• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh PTK Penjasorkes 2 Bab I V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh PTK Penjasorkes 2 Bab I V"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kumon Untuk Peningkatan Keterampilan Gerak Sepak Sila Dalam Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 Malang.

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan didunia pendidikan khususnya pendidikan

jasmani dan olahraga, model pembelajaran yang sesuai dengan

penyampaian materi ajar sangatlah menentukan pada tingkat

keberhasilan proses pembelajaran. Untuk itu guru sebagai pemegang

kunci keberhasilan dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan

kinerjanya, memperkaya sumber dan media pembelajaran serta harus

mampu untuk mengelola unsur-unsur dan sumber pembelajaran yang

ada pada lembaga/sekolah yang dikelolanya.

(2)

Permainan sepak takraw adalah salah satu permainan bola besar disukai anak-anak,karena permainan ini mirip dengan sepak bola, demikian Agung menceritakan ( Wawancara tgl.15 Oktober 2012 ).Tetapi, biasanya anak-anak melakukan hanya untuk kesenangan saja tanpa ada keterampilan sepak sila dengan benar,sehingga dalam permainan banyak sekali passing dan pemberian umpan yang tidak bisa terselesaikan dengan baik, sehinga sering terjadi salah saat menerima bola dari lawan atau teman, bola tidak bisa dimainkan dikarenakan teknik sepak sila yang tidak baik.

Didalam pendidikan jasmani sekarang ini, penyampaian materi

harus disesuaikan dengan karakteristik anak . Pada usia sekolah dasar

anak cenderung untuk bermain dan bertanding, anak akan merasa

senang bila dalam proses belajar dalam bentuk permainan dibanding

dengan system ortodok model-model lama, dengan adanya perubahan

ini guru dituntut kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan

situasi-situasi lingkungan dan berbagai bentuk permainan yang nyaman dan

menyenangkan sesuai dengan materi yang akan disampaikan .

Untuk menciptakan proses pembelajaran seperti di atas pada

penjas sangatlah terdukung, karena materi pendidikan jasmani banyak

berupa olahraga permainan, baik permainan bola besar, permainan

bola kecil atau juga permainan tradisional seperti gobak sodor,engklek

dan lain-lain. Sepak takraw juga salah satu olahraga permainan, akan

tetapi untuk bermain sepak takraw seorang siswa dituntut mempunyai

keterampilan dan teknik dasar antara lain : sepak sila, sepak cukil,

(3)

materi pelajaran sepak takraw membutuhkan minat dan keberanian

pada diri anak didik untuk melakukannya, sehingga perlu adanya

inovasi-inovasi baru untuk menciptakan situasi yang menyenangkan

dalam proses pembelajaran sepak takraw ini serta penggunaan

metode dan model pembelajaran yang tepat.

Dewasa ini model pengembangan pembelajaran sangat banyak

sekali salah satunya adalah model pembelajaran Kumon. Apakah

dengan penggunaan model pembelajaran Kumon siswa-siswi kelas IV

SD Negeri Lesanpuro 2 semakin tertarik dan ada peningkatan

keterampilan dalam pelajaran sepak takraw.

Hal ini tentunya mengundang tanda tanya yang besar bagi peneliti,

mengapa sepaktakraw jarang diajarkan, apakah peminatnya kurang

atau model pembelajarannya kurang pas atau juga media dan alat

pembelajarannya kurang nyaman pada anak bahkan gurunya juga

mungkin tidak menguasai materi, sehingga sepaktakraw jarang

diajarkan disekolah-sekolah.

Idealnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam

pendidikan nasional kita terutama tujuan pendidikan jasmani yaitu

untuk meningkatkan derajat kebugaran anak disamping peningkatan

prestasi dibidang olahraga, Tentunya disekolah-sekolah harus memiliki

guru yang kompeten, media dan alat pembelajaran yang tepat dan

nyaman pada anak serta penggunaan model pembelajaran yang tepat

(4)

pembelajaran tersebut diatas. Dengan demikian pastilah apa yang

diinginkan dalam tujuan pendidikan Nasional akan terwujut.

Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran Kumon

siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 pada materi pelajaran

sepak takraw terutama keterampilan sepak sila mampu terserap

dengan baik . Dengan model tersebut diharapkan anak didik lebih

berperan aktif dalam proses pembelajaran dibanding menggunakan

model konvensional atau model komando. Apakah dengan penggunaan

model pembelajaran Kumon siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2

semakin tertarik dan berminat dalam pelajaran sepak takraw. Hal ini

tentunya perlu pembuktian dalam penelitian kali ini..

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kumon untuk

menyampaikan materi keterampilan sepak sila dalam bermain sepak

takraw pada siswa kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 ?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kumon , dapat

meningkatkan keterampilan sepak sila pada permainan sepak

(5)

C. Tujuan Penelitian

Pada hakekatnya tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendiskripsikan penerapan model pembelajaran kumon dalam

penyampaian materi sepak sila pada permainan sepak takraw

siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2.

2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kumon dapat

atau tidak meningkatkan keterampilan sepak sila siswa-siswi kelas IV

SD Negeri Lesanpuro 2 dalam sepak takraw.

D. Ruang Lingkup Penelitian

a. Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan sesuai

dengan rumusan permasalahan yang tersebut di atas yaitu

penerapan model pembelajaran kumon terhadap keterampilan

gerak sepak sila pada permainan sepak takraw siswa-siswi kelas IV

SD Negeri Lesanpuro 2. Batasan tersebut dituangkan dalam

rumusan variable pada Table 1.1

(6)

konsep

Sumber: Variabel penelitian,olahan dari peneliti sendiri.

E. Definisi Operasional

1. Keterampilan Sepak Sila adalah jenis sepakan dalam teknik dasar

permainan sepak takraw yang menggunakan tungkai dan kaki

dalam posisi seperti orang bersila dengan perkenaan bola pada kaki

(7)

2. Permainan Sepak Takraw adalah suatu bentuk olahraga permainan

yang mengandalkan keterampilan kaki dalam mengolah bola.

Permainan sepak takraw berasal dari permainan sepak raga yang

dimainkan secara beregu.

