan Pak Nian tidak dianggap sebagai rumah tangga yang
mengelola/mengusahakan tanaman pangan (padi sawah).
Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah adalah apabila satu atau lebih
kedelai milik orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap usaha tersebut dengan
menerima upah. Dengan demikian, buruh tidak tetap/serabutan tidak termasuk dalam
kategori ini.
Memiliki usaha pertanian yang dikelola oleh orang lain dengan memberi upah
adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga memiliki usaha tanaman padi,
jagung, dan/atau kedelai dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang lain
dengan memberi upah.
Contoh:
Pak Eka yang tinggal di Kabupaten Sukabumi mengelola dua bidang lahan sawah yang
ditanami padi. Lahan sawah tersebut merupakan milik Pak Dena yang tinggal di Kota
Bekasi. Dalam mengelola lahan sawah Pak Dena, Pak Eka mendapat kepercayaan secara
penuh untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan lahan sawah
Pak Dena, sementara Pak Dena hanya menyediakan biaya sesuai dengan yang dibutuhkan.
Berdasarkan contoh di atas, rumah tangga Pak Eka merupakan rumah tangga pengelola/usaha tanaman padi sawah dengan status pengelolaan “mengelola usaha
tanaman padi sawah dengan menerima upah”. Sementara Pak Dena dianggap sebagai “ memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah”.
Jika status pengelolaan tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai
yang diusahakan rumah tangga sebagian besar atau sepenuhnya
dikelola oleh orang lain dengan memberi upah, rumah tangga
tersebut tidak dicakup dalam Survei Luas Panen dan Luas Lahan
Tanaman Pangan 2015. Dengan kata lain, rumah tangga tersebut
dianggap tidak melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung,
atau kedelai selama subround yang lalu. Isian pada kolom (8) untuk
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian Daftar VP2015-DSRT.
5.1 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT
Daftar ini berisi nama kepala rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas
Lahan Tanaman Pangan 2015, alamat, informasi jenis tanaman terpilih untuk pencacahan
dengan Daftar VP2015-S, informasi apakah pada rumah tangga terpilih akan dilakukan
pengukuran luas lahan, dan hasil pencacahan setiap rumah tangga.
001. Subround yang lalu:
Isikan kode subround yang lalusudah tercetak.
Blok I. Pengenalan Tempat
Isian untuk blok ini sudah tercetak.
Blok II. Rekapitulasi
Blok ini digunakan untuk rekapitulasi jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi
ladang, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu serta rumah tangga yang berhasil
diwawancarai, pindah ke luar blok sensus, tidak dapat diwawancarai sampai dengan batas
waktu pencacahan, atau menolak diwawancarai.
Rincian 201. Jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi ladang, jagung,
atau kedelai pada subround yang lalu
Isian Rincian 201, 201.a, 201.b, 201.c, dan 201.d sudah tercetak.
Rincian 202. Jumlah rumah tangga yang berhasil diwawancarai
Isian Rincian 202 diperoleh dari banyaknya kode 1 di Blok IV Kolom (15).
Rincian 203. Jumlah rumah tangga yang pindah ke luar blok sensus
Isian Rincian 203 diperoleh dari banyaknya kode 2 di Blok IV Kolom (15).
TATA CARA PENGISIAN
Rincian 204. Jumlah rumah tangga yang tidak dapat diwawancarai sampai dengan
batas waktu pencacahan
Isian Rincian 204 diperoleh dari banyaknya kode 3 di Blok IV Kolom (15).
Rincian 205. Jumlah rumah tangga yang menolak diwawancarai
Isian Rincian 205 diperoleh dari banyaknya kode 4 di Blok IV Kolom (15).
Blok III. Catatan
Blok ini digunakan untuk mencatat sesuatu yang dianggap perlu dan penting untuk
dicatat.
Blok IV. Keterangan Rumah Tangga Terpilih
Kolom (1) s.d. Kolom (6): Nomor BF; Nomor BS; Nomor Urut Rumah Tangga Padi,
Jagung, atau Kedelai Hasil Pemutakhiran, Nomor Urut Sampel, Nama Lengkap
Kepala Rumah Tangga, dan Alamat
Isian kolom-kolom ini sudah tercetak untuk seluruh rumah tangga sampel. Isian Kolom (5)
yang sudah tercetak dapat diperbaiki apabila nama kepala rumah tangga berbeda dengan
kondisi di lapangan, tetapi masih merupakan satu rumah tangga yang sama. Dalam hal ini
dapat disebabkan ganti kepala rumah tangga. Perbaikan juga dapat dilakukan pada kolom
(6) apabila ada perbedaan alamat yang disebabkan kesalahan penulisan pada saat
pemutakhiran maupun pindah dalam blok sensus.
Perbaikan nama kepala rumah tangga dapat dilakukan dengan mencoret nama yang
tercetak, kemudian tuliskan perbaikan nama tersebut di sebelahnya. Perbaikan alamat
dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mencoret alamat yang tercetak kemudian tuliskan
Contoh:
Sebelum perbaikan Setelah perbaikan
Nama KRT AMRAN GAJAH AMRAN GAJAH RAMLAN GAJAH
Alamat DUSUN 1 DUSUN 1 DUSUN 2
Kolom (7-14): Jenis Tanaman Terpilih
Isian kolom ini berupa tanda cek (√). Tanda cek tersebut menandakan bahwa rumah
tangga bakal dicacah dengan Daftar VP2015-S dan/atau Daftar VP2015-U sesuai dengan
jenis komoditasnya.
