PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
TAHUN 2008 - 2013
SKRIPSI
Oleh:
Rahmawanti Azizah
NIM: C04211113
Universitas Islam Negeri Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah
Surabaya
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Rahmawanti Arrzah
NIM C0421lll3
ini
telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Selas4 Tanggal 10 Februari2015, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
progam Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Ekonomi Islam. Majelis Munaqasah Skripsi:
Ketua
Imam Buchori. M.Si NIP. 19680926200003 1001
Penguji II, Pembimbing
NrP. 1965061 5 l 991021001
Uk-
ql
Vidia Gati. SE.
Ak
MEI.NrP. 197605102007012030
Surabaya,
l1
Februari 2015 MengesahkanFakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Imam Buchori M.Si NIP. 19680926200003 1001
. 19740209t998031002
PERNYATAAI{
KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Semester Fakultas / Prodi
Judul Skripsi
Rahmawanti Azizah
c042tttt3
W
Ekonomi & Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah
'?engmuh Variabel Malaoekonomi Terhadap Indeks Hmga Saham Gabrmgan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index
(JII) Tahun 2008-2013"
Dengao ini
penelitian
srmbernya-menyatakan bahwa
atau karya
sendiri,skripsi
ini
secara keseluruhan adalah hasilkecuali pada
bagian-bagianyang
dirujukSuabaya" 09 Januari 2015 Saya yang menyatakan,
PERSETLIJUAN
PHidBn BING
Skripsi yang
ditulis
oleh Rahmawauti Azizah NIM CM2llll3 ini telahdiperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.
Srnabaya, 09 Januai 201 5 Pernbimbitg,
ffieM.Ivf'$i
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul
“
Pengaruh Variabel Makroekonomi Internal dan
Eksternal Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII) Tahun 2008-
2013”
ini merupakan hasil penelitian empiris yang bertujuan
untuk menjawab pertanyaan apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal
(PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII) tahun 2008 hingga tahun 2013. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2013 dari laporan
bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia, Laporan Statistik Bursa Efek
Indonesia, dan publikasi pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik Indonesia.
Metode yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan SPSS 19.
Hasil pengujian uji f menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000
artinya variabel independen (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, harga minyak, dan Indeks Dow Jones)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (IHSG dan JII).
Selanjutnya hasil pengujian uji hipotesis uji t terhadap IHSG (Y
1) menunjukan
bahwa nilai signifikansi PDB (X
1) sebesar 0,372, inflasi (X
2) sebesar 0,677, tingkat
suku bunga (X
5) sebesar 0,389 dan harga minyak dunia (X
6) sebesar 0,055. Dari
keempat nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PDB, inflasi, suku bunga
dan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap IHSG karena memiliki p value
> 0,05. Sedangkan jumlah uang beredar (X
3), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
(X
4) dan Indeks Dow Jones (X
6) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ditunjukan P value sebesar 0,000.
Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial terhadap JII (Y
2) menunjukan nilai
signifikansi PDB (X
1) sebesar 0,268, inflasi (X
2) sebesar 0,097, tingkat suku bunga
(X
5) sebesar 0,704 dan harga minyak dunia (X
6) sebesar 0,641. Dari keempat nilai
signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PBD, inflasi, suku bunga dan harga
minyak dunia tidak berpengaruh terhadap JII karena memiliki p value
>
0,05.
Sedangkan niali signifikansi jumlah uang beredar (X
3) sebesar 0,001, nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS (X
4) sebesar 0,000 dan Indeks Dow Jones (X
6) sebesar
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah dan
Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap JII dengan
ditunjukan P value < 0,05.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12
1. Indeks Harga Saham Gabungan ... 12
2. Jakarta Islamic Indeks ... 12
3. Teori Variabel Makroekonomi ... 13
a. Produk Domestik Bruto ... 13
b. Tingkat Inflasi ... 15
c. Tingkat Jumlah Uang Beredar ... 18
d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 19
e. Tingkat Suku Bunga SBI ... 21
f. Harga Minyak Dunia ... 22
g. Indeks Dow Jones ... 23
4. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham ... 24
a. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap IHSG dan JII ... 24
b. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap IHSG dan JII ... 25
c. Pengaruh Tingkat Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG dan JII ... 26
d. Pengaruh Nilai Tukar terhadap IHSG dan JII ... 26
e. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG dan JII .... 27
f. Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap IHSG dan JII ... 28
g. Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII ... 29
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 30
C. Kerangka Konseptual ... 39
D. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
D. Variabel Penelitian ... 45
E. Definisi Operasional ... 47
1. Independen Variabel ... 47
a. Indeks Harga Saham Gabungan ... 47
b. Jakarta Islamic Indeks ... 47
2. Dependen Variabel ... 48
a. Produk Domestik Bruto ... 48
b. Inflasi ... 48
d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 49
e. Suku Bunga Indonesia ... 50\
f. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ... 50
g. Indeks Dow Jones ... 51
F. Data dan Sumber Data ... 51
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 53
1. Teknik Pengumpulan Data ... 53
a. Field Research ... 53
b. Internet Research ... 53
2. Teknik Analisis Data ... 54
a. Regresi Berganda ... 54
b. Uji Asumsi Klasik ... 55
1) Uji Heteroskedastisitas ... 55
2) Uji Autokolerasi ... 56
3) Uji Normalitas ... 56
4) Uji Multikolinearitas ... 57
c. Uji Hipotesis ... 58
1) Uji t ... 58
2) Uji f ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Indeks Harga Saham Gabungan ... 61
1. Profil Indeks Harga Saham Gabungan ... 61