3. Model Pembelajaran Kumon adalah pembelajaran dengan

mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individu, dan

menjaga suasana nyaman dan menyenangkan.

F. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Guru

Untuk menambah refrensi dalam mengembangkan model

pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Bagi Peneliti

Mengembangkan kemampuan untuk melakukan penelititan pada

bidang yang sedang ditekuni yaitu, penjaskes.

3. Bagi Peneliti lain

Dapat digunakan sebagai rujukan dan pijakan untuk melakukan

penelitian sejenis dalam upaya tindak lanjut dalam penelitian ini.

4. Bagi UPT Pendidikan Dasar

Dapat digunakan sebagai bahan mengambil kebijakan diwilayah

kerjanya serta sebagai bahan pertimbangan pada gugus lainnya.

(8)

Sebagai evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran diwilayah

(9)

BAB II KAJIAN MATERI

A. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan”.(Oemar

Hamalik,1995:57). Sedangkan menurut Jihad (2008:12) bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi educative untuk mencapai

tujuan tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses yang didalamnya terjadi interaksi antara

pendidik dan peserta didik, materi, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan tertentu.

Pada hakekatnya pembelajaran memang diciptakan agar dalam

prosesnya dapat tersusun secara sistematis dan saling berinteraksi

dengan memberdayakan semua komponen yang ada , sehingga apa

yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan

terlaksana secara efektif.

SD Negeri Lesanpuro 2 adalah wadah atau lingkungan yang

(10)

SD Negeri Lesanpuro2 juga bagian dari system pendidikan nasional

kita. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran SD Negeri Lesanpuro 2

juga perlu mengadakan pengembangan dan inofasi-inofasi baru guna

memperlancar dan meningkatkan prestasi dan hasil belajar peserta

didiknya.

Deal Corneghy (1987:34) menyatakan pembelajaran tidak hanya

mengajarkan anak pada materi tertentu tetapi membantu anak untuk

memecahkan masalah yang dihadapi anak didik. Pada dasarnya

proses pembelajaran merupakan suatu proses transfer ilmu dari

orang dewasa (guru) kepada orang yang belum dewasa (siswa) untuk

memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga anak didik mampu

secara mandiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Guru sebagai subyek harus mampu berinovasi dan mempunyai

wawasan yang luas tentang pembelajaran, materi ajar serta

pengalaman – pengalaman dalam memecahkan masalah, hingga

dalam pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Disini dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran merupakan

suatu proses komunikatif interaktif pentransferan ilmu dari pendidik

kepada peserta didik dengan memperdayakan semua komponen yang

ada pada kondisi dan lingkungan yang diciptakan guna mencapai

(11)

b. Komponen-Komponen Pembelajaran

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan oleh

guru sebagai pendidik dalam upaya mencapai tujuan dengan

memberdayakan semua komponen yang ada pada lingkungan

pembelajaran yang diciptakan dengan nyaman dan menyenangkan.

Menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

standar nasional pendidikan pada bab IV standar proses pasal 20,

dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat

sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,

sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Menurut

(Depdiknas,2008:11) Silabus adalah rencana pembelajaran pada

suatu dan/kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembalajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk

penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Jadi uaraian

diatas menyatakan bahwa komponen-kompene pembelajaran terdiri

dari:

-Kurikulum

-Silabus dan

-Rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: kolom

(12)

pembelajaran,materi pembelajaran, metode, kegiatan pembelajaran,

sumber belajar dan penilaian.

c. Langkah-Langkah pembelajaran

Yuli kwartolo dalam penulisannya di tabloid penebur Jakarta edisi

Maret-April 2009 dengan judul Sembilan peristiwa belajar Gagne

(sebuah pendekatan pembelajaran) menguraikan Sembilan peristiwa

pembelajaran yang dikenal dengan istilah “nine event of instruction”

sebagai berikut : 1)Menarik perhatian siswa, 2)Menyampaikan kepada

siswa tentang tujuan pembelajaran, 3)Menstimulir/memanggil terlebih

dahulu informasi atau pengetahuan yang diperoleh, 4)Menyajikan isi

pembelajaran, 5)Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar,

6)Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance, 7)Memberi

umpan balik, 8)Melakukan penilaian, 9)Mengekalkan dan

mengembangkan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru

hendaknya mempunyai rancangan kerja yang berurutan , agar

pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Langkah-langkah atau urutan rencana pembelajaran harus

terfokus pada tujuan pendidikan dan materi yang akan disajikan

dalam proses pembelajaran. Adapun langkah pembelajaran menurut

penulis adalah sebagai berikut :

1)Analisis kurikulum sebagai acuan dalam penyusunan pembuatan

(13)

2)Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

dikembangkan berdasarkan pada silabus yang telah dibuat.

3)Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat

dengan memberdayakan semua komponen dalam pendidikan .

4)Menganalisis hasil pembelajaran sebagai pijakan untuk menentukan

kegiatan perbaikan atau remedial.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

proses pembelajaran tidak terlepas pada perencanaan dan

penyusunan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang baik,

sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efisien dan

efektif , interaksi yang baik antara guru sebagai pendidik dengan

siswa serta material,media dan alat peraga, serta situasi dan

lingkungan yang aman dan menyenangkan.

B. Model Pembelajaran Kumon

a. Pengertian Pembelajaran Kumon

Pembelajaran kumon adalah salah satu bentuk model

pembelajaran yang mengutamakan pada keterkaitan antar konsep,

keterampilan, kerja individu , dengan menjaga suasana yang nyaman

dan menyenangkan. Pendidikan jasmani dalam perkembangannya

juga mengutamakan konsep play and game sehingga anak dalam

(14)

tetapi tetap berfokus pada materi dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

Model pembelajaran kumon sangat cocok bila digunakan pada

mata pelajaran penjas, karena pada pendidikan penjas keterampilan

yang satu dengan yang lainnya juga saling berhubungan, sehingga

konsep gerak dasar yang diperoleh anak didik akan dia gunakan pada

keterampilan gerak lain yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.