Kolom (15): Hasil Pencacahan (Kode)
Isian kolom ini disalin dari Rincian 301 Daftar VP2015-S. Kode hasil pencacahan
merupakan salah satu dari kode berikut:
b. Kode1: Berhasil diwawancarai
c. Kode 2: Pindah ke luar blok sensus
d. Kode 3: Tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan
e. Kode 4: Menolak diwawancarai
Blok V. Keterangan Petugas
Blok ini berisi keterangan identitas pencacah (PCS) dan pengawas/ pemeriksa (PMS). Isikan
kode dan nama petugas, tanggal pencacahan/pemeriksaan, nomor HP petugas, dan
bubuhkan tanda tangan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kebenaran isian pada
Daftar VP2015-DSRT.
Rincian 501. Kode Petugas
Tuliskan kode petugas pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat unique dalam satu
kabupaten. Kode PMS terdiri dari 4 digit, 3 digit pertama menyatakan nomor urut PMS
dalam suatu kabupaten, sedangkan digit ke-4 adalah 0 (nol). Kode PCS terdiri dari 4 digit,
dalam koordinasi PMS yang sama. Kode petugas diinformasikan pada saat pelatihan
petugas.
Rincian 502. Nama Petugas
Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 503. Tanggal Pencacahan/Pemeriksaan
Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pencacahan/pemeriksaan sampai dengan selesai
pencacahan/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.
Rincian 504. Nomor HP Petugas
Isikan nomor HP PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 505. Tanda Tangan
Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan
kelengkapan isian Daftar VP2015-DSRT. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang
disediakan sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/ pemeriksaan.
6.1 Tahap Pelaksanaan Pencacahan
Tahapan pelaksanaan pencacahan adalah sebagai berikut:
1) Penyiapan Dokumen
Dokumen yang harus disiapkan sebelum pencacahan ke lapangan meliputi peta
ST2013-WB, Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S.
2) Pengenalan wilayah kerja
Sebelum melakukan pencacahan, PCS harus mengenali wilayah kerjanya secara cermat
dengan menggunakan Peta ST2013-WB.
3) Pencacahan
Pencacahan dilakukan pada rumah tangga terpilih dengan Daftar VP2015-S sesuai
Daftar VP2015-DSRT.
4) Penyerahan hasil pencacahan
Daftar VP2015-DSRT harus diserahkan kembali kepada PMS bersama-sama dengan
hasil pencacahan Daftar VP2015-S secara bertahap tanpa menunggu seluruh
dokumen yang menjadi tanggung jawabnya selesai.
6.2 Tata Cara Wawancara
Dalam melakukan kunjungan/wawancara dengan rumah tangga perhatikan tata cara
berikut:
1) Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga responden ada di
rumah pada waktu wawancara.
2) Dalam melaksanakan pencacahan, saudara akan menjumpai berbagai sikap
responden, sebagian besar diantaranya terus terang (jujur) dan senang membantu,
beberapa orang ragu-ragu dan tidak tegas, sebagian kecil curiga dan dengan sikap
TATA CARA PELAKSANAAN
menentang. Gunakan kecakapan, kesabaran dan sikap bijaksana saudara agar
wawancara berhasil.
3) Tidak seorangpun diperkenankan untuk menemani saudara kecuali pengawas dan
atau atasannya.
4) Sebelum saudara memasuki rumah untuk mengadakan wawancara, saudara harap
minta ijin dengan mengucapkan salam, mengetuk pintu atau dengan cara lain yang
biasa berlaku di daerah setempat.
5) Tunjukkan selalu sikap ramah dan sopan santun kepada mereka.
6) Mulailah setiap wawancara dengan memperkenalkan diri dengan menjelaskan maksud
kedatangan saudara. Bila perlu tunjukkan surat tugas/tanda pengenal saudara.
7) Sebelum melakukan pencacahan beri penjelasan tentang pentingnya memberikan
keterangan yang benar dan yakinkan kepada mereka mengenai kerahasiaan
keterangan yang dikumpulkan.
8) Tegaskan bahwa keterangan-keterangan yang dikumpulkan hanya akan digunakan
untuk keperluan perencanaan pembangunan dan tidak ada sangkut pautnya dengan
penyidikan dan pajak.
9) Kerja sama dengan responden perlu diperhatikan, sehingga mereka tidak
segan-segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.
10) Kadang-kadang saudara menemui responden yang menolak untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saudara ajukan. Usahakanlah dengan
bijaksana untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan dengan menjelaskan
kembali tujuan dan kegunaan survei, sifat kerahasiaan keterangan yang dikumpulkan
dan pentingnya jawaban yang diperoleh dari responden untuk keperluan
pembangunan.
11) Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu responden, dan jawablah pertanyaan responden
dengan tepat dan jelas.
12) Jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan
responden atau kehilangan kesabaran. Bersikaplah tenang dalam menghadapi
13) Jika responden membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang dari
pelaksanaan survei, kembalikan secara bijaksana pembicaraan ke arah daftar isian dan
usahakan mendapatkan keterangan yang diperlukan.
14) Setelah selesai melakukan pencacahan, jangan lupa mengucapkan terima kasih atas
bantuan responden. Katakan kepada responden, kemungkinan ada petugas yang akan
datang kembali untuk mendapatkan keterangan tambahan. Kemudian lanjutkan pada
rumah tangga sampel berikutnya.
15) Lakukan kunjungan ulang jika memang diperlukan. Hal ini mungkin terjadi karena
pada kunjungan pertama, saudara tidak berhasil mendapatkan semua keterangan
yang diperlukan, atau mungkin atas perintah PMS, saudara diminta untuk melakukan