2. Komponen Indeks Harga Saham Gabungan ... 62
3. Proses Pelaksanaan Perdagangan ... 67
a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ... 67
b. Proses Pelaksanaan Perdagangan secara Remote ... 68
B. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Indeks ...70
1. Profil Jakarta Islamic Indeks ... 70
3. Komponen Saham Jakarta Islamic Indeks ... 73
4. Proses Pelaksanaan Perdagangan ... 75
a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ... 75
b. Proses Pelaksanaan Perdagangan Secara Remote ... 76
C. Deskripsi Variabel Penelitian ... 78
1. Perkembangan Data Indeks Harga Saham Gabungan ... 78
2. Perkembangan Data Jakarta Islamic Indeks ... 80
3. PDB ... 82
4. Inflasi ... 84
5. Jumlah Uang Beredar ... 86
6. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 88
7. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) ... 90
8. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ... 92
9. Indeks Dow Jones ... 94
D. Analisis dan Pembahasan ... 96
1. Uji Normalitas ... 96
2. Uji Multiolenieritas ... 98
3. Uji Heteroskedastisitas ... 99
4. Uji Autokolerasi ... 101
5. Regresi Linear Berganda ... 102
6. Uji Hipotesis ... 106
a. Uji Simultan (Uji f) ... 106\
b. Uji Parsial (Uji t) ... 109
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113
1. Pengaruh Simultan ... 113
b. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi
terhadap JII ... 114
2. Pengaruh Parsial ... 116
a. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap IHSG ... 116
1) PDB ... 116
2) Inflasi ... 117
3) Jumlah Uang Beredar... 118
4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 119
5) Tingkat Suku Bunga ... 120
6) Harga Minyak ... 121
7) Indeks Dow Jones... 122
b. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap JII ... 123
1) Pertumbuhan GDP ... 123
2) Inflasi ... 124
3) Jumlah Uang Beredar... 125
4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 126
5) Tingkat Suku Bunga ... 128
6) Harga Minyak Dunia ... 129
7) Indeks Dow Jones... 130
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN ... 132
B. SARAN ... 140
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Investasi di pasar modal dewasa ini sangat dilirik oleh para
investor, hal ini dikarenakan adanya perkembangan perekonomian
dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi pertumbuhan
investasi di negara tersebut. Pasar modal merupakan salah satu alat
penggerak perekonomian suatu negara karena pasar modal merupakan
sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang
diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan
dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
1Secara umum, pasar modal merupakan tempat kegiatan
perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Fungsi
utama pasar modal adalah sebagai sarana akumulasi dana bagi
pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Sumber pendanaan melalui
pasar modal dianggap paling murah sebagai sumber dana karena
mempunyai resiko kecil dibanding dengan sumber lainnya. Martini
menyatakan bahwa melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh
dana dari masyarakat/investor yang dapat digunakan untuk usaha,
1 Aditya Novianto, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp),
2
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.
2Sehingga berinvestasi
di pasar modal sangat membantu investor untuk mengelola dana secara
efektif dan menghasilkan return yang tinggi.
Oleh sebab itu, sebelum menanamkan modalnya investor harus
memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi harga saham yang ada
di Bursa Efek Indonesia agar investor tidak salah dalam mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham sehingga dapat
menghasilkan return yang tinggi. Salah satu sumber informasi yang
diperlukan oleh investor untuk mengetahui pergerakan harga saham
adalah dengan menggunakan indeks harga saham. Indeks harga saham
merupakan salah satu indikator utama yang mencerminkan kinerja
saham-saham di pasar modal.
Saat ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks.
3Diantara indeks-indeks tersebut, yang seringkali digunakan oleh investor
sebagai tolak ukur kinerja seluruh sistem adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII). IHSG merupakan salah
satu indikator utama pergerakan yang mencerminkan perubahan harga
saham dalam aktifitas perdagangan saham konvensional, sedangkan
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah satu indikator utama
2Sofia Febri Ayu Coria. “Pengaruh Perubahan Produk Domestic Bruto, Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2012), 1.
3http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx (diakses Rabu, 8 Oktober
3
pergerakan saham yang berlandaskan syariah. Perbedaan utama IHSG dan
JII terletak pada screening process yang dilakukan terhadap JII.
Gerakan indeks saham di suatu pasar modal tersebut dapat
menjelaskan apakah aktifitas transaksi saham-saham yang diperjual
belikan dipengaruhi oleh sentimen positif (aksi beli) atau sentimen
negatif (aksi jual). Berita baik seperti membaiknya perekonomian suatu
negara, meningkatnya kinerja para emiten, semakin kondusifnya iklim
investasi, membaiknya masalah keamanan suatu negara maka hal tersebut
merupakan sentimen positif untuk para investor. Di sisi lain, jika terjadi
aksi teror, kudeta, peperangan di suatu negara, hal ini merupakan
sentimen negatif bagi para investor.
4Sehingga dalam pergerakan indeks
saham tersebut, tidak terlepas dari berbagai faktor internal maupun
eksternal yang mempengaruhinya, salah satunya adalah variabel
makroekonomi.
Sharpe
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu indikasi aktivitas
ekonomi agregat seperti GDP, nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, dan
tingkat suku bunga, selain itu adanya kebijakan pemerintah yang
mendukung perkembangan pasar modal seperti kemudahan bagi
perusahaan-perusahaan yang akan meng-go public-kan sahamnya akan
mendorong semakin banyaknya pelaku pasar modal, pertumbuhan
4 Nachrowi Djalal Nachrowi, “Prediksi IHSG Dengan Model Garch dan ARIMA”, Jurnal
4
ekonomi makro serta perkembangan politik di dalam negeri juga turut
mempengaruhi pasar modal suatu negara.
