• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2008 - 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2008 - 2013."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

TAHUN 2008 - 2013

SKRIPSI

Oleh:

Rahmawanti Azizah

NIM: C04211113

Universitas Islam Negeri Surabaya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi Ekonomi Syariah

Surabaya

(2)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Rahmawanti Arrzah

NIM C0421lll3

ini

telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Selas4 Tanggal 10 Februari

2015, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

progam Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Ekonomi Islam. Majelis Munaqasah Skripsi:

Ketua

Imam Buchori. M.Si NIP. 19680926200003 1001

Penguji II, Pembimbing

NrP. 1965061 5 l 991021001

Uk-

ql

Vidia Gati. SE.

Ak

MEI.

NrP. 197605102007012030

Surabaya,

l1

Februari 2015 Mengesahkan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Imam Buchori M.Si NIP. 19680926200003 1001

. 19740209t998031002

(3)

PERNYATAAI{

KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Semester Fakultas / Prodi

Judul Skripsi

Rahmawanti Azizah

c042tttt3

W

Ekonomi & Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah

'?engmuh Variabel Malaoekonomi Terhadap Indeks Hmga Saham Gabrmgan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index

(JII) Tahun 2008-2013"

Dengao ini

penelitian

srmbernya-menyatakan bahwa

atau karya

sendiri,

skripsi

ini

secara keseluruhan adalah hasil

kecuali pada

bagian-bagian

yang

dirujuk

Suabaya" 09 Januari 2015 Saya yang menyatakan,

(4)

PERSETLIJUAN

PHidBn BING

Skripsi yang

ditulis

oleh Rahmawauti Azizah NIM CM2llll3 ini telah

diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Srnabaya, 09 Januai 201 5 Pernbimbitg,

ffieM.Ivf'$i

(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Variabel Makroekonomi Internal dan

Eksternal Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic

Index (JII) Tahun 2008-

2013”

ini merupakan hasil penelitian empiris yang bertujuan

untuk menjawab pertanyaan apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal

(PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat

suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara simultan dan parsial

berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic

Index (JII) tahun 2008 hingga tahun 2013. Dalam penelitian ini data yang digunakan

adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2013 dari laporan

bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia, Laporan Statistik Bursa Efek

Indonesia, dan publikasi pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik Indonesia.

Metode yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan SPSS 19.

Hasil pengujian uji f menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000

artinya variabel independen (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, harga minyak, dan Indeks Dow Jones)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (IHSG dan JII).

Selanjutnya hasil pengujian uji hipotesis uji t terhadap IHSG (Y

1

) menunjukan

bahwa nilai signifikansi PDB (X

1

) sebesar 0,372, inflasi (X

2

) sebesar 0,677, tingkat

suku bunga (X

5

) sebesar 0,389 dan harga minyak dunia (X

6

) sebesar 0,055. Dari

keempat nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PDB, inflasi, suku bunga

dan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap IHSG karena memiliki p value

> 0,05. Sedangkan jumlah uang beredar (X

3

), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

(X

4

) dan Indeks Dow Jones (X

6

) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ditunjukan P value sebesar 0,000.

Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial terhadap JII (Y

2

) menunjukan nilai

signifikansi PDB (X

1

) sebesar 0,268, inflasi (X

2

) sebesar 0,097, tingkat suku bunga

(X

5

) sebesar 0,704 dan harga minyak dunia (X

6

) sebesar 0,641. Dari keempat nilai

signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PBD, inflasi, suku bunga dan harga

minyak dunia tidak berpengaruh terhadap JII karena memiliki p value

>

0,05.

Sedangkan niali signifikansi jumlah uang beredar (X

3

) sebesar 0,001, nilai tukar

rupiah terhadap dolar AS (X

4

) sebesar 0,000 dan Indeks Dow Jones (X

6

) sebesar

0,001. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah dan

Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap JII dengan

ditunjukan P value < 0,05.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12

1. Indeks Harga Saham Gabungan ... 12

2. Jakarta Islamic Indeks ... 12

3. Teori Variabel Makroekonomi ... 13

a. Produk Domestik Bruto ... 13

b. Tingkat Inflasi ... 15

c. Tingkat Jumlah Uang Beredar ... 18

d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 19

e. Tingkat Suku Bunga SBI ... 21

(7)

f. Harga Minyak Dunia ... 22

g. Indeks Dow Jones ... 23

4. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham ... 24

a. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap IHSG dan JII ... 24

b. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap IHSG dan JII ... 25

c. Pengaruh Tingkat Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG dan JII ... 26

d. Pengaruh Nilai Tukar terhadap IHSG dan JII ... 26

e. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG dan JII .... 27

f. Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap IHSG dan JII ... 28

g. Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII ... 29

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 30

C. Kerangka Konseptual ... 39

D. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 47

1. Independen Variabel ... 47

a. Indeks Harga Saham Gabungan ... 47

b. Jakarta Islamic Indeks ... 47

2. Dependen Variabel ... 48

a. Produk Domestik Bruto ... 48

b. Inflasi ... 48

(8)

d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 49

e. Suku Bunga Indonesia ... 50\

f. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ... 50

g. Indeks Dow Jones ... 51

F. Data dan Sumber Data ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 53

1. Teknik Pengumpulan Data ... 53

a. Field Research ... 53

b. Internet Research ... 53

2. Teknik Analisis Data ... 54

a. Regresi Berganda ... 54

b. Uji Asumsi Klasik ... 55

1) Uji Heteroskedastisitas ... 55

2) Uji Autokolerasi ... 56

3) Uji Normalitas ... 56

4) Uji Multikolinearitas ... 57

c. Uji Hipotesis ... 58

1) Uji t ... 58

2) Uji f ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Indeks Harga Saham Gabungan ... 61

1. Profil Indeks Harga Saham Gabungan ... 61

2. Komponen Indeks Harga Saham Gabungan ... 62

3. Proses Pelaksanaan Perdagangan ... 67

a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ... 67

b. Proses Pelaksanaan Perdagangan secara Remote ... 68

B. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Indeks ...70

1. Profil Jakarta Islamic Indeks ... 70

(9)

