• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI LITERATUR - Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II STUDI LITERATUR - Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

(2)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek

Pengertian tentang terminology dari judul proyek Perancangan Stasiun KA di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai.

 Perancangan : Proses pengembangan spesifikasi system baru berdasarkan hasil rekomendasi analisis sistem.

 Stasiun : Tempat untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang, dimana penumpang dapat

membeli karcis.

Mixed-Use :

S

uatu bangunan yang mengakomodasi

beberapa fungsi sekaligus yang

berupa fasilitas.

 Kawasan :Wilayah yang memiliki fungsi utama

lindung atau budi daya

Transit Oriented Development : Sebuah konsep pengembangan kota dimana (TOD) usaha yang dilakukan adalah memasukkan

berbagai fungsi kegiatan (mixed-

use/intensifikasi) di area stasiun transit

hingga sejauh radius yang dapat dijangkau

pejalan kaki.

 Binjai : Suatu kota dengan status kotamadya di

Provinsi Sumatera Utara

(3)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

mudah dijangkau oleh pejalan kaki. Adapun fasilitas yang terdapat diwialayah ini adalah stasiun kereta api, halte, dan shopping mall.

2.1. Sejarah Kereta Api Indonesia

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen- Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

2.3. Pengertian Stasiun Kereta Api

2.3.1. Pengertian Stasiun Kereta Api

1) Kereta Api (Commuter Rail)

Commuter rail atau kereta api berskala regional adalah moda pengangkutan

umum dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat

kota dengan daerah sub urban dan kota-kota komuter lainnya. Seperti namanya

kereta ini dipergunakan untuk mengangkut para penglaju atau commuter dari

(4)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

sudah ditentukan, dengan laju rata-rata mulai dari 50 sampai 200 km/jam (35 –

125 mph).

Perkembangan kereta api jenis ini tengah populer saat ini, seiring dengan terus

meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan pemakaian bahan bakar, dan

isu-isu permasalahan lingkungan lainnya, serta meningkatnya angka kepemilikan

mobil yang akhirnya meningkatkan kebutuhkan area parkir.

Dibandingkan dengan rapid transit (subway), kereta ini memiliki frekuensi yang

lebih rendah, lebih kepada mengikuti jadwal dari pada interval. Kereta ini

melayani area yang lebih berkepadatan rendah, dan sering berbagi jalur dengan

kereta antarkota atau kereta barang. Terkadang dalam kondisi tertentu beberapa

kereta melayani saat jam-jam sibuk. Kereta ini memiliki gerbong dengan satu

Panjang kereta 20 sampai 26 meter

Lebar kereta 3,05 sampai 3,2 meter

Tinggi kereta single-level 4 meter Tinggi kereta double-level 5 meter

Jumlah penumpang single-level Lebih dari 128 kursi Jumlah penumpang double-level Lebih dari 175 kursi

Kapasitas berdiri 360 orang

Jumlah gerbong dalam kereta 1 sampai 12 gerbong Laju kecepatan maksimal 80 mph (130 km/jam) Kecepatan rata-rata 18-50 mph (30-75 km/jam)

Maksimum kurva rel :

 Jalur utama Radius 174 meter

 Jalur stasiun Radius 91 meter

Maksimum Kenaikan Rel :

(5)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

 Jalur utama tergabung Kenaikan 1%  Jalur dengan kebutuhan maksimal Kenaikan 2%

Jarak senggang sepur 1,435 meter

Minimum lebar selubung 4 sampai 4,75 meter Minimum tinggi selubung 5,4 meter

Minimum tinggi selbung kereta barang 6,7 sampai

Tabel 2.1 Karaktersitik Commuter Rail

Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1). Penggerak dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan 2). Berpenggerak tenaga listrik. Sedangkan berdasarkan jumlah kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni: 1). Single level cars, dan 2).Bi-level cars, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 dibawah ini:

Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1). Penggerak dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan 2). Berpenggerak tenaga listrik. Sedangkan berdasarkan jumlah kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni: 1). Single level cars, dan 2).Bi-level cars, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 dibawah ini:

Gambar 2. 1. Single level cars dan Bi-level cars

(6)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

2) Stasiun Kereta Api (Commuter Rail Station)

Stasiun merupakan bagian dari perkeretaapian yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api. Beberapa pengertian mengenai stasiun:

a. Stasiun adalah tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus bagasinya. Di stasiun itu juga diadakan kesempatan untuk mengirim dan menerima barang kiriman, serta kesempatan untuk bersimpangan atau bersusulan dua kereta api atau lebih1.

b. Stasiun adalah tempat akhir dan awal perjalanan kereta api, bukan merupakan tujuan atau awal perjalanan yang sebenarnya. Dari stasiun masih dibutuhkan moda angkutan lain untuk sampai ke tujuan akhir2. Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenisnya

masing-masing, dengan rincian sebagai berikut: a. Menurut bentuknya

1. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak sepur-sepur yang berakhiran di stasiun tersebut.

Gambar 2. 2. Stasiun siku-siku sumber : Jalan Kereta Api,

Imam Subarkah, 1981.

2. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan stasiun pertemuan.

(7)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.

3. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di tengah-tengah antara sepur.

Gambar 2. 4. Stasiun pulau.

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah,

1981.

4. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang bergandengan.

b. Menurut jangakauan pelayanan

1. Stasiun jarak dekat (Commuter Station)

2. Stasiun jarak datang (Medium Distance Station)

3. Stasiun jarak jauh (Long Distance Station)

c.Menurut letak

1. Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan. 2. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan.

3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan. 4. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan.

(8)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

1. Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya ada dua atau tiga rel kereta api.

Gambar 2. 6. Stasiun semenanjung.

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.

2. Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang dan melayani penumpang jarak jauh.

Gambar 2. 7. Stasiun sedang.

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.

3. Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang banyak dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya besar dengan system pengaturan yang sangat kompleks.

Gambar 2. 8. Stasiun besar.

sumber : Jalan Kereta Api,

(9)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

e. Menurut posisinya

1. Ground level station,bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan

platform/peron diatas tanah.

Gambar 2. 9. Ground Level Station.

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.

2. Over track station,letak bangunan stasiunnya diatas platform/peron.

Gambar 2. 10. Over Track Station

sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.

3. Under track station, letak bangunan stasiunnya di bawah peron.

Gambar 2. 11. Under Track Station.

sumber : Jalan Kereta Api, Imam

(10)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Sedangkan menurut PT. Kereta Api, stasiun digolongkan/diklasifikasikan dalam beberapa yang diputuskan oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan mempertimbangkan nilai bobot stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus Point Method yang terdiri dari 10 faktor penilaian/klasifikasi, yaitu :

1. Jumlah personil.

2. Jumlah kereta api yang dilayani. 3. Jumlah kereta api yang berhenti. 4. Jumlah kereta api yang dialngsir. 5. Daerah tingkat kedudukan stasiun. 6. UPT lain disekitarnya. dikelompokkan menjadi 4 kelas stasiun, yaitu :

1. Stasiun kelas besar 2. Stasiun kelas 1 3. Stasiun kelas 2 4. Stasiun kelas 3

(11)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

2.3.2. Sejarah Kereta Api Kota Binjai

Pada tanggal 23 Januari 1883 dikeluarkanlah tanah konsesi untuk kereta api jalur Medan ke Binjai No.17, tgl 23 Jan 1883 dengan jarak 20,888 km. 1 Maret 1887 barulah tahap pengerjaannya dimulai.

Stasiun yang terletak pada ketinggian ±29,52 m dpl ini sekarang berada di Divisi Regional 1 Sumatera Utara dan NAD. Tidak seperti kebanyakan stasiun lain di Sumatera Utara yang sudah berganti arsitektur, Stasiun Binjai ini masih mempertahankan gaya bangunan kolonial semenjak masa pembangunannya dulu. Sebelum sampai ke Binjai, dibangun pula 4 stasiun yaitu: Sikambing, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski.

