DIKSI DALAM PESAN DAKWAH KH. SUEB THOYYIB DALAM PENGAJIAN RUTIN YASINAN DAN TAHLILAN
DI AMPEL SURABAYA SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLEH:
WIDIATIN ANISA’ (B01211033)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
DIKSI DALAM PESAN DAKWAH KH. SUEB THOYYIB DALAM PENGAJIAN RUTIN YASINAN DAN TAHLILAN
DI AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLEH:
WIDIATIN ANISA’ (B01211033)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENULISAN SKRIPSI
B is m i I I a hirrahmanirua him Yang bertanda tangan dibawah
ini, saya:
\ama
: Widiatin Anisa,NtV
: B012i 1033Prodi
: Komunikasi dan penyiaran IslamAlamat
: Jl. A. yani Sumu.g"nrt Babat LamonganMenyatakan dengan sesungguhnya
bahwa:
l)
skripsiini
tidak pernah dikumpulkankepada rembaga pendidikan tinggr
mana pun untuk mendapatkan gelar akademik
apapun
2)
Skripsiini
adalah benar-benar hasil karya,uyo'.""u.u mandiri dan bukan merupakan hasil plagiasi atas karyaorang lain
3)
Apabila di kemudian hari terbuktiatau d,apatdibuktikan sknpsi
ini sebagai
hasil plagiasi, saya akan bersedia
yangterjadi.
'*t*
a\4,
uErsEqra menanggung segala konsekuensi hukum(Widiatin Anisa,) NrM. 801211033
Surabaya,
F
iI i I l{:,;t
Pr..di
-ludul
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBIN G
: Widiatin Anisa"
: B01211033
: Komunikasi dan Penviaran Islam
: DIKSI DALAM PESAN DAKWAH KH. SUEB THOYYIB
DALAM PENGAJIAN RUTIN YASINAN DAN TAHLILAN
DI AMPEL SURABAYA
Skripsi ini telah dipetiksa dan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 29 J:uJi 2015
Mengetahui Dosen Pembimbing,
PENGESAHAN TIM PENGUJI
S*::rsi oleh Widiatin Anisa' ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Surabaya, 14 Agustus 2015
Universitas Islarn Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Mengesahkan,
'-"N]IP* .195801
13 I 98203200 1
Wahyu Jlaihi, MA
Drs. H. Sulhawi Rubba, M.Fil.I
NIP. 19ss01 16198s031 003
Penguii
III
Penguji
IV
II
l"uq'
IDr. Hi. Luluk Fikri Zuhriyah. M.Ae NIP. 19691 2A{1997032004
M. AnlS Bachtiar. M.Fil.I
DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Pernyataan Pertanggung Jawaban...ii
Persetujuan Pembimbing...iii
Pengesahan Tim Penguji...iv
Motto...v
Abstrak...vi
Kata Pengantar...vii
Daftar Isi...x
Daftar Tabel...xii
Daftar Gambar...xiii
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1
B.Rumusan Masalah...8
C.Tujuan Penelitian...9
D.Manfaat Penelitan...9
E. Definisi Konsep...10
F. Sistematika Pembahasan...12
BAB II :DIKSI DALAM PESAN DAKWAH A. Diksi...14
1. Pengertian Diksi...14
2. Makna-Makna ...20
3. Ketepatan Pilihan Diksi...22
4. Kesesuaian Pilihan Kata...23
B. Pesan Dakwah...25
C. Diksi Dalam Pesan Dakwah...39
D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan...41
BAB III : METODE PENELITIAN A.Pendekatan Dan Jenis Penelitian...42
B.Kehadiran Peneliti...45
C.Sumber Data...46
D.Teknik Pengumpulan Data...47
E. Teknik Analisis Data...53
F. Teknik Keabsahan Data...54
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Penyajian Data
1. Profil KH. Sueb Thoyyib...60 2. Pesan Dakwah KH. Sueb Thoyyib...65 B. Analisis Data
Tanda Dan Makna Diksi Dalam Pesan Dakwah KH. Suep Thoyyib...70 C. Temuan Penelitian...90
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...92 B. Saran...93
ABSTRAK
Widiatin Anisa’, NIM. B01211033, 2015. Diksi Dalam Pesan Dakwah KH.