Model pembelajaran adalah suatu bentuk penyampaian materi

dalam proses pembelajaran yang memiliki cirri-ciri tertentu. Model

pembelajaran dalam penggunaannya disesusaikan dengan materi

yang akan kita sampaikan kepada anak didik, sehingga tujuan yang

ingin kita capai dapat terwujud.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kumon

Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran kumon

adalah sebagai berikut :

1) Sajian antar konsep

Yang dimaksud dengan sajian antar konsep adalah guru

menyampaikan konsep-konsep tentang ketrampilan materi yang

akan kita berikan dengan konsep-konsep ketrampilan materi yang

pernah diterima oleh anak didik atau yang lainnya.

(15)

Pemberian latihan pada materi yang diajarkan. Setiap anak didik

diberi kesempatan untuk melakukan latihan ketrampilan gerak

sesuai dengan materi dalam hal ini latihan yang diberikan adalah

ketrampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.

3) Koreksi dan evaluasi

Setelah menyelesaikan tugas atau latihan semua siswa harus kita

koreksi satu persatu serta diberikan penilaian pada masing-masing

siswa tersebut, sehingga anak melakukan dengan serius karena

adanya penilaian.

4) Perbaikan

Pada langkah koreksi apabila terjadi kesalahan dari hasil latihan,

maka guru harus segera mengembalikan tugas tersebut atau

mengulang lagi latihan gerakan yang ditugaskan kepada anak

didik sambil diperbaiki dan ditunjukkan pada letak kesalahannya.

5) Penguatan

Langkah terakhir pada model pembelajaran kumon adalah

memberikan penguatan pada konsep materi yang diajarkan,

sehingga ketrampilan gerak atau hasil latihan dari anak didik dapat

terserap dan tersimpan dengan baik pada memorinya.

(16)

Kelebihan dari penggunaan model pembelajaran kumon pada mata

pelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai berikut :

1) Adanya penggabungan antar konsep yang satu dengan konsep

yang lain atau keterampilan sepak sila dengan keterampilan yang

lain.

2) Latihan pada materi ajar, sehingga berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

3) Koreksi pada hasil dari latihan untuk memperkecil kesalahan yang

dilakukan oleh peserta didik.

4) Adanya perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar.

5) Adanya interaksi yang positif antara guru dan peserta didik.

6) Penciptaan situasi pembelajaran yang nyaman dan

menyenangkan.

d. Kelemahan Model Pembelajaran Kumon

Semua konsep model pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangan, hal ini biasanya tergantung pada kesesuaian dengan

materi ajar. Sama halnya dengan model pembelajaran kumon,

disamping memiliki kelebihan model pembelajaran ini juga memiliki

kelemahan ntara lain:

1)Bila kurang kontrol dari guru anak didik cendrung kurang serius

(17)

2)Adanya kesenjangan antar konsep bagi anak didik yang kurang atau

lambat dalam menerima materi pembelajaran.

C. Sepak Takraw a. Pengertian

Permainan sepak takraw sekarang ini adalah merupakan

penjelmaan dan penyempurnaan dari permainan sepak raga.

Permainan ini semula adalah permainan para bangsawan kemudian

berkembang menjadi permainan masyarakat diberbagai daerah

tertentu. Permainan sepak raga merupakan permainan asli dari

bangsa kita yang berkembang keberbagai daerah dikawasan Asia

antara lain Singapura dan Malaysia.

Permainan sepak takraw pada mulanya menggunakan bola dari

rotan, karena Negara kawasan Asia Tenggara pada umumnya

penghasil rotan. Tetapi dewasa ini bola yang digunakan sudah

berkembang dan terbuat dari bahan plastic. Pada jaman penjajahan

permainan sepak raga pernah hilang dari peredaran karena jarang

dipermainkan, baru muncul lagi setelah zaman kemerdekaan terlebih

setelah adanya anjuran tentang kembali kepada kepribadian dan

pelestarian kebudayaan bangsa termasuk didalamnya olahraga

tradisional seperti sepak raga.

Pada tanggal 29 September – 5 Oktober 1970 melalui Direktorat

(18)

Kebudayaan telah menginstruksikan agar supaya sepak takraw

segera dikembangkan dan dibina didaerah-daerah dan

disekolah-sekolah.

Permainan sepak takraw adalah permainan yang mengandalkan

keterampilan kaki dalam mengolah bola agar tidak jatuh ketanah.

Permainan ini dimainkan oleh team yang masing-masing team terdiri

dari 3 orang atau 2 orang berpasangan. Permainan ini juga hampir

sama dengan bolavoli tetapi disepak takraw bola hanya boleh

dimainkan dengan kaki saja selama 3 (tiga) kali sentuhan. Dalam

permainan ini bola juga boleh dimainkan dengan kepala atau juga

sentuhan dengan dada asalkan sentuhan tidak boleh lebih dari 3

sentuhan.

b. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw

Dalam permainan sepak takraw ada beberapa teknik dasar yang

harus dikuasai oleh seorang pemain. Adapun teknik-teknik dasar itu

antara lain :

-Sepak sila

-Sepak kuda

-Sepak cungkil

-Sepak telapak kaki

-Menyundul

(19)

D. Sepak Sila

a. Pengertian sepak sila

Sepak sila adalah jenis sepakan dalam permainan sepak takraw

dengan perkenaan bola pada kaki bagian dalam, posisi tungkai pada

lutut ditekuk seperti orang yang duduk bersila dengan posisi kaki

menghadap kedalam dan kaki dalam menghadap keatas. Adapun

langkah-langkah dalam pelaksanaan sepak sila adalah seperti yang

ada pada gambar dibawah ini:

Gb. I.1. Urutan gerakan sepak sila

b. Kegunaan Sepak Sila

Dalam permainan sepak takraw keterampilan sepak sila sangat

dibutuhkan sekali, karena semakin matang keterampilan dan teknik

(20)

Adapun kegunaan dari sepak sila dalam permainan sepak takraw

adalah sebagai berikut :

-Untuk mengontrol bola

-Melakukan timang-timang bola

-Membuat operan atau memberi umpan

-Untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan

Mengingat betapa pentingnya keterampilan sepak sila ini, maka dalam

permainan sepak takraw teknik dasar keterampilan sepak sila harus

kita ajarkan dengan benar pada anak didik, karena keterampilan ini

merupakan gerak dasar dalam permainan sepak takraw.