5Pada tahun 2008 krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat
yang dimulai sejak tahun 2007 telah memperburuk kondisi perekonomian
Amerika Serikat secara keseluruhan dan berakibat pada krisis keuangan
dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari bangkrutnya
salah satu bank investasi terkemuka di Amerika Serikat, jatuhnya indeks
Dow Jones, meningkatnya harga minyak dunia yang berdampak pada
tingginya inflasi, yang pada akhirnya menyebabkan perekonomian dunia
mengalami perlambatan pertumbuhan. Di Indonesia, hal ini tercermin dari
melemahnya nilai kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang
menembus Rp. 9.416, peningkatan suku bunga Bank Indonesia hingga
9,25% dan IHSG turun hingga level 1.832,507 atau mengalami penurunan
sebesar 33,26% dari IHSG pada akhir 2007.
6Pada tahun 2009 di saat perekonomian dunia belum sepenuhnya
pulih, pemerintah berhasil mengambil kebijakan dan langkah strategis
yang cepat dan tepat, sehingga tercipta kestabilan politik dan ekonomi.
Situasi ini telah mendukung kinerja Bursa Efek Indonesia dalam
mewujudkan strategi dan langkah tepat untuk mengamankan pasar modal
dan meredam gejolak pasar, sehingga pelaku pasar dapat mengambil
5 Anis Wijayanti, “Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia
terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI”, Jurnal Administrasi & Bisnis, Vol.1 No.2 (Juli 2013), 2.
6 tp., Building Convidence in The Global Market Turbulence, (Jakarta: Indonesian Stock
5
keputusan berinvestasi secara rasional. Upaya ini membuahkan hasil
dengan kesuksesan BEI menutup tahun 2009 dengan prestasi sebagai
bursa dengan kinerja IHSG tertinggi kedua di Asia Pasifik.
7BEI menutup
tahun 2009 dengan pencapaian IHSG terbesar 2.534,356 meningkat
86,98% dari tahun 2008 dan tertinggi pertumbuhannya dibandingkan
bursa-bursa lain di Asia Tenggara.
8Berbeda dengan tahun 2009, Meskipun perekonomian nasional
dibayangi laju inflasi dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun
2010 tercatat 6,96% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,78% namun hal
ini mampu diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 4,6%. Sedangkan dari sisi nilai
tukar, kurs Rupiah pada akhir tahun 2010 mencapai Rp. 8991 per dolar
AS atau terdepresiasi sebesar 4,35% dibandingkan dengan kurs Rupiah
akhir tahun 2009 yang berada diposisi Rp. 9.400 per dolar AS.
9Selain
itu, kondisi fundamental ekonomi yang kuat dan stabil menjadi salah satu
faktor dominan terhadap pencapaian kinerja pasar modal secara
keseluruhan dan BEI khususnya.
10Pemerintah juga mampu menjaga stabilitas sosial dan politik
sehingga menciptakan rasa nyaman dan aman bagi pelaku pasar. Sehingga
7 tp., Overcoming Global Crisis, Winning Back The Confidence, (Jakarta: Indonesian Stock
Exchange), Annual Report 2009, 5.
8 Ibid., 14.
9 tp., Entering New Frontiers Beyond Expectations, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange), Annual
Report 2010, 21.
6
kseluruhan faktor pendukung tersebut mendorong kepercayaan investor
baik investor domestik maupun investor asing untuk tetap
menginvestasikannya di Pasar Modal Indonesia. Hal ini tercermin dari
nilai investasi bersih (net buying) investor asing sebesar 57,87% dari Rp
13,29 trilliun di akhir 2009 menjadi Rp. 20,98% per 31 Desember 2010.
Oleh sebab itu, bisa difahami jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
selama tahun 2010 mencatat kenaikan tertinggi di kawasan Asia Pasifik
setelah Bursa Efek Colombo (Srilanka).
11Di awal tahun 2011, aktivitas investasi di pasar modal lebih
ditentukan oleh faktor eksternal, terutama permasalahan krisis utang di
Eropa. Pelaku pasar pun masih dihinggapi ketidakpastian tentang
perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pengaruh kondisi
perekonomian global ini tercermin pada kinerja IHSG yang mengalami
naik turun cukup signifikan. Pada 1 Agustus 2011, IHSG mencapai titik
tertinggi di level 4.193,44 atau tumbuh sebesar 13,23% dibandingkan
dengan penutupan pasar di pada 30 Desember 2010. Namun indeks
mengalami penurunan hingga 8,8% pada September 2011 dan menyentuh
titik terendahnya pada tanggal 4 Oktober 2012 yakni 3,269,45. Namun
perkembangan situasi selanjutnya menunjukkan sisi yang positif.
12Pada tahun 2012, perekonominan Indonesia tumbuh stabil di saat
gejolak pasar keuangan dunia masih terasa efeknya dan belum pulih
11 Ibid.
12 tp., Sterenghening Resilience Embracing Growth., (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),
7
sepenuhnya. Kinerja ekonomi positif tersebut ikut mendorong tumbuhnya
pasar modal Indonesia. Meskipun nilai rata-rata transaksi harian turun,
tetapi secara keseluruhan pasar bergerak positif. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi di angka 4.375,17 pada
November 2012. Meskipun terjadi fluktuasi, namun sampai dengan akhir
perdagangan tahun 2012, IHSG masih mampu bertahan di titik 4.316,69
dan mencatat pertumbuhan positif 12,94% dibandingkan penutupan tahun
2011.
13Demikian pula pada tahun 2013, Indeks Harga Saham Gabungan
meningkat di awal tahun namun kembali terkoreksi pada akhir tahun,
meskipun sempat memecahkan rekor tertinggi di level 5.214,98 pada
tangal 20 Mei 2013. Di penghujung 2013 IHSG ditutup di level 4.274,18
atau mengalami koreksi sebesar 0,98% dibanding tahun sebelumnya yang
di tutup di level 4.316,69. Kondisi ini tidak bisa dihindarkan seiring
dengan dinamika yang terjadi di ekonomi makro maupun ekonomi global.