Stasiun Binjai ini dibangun menjadi stasiun persimpangan antara jalur ke Besitang dan jalur ke Kuala. Namun saat ini jalur KA ke Kuala sudah mati dan yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya saja. Jalur KA menuju Kuala dan Besitang terdapat di sebelah Utara stasiun Binjai.

(12)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

2.3.3. Struktur Organisasi Pengelola Stasiun Kereta Api

Diagram 2.28 Struktur Organisasi Pengelolaan Stasiun PT. Kereta Api (Persero)

Dari struktur organisasi di atas dapat diperkirakan jumlah personel pengelola stasiun kereta api Binjai, yaitu :

(13)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

No Jabatan Jumlah

9 Telekomunikasi 3 orang

10 Teknisi 8 orang

11 Kondektur 4 orang

12 Staff Teleks -

58 orang

Tabel 2.2 Jumlah Personel Pengelola

Sedangkan pengertian dan fungsi tugas personel yang terdapat pada stasiun kereta api Binjai adalah :

a. Kepala Stasiun : orang yang bertanggung jawab atas urusan perjalanan kereta api, berkuasa atas aktivitas kereta api dan penanggung jawab keuangan.

b. Wakil Kepala Stasiun : bertugas membantu tugas-tugas kepala stasiun, jabatan ini hanya ada pada stasiun besar.

c. Bendahara : bertugas mengurusi masalah administrasi keuangan stasiun kereta api.

d. Pimpinan Perjalanan Kereta Api (PPKA) : mengatur operasional perjalanan kereta api.

e. Kondektur : orang yang bertugas sebagai pemimpin dalam perjalanan kereta api dan bertanggung jawab penuh.

(14)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

2.3.4. Jaringan Eksisting Kereta Api Medan

Gambar 2. 12. Peta Jaringan Jalan Rel Sumatera

sumber : PT. Kereta Api (persero), 2005.

Gambar 2. 13. Jaringan Jalan Rel di Provinsi Sumatera Utara

Jenis Rel Panjang (km) Koridor

R42 187 Rantauprapat – Kisaran – Tebing

Tinggi

R33 101 Tebing Tinggi – Medan – Belawan

Medan – Binjai

R25 248

Tanjung Pura-Pangkalan Susu

Binjai – Kuala

Medan – Batu

Medan – Pancur Batu

Lubuk Pakam – Pertumbukan

Tebing Tinggi – Siantar

Kisaran – Tanjung Balai

(15)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

sumber : Hasil Studi Kelayakan Kereta Api Komuter Medan dan sekitarnya, PT Kereta Api (persero) Tahun 2005.

2.3.4. Aktivitas di Stasiun Kereta Api Binjai

Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam stasiun kereta api Binjai adalah : a. Penumpang, melakukan aktivitas berangkat dan datang.

b. Pengantar/penjemput, mengantar /menjemput sanak saudara yang berangkat/datang.

c. Pemberi jasa.

2.3.4. Hal-hal yang dapat dipelajari

a. Menurut jangkauan pelayanannya merupakan stasiun jarak sedang. b. Menurut letaknya merupakan stasiun antara.

c. Menurut ukurannya merupakan stasiun sedang. d. Jumlah personil pengelola adalah orang.

2.4. Studi Banding Proyek Sejenis

Berikut beberapa studi banding bangunan dengan fungsi sejenis. proyek-proyek sejenis ini dapat diambil sebagai bahan pembelajaran, baik itu typologi maupun penerapan konsep-konsep arsitekturnya. Studi banding tersebut antara lain:

Berikut ini kesimpulan secara keseluruhan : 1) Stasiun Kyoto

(16)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Gambar 2. 14. Atap lengkung Stasiun Kyoto dengan bahan baja dan kaca

sumber : Google.com

Stasiun kompleks berisi pusat perbelanjaan, beberapa museum kecil, bioskop layar lebar, dua teater lain, department store Isetan, dua bertingkat parkir mobil garasi, game center, Granvia Hotel, kantor-kantor pemerintah, berbagai macam restoran dan fasilitas lain yang disediakan oleh pemerintah daerah. Bangunan ini juga dilengkapi ruang kantor di menara tersebut.