E. Hasil belajar

Akhir dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah serangkaian kegiatan penutup yang didalamnya adanya penilaian. Penilaian yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tes unjuk kerja dari serangkaian gerakan sepak sila. Adapun aspek dan ketentuan dari penilaian keterampilan gerakan sepak sila tertera pada Tabel 2.1.

Table 2.1 Penilaian psikomotor

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah skore Nilai

1 2 3 4

Keterangan aspek yang dinilai :

(21)

3. Cara melakukan sepakan sila 4. Koordinasi gerakan sepak sila

Nilai setiap aspek

1. Cara melambungkan bola

Keterangan Nila i

Ketentuan/criteria

Benar 4 Jika lambungan bola tegak lurus setinggi kepala Cukup 3 Tegak lurus tapi bola terlalu tinggi atau rendah Kurang tepat 2 Jika arah bola tidak tegak lurus

Salah 1 Jika bola melenceng dan terlalu tinggi atau rendah

2. Perkenaan bola pada kaki Keterangan Nila

i

Ketentuan/criteria

Benar 4 Perkenaan bola pada kura-kura kaki bagian dalam

Cukup 3 Perkenaan bola pada punggung kaki

Kurang tepat 2 Perkenaan bola diluar bagian kaki

Salah 1 Bola tidak mengenai kaki sama sekali

3. Cara melakukan sepak sila

Keterangan Nila i

Ketentuan/criteria

Benar 4 Posisi kaki dan tungkai seperti orang bersila,telapak menghadap kedalam atas.

Cukup 3 Kaki dan tungkai tekukannya kurang keatas/maksimal

Kurang tepat 2 Jika lutut yang ditekuk,telapak kaki menghadap kebawah.

(22)

4. Koordinasi gerakan sepak sila Keterangan Nila

i

Ketentuan/criteria

Benar 4 Jika gerakan mulai awal sampai perkenaan bola pada kaki betul,serta arah bola dari sepakan tegak lurus ke atas.

Cukup 3 Gerakan betul, arah bola tidak tegak lurus ke atas.

Kurang tepat 2 Gerakan kurang tepat,perkenaan bola tidak pada kaki dalam

Salah 1 Gerakan salah,perkenaan juga salah.

N=nx nyx100 Keterangan: N = Nilai akhir

nx = Nilai yang didapat ny = skore maksimal

Tabel 2.2 Kriteria konversi penilaian ketuntasan belajar

N

o

Nilai Kriteria

1 < 65 Tidak tuntas(remidi)

2 66 – 75 Cukup

3 76 – 85 Memuaskan

4 86 - Sangat memuaskan

Table 2.3. Penilaian Afektif

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah

Skor

Nilai Kerja sama Sportifitas Kejujuran

(23)

Keterangan Penilaian : Keterangan Nila

i

Ketentuan/kriteria

Sangat baik 4 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran sangat baik

Baik 3 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran baik Cukup 2 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran cukup Kurang 1 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran kurang

Tabel 2.4 konversi nilai prestasi kelompok untuk aspek Afektif

No Katagori Prestasi Kelas Interprestasi 1 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat Negatif 2 30,00 ≤ IPK < 55,00 Negatif 3 55,00 ≤ IPK < 75,00 Netral

4 75,00 ≤ IPK < 90,00 Positif 5 90,00 ≤ IPK < 100,00 Sangat Positif

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan

penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan peneliti dikarenakan

tujuan yang diharapkan pada penelitian ini yaitu pendiskripsian tentang

adanya peningkatan keterampilan gerak sepak sila dengan penggunaan

model pembelajaran kumon pada penyampaian materi sepak sila dalam

permainan sepak takraw siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2

Kedungkandang Malang.

Menurut (Satori dan Komariah,2011;25) penelitian kualitatif adalah

suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu

dengan mendiskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata

berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan

diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualiatif hanya

(25)

sampel berdasarkan kenyataan yang ada baik data berupa angka-angka/

nilai-nilai atau data dari hasil observasi maupun angket.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.penelitian ini juga

termasuk penelitian diskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu metode atau model pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang akan diinginkan dapat tercapai.penelitian tindakan bisa dipahami dari dua sisi ,yaitu dari sisi guru dan kepala sekolah.dari sisi guru lazim dikenal dengan penelitian tindakan kelas . Untuk melakukan penelitian tindakan kelas, Oja dan Sumarjan (dalam Titi Sugiarti 1997:8), menyatakan ada 4 macam bentuk penelitian tindakan kelas,yaitu (1) penelitian Tindakan Guru sebagai peneliti, (2) Penelitian tindakan kolaboratif ,(3) penelitian tindakan simulatife terinteratif dan ( 4) penelitian tindakan social eksperimental.

(26)

dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran dikelas yang mana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pelaksana, pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih memberikan gambaran kongkrit pelaksanaan siklus dalam PTK ini digambarkan sebagai berikut :

DIAGRAM ALUR PTK KEMMIS DAN MC.TAGGAT

Tidak berhasil Berhasil

Tidak berhasil Refleksi

Obsevasi Pelaksana

tindakan

Rencana tindakan Refleksi Observasi

Pelaksana tindakan

Rencana tindakan

(27)

Berhasil.? dst.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi’uddin,1996) penelitian tindakan dapat di pandang sebagai suatu siklus spiral yang di mulai dari kegiatan refleksi awal, rencana tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari lima kegiatan ini harus di implementasikan dalam satu siklus, pengulangan dapat dilakukan setelah adanya refleksi, kemudian di ikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Adapun ke lima kegiatan tersebut di atas kita dapat jabarkan sebagai berikut : 1. Refleksi Awal

Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan

yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang

situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti

bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk

mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan

hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang

selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar

rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan

penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon

peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan

masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan

masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka

(28)

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan

refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang

akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah

perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari

permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini

bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi

nyata yang ada.

3. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan

peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan

yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis

tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan

pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh

berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. 4. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan

kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam

kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan

yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi

digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi. 5. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,

sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat

kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat,

(29)

Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu

dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian

yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat

ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu

untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu

berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa

perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat-perangkat terdiri dari empat

komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi

yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK

tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu

dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang

dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada

umumnya berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus

yang berulang.

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru penjaskesOr, kehadiran peneliti sebagai guru ditenggah-tenggah proses belajar mengajar sebagai pengamat diberitahukan kepada siswa.Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data seobyektif mungkin demi kevalitan data yang diperlukan.

C. Tahap-tahap penelitian

(30)

-Observasi awal

-Merumuskan focus permasalahan berdasarkan hasil observasi awal

-Penyusunan draft penelitian

-Perumusan dan penyempurnaan kisi-kisi dan instrument penelitian

-Pengumpulan data lapangan

-Pengolahan dan analisis data lapangan yang telah terkumpul

-Verifikasi hasil penelitihan

D. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti diperlukan sebagai alat sekaligus pengumpul data.

Selain itu, peneliti berperan sebagai pengamat/observer serta berperan

aktif dalam penelitian, karena merupakan subyek penelitian yang dijadikan

penelitian.

Menurut (Sugiono,2010:59) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu

kehadiran peneliti dalam penelitian yang bersifat kualitatif sangat penting

sekali. Peneliti disamping sebagai subyek juga berperan sebagai obyek

dalam penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini ada tiga hal yang

perlu diperhatikan yaitu : guru sebagai subyek, model pembelajaran

kumon merupakan bahan yang diteliti serta anak didik sebagai obyek

dalam penelitian ini. Dari tiga hal ini semua harus bersinergi dengan

(31)

kahadiran dari peneliti sangat penting sekali dalam penelitian yang

bersifat kualitatif.

F. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah proses pembelajaran pendidikan jasmani

pada siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 pada materi pelajaran

sepak sila dalam permainan sepak takraw Jl. Lesanpuro XII/248 kelurahan

Lesanpuro kecamatan Kedungkandang kota Malang.

G. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada pertengahana semester

hingga akhir semester gasal tahun ajaran 2012/2013 (Oktober-Desember

2012).

H. Sumber Data

Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dalam

pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani pada materi

keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw siswa-siswi kelas

IV SD Negeri Lesanpuro 2.

Menurut Lofland dalam (Moleong, 2007:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan data tambahan

(32)

diambil dari semua kejadian baik kata-kata, tindakan maupun

dokumen-dokumen yang ada pada proses pembelajaran jasmani pada materi

keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw siswa-siswi kelas

IV SD Negeri Lesanpuro 2 kecamatan Kedungkandang Malang.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

observasi dan dokumen.

1. Observasi

Menurut (Sugiono,2010:67) observasi tak berstruktur adalah observasi

yang tidak dipersiapkan secara sisteatis tentang apa yang diobservasi.

Observasi awal dalam penelitian biasanya tak berstruktur, peneliti

hanya mengandalkan daya ingat dan mencatat hal-hal yang dilihat

saja. Untuk menguatkan data penelitian peneliti hendaknya

menggunakan observasi yang berstruktur dengan menggunakan format

checklist, karena aitem-aitem yang diamati dalam proses pembelajaran

tertulis dan tercatat dalam lembar

observasi yang sudah dikonsultasikan dengan ahlinya. Sehingga

kefalitan data dapat dipertanggung jawabkan.

2. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa

(33)

pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini sumber dokumen yang

diambil berupa RPP dan dokumen siswa berupa tes hasil belajar.

J. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data yang meliputi

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Mereduksi data

Menurut Sugiono (2010:92) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

serta pencarian tema dan pola, sehingga dapat memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif data yang disajikan berupa teks yang

bersifat naratif. Oleh karena itu setelah data direduksi, kemudian data

disajikan dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi data

Penarikan kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan terhadap

data yang telah direduksi dan data yang disajikan dengan teks yang

bersifat naratif, sehingga muncul katagori-katagori data yang menarik

kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sedangkan verifikasi

yang dimaksud adalah dari kesimpulan yang diperoleh apakah dapat

(34)

Kesimpulan merupakan langkah untuk mengambil tindakan

selanjutnya, apakah penelitian ini ditindak lanjuti atau dihentikan

berdasarkan hasil dari kesimpulan yang ada.

K. Kriteria keberhasilan penelitian Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika:

1.Seluruh perlakuan telah dilaksanakan secara sistematis dan utuh.

2.Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan telah mencapai hasil

(35)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengungkapkan penerapan model pembelajaran kumon dalam meningkatkan ketrampilan siswa melakukan sepak sila dalam permainan sepak takraw, dipaparkan berikut ini.

1. Refleksi awal Perencanaan

Guru pengajar membuat persiapan sesuai dengan keseharian yang telah dilakukan sebelumnya lengkap dengan alat evaluasi pembelajaran. Pembelajaran menggunakan konsep play and game, dimana pembelajaran ini ditujukan untuk bermain dan bertanding dalam suasana yang menyenangkan, anak dibiarkan untuk berekspreksi tanpa mengindahkan pada bentuk keterampilan suatu gerakan yang benar dalam materi permainan sepak takraw.

Pelaksanaan dan Hasil Observasi

Observasi dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17 September 2012 dengan kehadiran 28 siswa kelas IV SDN Lesanpuro 2.

(36)

Refleksi

- Dalam pembelajaran siswa terkesan kurang terkontrol dengan baik, banyak siswa yang kurang aktif, karena keaktifan dilakukan oleh siswa-siswa yang dominan. Teknik dan keterampilan gerak dalam permainan sepak takraw tidak Nampak, karena anak melakukan gerakan dengan ekspresi yang ada pada diri anak tanpa mengindahkan kebenaran dari konsep gerakan yang ada permainan sepak takraw.

- Guru cenderung pasif, hanya sekali-kali mengeluarkan perintah sambil mengawasi pembelajaran dari jauh, mungkin guru beranggapan teknik kurang penting dan anak didik merasa senang dan mengeluarkan keringat sudah cukup puas. Walaupun tujuan yang tertulis dalam RPP tidak tercapai.