Ekonomi makro hanya mampu tumbuh 5,78% tidak mencapai 6,3%
seperti yang ditargetkan di APBN-P. Indikator lainnya juga kurang
kondusif bagi kegiatan pasar modal. Nilai Rupiah terhadap dolar AS
mengalami penurunan hingga akhir tahun menjadi Rp.12.189 per dolar
AS. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang 2013 adalah 10.425
per dolar AS, lebih rendah dari target APBN-P 2013 yang ditetapkan
Rp.9.600 per dolar AS. Laju inflasi juga bergerak di luar perkiraan yaitu
13 tp., Broadening, Opportunities, Entering The Next Level, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),
8
8,38% selama tahun kalender 2013, lebih tinggi dari target 7,2%. Begitu
pula dengan tingkat BI
rate yang mencapai 7,5% serta terjadinya defisit
transaksi berjalan yang semakin membuat investor untuk menahan diri
untuk berinvestasi di pasar modal.
14Di tingkat global, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2012
mencapai 3,22%, sedangkan pada tahun 2013 tumbuh hanya 3,01%.
Meskipun ekonomi di beberapa negara kawasan Eropa (zona Euro) belum
mengalami
recovery, tapi pertumbuhan ekonomi global ditandai oleh
pemulihan ekonomi di sejumlah negara yang selama ini sering menjadi
barometer seperti Amerika Serikat, Jepang, China dan India. Namun
pemulihan ekonomi di negara adidaya itu justru menimbulkan efek yang
kurang kondusif dalam negeri. Kebijakan yang ditempuh Bank Sentral
AS,
Federal Reserve (The Fed), tentang pengurangan stimulus
(quantitave easing) telah menyebabkan keluarnya dana-dana jangka
pendek dari Indonesia. Kebijakan ini menjadi salah satu faktor turunnya
IHSG di kuartal IV dan melemahnya nilai rupiah.
15Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi
internal dan eksternal terhadap indeks saham dengan prinsip konvensional
pada IHSG dan indeks saham dengan prinsip syariah pada JII pada kurun
14 tp., Embarking on a New Journey, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange) Annual Report 2013,
28.
9
waktu 2008 hingga 2013 untuk melihat pengaruh yang akan timbul
selama terjadi kondisi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,
jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?
2.
Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,
jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
10
terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Jakarta Islamic Index (JII).
2.
Untuk mengetahui apakah variabel makroekonomi internal dan
eksternal (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan
Indeks Dow Jones) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII).
D.
Kegunaan Hasil Penelitian
1.
Untuk mengetahui bukti empiris mengenai pengaruh variabel
makroekonomi (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan
Indeks Dow Jones) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Jakarta Islamic Index (JII).
11
keputusan untuk menjual atau membeli saham agar dapat
meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
3.
Peneliti/penulis sendiri, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai investasi di pasar modal.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah penggambaran
secara keadaan harga-harga saham secara keseluruhan pada waktu
yang berbeda sehingga dapat dilihat kecenderungan kenaikan atau
penurunan. IHSG merupakan perbandingan total nilai pasar saham
terhadap total nilai dasar saham yang merupakan salah satu indikator
bagi perkembangan suatu pasar modal. Selain itu IHSG dapat
dikatakan sebagai pencerminan dari berbagai fenomena ekonomi,
bahkan fenomena sosial politik.
12.
Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang berisi 30 saham
syariah yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang
masuk JII dipilih dari saham saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia yang masuk DES (Daftar Efek Syariah) yang ditetapkan
Bapepam dan LK serta dipilih berdasarkan urutan terbesar dari
rata-rata nilai kapitalisasi dan nilai perdagangan dalam setahun.
21 Alfarisi Muslim, “Indeks Developed Market (Dow Jones, FTSE100, NKY225) Dan Indeks Emerging Market (BVSE, SENSEX) Dengan IHSG Sebelum dan Selama Krisis” (Skripsi -Universitas Airlangga, Surabaya, 2011), 9.
2 http://www.bapepam.go.id/syariah/edukasi/faq.html diakeses pada tanggal 2 Desember 2014
13
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia berkerjasama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam yaitu Jakarta
Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja
saham-saham
yang
berbasis
syariah
serta
untuk
lebih
mengembangkan pasar modal syariah.
33.
Teori Variabel Makroekonomi
Beberapa variabel makroekonomi yang akan penulis gunakan
dalam menganalisis pengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan dan Jakarta Islamic Indeks adalah produk domestik bruto,
tingkat inflasi, tingkat jumlah uang yang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS, tingkat suku bunga SBI, harga minyak dunia, dan
Indeks Dow Jones.
a.
Produk Domestik Bruto
Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu
tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: Produk
Domestik Bruto/PDB (gross domestic product/GDP), Produk
Nasional Bruto (gross national product/ GNP) serta pendapatan
nasional netto (net national product/NNP).
43 Ibid., 12.
14
Gross Domestic Products (GDP) dapat diartikan sebagai
nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksikan
didalam suatu negara atau perekonomian dalam kurun waktu
tertentu.
Produk Domestik Bruto dinilai sebagai statistika
perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai
ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. PDB
mengukur nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final)
yang diproduksi dalam sebuah negara.
5Jenis PDB digolongkan menjadi 2, yaitu PDB nominal dan
PDB riil. PDB nominal adalah nilai produksi barang dan jasa
yang di ukur dengan harga-harga di masa sekarang, sedangkan
PDB riil adalah menilai suatu produksi barang dan jasa dengan
menggunakan harga-harga tetap/konstan.
6Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Tandelin menjelaskan bahwa
jika pertumbuhan ekonomi membaik maka daya beli masyarakat
pun akan meningkat, dan memberikan kesempatan bagi
perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dan pada akhirnya
merupakan kesempatan perusahaan untuk meningkatkan
keuntungan. Laba yang tinggi menjadi daya tarik bagi para
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga
15
apabila semakin banyak permintaan atas saham perusahaan maka
harga saham akan meningkat.