3. Komponen Saham Jakarta Islamic Indeks ... 73

4. Proses Pelaksanaan Perdagangan ... 75

a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ... 75

b. Proses Pelaksanaan Perdagangan Secara Remote ... 76

C. Deskripsi Variabel Penelitian ... 78

1. Perkembangan Data Indeks Harga Saham Gabungan ... 78

2. Perkembangan Data Jakarta Islamic Indeks ... 80

3. PDB ... 82

4. Inflasi ... 84

5. Jumlah Uang Beredar ... 86

6. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 88

7. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) ... 90

8. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ... 92

9. Indeks Dow Jones ... 94

D. Analisis dan Pembahasan ... 96

1. Uji Normalitas ... 96

2. Uji Multiolenieritas ... 98

3. Uji Heteroskedastisitas ... 99

4. Uji Autokolerasi ... 101

5. Regresi Linear Berganda ... 102

6. Uji Hipotesis ... 106

a. Uji Simultan (Uji f) ... 106\

b. Uji Parsial (Uji t) ... 109

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

1. Pengaruh Simultan ... 113

(10)

b. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi

terhadap JII ... 114

2. Pengaruh Parsial ... 116

a. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap IHSG ... 116

1) PDB ... 116

2) Inflasi ... 117

3) Jumlah Uang Beredar... 118

4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 119

5) Tingkat Suku Bunga ... 120

6) Harga Minyak ... 121

7) Indeks Dow Jones... 122

b. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap JII ... 123

1) Pertumbuhan GDP ... 123

2) Inflasi ... 124

3) Jumlah Uang Beredar... 125

4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ... 126

5) Tingkat Suku Bunga ... 128

6) Harga Minyak Dunia ... 129

7) Indeks Dow Jones... 130

BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN ... 132

B. SARAN ... 140

(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Investasi di pasar modal dewasa ini sangat dilirik oleh para

investor, hal ini dikarenakan adanya perkembangan perekonomian

dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi pertumbuhan

investasi di negara tersebut. Pasar modal merupakan salah satu alat

penggerak perekonomian suatu negara karena pasar modal merupakan

sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang

diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan

dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

1

Secara umum, pasar modal merupakan tempat kegiatan

perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Fungsi

utama pasar modal adalah sebagai sarana akumulasi dana bagi

pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Sumber pendanaan melalui

pasar modal dianggap paling murah sebagai sumber dana karena

mempunyai resiko kecil dibanding dengan sumber lainnya. Martini

menyatakan bahwa melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh

dana dari masyarakat/investor yang dapat digunakan untuk usaha,

1 Aditya Novianto, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp),

(13)

2

ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.

2

Sehingga berinvestasi

di pasar modal sangat membantu investor untuk mengelola dana secara

efektif dan menghasilkan return yang tinggi.

Oleh sebab itu, sebelum menanamkan modalnya investor harus

memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi harga saham yang ada

di Bursa Efek Indonesia agar investor tidak salah dalam mengambil

keputusan untuk menjual atau membeli saham sehingga dapat

menghasilkan return yang tinggi. Salah satu sumber informasi yang

diperlukan oleh investor untuk mengetahui pergerakan harga saham

adalah dengan menggunakan indeks harga saham. Indeks harga saham

merupakan salah satu indikator utama yang mencerminkan kinerja

saham-saham di pasar modal.

Saat ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks.

3

Diantara indeks-indeks tersebut, yang seringkali digunakan oleh investor

sebagai tolak ukur kinerja seluruh sistem adalah Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII). IHSG merupakan salah

satu indikator utama pergerakan yang mencerminkan perubahan harga

saham dalam aktifitas perdagangan saham konvensional, sedangkan

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah satu indikator utama

2Sofia Febri Ayu Coria. “Pengaruh Perubahan Produk Domestic Bruto, Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2012), 1.

3http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx (diakses Rabu, 8 Oktober

(14)

3

pergerakan saham yang berlandaskan syariah. Perbedaan utama IHSG dan

JII terletak pada screening process yang dilakukan terhadap JII.

Gerakan indeks saham di suatu pasar modal tersebut dapat

menjelaskan apakah aktifitas transaksi saham-saham yang diperjual

belikan dipengaruhi oleh sentimen positif (aksi beli) atau sentimen

negatif (aksi jual). Berita baik seperti membaiknya perekonomian suatu

negara, meningkatnya kinerja para emiten, semakin kondusifnya iklim

investasi, membaiknya masalah keamanan suatu negara maka hal tersebut

merupakan sentimen positif untuk para investor. Di sisi lain, jika terjadi

aksi teror, kudeta, peperangan di suatu negara, hal ini merupakan

sentimen negatif bagi para investor.

4

Sehingga dalam pergerakan indeks

saham tersebut, tidak terlepas dari berbagai faktor internal maupun

eksternal yang mempengaruhinya, salah satunya adalah variabel

makroekonomi.

Sharpe

menyatakan

bahwa

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu indikasi aktivitas

ekonomi agregat seperti GDP, nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, dan

tingkat suku bunga, selain itu adanya kebijakan pemerintah yang

mendukung perkembangan pasar modal seperti kemudahan bagi

perusahaan-perusahaan yang akan meng-go public-kan sahamnya akan

mendorong semakin banyaknya pelaku pasar modal, pertumbuhan

4 Nachrowi Djalal Nachrowi, “Prediksi IHSG Dengan Model Garch dan ARIMA”, Jurnal

(15)

4

ekonomi makro serta perkembangan politik di dalam negeri juga turut

mempengaruhi pasar modal suatu negara.

5

Pada tahun 2008 krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat

yang dimulai sejak tahun 2007 telah memperburuk kondisi perekonomian

Amerika Serikat secara keseluruhan dan berakibat pada krisis keuangan

dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari bangkrutnya

salah satu bank investasi terkemuka di Amerika Serikat, jatuhnya indeks

Dow Jones, meningkatnya harga minyak dunia yang berdampak pada

tingginya inflasi, yang pada akhirnya menyebabkan perekonomian dunia

mengalami perlambatan pertumbuhan. Di Indonesia, hal ini tercermin dari

melemahnya nilai kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang

menembus Rp. 9.416, peningkatan suku bunga Bank Indonesia hingga

9,25% dan IHSG turun hingga level 1.832,507 atau mengalami penurunan

sebesar 33,26% dari IHSG pada akhir 2007.