SIKLUS I

a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan sistemik. Diantara bagian dari system dalam sebuah pekerjaan mengajar, antara lain: pembuatan rencana pembelajaran (RPP). RPP yang dibuat oleh sasaran penelitian berisi seperangkat rumusan program pengajaran yang diawali dengan penulisan :

1)Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

(37)

3)Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4)Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5)Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6)Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7)Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

8)Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

(38)

Kegiatan eksplorasi, guru:

- pemahaman konsep gerakan sepak sila

- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

- memfasilitasi peserta didik melakukan latihan gerakan sepak sila

Kegiatan elaborasi, guru mengawasi dan mengoreksi latihan:

- Memberi kesempatan untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

- Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar.

- Memfasilitasi peserta didik melakukan unjuk keterampilan sepak sila dari hasil latihan

Konfirmasi, guru:

- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C .Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refeksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

(39)

Hasil amatan peneliti, menunjukkan bahwa perilaku mengajar yang dilaksanakan oleh guru dimulai dari pemberian kegiatan awal sampai kegiatan akhir banyak sekali siswa yang kurang sekali mempunyai keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw . Banyak sepak sila yang tidak dilakukan dengan baik, terbukti dengan setiap melakukan timang-timang bola, bola sering jatuh dan tidak sesuai dengan kriteria untuk keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw, akan tetapi untuk tahapan gerakan sepak sila anak didik hampir semua menguasai (observasi, 17 September 2012). Selengkapnya kegiatan pembelajaran dipaparkan sesuai dengan gambar dan penjelasannya sebagai berikut :

Gb.IV.1: Penjelasan tentang materi sepak sila.

(40)

selanjutnya dapat melakukan kegiatan keterampilan sesuai dengan tuntutan gerakan sepak sila. Kegiatan berikutnyadapat dilihat pada Gambar IV.2 berikut

Gb.IV.2 : Latihan gerakan sepak sila

(41)

Gb.IV.3. Aktifitas siswa dalam latihan

Gambar IV.3 dapat dipahami sebagai aktifitas siswa yang sedang latihan tidak ada keseriusan, mereka cenderung bergurau. Nampak pula dalam pengamatan peneliti saat menunggu giliran latihan ada aktifitas lain selain latihan gerakan sepak sila, yaitu bermain sepak bola terutama anak laki-laki. Dapat diperkirakan guru setelah memberi penjelasan punya aktifitas lain tanpa mengawasi jalannya latihan, anak dibiarkan beraktifitas sendiri dan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan, misalnya: cidera, berkelahi, dan lainnya.

b. Hasil belajar

Kegiatan pembelajaran, lazimnya diakhiri dengan kegiatan evaluasi hasil belajar, untuk membidik tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan hasil tes perbuatan yang mengukur keterampilan sepak sila didapatkan skor rata-rata kelas sebesar 67,7 (Lampiran 3) skore tersebut didapat dari hasil timang bola pada keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.

c. Refleksi

(42)

1) RPP dibuat secara paradigmatik yang sesuai dengan kaidah pengunaan metode atau model pembelajara.

2) Pelaksanaan tidak sesuai dengan sistematika yang didasarkan kepada penerapan metode atau model pembelajaran tertentu.

3) Hasil belajar sebagaian besar siswa belum mencapai keterampilan sepak sila sebagaimana yang diharapkan.

Dari pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajarn kumon pada siklus I disimpulkan beberapa hal antara lain:

- Seluruh sequen nampak ada yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran pada siklus I, maka dengan tidak terpenuhinya sequen pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kumon pada siklus I peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ini pada siklus II.

- Instrumen penilaian adalah ranah psikomotor berupa tes keterampilan gerak sepak sila yang berdasarkan tahapan-tahapan yang sesuai dengan indicator dengan kriteria yang sudah ditentukan, sehingga penilaian yang dilakukan tidak keluar dari tujuan yang di inginkan.

- Hasil pembelajaran secara bertahap 70% anak sudah menguasai materi sepak sila akan tetapi sewaktu penilaian koordinasi gerakan secara utuh melalui penilaian gerakan timang-timang bola banyak anakyangkurang mengusai. Kita menyadari bahwa

(43)

Lesanpuro 2 kurang bisa berjalan dengan maksimal, terbukti dari hasil observasi dan olah data penelitian ini menyatakan hasil belajar anak didik pada materi sepak sila dalam permainan sepak takraw nilai rata-rata kelas 55.6 (Lampiran 4), intensitas latihan masing-masing anak berbeda penyebaran penguasaan materi tidak merata sehingga peningkatan prestasi hasil belajar anak pada keterampiln sepak sila tidak Nampak.

MODEL PEMBELAJARAN KUMON

OBSERVASI PADA SIKLUS I, HARI RABU, Tanggal 17 September 2012

N

1 Menyajikan konsep gerakan sepak sila

1 v dilakukan

2 Memberi tugas latihan gerakan sepak sila

2 v dilakukan

3 Koreksi hasil latihan masing-masing anak

3 v tidak

dilakukan 4 Memberi latihansesuai hasil koreksi

gerakan

4 v dilakukan

5 Remidial dan memberi penguatan gerakan sepak sila yang benar.

5 v tidak

dilakukan

Kriteria penilaian:

Nilai 4 jika kegiatan dilakukan utuh

Nilai 3 jika dilakukan tapi ada sedikit kesalahan

(44)

Nilai 1 jika tidak terlaksana

Total nilai =(Jumlah nilai: 4x5)x 100%=( 9:20) x100%= 45%

2. Rekomendasi

Berdasarkan refleksi di atas, dapat disarankan hal-hal berikut.

Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kumon, dengan tahapan- tahapan pembelajaran, a)Memberi sajian konsep gerakan sepak sila,b) Melatih setiap siswa untuk melakukan gerakan sepak sila, c) Mengoreksi hasil latihan gerakan sepak sila, d) Memberikan latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi gerakan yang benar, e) Memberikan penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar. Hendaknya dituangkan dalam

penulisan RPP khususnya dikegiatan inti dan dilaksanakan dalam model pembelajaran kumon.