Stasiun ini memiliki strutur kaca yang futuristik. Terdiri dari 15 lantai dengan kaca berlapis monolit abu-abu yang menonjol dan kontras dengan lingkungannya. Salah satu fiturnya adalah pembangunan gelombang kaca yang melengkung dengan atap baja sepanjang platform stasiun.

Besarnya konstruksi ditegaskan oleh sistem eskalator raksasa yang difungsikan untuk mengambil penumpang sampai sembilan lantai, 60m tinggi atrium sepanjang concourse utama, sampai di atap terdapat pemandangan spektakuler Kota Kyoto dari atas dek. Struktur ini memiliki fluiditas ruang, diskontinuitas yang menarik dari skala, garis atap yang terbuka dan kualitas futuristik yang gelap.

Gambar 2. 15. Salah satu kereta api bawah yang berada di gedung utama

(17)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Fasad “unik kubik” stasiun dibangun dengan piringan kaca yang

ditempatkan di atas rangka baja. Stasiun ini memiliki ketinggian 70m dengan bentang 470m dari timur ke barat dan luas area lantai besar sebesar 238,000m².

Gambar 2. 16. Fasad menara Stasiun Kyoto dengan kaca hitam difungsikan sebagai kantor dan hotel

sumber : Google.com

"Stasiun Kyoto baru menandai awal dari era baru perkembangan bertingkat tinggi di kota." Tangga grand stasiun ini memiliki 171 langkah dan sering digunakan sebagai tuan rumah dalam acara-acara seperti konser dan komedi di akhir pekan.

Secara keseluruhan bangunan stasiun ini memiliki gaya futuristik, tapi tetap dirancang baik sesuai dengan konteksnya, dengan penataan ruang yang baik dan dirancang untuk tujuan menggunakan bahan modern yang menyatu dengan baik. Stasiun ini digambarkan sebagai 'kombinasi yang menakjubkan dari kaca dan baja dan dengan ruang publik kolosal'.

2) Berlin Central Station

(18)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

disingkat sampul stasiun di 100 meter dan lantai bawah yang berfungsi sebagai penukar panas bawah tanah yang akan dibahas, menyebabkan tidak ada daylight tiba seperti yang direncanakan dalam proyek awal.

Pembangunan baru Berlin Hauptbahnhof adalah karya logistik. Sementara melakukan penggalian, tingkat air tanah terus-menerus dipantau oleh monitor sekaligus bahwa mereka akan naik jembatan dan 1,5 juta meter kubik bumi telah dihapus di tongkang, yang jika tidak akan diperlukan konvoi truk 1.300 mil panjang.

Sebagian kompleks konstruksi itu terkait dengan yayasan, sebagai bangunan terletak pada tanah berpasir di tepi sungai Spree. Untuk mengatasi kesulitan ini kolam beton dibangun pada kedalaman 25 meter yang diisi dengan air tanah.

Lain dari prestasi rekayasa yang terjadi dalam konstruksi ini adalah peletakan jembatan logam yang melintasi stasiun di seluruh. Karena risiko yang ditimbulkan oleh bangunan sebagai stasiun itu penuh sesak dengan orang-orang, diputuskan untuk menjalankan untuk akhir pekan di mana stasiun ditutup untuk umum selama 54 jam. Maka struktur ini dibangun dalam dua bagian vertikal dan 1.200 ton masing-masing, dan kemudian bergabung sebagai jembatannya.

(19)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Gambar 2. 17. Berlin Central Station

sumber : Google.com

Lobi stasiun dibingkai oleh dua struktur melengkung setinggi 46 kaki berusaha untuk menyoroti skala tempat, pentingnya stasiun sebagai titik persimpangan antara Eropa dan menghubungkan timur dan barat.

Dari 175.000 m2, 21.000 m2 digunakan untuk transportasi kereta api, dengan dua tingkat dan memiliki 14 platform, 15.000 m2 difungsikan sebagai toko-toko dan restoran, 50.000 m2 kantor, dan 5.500 m2 jembatan fungsional kereta api. Platform tersebar di area seluas 32.000 m2 dan luas garasi menempati sekitar 25.000m2.

Gambar 2. 18. Lobby entry Berlin Central Station

(20)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Antara dua frame terdapat central nave yang melindungi platform stasiun, dengan panjang 430 meter, berorientasi ke arah timur - barat, ditutupi oleh kubah kaca besar dan cahaya yang membentang lebih dari 321 meter.

Bangunan berorientasi utara-selatan dengan lebar 45 meter dan 159 panjang, terletak di antara dua blok bangunan dan ditutupi oleh kubah barel, kerawang dan kaca. Dari sudut pandang arsitektur dan perencanaan kota, struktur ini, yang disebut bangunan jembatan membentuk kapal kaca stasiun kereta api.

Gambar 2. 19. Suasana ruang pada Berlin Central Station

sumber : Google.com

Dua bangunan jembatan stasiun dibagi menjadi dua bidang fungsional yang berbeda. Area komersial, restoran dan layanan bagi pengguna kereta api berada di tingkat bawah dan area kantor 50.000 m² menempati sembilan dari sepuluh lantai bangunan ini. Mereka kantor fungsional dan mudah beradaptasi, menghubungkan ruang yang berbeda dengan tangga.

(21)

Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Perancangan Stasiun Mixed-Use di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Binjai

Jarak antar lengkung sekitar 13 meter rentang grid spasial yang mengganti tali transparan biasa.

Stasiun ini bergantung pada basis salib, yang sekaligus mengintegrasikan blok diagonal dominan bangunan. Soket persegi panjang dapat diakses dari keempat sisi dengan tangga dan menawarkan ruang publik besar untuk ketinggian 4,43 m di atas permukaan jalan, jelas terpisah dari daerah sirkulasi.

Pintu masuk hall memiliki atap kaca yang terhubung ke jembatan yang memiliki bangunan di sisi, melayani luar struktur pendukung sama seperti balok dukungan dalam bentuk perut ikan, dengan 4, 70 meter yang terletak kubah kaca atap.

Atap kaca dari stasiun baru di Berlin adalah konstruksi berteknologi tinggi dari era modern. Atap dari arah timur ke barat dari stasiun menutupi jembatan kereta api komuter. Sebanyak 23 gulungan baja mendukung atap lengkung tinggi 16 meter dan lebar 59-68 meter. Sisi bawah dua lantai terakhir dirancang sebagai lintas kubah untuk menciptakan ruang yang berkualitas tinggi.

Gambar

Tabel 2.1 Karaktersitik Commuter Rail
Gambar 2. 5. Stasiun
Gambar 2. 11. Under Track Station.
Tabel 2.2 Jumlah Personel Pengelola
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, mixed-use shopping mall and office merupakan sebuah rancangan multi fungsi pusat perbelanjaan yang dihubungkan dengan sky-cross yang dimana di salah satu

Hasil studi menunjukkan bahwa Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan TOD sudah memiliki karakteristik pembentuk TOD seperti Fungsi transit, area komersial

Atas kemurahan-Nya lah saya dapat menyelesaikan segala keseluruhan dari proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang mana sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Permasalahan inilah sebagai acuan atau gambaran untuk dijadikan isu keberlanjutan yang dapat di cegah dengan menerapkan konsep TOD agar Binjai tidak bernasib

lebih dari 1 fungsi pada satu rancangan/ satu tempat, yang dimanaa. penggabungan fungsi-fungsi yang berbeda tersebut bisa

Laporan yang penulis susun ini, adapun intinya merupakan pengembangan pusat komersial shopping mall dan office, yang berada pada suatu kawasan TOD yang berpusat pada

Dengan aplikasi sederhana dan cat yang terjangkau, fasada apartemen ini berbentuk kotak-kotak dengan adanya jendela, kotak tanaman, dan balkon yang tidak tersusun

Atas kemurahan-Nya lah saya dapat menyelesaikan segala keseluruhan dari proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang mana sebagai salah satu syarat untuk memperoleh