7b.
Tingkat Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung
secara terus menerus.
8Veneries dan Sebold (1978:603),
mendefinisikan
inflasi
sebagai
suatu
kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus
sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level of
prices to rise over time).
Dari tersebut di atas, setidaknya ada tiga hal yang penting
ditekankan, yaitu
9:
1.
Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat,
yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada
waktu yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan
dengan
sebelumnya,
tetapi
tetap
menunujukkan tendensi yang meningkat.
7 Ika Sisbintari, “Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal
Kebijakan Pubilik & Bisnis, Vol.6 No.2 (Januari-Juni 2012), 7.
8 Prathama Raharja, et al. Teori Ekonomi Makro, (Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004) 155.
16
2.
Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara
terus menerus
(sustained) yang berarti bukan terjadi pada
suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
3.
Bahwa tingkat harga yang dimaksud di sini adalah tingkat
harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami
kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi
saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Untuk mencegah dan menanggulangi inflasi, maka
menurut Nopirin, pemerintah dapat melakukan kebijaksanaan
berikut ini:
101.
Kebijaksanaan Moneter.
Kebijaksanaan moneter diambil untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat yaitu dengan caa menaikkan
tingkat suku bunga melalui instrument Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
2.
Kebijaksanaan Fiskal.
Kebijakan fisikal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah dan perpajakan, artinya inflasi dapat
ditekan apabila pemerintah mengurangi pengeluarannya dan
menaikkan pajak.
17
3.
Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output.
Kenaikan jumlah output barang dapat menekan inflasi,
karena dengan banyaknya jumlah barang di dalam negeri
cenderung menurunkan harga. kenaikkan jumlah output
barang ini dapat dicapai salah satunya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk impor barang.
4.
Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indeks.
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan cara penentuan harga
berdasarkan indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah,
artinya jika indeks harga naik, maka gaji atau upah juga akan
naik.
Ang menyatakan bahwa inflasi yang tinggi menyebabkan
menurunnya
keuntungan
suatu
perusahaan,
sehingga
menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif. Menurut
Tandelilin , kinerja bursa efek ikut mengalami penurunan jika
inflasi meningkat. Inflasi yang tinggi akan berdampak naiknya
harga-harga secara umum, dan ini berdampak pada melonjakkan
biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami
persaingan investasi yang artinya adanya kecenderungan investor
18
harga saham di pasar modal mengalami penurunan secara
signifikan.
11c.
Tingkat Jumlah Uang yang Beredar
Uang adalah persediaan aset yang segera digunakan untuk
melakukan transaksi.
12Menurut Sadono Sukirno, uang beredar
adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu,
adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral dalam bank-bank umum.
13Uang beredar adalah uang
yang beredar di tangan masyarakat. Cakupan dan definisi ini terus
berkembang dan perhitungannya dapat berbeda antara negara satu
dengan negara lainnya.
Namun demikian, dua pendekatan utama dalam
menghitung jumlah uang yang beredar yaitu: pendekatan
transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas
(liquidity approach). Pendekatan ini memandang bahwa jumlah
uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan
untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah
uang yang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1. Di
Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal yang terdiri
atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas pada
11 Ria Astuti, et al. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar, Kurs Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG 2008-2012”, Journal Of Social and Politic Of Science, Vol.2 No.4 (2013), 18.
12 Gregory mankiew, Macroeconomic Edisi ke 5, (Jakarta: Erlangga, 2003), 76.
19
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan bank umum
dan uang giral yang terdiri atas rekening giro, kiriman uang,
simpanan berjangka, dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh
tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam
rupiah pada sistem moneter.
14d.
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Nilai tukar rupiah (exchange rate) adalah perbandingan
antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah
pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang
mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing.
Di dunia terdapat 3 macam sistem penetapan nilai tukar,
menurut Hady, sistem tersebut meliputi:
1.
Sistem Nilai Tukar Tetap/Stabil
(Fixed Exchange Rate
System).
Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus
perdagangan dan investasi internasional atau antar negara
dapat berjalan lancar.
2.
Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate
System).
14 Rowland Bismark Fernando Pasaribu, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
20
Dalam sistem ini nilai tukar atau
forex rate suatu mata
uang atau valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran pada bursa valuta asing. Sistem nilai
tukar mengambang dibagi menjadi dua yaitu:
a)
Freely Floating Rateatau Clean Float.
Adalah sistem dengan tidak adanya campur tangan
pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap
valuta asing di bursa valuta asing.
b)
Managed Float atau Dirty Float.
Adalah sistem dengan adanya campur tangan
pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap
valuta asing di bursa valuta asing. Sistem ini banyak
digunakan oleh berbagai negara di dunia termasuk di
Indonesia.
c)
Sistem Nilai Tukar Terkait
(Pegged Exchange Rate
System).
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan
nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang
negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini
dilakukan oleh beberapa negara di Afrika yang mengaitkan
nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis.
Kurs merupakan variabel yang banyak diperhatikan oleh
21
AS maka investor akan cenderung untuk memegang dollar
karena hal tersebut akan lebih menguntungkan bagi investor,
selain itu keuntungan mata uang rupiah yang diperoleh oleh
investor asing setelah dikonversikan dalam mata uang dollar
akan menjadi lebih sedikit. Sehingga dengan tingkat
keuntungan yang lebih rendah ketika kurs rupiah terdepresiasi
akan mengakibatkan investor menarik uangnya dalam pasar
saham dan memindahkanya untuk diinvestasikan ke pasar valas.
Hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham jika investor
secara besar-besaran menjual sahamnya (over-supply) untuk
diinvestasikan ke pasar valas.
e.
Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan 47 oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan
maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia
BI-SSSS. Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum
dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana
sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar
sekunder.
15
22
Tingkat suku bunga menurut Reilly dan Brown (2003:422)
merupakan harga atas dana yang dipinjam. Kenaikan atas suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia diikuti pula oleh kenaikan suku
bunga deposito. Suku bunga deposito cenderung berpengaruh
negatif terhadap harga saham, sehingga semakin tinggi suku
bunga deposito maka harga saham akan semakin menurun.
16f.
Harga Minyak Dunia
Harga minyak bumi seperti yang disebutkan dalam berita
pada umumnya mengacu pada harga spot minyak perbarel (159
liter) jenis WTI (West Texas Intermediate) yang diperdagangkan
pada
New York Mercantile Exchange (NYMEX) atau jenis
minyak Brent yang diperdagangkan pada
Intercontinental
Exchange (ICE). Harga satu barel minyak mentah dunia sangat
tergantung pada kedua kelas tersebut, yang ditentukan oleh
faktor-faktor seperti berat jenis atau API dan kandungan sulfur,
serta lokasinya. Tolok ukur minyak mentah dunia lainnya yang
cukup penting antara lain harga minyak OPEC, Dubai Crude, serta
Tapis Crude (Singapura).
Menurut Prasetiono, kenaikan harga minyak Dunia dapat
memberikan dampak yang berbeda pada setiap harga saham, baik
pada saham perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
23
maupun saham pada perusahaan yang bergerak di luar bidang
pertambangan. Pada perusahaan non pertambangan, kenaikan
harga minyak bisa membawa dampak yang negatif karena akan
mengakibatkan kenaikan biaya produksi dan secara tidak langsung
akan menurunkan harga saham. Sedangkan pada perusahaan
pertambangan kenaikan harga minyak akan berdampak positif
pada penerimaan yang akan diperoleh yang akan mengakibatkan
kenaikan harga saham.
g.
Indeks Dow Jones
Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di
Amerika selain dari Indeks transportasi Dow Jones. Indeks Dow
Jones dikeluarkan pertama kali pada tanggal 26 Mei 1896 oleh
editor
Wall Street Journal dan Dow Jones & company. Indeks
Dow Jones merupakan representasi dari rata-rata 12 saham dari
berbagai industri terpenting di Amerika Serikat.
Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari 3 indeks
utama di Amerika Serikat. Indeks yang lain adalah
Nasdaq
Composite dan
Standard & Poor’s 5
00. Indeks ini
merepresentasikan dari kegiatan perekonomian di Amerika
Serikat. Indeks ini dapat menggambarkan mengenai bagaimana
24
Perusahaan yang tercatat di Indeks Dow Jones merupakan
perusahaan besar yang telah beroperasi secara global. Dengan
naiknya Indeks Dow Jones ini berarti kinerja perekonomian
Amerika Serikat ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan
ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan
ekspor maupun aliran 62 modal masuk baik investasi langsung
maupun melalui pasar modal.
174.
Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham
a.
Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap IHSG dan JII
Berdasarkan penelitian Sri Martini yang meneliti pengaruh
tingkat inflasi, nilai tukar, suku bunga, serta Produk Domestik
Bruto (PDB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pada Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan berupa data
triwulan peroide Januari 2000 - September 2008 dengan metode
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara
simultan seluruh variabel independen terbukti berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial
nilai tukar dan PDB berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
25
Sedangkan
terhadap
JII
berdasarkan
penelitian
Nurpramana yang pernah meneliti pengaruh suku bunga SBI, laju
inflasi, dan pertumbuhan PDB terhadap imbal hasil saham JII pada
periode 1995-2004 dengan menggunakan model
Multiple
Regression Arbitrage Pricing Theory (APT) menyimpulkan bahwa
pertumbuhan PDB merupakan faktor yang berpengaruh positif
terhadap imbal hasil saham JII.
18b.
Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap IHSG dan JII
Muhammad Zuhdi Amin meneliti pengaruh tingkat inflasi,
suku bunga SBI, nilai kurs Dollar (USD/IDR), dan indeks Dow
Jones (DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap IHSG. Hal ini sesuai dengan penelitian Tobing
(2009) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh
secara parsial terhadap IHSG.
19Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Muzayyin yang
meneliti pengaruh inflasi, suku bunga domestik, suku bunga luar
negri dan kurs (Studi pada IHSG dan JII Tahun 2005-2007)
menyatakan bahwa secara parsial inflasi berpengaruh negatif
18 Alfina, “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Jakarta Islamic Index (JII)” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2012), 27.
26
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dan begitu pula dengan
Jakarta Islamic Indeks, inflasi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap JII.
20c.
Pengaruh Tingkat Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG dan JII
Aditya Novianto meneliti pengaruh nilai tukar (kurs)
dollar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang beredar
(M2) terhadap IHSG periode 1999-2010 menyatakan bahwa dari
hasil regresi diketahui bahwa jumlah uang beredar (M2)
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap IHSG.
21Sedangkan terhadap JII, Menurut hasil penelitian Reny
Maharani menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan
kausalitas antara money supply (M
2) berpengaruh terhadap harga
saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh
terhadap M
2. Tetapi dalam jangka pendek hanya variabel makro
M
2yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII.
d.
Pengaruh Nilai tukar terhadap IHSG dan JII
Adit Tia Nugraha meneliti pengaruh SBI, kurs rupiah,
harga emas dunia, indeks Hangseng dan indeks Nikkei 225
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun
20Ahmad Muzayyin Adib, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Domestik, Suku Bunga Luar Negri Dan Kurs (Studi Pada IHSG Dan JII Tahun 2005-2007)” (Skripsi - - UIN Sunan Kalijaga, Semarang, 2013), 145.