Siklus II

a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan sistemik. Diantara bagian dari system dalam sebuah pekerjaan mengajar, antara lain: pembuatan rencana pembelajaran (RPP). RPP yang dibuat oleh sasaran penelitian berisi seperangkat rumusan program pengajaran yang diawali dengan penulisan :

1)Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program

(45)

2)Standar kompetensi merupakan kualifkasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3)Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4)Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5)Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6)Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7)Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

(46)

a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Adapun kegiatan inti meliputi :

Kegiatan eksplorasi, guru:

- Siswa dapat pemahaman konsep gerakan sepak sila dengan visualisasi

- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

- memfasilitasi peserta didik melakukan latihan gerakan sepak sila

Kegiatan elaborasi, guru mengawasi dan mengoreksi latihan: - Melakukan gerakan melambungkan bola

- Melakukan gerakan lambung sepak tangkap - Melakukan gerakan sepak sila secara utuh

- Mempraktekkan gerakan sepak sila dengan timang-timang bola secara terus-menerus.

- Memberi kesempatan untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

- Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar.

- Memfasilitasi peserta didik melakukan unjuk keterampilan sepak sila dari hasil latihan

(47)

Konfirmasi, guru:

- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C .Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refeksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

d. Pelaksanaan Pembelajaran

(48)

Gb.IV.4. Aktifitas guru

Gambar IV .I menunjukkan bahwa pada kegiatan inti, pertama kali guru menjelaskan materi sepak sila yang disertai dengan contoh gerakan sepak sila. Hal itu dapat dinyatakan bahwa dalam penyampaian konsep gerakan sepak sila yang kurang lengkap berakibat pada penjelasan guru kurang bisa diterima dengan baik dan cenderung menimbulkan verbalisme Pada sisi lain pembelajaran tentang sepak sila merupakan pembelajaran yang menuntut aktivitas fisik, setidaknya bantuan fisualisasi gerakan . Melalui visualisasi gerakan siswa lebih dapat mencerna yang selanjutnya dapat melakukan kegiatan keterampilan sesuai dengan tuntutan gerakan sepak sila. Anak juga memperhatikan keterangan yang diberikan . Kegiatan berikutnyadapat dilihat pada Gambar IV.5 berikut

(49)

Gambar IV.5 dapat dipahami sebagai aktivitas siswa dalam melakukan latihan sepak sila dengan pengawasan dari guru. Tampak pula anak yang lain memperhatikan temannya yang sedang berlatih disaat menunggu giliran. Mengingat jumlah siswa banyak dan bola yang tersedia kurang, dapat diduga dalam kegiatan latihan sepak sila tersebut banyak siswa pasif. Penggunaan waktu belajar yang tidak efektif. Latihan gerakan pada setiap anak kurang maksimal. Anak terlalu serius, seharusnya suasana belajar bersifat menyenangkan. Aktifitas berikutnya dapat dilihat pada Gambar IV.6

Gb.IV.6 Koreksi gerakan sepak sila

(50)

Gb.IV.7 Pemberian penguatan dan remedial

Gambar IV.7 dapat dipahami sebagai aktifitas guru sebelum mengakhiri pelajaran memberikan kesimpulan tentang gerakan sepak sila yang benar. Kemudian guru memberikan kesempatan pada anak yang nilainya kurang untuk melakukan perbaikan dengan menambahkan beban latihan lagi.

e. Hasil belajar

Kegiatan pembelajaran, lazimnya diakhiri dengan kegiatan evaluasi hasil belajar, untuk membidik tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan hasil tes perbuatan yang mengukur keterampilan sepak sila didapatkan skor rata-rata kelas sebesar 63.3 ( Lampiran 5) skore tersebut didapat dari hasil timang bola pada keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.

f. Refleksi

Berdasarkan hasil penelitian awal sebagaimana dipaparkan di atas, dapat dinyatakan hal-hal berikut:

(51)

2) Pelaksanaan sesuai dengan sistematika yang didasarkan kepada penerapan metode atau model pembelajaran tertentu.

3) Hasil belajar siswa adanya peningkatan kebenaran dalam melakukan keterampilan sepak sila sebagaimana yang diharapkan.

Dari pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajarn kumon pada siklus I disimpulkan beberapa hal antara lain:

- Seluruh sequen nampak ada artinya terlaksana dalam proses pembelajaran dengan asumsi mendekati standart sempurna, maka dengan terpenuhinya sequen pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kumon pada siklus II peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian ini pada siklus II.

- Instrumen penilaian adalah ranah psikomotor berupa tes keterampilan gerak sepak sila yang berdasarkan tahapan-tahapan yang sesuai dengan indicator dengan kriteria yang sudah ditentukan, sehingga penilaian yang dilakukan tidak kelur dari tujun yang di inginkan.

- Hasil pembelajaran secara bertahap 80% anak sudah menguasai materi sepak sila akan tetapi sewaktu penilaian koordinasi gerakan secara utuh melalui penilaian gerakan timang-timang bola banyak anak yang kurang mengusai. Kita menyadari bahwa

(52)

data penelitian ini menyatakan hasil belajar anak didik pada materi sepak sila dalam permainan sepak takraw nilai rata-rata kelas 63.3 (Lampiran 5), intensitas latihan masing-masing anak berbeda penyebaran penguasaan materi tidak merata sehingga peningkatan prestasi hasil belajar anak pada keterampiln sepak sila tidak nampak.

MODEL PEMBELAJARAN KUMON

OBSERVASI PADA SIKLUS I, HARI RABU, Tanggal 19 Desember 2012

N

1 Menyajikan konsep gerakan sepak sila

1 v dilakukan

2 Memberi tugas latihan gerakan sepak sila

2 v dilakukan

3 Koreksi hasil latihan masing-masing anak

3 v dilakukan

4 Memberi latihansesuai hasil koreksi gerakan

4 v dilakukan

5 Remidial dan memberi penguatan gerakan sepak sila yang benar.

5 v dilakukan

Kriteria penilaian:

Nilai 4 jika kegiatan dilakukan utuh

(53)

Nilai 2 Jika dilakukan tapi banyak kesalahan

Nilai 1 jika tidak terlaksana

Total nilai =(Jumlah nilai: 4x5)x 100%=(18:20) x100%= 90%

3. Rekomendasi

Berdasarkan refleksi di atas, dapat dinyatakan hal-hal berikut.

a. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kumon, dengan tahapan- tahapan pembelajaran, 1)Memberi sajian konsep gerakan sepak sila,2) Melatih setiap siswa untuk melakukan gerakan sepak sila, 3) Mengoreksi hasil latihan gerakan sepak sila, 4) Memberikan latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi gerakan yang benar, 5) Memberikan penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar. b. Hasil belajar keterampilan sepak sila dengan menerapkan metode drill terbukti

meningkat, dengan peningkatan dari refleksi awal hingga refleksi pada siklus II sebesar 7.7 ( siklus I 55.6, dan siklus II 63.3).

c. Berdasarkan hasil pada butir a dan b tersebut, dinyatakan bahwa pelaksanaan PTK ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya (PTK dinyatakan berakhir).