6

Pada tahun 2009 di saat perekonomian dunia belum sepenuhnya

pulih, pemerintah berhasil mengambil kebijakan dan langkah strategis

yang cepat dan tepat, sehingga tercipta kestabilan politik dan ekonomi.

Situasi ini telah mendukung kinerja Bursa Efek Indonesia dalam

mewujudkan strategi dan langkah tepat untuk mengamankan pasar modal

dan meredam gejolak pasar, sehingga pelaku pasar dapat mengambil

5 Anis Wijayanti, “Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia

terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI”, Jurnal Administrasi & Bisnis, Vol.1 No.2 (Juli 2013), 2.

6 tp., Building Convidence in The Global Market Turbulence, (Jakarta: Indonesian Stock

(16)

5

keputusan berinvestasi secara rasional. Upaya ini membuahkan hasil

dengan kesuksesan BEI menutup tahun 2009 dengan prestasi sebagai

bursa dengan kinerja IHSG tertinggi kedua di Asia Pasifik.

7

BEI menutup

tahun 2009 dengan pencapaian IHSG terbesar 2.534,356 meningkat

86,98% dari tahun 2008 dan tertinggi pertumbuhannya dibandingkan

bursa-bursa lain di Asia Tenggara.

8

Berbeda dengan tahun 2009, Meskipun perekonomian nasional

dibayangi laju inflasi dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun

2010 tercatat 6,96% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,78% namun hal

ini mampu diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.

Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 4,6%. Sedangkan dari sisi nilai

tukar, kurs Rupiah pada akhir tahun 2010 mencapai Rp. 8991 per dolar

AS atau terdepresiasi sebesar 4,35% dibandingkan dengan kurs Rupiah

akhir tahun 2009 yang berada diposisi Rp. 9.400 per dolar AS.

9

Selain

itu, kondisi fundamental ekonomi yang kuat dan stabil menjadi salah satu

faktor dominan terhadap pencapaian kinerja pasar modal secara

keseluruhan dan BEI khususnya.

10

Pemerintah juga mampu menjaga stabilitas sosial dan politik

sehingga menciptakan rasa nyaman dan aman bagi pelaku pasar. Sehingga

7 tp., Overcoming Global Crisis, Winning Back The Confidence, (Jakarta: Indonesian Stock

Exchange), Annual Report 2009, 5.

8 Ibid., 14.

9 tp., Entering New Frontiers Beyond Expectations, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange), Annual

Report 2010, 21.

(17)

6

kseluruhan faktor pendukung tersebut mendorong kepercayaan investor

baik investor domestik maupun investor asing untuk tetap

menginvestasikannya di Pasar Modal Indonesia. Hal ini tercermin dari

nilai investasi bersih (net buying) investor asing sebesar 57,87% dari Rp

13,29 trilliun di akhir 2009 menjadi Rp. 20,98% per 31 Desember 2010.

Oleh sebab itu, bisa difahami jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

selama tahun 2010 mencatat kenaikan tertinggi di kawasan Asia Pasifik

setelah Bursa Efek Colombo (Srilanka).

11

Di awal tahun 2011, aktivitas investasi di pasar modal lebih

ditentukan oleh faktor eksternal, terutama permasalahan krisis utang di

Eropa. Pelaku pasar pun masih dihinggapi ketidakpastian tentang

perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pengaruh kondisi

perekonomian global ini tercermin pada kinerja IHSG yang mengalami

naik turun cukup signifikan. Pada 1 Agustus 2011, IHSG mencapai titik

tertinggi di level 4.193,44 atau tumbuh sebesar 13,23% dibandingkan

dengan penutupan pasar di pada 30 Desember 2010. Namun indeks

mengalami penurunan hingga 8,8% pada September 2011 dan menyentuh

titik terendahnya pada tanggal 4 Oktober 2012 yakni 3,269,45. Namun

perkembangan situasi selanjutnya menunjukkan sisi yang positif.

12

Pada tahun 2012, perekonominan Indonesia tumbuh stabil di saat

gejolak pasar keuangan dunia masih terasa efeknya dan belum pulih

11 Ibid.

12 tp., Sterenghening Resilience Embracing Growth., (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),

(18)

7

sepenuhnya. Kinerja ekonomi positif tersebut ikut mendorong tumbuhnya

pasar modal Indonesia. Meskipun nilai rata-rata transaksi harian turun,

tetapi secara keseluruhan pasar bergerak positif. Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi di angka 4.375,17 pada

November 2012. Meskipun terjadi fluktuasi, namun sampai dengan akhir

perdagangan tahun 2012, IHSG masih mampu bertahan di titik 4.316,69

dan mencatat pertumbuhan positif 12,94% dibandingkan penutupan tahun

2011.

13

Demikian pula pada tahun 2013, Indeks Harga Saham Gabungan

meningkat di awal tahun namun kembali terkoreksi pada akhir tahun,

meskipun sempat memecahkan rekor tertinggi di level 5.214,98 pada

tangal 20 Mei 2013. Di penghujung 2013 IHSG ditutup di level 4.274,18

atau mengalami koreksi sebesar 0,98% dibanding tahun sebelumnya yang

di tutup di level 4.316,69. Kondisi ini tidak bisa dihindarkan seiring

dengan dinamika yang terjadi di ekonomi makro maupun ekonomi global.

Ekonomi makro hanya mampu tumbuh 5,78% tidak mencapai 6,3%

seperti yang ditargetkan di APBN-P. Indikator lainnya juga kurang

kondusif bagi kegiatan pasar modal. Nilai Rupiah terhadap dolar AS

mengalami penurunan hingga akhir tahun menjadi Rp.12.189 per dolar

AS. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang 2013 adalah 10.425

per dolar AS, lebih rendah dari target APBN-P 2013 yang ditetapkan

Rp.9.600 per dolar AS. Laju inflasi juga bergerak di luar perkiraan yaitu

13 tp., Broadening, Opportunities, Entering The Next Level, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),

(19)

8

8,38% selama tahun kalender 2013, lebih tinggi dari target 7,2%. Begitu

pula dengan tingkat BI

rate yang mencapai 7,5% serta terjadinya defisit

transaksi berjalan yang semakin membuat investor untuk menahan diri

untuk berinvestasi di pasar modal.