27
2011 menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sari
Yuni Kemala bahwa menguatnya kurs dollar terhadap rupiah akan
berdampak pada menguatnya IHSG.
22Sedangkan terhadap JII, menurut penelitian Gilang Rizky
Dewanti yang meneliti pengaruh inflasi, suku bunga, jumlah uang
beredar, kurs nilai tukar dollar Amerika/Rupiah dan harga emas
dunia terhadap Jakarta Islamic indek di Bursa efek Indonesia
(BEI) Periode 2009-2012 menunjukkan bahwa nilai tukar
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap JII di Bursa Efek
Indonesia periode Januari 2009-2012.
23e.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG dan JII
Muhammad Zuhdi Amin meneliti tentang pengaruh
tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs Dollar (USD/IDR), dan
indeks Dow Jones (DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2011. Berdasarkan hasil pengujian dengan Uji F dapat
dikemukakan bahwa inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs Dollar, dan
indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh terhadap Indeks
22Adit Tia Nugraha, “Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hangseng Dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)” (Skripsi - - UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), 73. 23Gilang Rizky Dewanty, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Kurs
28
Harga Saham Gabungan sebesar 62%. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Pramulia yang mengungkapkan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI, dan kurs dollar berpengaruh secara simultan terhadap
IHSG. Begitu pula Tobing mengungkapkan hasil yang sama yakni
tingkat inflasi, suku bunga SBI dan kurs dollar berpengaruh secara
simultan terhadap IHSG.
24Sedangkan terhadap JII, Farida Titiek Kristanti, dkk (telah
meneliti pengaruh inflasi, suku bunga SBI dan kurs valuta asing
terhadap JII pada periode 2008-2012. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa dalam jangka panjang suku bunga SBI
memiliki hubungan yang positif terhadap JII,
25f.
Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap IHSG dan JII
Berdasarkan hasil penelitian Adi Yunanto Yuniar yang
meneliti pengaruh inflasi, PDB, indeks DJIA, dan harga minyak
dunia periode 1997-2012 menunjukkan bahwa pada jangka
panjang harga minyak dunia berkorelasi positif dan berpengaruh
secara signifikan terhadap IHSG.
26Sedangkan terhadap JII, Septian Prima Rusbandriand, dkk
telah meneliti pengaruh tingkat inflasi, harga minyak dunia, harga
emas dunia, dan kurs rupiah terhadap pergerakan Jakarta Islamic
24 Muhammad Zuhdi Amin, Pengaruh …, 14.
25 Farida Tatiek Kristanti, Pengujian Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Isalmic Indeks. Vol 17 No 1 Januari 2013. 227.
29
Index di Bursa Efek Indonesia. Ditemukan bahwa harga minyak
dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jakarta Islamic
Indeks. Hasil ini diperkuat dengan Uji parsial (Uji t) yang
berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara harga minyak
dunia terhadap JII. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Indriasari yang menunjukkan terdapat pengaruh yang positif
antara harga minyak dunia terhadap JII.
27g.
Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII
Budilaksono, dkk meneliti pengaruh ekonomi makro,
indeks Dow Jones dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di BEI Periode 2007-2011, disebutkan
bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap
IHSG.
28Sedangkan Sriwardani pernah meneliti mengenai pengaruh
Indeks Dow Jones terhadap JII, disebutkan bahwa variabel indeks
Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap JII. Karena
berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji t, ditemukan
bahwa nilai t-Stat yang diperoleh dari model VAR lebih besar dari
hasil
critical value, sehingga Ho ditolak. Dalam penelitian
27 Septian Prima Rusbandriand, dkk. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Dan Kurs Rupiah Terhadap Pergerakan Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek Indonesia. Prosiding Seminar Nasional, Forum Bisnis & Keuangan I, 734.
28Budi Susanto, 2013. “Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI Periode 2007-2011” Jurnal Ilmiah
30
tersebut dijelaskan bahwa diantara sekian banyak variabel makro
ekonomi yang diteliti, satu-satunya variabel yang berpengaruh
secara signifikan terhadap pergerakan JII adalah variabel Indeks
Dow Jones ini, sementara lainnya tidak berpengaruh.
29B.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian, yang diperoleh dari
beberapa skripsi dan jurnal:
1.
Adit Tia Nugraha (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Adit Tia Nugraha meneliti
pengaruh SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hangseng, Dan
Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan periode
2008-2010, baik secara parsial maupun simultan. Metode analisis
yang digunakan adalah metode analisis regresi lineier berganda. Data
yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2008-2010. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial variabel kurs rupiah,
harga emas dunia, dan Indeks Hangseng berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan variabel
Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
2.
Aditya Novianto (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto meneliti
pengaruh nilai tukar (kurs) dollar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan
31
jumlah uang beredar (M2) terhadap IHSG periode 1999-2010. Data
yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang telah digunakan
oleh lembaga pengumpul serta di publikasikan pada masyarakat
pengguna data. Data dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
publikasi dari Bank Indonesia berupa laporan tahunan dari Bank
Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil dari Jakarta Stock
Exchange periode 1999-2010. Penelitian ini membuktikan bahwa kurs
dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), suku bunga SBI, dan inflasi
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG periode
1999-2010. Sedangkan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010.
3.
Ahmad Muzayyin Adib (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muzayyin meneliti
pengaruh kondisi makro ekonomi yang diwakili oleh variabel inflasi,
suku bunga domestik, suku bunga luar negri, dan kurs serta
pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan
Jakarta
Islamic Index. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa
data bulanan dari bulan Januari 2005 sampai Juni 2007. Analisis yang
digunakan yaitu analisis regresi linier berganda uji t dan uji f. Hasil
dari pengujian ini menyimpulkan bahwa variabel kurs berpengaruh
negatif secara signifikan dan suku bunga luar negri mempunyai
pengaruh positif terhadap
Jakarta Islamic Index. Sedangkan inflasi
32
4.