B. Pembahasan

1. Penerapan model pembelajaran kumon.

(54)

latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi, dan e) memberi penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar dan remedial bagi siswa yang belum mencapai nilai. Memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan sepak sila pada siswa. Hal itu, sesuai dengan yang dinyatakan dalam siklus II ini dapat dilihat dari peningkatan keterampilan siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu sebesar 55,6 menjadi 63,3 sedangkan untuk ranah afektif yaitu 75,3 menjadi 78,3 Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai sebesar 7,7 untuk psikomotor dan 3,0 afektifnya.

Hasil tersebut dapat dibenarkan, karena penggunaan model pembelajaran kumon memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya : a) Adanya penggabungan antar konsep yang satu dengan konsep yang lain atau keterampilan sepak sila dengan

keterampilan yang lain, b) Latihan pada materi ajar, sehingga berperan aktif dalam proses pembelajaran, c) Koreksi pada hasil dari latihan untuk memperkecil

kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, d) Koreksi pada hasil dari latihan untuk memperkecil kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, e) Adanya perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar, f) Adanya perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar, dan g) Adanya perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar.

2. Hasil belajar

a. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

(55)

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

b. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajaran dengan penerapan pembelajaran model kumon paling dominan adalah belajar dengan dilakukan secara berulang-ulang akibatnya keterampilan siswa tentang sepak sila dalam permainan sepaak takraw semakin meningkat.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran kumon dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran , menjelaskan atau melatih

menggunakan alat, memberi umpan balik dalam prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

c. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kumon

(56)

BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas sebagaimana dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran kumon dilakukan dengan tahapan-tahapan : a) Memberi penjelasan konsep gerak sepak sila besertacontohnya, b) Memberikan latihan setiap siswa untuk belajar keterampilan sepak sila, c) Mengoreksi hasil latihan yang dilakukan setiap siswa, d) Memberikan latihan lagi pada bagian yang salah sesuai dengan hasil koreksi, e) Memberi penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar serta remedial bagi siswa yang kurang pada keterampilan gerak sepak sila.

2. Hasil belajar yang dicapai siswa mengalami peningkatan dilukiskan dengan hasil capaian nilai pada refleksi awal siklus I sebesar 55,6 dan pada siklus II sebesar 63,3 dengan perbedaan nilai sebesar 7,7 pada nilai psikomotor, dan 75,3 menjadi 78,3pada ranah afektifnya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil di atas,dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.

(57)

2. Penyediaan alat belajar sebagai media untuk berlatih perlu diperbanyak, bila tidak ada peralatan yang sesuai dengan ketentuan hendaknya peralatan dimodifikasi dengan

memanfaatkan benda yang ada disekitar, yang penting aman pada anak dan mudah didapat. Sehingga aktifitas latihan yang dilakukan oleh anak didik bisa dilakukan secara bersama dengan frekwensi yang sama pula, tidak ada dominasi latihan pada anak yang lebih kuat. 3. Agar penerapan model pembelajaran kumon berdampak positif pada penyajian materi

keterampilan gerak sepak sila dalam permainan sepak takraw secara keseluruhan dapat diterima oleh anak, kesalahan yang terjadi pada latihan segera ada perbaikan dengan adanya koreksi dari masing-masing siswa, hingga kesalahan konsep gerak yang permanen dapat dihindari sedini mungkin.

4. Penciptaan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan pengawasan dari guru perlu dilakukan agar siswa dalam melakukan latihan tidak terlalu banyak bergurau.

(58)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsini. 1988. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, PT.Bina Aksara

2. Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standart proses

3. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar.jakarta. PT Bina Aksara

4. Mulyani, S. 1993. Modul Pembelajaran Sepak Takraw. Malang. IKIP Malang 5. …………1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Penerbit

Tarsito

6. Slatneto. 1988. BNIP:197108182006041026elajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Bina Aksara

7. Rafi’udin.1996. Penelitian Tindakan Kelas. Modul.

Gambar

Tabel 2.2 Kriteria konversi penilaian ketuntasan belajar
Tabel 2.4 konversi nilai prestasi kelompok untuk aspek  Afektif
Gambar IV .I menunjukkan bahwa pada kegiatan inti, pertama kali guru menjelaskan
Gambar IV.2 dapat dipahami sebagai aktivitas siswa dalam melakukan latihan sepak sila
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat dan tertawa menonton lawakan lainnya juga (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin

Berdasarkan data di atas, kebanyakan mahasiswa PNJ lebih memilih makan di luar kampus sebanyak 73,9% dengan alasan jauh lebih murah, lebih banyak menu pilihan, lebih

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Intervening. Jensen dan Meckling (1976) dalam Rebecca (2012) menyatakan

Praktik pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Berdasarkan keseluruhan variabel-variabel independen yang diuji secara individual dapat diketahui bahwa untuk model umum dari hasil uji F menunjukkan bahwa variabel

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI.. NORMA (%)

Pekerja di sektor formal tercatat sebanyak 37,81 persen yaitu terdiri dari pekerja dengan status buruh/karyawan (34,40 persen) dan status berusaha dibantu dengan buruh

Dengan penambahan gugus polar pada bilirubin, hati mengubah biliru- bin menjadi bentuk yang larut didalam air atau polaritas bilirubin dicapai dengan konjugasi