14

Di tingkat global, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2012

mencapai 3,22%, sedangkan pada tahun 2013 tumbuh hanya 3,01%.

Meskipun ekonomi di beberapa negara kawasan Eropa (zona Euro) belum

mengalami

recovery, tapi pertumbuhan ekonomi global ditandai oleh

pemulihan ekonomi di sejumlah negara yang selama ini sering menjadi

barometer seperti Amerika Serikat, Jepang, China dan India. Namun

pemulihan ekonomi di negara adidaya itu justru menimbulkan efek yang

kurang kondusif dalam negeri. Kebijakan yang ditempuh Bank Sentral

AS,

Federal Reserve (The Fed), tentang pengurangan stimulus

(quantitave easing) telah menyebabkan keluarnya dana-dana jangka

pendek dari Indonesia. Kebijakan ini menjadi salah satu faktor turunnya

IHSG di kuartal IV dan melemahnya nilai rupiah.

15

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin melakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi

internal dan eksternal terhadap indeks saham dengan prinsip konvensional

pada IHSG dan indeks saham dengan prinsip syariah pada JII pada kurun

14 tp., Embarking on a New Journey, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange) Annual Report 2013,

28.

(20)

9

waktu 2008 hingga 2013 untuk melihat pengaruh yang akan timbul

selama terjadi kondisi tersebut.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,

jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat

suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?

2.

Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,

jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat

suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

(21)

10

terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan

Jakarta Islamic Index (JII).

2.

Untuk mengetahui apakah variabel makroekonomi internal dan

eksternal (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan

Indeks Dow Jones) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic

Index (JII).

D.

Kegunaan Hasil Penelitian

1.

Untuk mengetahui bukti empiris mengenai pengaruh variabel

makroekonomi (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan

Indeks Dow Jones) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dan Jakarta Islamic Index (JII).

(22)

11

keputusan untuk menjual atau membeli saham agar dapat

meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.

3.

Peneliti/penulis sendiri, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan

khususnya mengenai investasi di pasar modal.

(23)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Landasan Teori

1.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah penggambaran

secara keadaan harga-harga saham secara keseluruhan pada waktu

yang berbeda sehingga dapat dilihat kecenderungan kenaikan atau

penurunan. IHSG merupakan perbandingan total nilai pasar saham

terhadap total nilai dasar saham yang merupakan salah satu indikator

bagi perkembangan suatu pasar modal. Selain itu IHSG dapat

dikatakan sebagai pencerminan dari berbagai fenomena ekonomi,

bahkan fenomena sosial politik.

1

2.

Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang berisi 30 saham

syariah yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang

masuk JII dipilih dari saham saham yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia yang masuk DES (Daftar Efek Syariah) yang ditetapkan

Bapepam dan LK serta dipilih berdasarkan urutan terbesar dari

rata-rata nilai kapitalisasi dan nilai perdagangan dalam setahun.

2

1 Alfarisi Muslim, “Indeks Developed Market (Dow Jones, FTSE100, NKY225) Dan Indeks Emerging Market (BVSE, SENSEX) Dengan IHSG Sebelum dan Selama Krisis” (Skripsi -Universitas Airlangga, Surabaya, 2011), 9.

2 http://www.bapepam.go.id/syariah/edukasi/faq.html diakeses pada tanggal 2 Desember 2014

(24)

13

Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia berkerjasama

dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan

indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam yaitu Jakarta

Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja

saham-saham

yang

berbasis

syariah

serta

untuk

lebih

mengembangkan pasar modal syariah.

3

3.

Teori Variabel Makroekonomi

Beberapa variabel makroekonomi yang akan penulis gunakan

dalam menganalisis pengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan dan Jakarta Islamic Indeks adalah produk domestik bruto,

tingkat inflasi, tingkat jumlah uang yang beredar, nilai tukar rupiah

terhadap dollar AS, tingkat suku bunga SBI, harga minyak dunia, dan

Indeks Dow Jones.

a.

Produk Domestik Bruto

Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu

tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: Produk

Domestik Bruto/PDB (gross domestic product/GDP), Produk

Nasional Bruto (gross national product/ GNP) serta pendapatan

nasional netto (net national product/NNP).

4

3 Ibid., 12.

(25)

14

Gross Domestic Products (GDP) dapat diartikan sebagai

nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksikan

didalam suatu negara atau perekonomian dalam kurun waktu

tertentu.

Produk Domestik Bruto dinilai sebagai statistika

perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai

ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. PDB

mengukur nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final)

yang diproduksi dalam sebuah negara.

5

Jenis PDB digolongkan menjadi 2, yaitu PDB nominal dan

PDB riil. PDB nominal adalah nilai produksi barang dan jasa

yang di ukur dengan harga-harga di masa sekarang, sedangkan

PDB riil adalah menilai suatu produksi barang dan jasa dengan

menggunakan harga-harga tetap/konstan.

6

Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi

terjadinya pertumbuhan ekonomi. Tandelin menjelaskan bahwa

jika pertumbuhan ekonomi membaik maka daya beli masyarakat

pun akan meningkat, dan memberikan kesempatan bagi

perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dan pada akhirnya

merupakan kesempatan perusahaan untuk meningkatkan

keuntungan. Laba yang tinggi menjadi daya tarik bagi para

investor untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga

(26)

15

apabila semakin banyak permintaan atas saham perusahaan maka

harga saham akan meningkat.

7

b.

Tingkat Inflasi

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang

bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga

komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi

inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung

secara terus menerus.

8

Veneries dan Sebold (1978:603),

mendefinisikan

inflasi

sebagai

suatu

kecenderungan

meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus

sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level of

prices to rise over time).

Dari tersebut di atas, setidaknya ada tiga hal yang penting

ditekankan, yaitu

9

:

1.

Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat,

yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada

waktu yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik

dibandingkan

dengan

sebelumnya,

tetapi

tetap

menunujukkan tendensi yang meningkat.

7 Ika Sisbintari, “Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal

Kebijakan Pubilik & Bisnis, Vol.6 No.2 (Januari-Juni 2012), 7.

8 Prathama Raharja, et al. Teori Ekonomi Makro, (Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004) 155.

(27)

16

2.

Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara

terus menerus

(sustained) yang berarti bukan terjadi pada

suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.

3.

Bahwa tingkat harga yang dimaksud di sini adalah tingkat

harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami

kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi

saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

Untuk mencegah dan menanggulangi inflasi, maka

menurut Nopirin, pemerintah dapat melakukan kebijaksanaan

berikut ini:

10

1.

Kebijaksanaan Moneter.

Kebijaksanaan moneter diambil untuk mengurangi jumlah

uang yang beredar di masyarakat yaitu dengan caa menaikkan

tingkat suku bunga melalui instrument Sertifikat Bank

Indonesia (SBI).

2.

Kebijaksanaan Fiskal.

Kebijakan fisikal menyangkut pengaturan tentang

pengeluaran pemerintah dan perpajakan, artinya inflasi dapat

ditekan apabila pemerintah mengurangi pengeluarannya dan

menaikkan pajak.

(28)

17

3.

Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output.

Kenaikan jumlah output barang dapat menekan inflasi,

karena dengan banyaknya jumlah barang di dalam negeri

cenderung menurunkan harga. kenaikkan jumlah output

barang ini dapat dicapai salah satunya dengan kebijaksanaan

penurunan bea masuk impor barang.

4.

Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indeks.

Kebijaksanaan ini dilakukan dengan cara penentuan harga

berdasarkan indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah,

artinya jika indeks harga naik, maka gaji atau upah juga akan

naik.

Ang menyatakan bahwa inflasi yang tinggi menyebabkan

menurunnya

keuntungan

suatu

perusahaan,

sehingga

menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif. Menurut

Tandelilin , kinerja bursa efek ikut mengalami penurunan jika

inflasi meningkat. Inflasi yang tinggi akan berdampak naiknya

harga-harga secara umum, dan ini berdampak pada melonjakkan

biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami

persaingan investasi yang artinya adanya kecenderungan investor

(29)

18

harga saham di pasar modal mengalami penurunan secara

signifikan.

11

c.

Tingkat Jumlah Uang yang Beredar

Uang adalah persediaan aset yang segera digunakan untuk

melakukan transaksi.

12

Menurut Sadono Sukirno, uang beredar

adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu,

adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan

uang giral dalam bank-bank umum.

13

Uang beredar adalah uang

yang beredar di tangan masyarakat. Cakupan dan definisi ini terus

berkembang dan perhitungannya dapat berbeda antara negara satu

dengan negara lainnya.

Namun demikian, dua pendekatan utama dalam

menghitung jumlah uang yang beredar yaitu: pendekatan

transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas

(liquidity approach). Pendekatan ini memandang bahwa jumlah

uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan

untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah

uang yang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1. Di

Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal yang terdiri

atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas pada

11 Ria Astuti, et al. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar, Kurs Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG 2008-2012”, Journal Of Social and Politic Of Science, Vol.2 No.4 (2013), 18.

12 Gregory mankiew, Macroeconomic Edisi ke 5, (Jakarta: Erlangga, 2003), 76.

(30)

19

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan bank umum

dan uang giral yang terdiri atas rekening giro, kiriman uang,

simpanan berjangka, dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh

tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam

rupiah pada sistem moneter.

14

d.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS

Nilai tukar rupiah (exchange rate) adalah perbandingan

antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah

pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang

mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing.

Di dunia terdapat 3 macam sistem penetapan nilai tukar,

menurut Hady, sistem tersebut meliputi:

1.

Sistem Nilai Tukar Tetap/Stabil

(Fixed Exchange Rate

System).

Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus

perdagangan dan investasi internasional atau antar negara

dapat berjalan lancar.

2.

Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate

System).

14 Rowland Bismark Fernando Pasaribu, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap

(31)

20

Dalam sistem ini nilai tukar atau

forex rate suatu mata

uang atau valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan

penawaran pada bursa valuta asing. Sistem nilai

tukar mengambang dibagi menjadi dua yaitu:

a)

Freely Floating Rateatau Clean Float.

Adalah sistem dengan tidak adanya campur tangan

pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap

valuta asing di bursa valuta asing.

b)

Managed Float atau Dirty Float.

Adalah sistem dengan adanya campur tangan

pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap

valuta asing di bursa valuta asing. Sistem ini banyak

digunakan oleh berbagai negara di dunia termasuk di

Indonesia.

c)

Sistem Nilai Tukar Terkait

(Pegged Exchange Rate

System).

Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan

nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang

negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini

dilakukan oleh beberapa negara di Afrika yang mengaitkan

nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis.

Kurs merupakan variabel yang banyak diperhatikan oleh

(32)

21

AS maka investor akan cenderung untuk memegang dollar

karena hal tersebut akan lebih menguntungkan bagi investor,

selain itu keuntungan mata uang rupiah yang diperoleh oleh

investor asing setelah dikonversikan dalam mata uang dollar

akan menjadi lebih sedikit. Sehingga dengan tingkat

keuntungan yang lebih rendah ketika kurs rupiah terdepresiasi

akan mengakibatkan investor menarik uangnya dalam pasar

saham dan memindahkanya untuk diinvestasikan ke pasar valas.

Hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham jika investor

secara besar-besaran menjual sahamnya (over-supply) untuk

diinvestasikan ke pasar valas.

e.

Tingkat Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah

yang diterbitkan 47 oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.

SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan

maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia

BI-SSSS. Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum

dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana

sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar

sekunder.

15

(33)

22

Tingkat suku bunga menurut Reilly dan Brown (2003:422)

merupakan harga atas dana yang dipinjam. Kenaikan atas suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia diikuti pula oleh kenaikan suku

bunga deposito. Suku bunga deposito cenderung berpengaruh

negatif terhadap harga saham, sehingga semakin tinggi suku

bunga deposito maka harga saham akan semakin menurun.

16

f.