Alfina (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Alfina meneliti pengaruh Produk
Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah
uang beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
perubahan tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak
dunia, dan perubahan indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan dan
Jakarta Islamic Index Periode 2003-2010. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri
dari data harian IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat
inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga,
tingkat pertumbuhan harga minyak dunia, dan perubahan indeks Dow
Jones. dan metode yang digunakan adalah metode analisis regresi
linier berganda. Hasil yang diperoleh adalah perubahan nilai tukar
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, indeks Dow Jones
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan IHSG. Perubahan
GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia
tidak berpengaruh terhadap perubahan IHSG. Perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS dan indeks Dow Jones berpengaruh
signifikan terhadap JII. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang
beredar, dan harga minyak dunia tidak berpengaruh secara signifikan
33
keseluruhan variabel makroekonomi lebih berpengaruh terhadap IHSG
daripada JII.
5.
Gilang Rizki Dewanti (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Gilang Rizki Dewanti menguji
pengaruh inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar
dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia terhadap Jakarta Islamic
Indeks periode 2009-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder
yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data bulanan variabel JII,
inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar
Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs
nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia berpengaruh
negatif terhadap JII.
6.
Wasriati (2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Wasriati (2010) menguji variabel
makro ekonomi berupa nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah
uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB)
terhadap Jakarta Islamic Indeks. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai desember
2009. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat
adanya hubungan jangka panjang dan
Error Correction Model untuk
34
menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel
nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan
tingkat inflasi terhadap JII. Sedangkan dalam jangka pendek variabel
nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan
tingkat inflasi tidak erpengaruh terhadap JII.
Penelitian yang saat ini dilakukan oleh penulis dengan judul
“Pengaruh Variabel Makroekonomi Internal dan Eksternal terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index
(JII) tahun 2008-
2013”
lebih menekankan kepada pengaruh tingkat
pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang
beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, perubahan
tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak, dan
perubahan indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII dan perbandingan
diantara keduanya. Persamaan penelitian yang akan dilakukan penulis
dengan penelitian terdahulu ialah pada objek dan metode analisisnya
saja. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis
dengan penelitian terdahulu ialah pada periode pengamatan dan juga
pada analisis data yang digunakan. Data yang digunakan oleh peneliti
adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data
bulanan IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi,
tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga, tingkat
35
Untuk mempermudah membedakan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian yang sekarang maka digunakan tabel seperti di
[image:46.595.117.545.208.757.2]bawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil Perbedaan
Adit Tia
Nugraha (2013)
Analisis Pengaruh
SBI, Kurs
Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hangseng, dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) periode 2008-2010 (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2008-2010)
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2008-2010. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara parsial variabel kurs rupiah, harga emas dunia, dan Indeks Hangseng berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan variabel Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Pertama, variabel independen yang digunkan SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hangseng, Dan Indeks Nikkei 225. Sedangkan variabel dependen nya adalah IHSG .
Kedua, Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2008-2010.
Aditya
Novianto (2012)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika/Rupiah (US$/Rp),
Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks
Analisis yang digunakan yaitu persamaan regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diperoleh koefisien regresi untuk setiap variabel dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut: Y= -0.175–
2.166*kurs-0.002*bunga +0.015*inf+1.93*M2*=
Signifikan pada Ƚ = 5 persen.
Pertama, variabel independen yang digunakan hanya Nilai Tukar (Kurs) Dollar
36
Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999-2010
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kurs dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Suku bunga SBI, dan inflasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010. Sedangkan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010. .
dependennya hanya IHSG saja. Kedua,
metode yang digunakan adalah metode persamaan regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Ketiga, Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 1999-2010.
Ahmad
Muzayyin Adib (2009)
Pengaruh inflasi, suku bunga domestik, suku bunga luar negri, dan kurs terhadap indeks harga saham (Studi pada JII dan IHSG Tahun 2005-2007.
Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda uji t dan uji f. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data bulanan dari bulan Januari 2005 sampai Juni 2007. Hasil dari pengujian ini menyimpulkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif secara signifikan dan suku bunga luar negri mempunyai pengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index. Sedangkan inflasi dan suku bunga domestik tidak berpengaruh signifikan.
Pertama, variabel independen yang digunakan inflasi,
suku bunga
domestik, suku bunga luar negri, dan kurs. Kedua,
Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2005-2007.
Alfina (2012) Pengaruh Variabel
Metode analisis yang digunakan adalah metode
37
Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan
Jakarta Islamic Index. (Periode 2003-2010)
analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data harian IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak dunia, dan perubahan indeks Dow Jones. dan metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh adalah perubahan nilai tukar terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, indeks Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan IHSG. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap perubahan IHSG. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap JII. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia tidak
data harian. Kedua,
38
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan JII. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan variabel
makroekonomi lebih
berpengaruh terhadap IHSG daripada JII.
Gilang Rizki Dewanti (2013)
Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Kurs Nilai Tukar Dolar
Amerika/Rupiah Dan Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta Islamic Indeks di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2012)
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data bulanan variabel JII, inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap JII.
Pertama, variabel independen berupa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Sedangkan variabel dependen hanya IHSG saja.
Kedua, periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2009-2012.
Wasriati (2012) Analisis Pengaruh Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index.
Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka pendek. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh
Pertama,
menggunakan uji Kointegrasi dan
Error Correction Model. Kedua, variabel
39
antara variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi terhadap JII. Sedangkan dalam jangka pendek variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi tidak erpengaruh terhadap JII.
(kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan variabel dependennya hanya Jakarta Islamic Indeks saja. Ketiga,
periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2003-2009.
C.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini ditunjukkan pada skema
[image:50.595.114.542.107.725.2]berikut: