• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemilikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Bagi Wanita Kawin Bekerja Berdasarkan Peraturan Perpajakan T1 312007005 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemilikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Bagi Wanita Kawin Bekerja Berdasarkan Peraturan Perpajakan T1 312007005 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Salah satu kewajiban wajib pajak adalah wajib mendaftarkan diri ke Kantor Direktorat

Jenderal Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ). Hal ini didasarkan pada

kewajiban objektif yang timbul bila terdapat suatu kondisi atau kejadian yang dapat dikenai

pajak, yaitu apabila seorang manusia atau badan hukum sebagai wajib pajak mendapat

penghasilan, memperoleh laba dan mempunyai kekayaan yang melebihi batas minimum kena

pajak.1

Kewajiban membuat NPWP juga dapat memudahkan wajib pajak dalam pemenuhan

administrasi perpajakan. Dengan demikian wajib pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor

Direktorat Jenderal Pajak untuk memperoleh NPWP, baik bagi pria maupun wanita.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pria dan wanita yang

terikat hubungan perkawinan sebagai suami – isteri, maka prinsipnya wajib pajak cukup

satu, yaitu suami. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat

Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 8 ayat (1)

juga menegaskan bahwa penghasilan dan kerugian dari wanita yang telah kawin dianggap

sebagai penghasilan dan kerugian suaminya.

Oleh karena itu, berdasarkan pembahasan di atas bahwa wanita kawin bekerja tidak wajib

memiliki NPWP secara pribadi tetapi NPWP tersebut digabung dengan NPWP suami, karena

1

(2)

2 adanya penggabungan penghasilan. Kecuali seperti yang dijabarkan dalam Pasal 8 ayat (2)

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang – Undang

Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan apabila adanya

penghasilan suami – isteri secara terpisah berdasarkan :

a. Suami – isteri telah hidup terpisah berdasarkan putusan hakim

b. Dikehendaki secara tertulis oleh suami – isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta

dan penghasilan

c. Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban

perpajakannya sendiri.

Penulis menyimpulkan dalam pelaksanaan kewajiban memiliki NPWP, dapat dilaksanakan

secara terpisah, apabila dikehendaki oleh isteri yang memilih utuk menjalankan hak dan

kewajiban perpajakannya sendiri tetapi pada pelaksanaannya ternyata digantungkan pada

kepemilikan NPWP suami. Karena itu maka penelitian ini ingin dilaksanakan dan penulis

memilih judul skripsi ini :

Pemilikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Bagi Wanita Kawin

Bekerja Berdasarkan Peraturan Perpajakan

B.

Latar Belakang Masalah

Dalam bidang hukum, terutama dalam bidang Hukum Pajak terdapat perikatan pajak yang

terjadi antara Pemerintah dan Wajib Pajak di mana melahirkan adanya hak dan kewajiban

keduanya. Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

Perubahan Ketiga Atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum

(3)

3 pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang – undangan

perpajakan. Hak dan Kewajiban tersebut saling berkaitan satu sama yang lain, sehingga harus

dipenuhi secara baik dan seimbang agar masing – masing pihak dapat mengetahui hak dan

kewajibannya.2 Oleh karena itu, agar hak dan kewajiban dapat terpenuhi dengan baik maka

sudah selayaknya ketika Wajib Pajak diminta untuk melakukan sesuatu, memberikan

informasi atau hal – hal lainnya yang sebenarnya akan membantu tugas administrasi kantor

pajak.3

Pelaksanaan pemungutan pajak memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat

melalui perwakilannya di Dewan Perwakilan, dengan menghasilkan suatu perundangan –

undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi pemerintah (fiskus) maupun bagi

wajib pajak.4 Sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini ialah menganut Self Assessment

System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam Self Assessment System

wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri

mengharuskan, Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang, serta Fiskus (Pemerintah) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.5

Serta dalam Self Assessment System, Wajib Pajak bersifat aktif sehingga Wajib Pajak harus

2

Y. Sri Pudyatmoko. Pengantar Hukum Pajak Edisi Revisi. Andi. Jakarta. 2006. Hlm. 119

3

Widi Widodo Dan Dedy Djefris. Ta Pa er’s Rights : Apa Yang Perlu Kita Ketahui Tentang Hak – Hak Wajib Pajak. Alfabeta. Bandung. 2008. Hlm. 88

4

Sony Devano Dan Siti Kurnia Rahayu. Perpajakan Konsep, Teori dan Isu. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2006. Hlm. 109

5

(4)

4

mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan kapan berakhirnya kewajiban –

kewajiban yang menyertainya.6

Konsekuensi dari Self Assessement System, ialah setiap Wajib Pajak yang memiliki

penghasilan wajib mendaftarkan diri sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak. Sehingga setiap

Wajib Pajak wajib menghitung sendiri dan membayar pajak yang terutang sesuai dengan

ketentuan peraturan Perundang – undangan Perpajakan.7

Memiliki NPWP merupakan kewajiban bagi setiap wajib pajak, karena itu fungsi Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP)8, yaitu :

1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi

perpajakan.

3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan, karena yang

berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan NPWP.

4. Untuk memenuhi kewajiban – kewajiban perpajakan, misalnya dalam pembayaran pajak

dengan Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun

pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan NPWP.

5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi – instansi tertentu yang mewajibkan

mencantumkan NPWP dalam dokumen – dokumen yang diajukan, seperti dokumen

impor (PIB) dan dokumen ekspor (PEB).

6

Supramono dan Theresia Woro Damayanti. Perpajakan Indonesia – Mekanisme dan Perhitungan. Andi. Yogyakarta. 2010. Hlm. 9

7

Anastasia Diana dan Lilis Setiawati. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi Dan Penuntun Praktis. Andi. Yogyakarta. 2009. Hlm. 2

8

(5)

5

6. Untuk keperluan pelaporan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa atau

Tahunan.

Maka NPWP tersebut merupakan suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan

ketentuan perundang – undangan perpajakan berdasarkan Self Assessment System, dapat

mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dalam

mendapatkan NPWP bagi perempuan kawin bekerja ditemukan perbedaan perlakuan ataupun

syarat untuk mendapatkan NPWP tersebut. Perbedaan itu meliputi sebagai berikut:

1. PNS perempuan kawin tidak disyaratkan suami harus mempunyai NPWP terlebih

dahulu

2. Pegawai Swasta perempuan kawin disyaratkan suami mempunyai NPWP dulu.

Karena itulah maka hal yang hendak diteliti adalah bagaimana sebenarnya pengaturan

perihal kewajiban memiliki NPWP bagi perempuan kawin bekerja.

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan pokok yang akan diteliti antara lain

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tentang kewajiban pajak wanita kawin bekerja dalam memiliki

NPWP ?

2. Apa manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh bagi wanita kawin bekerja dalam

(6)

6

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaturan tentang kewajiban pajak wanita

kawin bekerja dan manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh bagi wanita kawin

bekerja dalam memiliki NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ).

E.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis

normatif, yaitu.penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah atau

norma – norma dalam hukum positif. 9 Oleh karena itu, Pendekatan Perundangan –

undangan (Statute Aprroach), yaitu pendekatan yang menggunakan perundangan –

undangan sebagai fokus penelitian.10

Dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran secara sistematis, lengkap dan

sejelas-jelasnya tentang tentang kewajiban pajak wanita kawin bekerja dalam

memiliki NPWP dan manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh bagi wanita

kawin bekerja dalam memiliki NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ).

2. Bahan Hukum Primer dan Sekunder

a.Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif

Indonesia berupa peraturan perundang-undangan, yaitu :

1. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata

Cara Perpajakan.

9

Johnny Ibrahim Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi). Bayumedia Publishing. Jawa Timur. 2008. Hlm. 295

10

(7)

7

2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban Perpajakan .

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu

Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian

dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 06/PJ.9.4/1991 Tentang

Peralihan NPWP Wanita kawin bekerja.

6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP – 161/PJ./2001 Tentang

Jangka Waktu Pendaftaran Dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara

Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan

Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang diperoleh dari buku, karya

ilmiah, website maupun surat kabar yang berhubungan dengan permasalahan

pengaturan tentang kewajiban wanita kawin bekerja dalam memiliki NPWP

(Nomor Pokok Wajib Pajak) dan manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh

bagi wanita kawin bekerja dalam memiliki NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ),

yakni :

1. http://www.pajakpribadi.com/artikel/karyawan.htm

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme

(8)

8

c.Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum tertier, yang terdiri

dari KBBI, Kamus hukum dan petunjuk lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Unit Analisa

a.Unit Amatan

Unit amatan dalam penelitian ini adalah Pemilikan NPWP (Nomor Pokok Wajib

Pajak) Bagi Wanita Kawin Bekerja Berdasarkan Peraturan Perpajakan.

b.Unit Analisa

Unit analisa dalam penelitian ini adalah pengaturan tentang kewajiban pajak

wanita kawin bekerja dan manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh bagi

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat, tindakan tidak sesuai dengan tuntunan dalam naskah, sikap yang tidak wajar, tidak meyakinkan, dan gerakan tidak beralasan3. Terlihat, tindakan sesuai dengan tuntunan

temperatur beton dan setting time beton pada perkerasan kaku yang menggunakan pemanfaatan air es dengan variasi suhu 5 o C, 10 o C, 15 o C, 20 o C dan 27 o C, sedangkan

Suhu yang dikondisikan pada praktikum ini adalah 20 0 C, yang bertujuan agar tidak seluruhnya kristal asam maleat akan mengendap, karena filtratnya akan digunakan untuk dibuat

"Stasiun Kyoto baru menandai awal dari era baru perkembangan bertingkat tinggi di kota." Tangga grand stasiun ini memiliki 171 langkah dan sering digunakan

a) Pancasila yang memiliki 5 aspek rasional. Namun, kali ini kita akan membahas mengenai sila ke-2 yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sebelumnya telah kita

Profil penyebaran logam berat disekitar TPA Wukirsari Gunungkidul pada tanggal 11 September 2015 menunjukan penyebaran logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) memiliki

Pemantulan adalah proses terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena cahaya. Contoh peristiwa pemantulan cahaya adalah saat kita bercermin. Bayangan

Dalam proses pembelajaran dengan memakai buku ini, mereka diharapkan dapat secara aktif memanfaatkan semaksimal mungkin isi buku yang mengadopsi Kurikulum 2013, dengan