Harga Minyak Dunia

Harga minyak bumi seperti yang disebutkan dalam berita

pada umumnya mengacu pada harga spot minyak perbarel (159

liter) jenis WTI (West Texas Intermediate) yang diperdagangkan

pada

New York Mercantile Exchange (NYMEX) atau jenis

minyak Brent yang diperdagangkan pada

Intercontinental

Exchange (ICE). Harga satu barel minyak mentah dunia sangat

tergantung pada kedua kelas tersebut, yang ditentukan oleh

faktor-faktor seperti berat jenis atau API dan kandungan sulfur,

serta lokasinya. Tolok ukur minyak mentah dunia lainnya yang

cukup penting antara lain harga minyak OPEC, Dubai Crude, serta

Tapis Crude (Singapura).

Menurut Prasetiono, kenaikan harga minyak Dunia dapat

memberikan dampak yang berbeda pada setiap harga saham, baik

pada saham perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

(34)

23

maupun saham pada perusahaan yang bergerak di luar bidang

pertambangan. Pada perusahaan non pertambangan, kenaikan

harga minyak bisa membawa dampak yang negatif karena akan

mengakibatkan kenaikan biaya produksi dan secara tidak langsung

akan menurunkan harga saham. Sedangkan pada perusahaan

pertambangan kenaikan harga minyak akan berdampak positif

pada penerimaan yang akan diperoleh yang akan mengakibatkan

kenaikan harga saham.

g.

Indeks Dow Jones

Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di

Amerika selain dari Indeks transportasi Dow Jones. Indeks Dow

Jones dikeluarkan pertama kali pada tanggal 26 Mei 1896 oleh

editor

Wall Street Journal dan Dow Jones & company. Indeks

Dow Jones merupakan representasi dari rata-rata 12 saham dari

berbagai industri terpenting di Amerika Serikat.

Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari 3 indeks

utama di Amerika Serikat. Indeks yang lain adalah

Nasdaq

Composite dan

Standard & Poor’s 5

00. Indeks ini

merepresentasikan dari kegiatan perekonomian di Amerika

Serikat. Indeks ini dapat menggambarkan mengenai bagaimana

(35)

24

Perusahaan yang tercatat di Indeks Dow Jones merupakan

perusahaan besar yang telah beroperasi secara global. Dengan

naiknya Indeks Dow Jones ini berarti kinerja perekonomian

Amerika Serikat ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan

ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan

ekspor maupun aliran 62 modal masuk baik investasi langsung

maupun melalui pasar modal.

17

4.

Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham

a.

Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap IHSG dan JII

Berdasarkan penelitian Sri Martini yang meneliti pengaruh

tingkat inflasi, nilai tukar, suku bunga, serta Produk Domestik

Bruto (PDB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

pada Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan berupa data

triwulan peroide Januari 2000 - September 2008 dengan metode

analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara

simultan seluruh variabel independen terbukti berpengaruh

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial

nilai tukar dan PDB berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

(36)

25

Sedangkan

terhadap

JII

berdasarkan

penelitian

Nurpramana yang pernah meneliti pengaruh suku bunga SBI, laju

inflasi, dan pertumbuhan PDB terhadap imbal hasil saham JII pada

periode 1995-2004 dengan menggunakan model

Multiple

Regression Arbitrage Pricing Theory (APT) menyimpulkan bahwa

pertumbuhan PDB merupakan faktor yang berpengaruh positif

terhadap imbal hasil saham JII.

18

b.

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap IHSG dan JII

Muhammad Zuhdi Amin meneliti pengaruh tingkat inflasi,

suku bunga SBI, nilai kurs Dollar (USD/IDR), dan indeks Dow

Jones (DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap IHSG. Hal ini sesuai dengan penelitian Tobing

(2009) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh

secara parsial terhadap IHSG.

19

Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Muzayyin yang

meneliti pengaruh inflasi, suku bunga domestik, suku bunga luar

negri dan kurs (Studi pada IHSG dan JII Tahun 2005-2007)

menyatakan bahwa secara parsial inflasi berpengaruh negatif

18 Alfina, “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dan Jakarta Islamic Index (JII)” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2012), 27.

(37)

26

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dan begitu pula dengan

Jakarta Islamic Indeks, inflasi tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap JII.

20

c.

Pengaruh Tingkat Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG dan JII

Aditya Novianto meneliti pengaruh nilai tukar (kurs)

dollar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang beredar

(M2) terhadap IHSG periode 1999-2010 menyatakan bahwa dari

hasil regresi diketahui bahwa jumlah uang beredar (M2)

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap IHSG.

21

Sedangkan terhadap JII, Menurut hasil penelitian Reny

Maharani menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan

kausalitas antara money supply (M

2

) berpengaruh terhadap harga

saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh

terhadap M

2

. Tetapi dalam jangka pendek hanya variabel makro

M

2

yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII.

d.

Pengaruh Nilai tukar terhadap IHSG dan JII

Adit Tia Nugraha meneliti pengaruh SBI, kurs rupiah,

harga emas dunia, indeks Hangseng dan indeks Nikkei 225

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun

20Ahmad Muzayyin Adib, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Domestik, Suku Bunga Luar Negri Dan Kurs (Studi Pada IHSG Dan JII Tahun 2005-2007)” (Skripsi - - UIN Sunan Kalijaga, Semarang, 2013), 145.

(38)

27

2011 menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh signifikan

terhadap IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sari

Yuni Kemala bahwa menguatnya kurs dollar terhadap rupiah akan

berdampak pada menguatnya IHSG.

22

Sedangkan terhadap JII, menurut penelitian Gilang Rizky

Dewanti yang meneliti pengaruh inflasi, suku bunga, jumlah uang

beredar, kurs nilai tukar dollar Amerika/Rupiah dan harga emas

dunia terhadap Jakarta Islamic indek di Bursa efek Indonesia

(BEI) Periode 2009-2012 menunjukkan bahwa nilai tukar

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap JII di Bursa Efek

Indonesia periode Januari 2009-2012.

23

e.

Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG dan JII

Muhammad Zuhdi Amin meneliti tentang pengaruh

tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs Dollar (USD/IDR), dan

indeks Dow Jones (DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga

Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2008-2011. Berdasarkan hasil pengujian dengan Uji F dapat

dikemukakan bahwa inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs Dollar, dan

indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh terhadap Indeks

22Adit Tia Nugraha, “Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hangseng Dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)” (Skripsi - - UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), 73. 23Gilang Rizky Dewanty, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Kurs

(39)

28

Harga Saham Gabungan sebesar 62%. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Pramulia yang mengungkapkan bahwa tingkat inflasi, suku

bunga SBI, dan kurs dollar berpengaruh secara simultan terhadap

IHSG. Begitu pula Tobing mengungkapkan hasil yang sama yakni

tingkat inflasi, suku bunga SBI dan kurs dollar berpengaruh secara

simultan terhadap IHSG.

24

Sedangkan terhadap JII, Farida Titiek Kristanti, dkk (telah

meneliti pengaruh inflasi, suku bunga SBI dan kurs valuta asing

terhadap JII pada periode 2008-2012. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa dalam jangka panjang suku bunga SBI

memiliki hubungan yang positif terhadap JII,

25

f.

Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap IHSG dan JII

Berdasarkan hasil penelitian Adi Yunanto Yuniar yang

meneliti pengaruh inflasi, PDB, indeks DJIA, dan harga minyak

dunia periode 1997-2012 menunjukkan bahwa pada jangka

panjang harga minyak dunia berkorelasi positif dan berpengaruh

secara signifikan terhadap IHSG.

26

Sedangkan terhadap JII, Septian Prima Rusbandriand, dkk

telah meneliti pengaruh tingkat inflasi, harga minyak dunia, harga

emas dunia, dan kurs rupiah terhadap pergerakan Jakarta Islamic

24 Muhammad Zuhdi Amin, Pengaruh …, 14.

25 Farida Tatiek Kristanti, Pengujian Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Isalmic Indeks. Vol 17 No 1 Januari 2013. 227.

(40)

29

Index di Bursa Efek Indonesia. Ditemukan bahwa harga minyak

dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jakarta Islamic

Indeks. Hasil ini diperkuat dengan Uji parsial (Uji t) yang

berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara harga minyak

dunia terhadap JII. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Indriasari yang menunjukkan terdapat pengaruh yang positif

antara harga minyak dunia terhadap JII.

27

g.

Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII

Budilaksono, dkk meneliti pengaruh ekonomi makro,

indeks Dow Jones dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) di BEI Periode 2007-2011, disebutkan

bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG.

28

Sedangkan Sriwardani pernah meneliti mengenai pengaruh

Indeks Dow Jones terhadap JII, disebutkan bahwa variabel indeks

Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap JII. Karena

berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji t, ditemukan

bahwa nilai t-Stat yang diperoleh dari model VAR lebih besar dari

hasil

critical value, sehingga Ho ditolak. Dalam penelitian

27 Septian Prima Rusbandriand, dkk. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Dan Kurs Rupiah Terhadap Pergerakan Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek Indonesia. Prosiding Seminar Nasional, Forum Bisnis & Keuangan I, 734.

28Budi Susanto, 2013. “Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI Periode 2007-2011” Jurnal Ilmiah

(41)

30

tersebut dijelaskan bahwa diantara sekian banyak variabel makro

ekonomi yang diteliti, satu-satunya variabel yang berpengaruh

secara signifikan terhadap pergerakan JII adalah variabel Indeks

Dow Jones ini, sementara lainnya tidak berpengaruh.

29

B.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai

bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian, yang diperoleh dari

beberapa skripsi dan jurnal:

1.

Adit Tia Nugraha (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Adit Tia Nugraha meneliti

pengaruh SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hangseng, Dan

Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan periode

2008-2010, baik secara parsial maupun simultan. Metode analisis

yang digunakan adalah metode analisis regresi lineier berganda. Data

yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2008-2010. Hasil dari

penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial variabel kurs rupiah,

harga emas dunia, dan Indeks Hangseng berpengaruh signifikan

terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan variabel

Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

2.

Aditya Novianto (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto meneliti

pengaruh nilai tukar (kurs) dollar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan

(42)

31

jumlah uang beredar (M2) terhadap IHSG periode 1999-2010. Data

yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang telah digunakan

oleh lembaga pengumpul serta di publikasikan pada masyarakat

pengguna data. Data dalam penelitian ini adalah data bulanan dari

publikasi dari Bank Indonesia berupa laporan tahunan dari Bank

Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil dari Jakarta Stock

Exchange periode 1999-2010. Penelitian ini membuktikan bahwa kurs

dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), suku bunga SBI, dan inflasi

mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG periode

1999-2010. Sedangkan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010.

3.

Ahmad Muzayyin Adib (2009)

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muzayyin meneliti

pengaruh kondisi makro ekonomi yang diwakili oleh variabel inflasi,

suku bunga domestik, suku bunga luar negri, dan kurs serta

pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan

Jakarta

Islamic Index. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa

data bulanan dari bulan Januari 2005 sampai Juni 2007. Analisis yang

digunakan yaitu analisis regresi linier berganda uji t dan uji f. Hasil

dari pengujian ini menyimpulkan bahwa variabel kurs berpengaruh

negatif secara signifikan dan suku bunga luar negri mempunyai

pengaruh positif terhadap

Jakarta Islamic Index. Sedangkan inflasi

(43)

32

4.

Alfina (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Alfina meneliti pengaruh Produk

Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah

uang beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,

perubahan tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak

dunia, dan perubahan indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan dan

Jakarta Islamic Index Periode 2003-2010. Data yang

digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri

dari data harian IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat

inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai

tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga,

tingkat pertumbuhan harga minyak dunia, dan perubahan indeks Dow

Jones. dan metode yang digunakan adalah metode analisis regresi

linier berganda. Hasil yang diperoleh adalah perubahan nilai tukar

terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, indeks Dow Jones

berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan IHSG. Perubahan

GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia

tidak berpengaruh terhadap perubahan IHSG. Perubahan nilai tukar

rupiah terhadap dolar AS dan indeks Dow Jones berpengaruh

signifikan terhadap JII. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang

beredar, dan harga minyak dunia tidak berpengaruh secara signifikan

(44)

33

keseluruhan variabel makroekonomi lebih berpengaruh terhadap IHSG

daripada JII.

5.

Gilang Rizki Dewanti (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Gilang Rizki Dewanti menguji

pengaruh inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar

dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia terhadap Jakarta Islamic

Indeks periode 2009-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder

yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data bulanan variabel JII,

inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar

Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs

nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia berpengaruh

negatif terhadap JII.

6.

Wasriati (2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Wasriati (2010) menguji variabel

makro ekonomi berupa nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah

uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB)

terhadap Jakarta Islamic Indeks. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai desember

2009. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat

adanya hubungan jangka panjang dan

Error Correction Model untuk

(45)

34

menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel

nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan

tingkat inflasi terhadap JII. Sedangkan dalam jangka pendek variabel

nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan

tingkat inflasi tidak erpengaruh terhadap JII.

Penelitian yang saat ini dilakukan oleh penulis dengan judul

“Pengaruh Variabel Makroekonomi Internal dan Eksternal terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index

(JII) tahun 2008-

2013”

lebih menekankan kepada pengaruh tingkat

pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang

beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, perubahan

tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak, dan

perubahan indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII dan perbandingan

diantara keduanya. Persamaan penelitian yang akan dilakukan penulis

dengan penelitian terdahulu ialah pada objek dan metode analisisnya

saja. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis

dengan penelitian terdahulu ialah pada periode pengamatan dan juga

pada analisis data yang digunakan. Data yang digunakan oleh peneliti

adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data

bulanan IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi,

tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai tukar

rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga, tingkat

(46)

35

Untuk mempermudah membedakan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian yang sekarang maka digunakan tabel seperti di

[image:46.595.117.545.208.757.2]

bawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Hasil Perbedaan

Adit Tia

Nugraha (2013)

Analisis Pengaruh

SBI, Kurs

Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hangseng, dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) periode 2008-2010 (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2008-2010)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2008-2010. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara parsial variabel kurs rupiah, harga emas dunia, dan Indeks Hangseng berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan variabel Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Pertama, variabel independen yang digunkan SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hangseng, Dan Indeks Nikkei 225. Sedangkan variabel dependen nya adalah IHSG .

Kedua, Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2008-2010.

Aditya

Novianto (2012)

Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika/Rupiah (US$/Rp),

Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks

Analisis yang digunakan yaitu persamaan regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diperoleh koefisien regresi untuk setiap variabel dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut: Y= -0.175–

2.166*kurs-0.002*bunga +0.015*inf+1.93*M2*=

Signifikan pada Ƚ = 5 persen.

Pertama, variabel independen yang digunakan hanya Nilai Tukar (Kurs) Dollar

(47)

36

Harga Saham Gabungan

(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999-2010

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kurs dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Suku bunga SBI, dan inflasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010. Sedangkan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap IHSG periode 1999-2010. .

dependennya hanya IHSG saja. Kedua,

metode yang digunakan adalah metode persamaan regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Ketiga, Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 1999-2010.

Ahmad

Muzayyin Adib (2009)

Pengaruh inflasi, suku bunga domestik, suku bunga luar negri, dan kurs terhadap indeks harga saham (Studi pada JII dan IHSG Tahun 2005-2007.

Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda uji t dan uji f. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data bulanan dari bulan Januari 2005 sampai Juni 2007. Hasil dari pengujian ini menyimpulkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif secara signifikan dan suku bunga luar negri mempunyai pengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index. Sedangkan inflasi dan suku bunga domestik tidak berpengaruh signifikan.

Pertama, variabel independen yang digunakan inflasi,

suku bunga

domestik, suku bunga luar negri, dan kurs. Kedua,

Periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2005-2007.

Alfina (2012) Pengaruh Variabel

Metode analisis yang digunakan adalah metode

(48)

37

Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan

Jakarta Islamic Index. (Periode 2003-2010)

analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data harian IHSG, JII, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan harga minyak dunia, dan perubahan indeks Dow Jones. dan metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh adalah perubahan nilai tukar terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, indeks Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan IHSG. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap perubahan IHSG. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap JII. Perubahan GDP, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia tidak

data harian. Kedua,

(49)

38

berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan JII. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan variabel

makroekonomi lebih

berpengaruh terhadap IHSG daripada JII.

Gilang Rizki Dewanti (2013)

Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Kurs Nilai Tukar Dolar

Amerika/Rupiah Dan Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta Islamic Indeks di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2012)

Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari data bulanan variabel JII, inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap JII.

Pertama, variabel independen berupa inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, kurs nilai tukar dolar Amerika/Rupiah dan harga emas dunia. Sedangkan variabel dependen hanya IHSG saja.

Kedua, periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2009-2012.

Wasriati (2012) Analisis Pengaruh Variabel

Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index.

Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka pendek. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh

Pertama,

menggunakan uji Kointegrasi dan

Error Correction Model. Kedua, variabel

(50)

39

antara variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi terhadap JII. Sedangkan dalam jangka pendek variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi tidak erpengaruh terhadap JII.

(kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan variabel dependennya hanya Jakarta Islamic Indeks saja. Ketiga,

periode penelitian yang dilakukan yaitu pada periode 2003-2009.

C.

Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini ditunjukkan pada skema

[image:50.595.114.542.107.725.2]

berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
  Gambar 4.1 Sektor-Sektor Indeks Harga Saham Gabungan
 Gambar 4.2 Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nam un dem ikian pem bangunan infrast rukt ur w ilayah t ersebut m asih dihadapkan beberapa kelem ahan sepert i m asih kurang m erat anya pem bangunan infrast rukt ur,

Pengadilan wajib mempertimbangkan keterangan dari korban KDRT, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping atau pembimbing rohani dalam pemberian tambahan kondisi

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat peningkatan kemampuan passing bawah bola voli

Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, dan ruang lingkup penelitian untuk Perencanaan Strategis Kawasan Pesisir Dan Laut

Penyesuaian ini tidak menghilangkan esensi dari radio itu sendiri, justru mendukung radio untuk menjalani karakteristik sebagai salah satu media massa yang akan tetap menjadi

Dengan menyaksikan video pembelajaran tentang jaring-jaring makanan pada tayangan youtube, dan kerja kelompok, siswa mampu membuat tulisan mengenai hubungan yang terjadi di

Penelitian yang dilakukan di SD Negeri 2 Karangasem bertujuan untuk memperoleh data tentang pendekatan guru dalam memotivasi belajar siswa untuk bidang studi PAI

Volume drum minyak 80 liter, dalam waktu 16 menit drum tersebut akan penuh minyak yang dialirkan