Sueb Thoyyib Dalam Pengajian Rutin Yasinan dan Tahlilan Di Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Konsentrasi Retorika Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Diksi, Tanda dan Makna, Pesan Dakwah, Rutinitas Yasin dan Tahlil.
Ada satu persoalan yang peneliti kaji yaitu: bagaimana tanda dan makna diksi dalam pesan dakwah KH. Sueb Thoyyib dalam pengajian rutin yasinan dan tahlilan di Ampel Surabaya?. Adapun tujuanya adalah untuk mengetahui tanda dan makna diksi dalam pesan dakwah KH. Sueb Thoyyib dalam dalam pengajian rutin yasinan dan tahlilan di Ampel Surabaya.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, dalam penelitian ini digunakanlah pendekatan kualitatif dan dengan jenis penelitian analisis semiotik model Ferdinand de Saussure. Kemudian data yang diperoleh, penulis melakukan wawancara terhadap subjek penelitian yaitu KH. Sueb Thoyyib serta jamaah yang telah memenuhi kriteria informan dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan observasi kegiatan ceramah subjek penelitian di lapangan serta video ceramahnya.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: Tanda dan makna menggambarkan bahwa pesan dakwah yang disampaikan oleh KH. Sueb Thoyyib memiliki sebuah makna. Sebagaimana makna dalam ketepatan diksi terdapat makna denotatif dan konotatif, makna kata-kata yang hampir bersinonim dan kata yang bersinonim. Disamping itu bahasa yang
digunakan adalah menggunakan bahasa jawa karena mayoriyas jama’ah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT yang diturunkan
melalui utusan-Nya Nabi Muhammad saw. Ajaran-ajaran islam tertuang
dalam Al-qur’an dan Sunnah, berupa petunjuk-petunjuk, perintah-perintah
dan larangan-larangan demi kebaikan manusia. Itulah sebabnya agama
yang diterima disisi Allah hanyalah islam. 1
Islam merupakan agama yang sempurna dan menyeluruh tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, juga mengatur
hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya yang diturunkan kepada baginda Rasulullah
saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia karena islam itu
membawa rahmat bagi seluruh alam bila diterapkan ditengah-tengah umat
manusia. Oleh karena itu mengemban dakwah islam adalah misi yang
agung dan mulia untuk kesejahteraan umat manusia bahagia dunia akhirat
bagi yang mengikuti dengan penuh kesungguhan dan menyeluruh.2
Sebagai pemeluk islam telah jelas bahwasanya diperintahkan oleh
Allah swt. Untuk berdakwah. Yang mana dakwah sendiri dalam bahasa
1 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: LPKAI “Cahaya Salam”, 2010) , hal.
17
2
Al-qur’an terambil dari kata وع – وع ي – اع yang secara lughowi
(etimologi), berarti menyeru atau memanggil.3
Adapun dari tinjauan aspek terminologis, pakar dakwah Syekh Ali
Mahfuz mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan
dan petunjuk Allah swt, menyeru mereka pada kebiasaan yang baik dan
melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan
keberuntungan di dunia dan akhirat.4
Dakwah pada hakekatnya adalah mengajak atau menyeru ummat
menuju jalan Allah SWT. Dan mencegah pada hal yang menuju
kemungkaran. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Ali imron
ayat: 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam ayat diatas, terdapat kata “‘amar ma’ruf nahi
munkar”secara lengkap. Ayat diatas mengandung beberapa pengertian: 1.
Hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat. 2. Yang tugas atau
misinya menyeru kepada kebaikan. 3. Yaitu menyuruh pada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar dan 4. Merekalah yang berjaya dan
orang-orang yang beruntung.
3 A. Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah rekayasa membangun agama dan peradaban Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 27
3
Sementara ayat 110 dari surat ali-imran mengandung kalimat yang
mirip dengan ayat tadi, yang bunyi-nya dapat dibaca demikian:5
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ayat diatas terdapat dua pengertian yang dapat ditarik. Pertama,
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia; kedua,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta
beriman kepada Allah.6
Sebagaimana sudah jelas bahwa Allah memerintahkan untuk
menyeru pada yang makruf dan mencegah pada yang mungkar. Dan itu
sudah menjadi tugas juru dakwah atau Da’i untuk dapat menyampaikan
dan mengemas, membuat packaging yang menarik serta indah,
sebagaimana dalam sebuah hadits yang telah di diriwayatkan oleh imam
At-Tabrani, Rasulullah saw. Bersabda : “ sesungguhnya Allah maha
Indah dan mencintai Keindahan ”. tidak salah jika dinyatakan, bahwa
diantara identitas utama seorang muslim adalah sebagai pribadi yang suka,
cinta, respek dengan keindahan, baik dalam keindahan pemilihan kata
4
maupun keindahan dalam gaya bahasa. Dalam pandangan saya, bagian
dari mencintai keindahan adalah saat berkomunikasi, berinteraksi,
bertemu, atau menyampaikan tausiyah, ide, dan berkata-kata. Dalam arti,
muslim yang baik ia akan senantiasa memperhatikan agar derasan kata
yang keluar adalah indah memikat penuh makna. Makadari itu dikatakan
bahwa identitas seorang da’i, selain dibutuhkan kemapanan pada ilmu
-ilmu syar’i, juga dituntut kemampuan mumpuni dalam retorika dakwah
dan komunikasi yang memikat bagi ummat. Dengan begitu maka dakwah
yang disampaikan akan lebih mudah dipahami dan lebih mudah diterima
oleh masyarakat7
Dengan kata lain bahwa untuk menarik perhatian mad’u tanpa
membuat terlena adalah dengan cara memilih kata-kata yang menarik
dalam mengolah pesan. Selain itu penggunaan bahasa dan pemilihan
kata-kata (Diksi) memungkinkan Da’I memperoleh kefasihan yang memukau.
Dan ketepatan pemilihan kata akan memudahkan mad'u memahami isi
pesan ceramah dan terjadilah efektifitas dakwah.
Bila pembicara berpidato dengan baik, pendengar jarang
menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, tidak mengetahui
organisasi dan sistem penyusunan pesan, tidak pula mengerti teknik-teknik
pengembangan pokok bahasan. Tetapi setiap pendengan mengetahui pasti
pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-kata. Jadi kata-kata
bukan saja dapat mengungkapkan, tetapi juga memperhalus dan bahkan
5
menyembunyikan kenyataan, selain itu kata-kata juga dapat
mencerminkan tingkah laku dan struktur sosial pembicara. Glenn R. Capp
dan Ricard Capp, Jr. Merumuskan ketentuan-ketentuan retorika itu sebagai
berikut: bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas, tepat dan
menarik.8
Pada realita saat ini, sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
tidak sedikit orang yang amat sulit mengungkapkan maksudnya karena
adanya kebingungan dalam menggunakan kata-kata dan bahasa.
Disamping itu pula Juga sering menjumpai da’I yang menyampaikan
materi hanya itu-itu saja, dimana pun tempatnya ketika bertausiyah, materi
juga kata-kata yang disampaikan kepada mad’u hanya itu saja tanpa
adanya variasi kata atau pemilihan kata. Makadari itu agar seorang Da’i
tidak terjadi pada masalah seperti itu, karena sorang da”i harus kaya akan
kata, makna dan bahasa dan Da’I juga harus mengetahui bagaimana
pentingnya peranan pemilihan kata dalam komunikasi sehari-hari dan
berpidato.
Salah satu faktor keberhasilan dakwah adalah bagaimana da’I
mengolah pesan sehingga mudah diterima oleh mad’u. diantara cara
mengolah pesan adalah memilih kata dan bahasa yang mudah difahami
oleh mad’u yang dihadapai, memilih kata-kata yang sopan, menyesuaikan
dengan momentum acara. Gaya bahasa juga termasuk dalam pembahasan
8 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
6
diksi. Gaya bahasa yang dimiliki seorang da’I juga menggambarkan
karakteristik da’I tersebut. Jika gaya bahasa yang digunakan santun dan
tidak bertele-tele juga menyesuaikan dengan bahasa mad’u akan
menunjukkan kredibilatas da’I yang mumpuni dan patut menjadi panutan.
Makadari itu penulis ingin meneliti tentang diksi dalam pesan dakwah.
Sebagaimana di dalam al-Qur’an banyak dijelaskan bahwa prinsip
pemilihan kata dalam berkomunikasi, agar tercipta komunikasi yang
efektif. Diantaranya Qoulan Ma’rufa (perkataan yang baik) QS. An-Nisa’, 4;5. Qoulan Sadida (perkataan yang benar, mengandung kejujuran) QS.
Al-Ahzab 33;70. Qoulan Baligha (perkataan yang berbekas dijiwa) QS.
An-Nisa’; 4:63. Qulan Kariman (Perkataan yang mulia) QS. Al-Isra’;
17:23. Qoulan Maisura (perkataan yang pantas) QS. Al-Isra’, 17:28.
Qoulan Layyina (perkataan yang lemah lembut) QS. Thaha, 20: 44.
Beberapa prinsip diksi dalam komunikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an
inilah yang menunjukkan pentingnya memperhatikan pemilihan kata
dalam komunikasi khususnya untuk kegiatan dakwah billisan.
Demikian juga halnya dalam Rutinitas Yasin dan Tahlil, yang
terdiri dari Jama’ah ibu-ibu dengan aktif membaca yasin & tahlil, namun
tak kalah pentingnya, disamping yasin dan tahlil yang ibu-ibu baca namun
terdapat siraman rohani yang menjadi acara inti dalam rutinitas tersebut.
KH. Suep Thoyyib yang menyampaikan tausiyah juga sebagai tuntunan
7
Dunia dakwah telah lama digeluti oleh KH. Suep Thoyyib yang
gemar senyum ini. Baik orang yang dikenal maupun yang belum dikenal,
beliau selalu tebarkan senyum. Dakwahnya di cintai ummat karena
bahasanya yang sederhana juga mudah dimengerti oleh mad’u.
KH. Sueb Thoyyib ini termasuk Kiai yang sangat gaul sekali,
bahkan tidak hanya itu, sosok da’i tawadhu’ dan humoris ini karena
didalam dakwah beliau sampaikan dengan kemasan kata-kata yang begitu
indah, kemudian bahasa yang begitu mudah untuk dipahami mad’u.
Setelah cukup lama melintang didunia dakwah, berbagai daerah kususnya
di Surabaya hingga pelosok desa disinggahi. Begitu derasnya lautan
dakwah beliau demi menjemput hidayah ilahi. Hingga sekarang sejumlah
acara religi juga dalam rutinitas yasin dan tahlil sering ia hiasi dengan
kemasan kata-kata yang menarik. Demikian pula beberapa pengajian di
sejumlah masjid-masjid daerah Surabaya menjadi langganan siraman
rohaninya. Dalam kesibukanya, ia terus berupaya memenuhi undangan
dakwah diberbagai daerah, hingga pelosok-pelosok kota tercinta seperti di
Tuban.
Selain dunia dakwah yang KH. Sueb Thoyyib tekuni, beliau pun
mencurahkan waktunya untuk mengajar di pesantren Tahfidz dan Tilawatil
Qur”an Thoyyib Fatah, yang pengasuhnya adalah beliau sendiri.
Di dalam acara rutinitas yasin dan tahlil, KH. Sueb Thoyyib ini
8
yang menuntun, kemudian dengan bahasa yang begitu gaul, terkadang
menggunakan bahasa jawa, bahasa madura, bahasa arab, bahasa inggris
juga bahasa anak-anak muda sekarang. serta nyanyian-nyanyian yang
begitu menuntun. karena apa yang beliau sampaikan itu dikemas dengan
bagus, tidak bertele-tele dan bahasanya menyesuaikan terhadap mad’u.
sehingga menjadikan suasana pengajian yang dilakukan lebih segar,
jama’ah pun terhibur juga apa yang dirasakan oleh Jama’ah itu terasa
berbeda.9
Maka dari itu setelah mengamati fenomena yang ada dalam acara
rutinitas yasin dan tahlil itu terutama tausiyah yang disampaikan oleh KH.
Sueb Thoyyib tersebut, penulis sangat tertarik untuk meneliti. Dan penulis
merumuskan judul “ Diksi Dalam Pesan Dakwah KH. Sueb Thoyyib
Dalam Pengajian Rutin Yasinan dan Tahlilan di Ampel Surabaya”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena dakwah diatas, maka peneliti memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam
penelitian sebagai berikut:
“ Bagaimana Tanda dan Makna Diksi Dalam Pesan Dakwah KH. Sueb
Thoyyib Dalam Pengajian Rutin Yasinan dan Tahlilan di Ampel
Surabaya?
9
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui tantang Tanda dan Makna Diksi dalam Pesan
Dakwah KH. Sueb Thoyyib Dalam Acara Rutinitas Yasin dan Tahlil di
Ampel Surabaya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan yang sangat
berharga untuk mengembangkan kualitas dan kreatifitas di bidang
komunikasi dalam proses dakwah khususnya untuk mahasiswa
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Diharapkan dapat menambah kajian keilmuan dakwah dan
referensi pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
c. Diharapkan dapat menjadi literatur baru bagi para da’i guna
menambah wawasan yang berkaitan dengan keilmuan dakwah.
2. Secara Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan Lembaga UIN Sunan Ampel Surabaya terutama
pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
10
b. Sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan potensi
peneliti serta untuk memenuhi salah satu tugas dan syarat dalam
menyelesaikan studi program sarjana stara satu (S1).
E. DEFINISI KONSEP
Pada definisi konseptual ini, peneliti menjelaskan tentang makna
konsep yang ada dalam judul penelitian ini, yang nantinya akan dijadikan
sebagai landasan pada pembahasan selanjutnya. Pemilihan konsep yang
tepat mempunyai perspektif yang baik untuk mencapai kesuksesan
penelitian dan agar peneliti tidak multi tafsir terhadap
permasalahan-masalahan yang akan peneliti bahas.
1. Diksi (Pilihan kata)
Diksi atau pemilihan kata adalah bagian dari retorika, dimana diksi
berfungsi untuk mengungkapkan ide seorang da’i dengan tepat sesuai dan
ekonomis.
Diksi atau pemilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi.
Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
11
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar.10
2. Pesan Dakwah
Dalam Ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu
simbol. Dalam literature bahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’
adda’wah istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah”/
maddah adda’wah, karena istilah ini bisa menimbulkan kesalah fahaman
sebagai logistic dakwah.11
Penulis akan meneliti tentang diksi pesan dakwah seorang da’i
retorik, maka dakwah disini adalah dakwah billisan yaitu ceramah. Jadi
dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang tanda dan makna diksi
dalam pesan dakwah KH. Sueb Thoyyib dalam acara rutinitas yasin dan
tahlil.
3. KH. Sueb Thoyyib
KH. Sueb Thoyyib adalah seorang pendakwah. Pendakwah adalah
orang yang melakukan dakwah. Ia disebut juga da’i. Dalam ilmu
komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang
menyampaikan pesan komunikasi (massage) kepada orang lain. Karena
dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis keislaman,
10
Gorys Keraf,. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama, 1996), hal. 24.
12
pencerahan islam, muballigh, guru mengaji, pengelola, panti asuhan islam
dan sejenisnya termasuk pendakwah.12
4. Yasin dan Tahlil
Adalah suatu rutinitas yasin dan tahlil oleh santriwan dan
santriwati juga bapak dan ibu-ibu, yang mana dalam rutinitas tersebut
sosok KH. Sueb Thoyyib atau lebih dikenal dengan kiai bonek
menyampaikan tausiyah dan mengajak ummat untuk ke jalan yng lebih
baik. Rutinitas ini dilakukan setiap hari kamis di Sukodono Ampel
Surabaya.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum dari penelitian ini. Berisi
pendahuluan tentang masalah yang melatar belakangi penulisan skripsi ini.
Juga berisi alasan mengapa peneliti tertarik untuk meneliti Diksi Dalam
Pesan Dakwah KH. Sueb Thoyyib (kiai bonek). Rumusan masalah yang
menjadi fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu kerangka teoritik dan
penelitian terdahulu yang relevan. Dalam sub bab kerangka teoritik akan
dibahas mengenai Diksi Dalam Pesan Dakwah KH. Sueb Thoyyib dalam
13
acara rutinitas Yasin dan Tahlil. Fokusnya pada isi pesan dakwah, serta
mengkajinya dengan pendekatan analisis semiotik. Dan pada sub bab
penelitian terdahulu yang relevan akan dijelaskan persamaan dan
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan penulis
lakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat secara rinci tentang metode dan langkah-langkah
penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, setting penelitian, sumber data, pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahap penelitian
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dipaparkan setting penelitian secukupnya agar
pembaca mengetahui sasaran penelitian tersebut, kemudaian penyajian
data yaitu berisi tentang jawaban atas rumusan masalah penelitian
berdasarkan data yang dihasilkan selama penelitian. Selanjutnya
dipaparkan temuan penelitian yang merupakan hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban lapangan
dari permasalahan, saran-saran serta rekomendasi untuk penelitian
14
BAB II
DIKSI DALAM PESAN DAKWAH
A. Diksi
1. Pengertian Diksi
Diksi sama artinya dengan pilihan kata. Pemakaian diksi yang
tepat, cermat dan benar membantu memberi memberi nilai pada suatu kata.
Pilihan kata yang tepat dapat mencegah kesalahan penafsiran yang
berbeda. Dengan pilihan kata yang tepat niscaya dapat menyanggah,
memberikan pendapat pada suatu forum ilmiah tanpa menimbulkan salah
tafsir. Pilihan kata yang cermat pada suatu forum formal, merupakan hal
yang penting.13
Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan
ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunanya, atau yang menyangkut cara-cara yang
khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari
diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Suatu kekhilafan yang besar apabila menganggap bahwa persoalan
pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, persoalan yang tidak perlu
15
dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara
wajar pada setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa
dengan orang-orang yang sulit sekali mengungkapkan maksudnya, juga
sangat miskin variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa dengan
orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobrolkan perbendaharaan
katanya, namun tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu. Untuk
tidak sampai terseret ke dalam dua ekstrim itu, tiap anggota masyarakat
harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi
sehari-hari.14
Memilih kata merupakan hal penting yang harus dilakukan, baik
dalam komunikasi sehari-hari maupun ketika tampil menjadi seorang da’i.
Bila pembicara berpidato dengan baik, pendengar jarang menyadarai
manipulasi daya tarik motif yang digunakan, tidak mengetahui organisasi
dan sistem penyusunan pesan, tidak pula mengerti tekhnik-tekhnik
pengembangan pokok bahasan. Tetapi setiap pendengar mengetahui pasti
pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-kata. Pernyataan
yang sama dapat menimbulkan kesan ang berbeda, karena perbedaan kata
yang mengungkapkanya. Penduduk desa akan tersinggung bila disebut
“bodoh dan terbelakang”, tetapi mereka hanya tersenyum kecil bila
dikatakan “kurang memahami persoalan dan belum mencapai tingkat
pendidikan yang tinggi”. Jadi, kata-kata bukan saja mengungkapkan, tetapi
juga memperhalus, bahkan menyembunyikan kenyataan. “kekuragan gizi”
16
dapat menyembunyikan “kelaparan”, seperti “dimintai keterangan” dapat
melembutkan kata “ditahan”.
Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr. Merumuskan
ketentuan-ketentuan retorika itu sebagai berikut: bahasa lisan harus menggunakan
kata-kata yang jelas, tepat dan menarik.15
1. Kata-kata harus jelas
Kata-kata yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda
(ambigues), tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat. Untuk
mencapai kejelasan seperti itu, hal-hal berikut harus diperhatikan:
Gunakan istilah yang spesifik (tertentu)
Ada kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang
tafsiran bermacam-macam. Ada pula kata-kata yang artinya sudah
tertentu. “ia mengajar bahasa inggris” lebih spesifik dari pada “ia
mendidik saya”. Pernyataan “uang ini dapat diambil secara
teratur”, lebih baik diganti dengan “uang ini dapat diambil sekali
sebulan”. Tetapi “sekali sebulan” lebih tepat lagi diganti dengan
“setiap tanggal 1 tiap bulan”.
Gunakan kata-kata yang sederhana
Berpidato adalah berkomunikasi dan bukan unjuk gigi. Karena
nilai komunikasinya, kata-kata yang diucapkan harus dapat
dipahami dengan cepat. “Konsep-konsep kaum politisi yang sarat
dengan fantasi dan delusi” adalah kalimat yang sulit dicerna.
15 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
17
“Gagasan-gagasan politisi yang dipenuhi khayalan dan impian
barang kali lebih sederhana”.
Sebagaimana Wahyu Ilaihi mengatakan bahwa semakin sederhana
kata-kata yang disampaikan atau pesan yang disampaikan oleh
komunikator atau da’I, maka semakin besar kemungkinan audience
memahaminya.16
Berhemat dalam penggunaan kata-kata
Seringkali kalimat yang panjang menjadi jelas setelah kata-kata
yang berlebihan dibuang. “adalah suatu keharusan bagi seorang
guru untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada
siswa-siswanya”. Kalimat ini menjadi jelas setelah diganti seperti ini:
“Guru harus memperhatikan sekali siswa-siswanya”. Termasuk
penghematan kata adalah menghindari gejala kerancuan
(kontaminasi). Kata-kata harus tepat
Kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kepribadian
komunikator, jenis pesan, keadaan khalayak dan situasi komunikasi.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan agar memperoleh ketepatan
kata diantaranya:
Menghindari kata-kata klise
Klise adalah kata yang sudah terlalu sering digunakan atau tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman,.
Menggunakan bahasa pasaran secara hati-hati
18
Bahasa pasaran adalah bahasa yang dipergunakan bukan oleh
orang yang terpelajar, tetapi diterima dalam percakapan sehari-hari.
2. Kata-kata harus menarik
Selain harus jelas dan pantas (clean and appropriate), kata-kata juga
harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan merebut pehatian.
Memilih kata-kata yang langsung menyentuh diri khalayak
Bahasa lisan sebaiknya bergaya percakapan, langsung dan
komunikatif. Kata-katanya menyangkut pengalaman dan
menyentuh kepentingan mereka. Dengan penduduk desa,
menggunakan kata-kata yang digunakan mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
Menggunakan bahasa yang figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga
menimbulkan kesan yang indah. Oleh karena itu biasanya
digunakan gaya bahasa (figure of speech). 17
Memilih kata-kata yang jelas, tepat dan menarik merupakan hal
penting yang harus dilakukan. Agar jelas, harus menggunakan istilah yang
berarti khusus, kata-kata sederhana, menghindari kata-kata tekhnis,
berhemat dan mengulang gagasan dengan baik. Agar tepat, harus
menghindari kata klise, bahasa pasaran dll. Agar menarik, harus
menggunakan yang langsung menyentuh khalayak, bahasa figuratif juga
kata-kata tindak.
17 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
19
Kata pada dasarnya adalah satuan bentuk kebahasaan yang telah
mengandung satuan makna tertentu. Dalam hal ini dibedakan antara kata:
1. Autosemantis, yakni kata yang memiliki satuan makna secara penuh
tanpa harus dilekatkan pada bentuk lain. 2. Sinsemantis yaitu kata yang
tidak memiliki satuan makna secara mandiri karena satuan maknanya
dibentuk oleh kata atau bentuk lainya.18
Fungsi Diksi
Diksi memiliki sejumlah fungsi mendasar seperti yang akan disebutkan
berikut.
1. Upaya membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan
diekspresikan lewat bahasa yang digunakan. Dengan menggunakan
bahasa yang tepat, maka sebuah kata yang awalnya biasa saja, akan
menjadi lebih bermakna dan bernuansa lebih lebih tepat dan lebih
sempurna. Misalnya kata perempuan sangat dihargai pada
pemerintahan Gus Dur dengan selalu menampilkan kata diksi
Menteri Pemberdayaan Perempuan. Berbeda pada pemerintahan
Orde Baru yang lebih memilih menggunakan kata wanita. Hal ini
tertera pada kata wanita yang selalu ada pada Menteri peranan
wanita, dharma wanita.
2. Diksi yang tepat membantu menciptakan suasana dan nuansa
komunikasi yang juga benar-benar tepat. Biasanya fungsi ini
banyak digunakan oleh kalangan para pejabat ketika berkomunikasi
20
agar terlihat berwibawa dan tidak memperkeruh suasana, lebih
menyejukkan dan menentramkan masyarakat. Kata ditangkap
polisi, lebih santun diucapkan dengan kata diamankan. Ditangkap
karena korupsi, diganti dengan bahasa yang lebih lembut yakni
menyalahkan jabatan.
3. Diksi yang tepat membantu mencegah terjadinya kesalahtafsiran
dan kesalahpahaman dalam proses komunikasi. Kata yang hampr
mirip dengan mangkir adalah mungkir. Kata tersebut mempunyai
arti mengelak. Yang kurang tepat dalam menggunakan kata
mungkir ketika ada imbuhan di. Masyarakat masih menggunakan
kata dipungkiri bukan dimungkiri. Semua merasa bahwa kata
dipungkiri adalah baku dan tepat sebagai paduan kata di+mungkir
menjadi dipungkiri. Padahal jika kita telusuri kata yang tepat
adalah dimungkiri.19
2. Macam-Macam Makna
Masalah bentuk kata lazim dibicarakan dalam tata bahasa setiap
bahasa. Bagaimana bentuk sebuah kata dasar, bagaimana menurunkan kata
baru dari bentuk kata dasar atau gabungan dari bentuk-bentuk dasar
biasanya dibicarakan secara terperinci dalam tata bahasa. Yang agak
diabaikan adalah masalah makna kata. Padahal masalah ketepatan pilihan
kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung pula pada makna yang di
21
dukung oleh bermacam-macam bentuk itu. Sebab itu, dalam bagian ini
masalah makna kata perlu disoroti secara khusus.
Pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas makna
yang bersifat denotatif dan makna kata yang bersifat konotatif. Untuk
menjelaskan kedua jenis makna ini, perhatikan terlebih dahulu
kalimat-kalimat berikut;
Toko itu dilayani gadis-gadis manis.
Toko itu dilayani dara-dara manis.
Toko itu dilayani perawan-perawan manis.
Ketiga kata yang dicetak miring diatas memiliki makna yang sama,
ketiganya mengandung refrensi yang sama untuk referen yang sama, yaitu
wanita yang masih muda. Namun kata gadis boleh dikatakan mengandung
asosiasi yang paling umum, yaitu menunjuk langsung ke wanita yang
masih muda, juga mengandung sesuatu yang lain, yaitu rasa indah, dengan
demikian mengandung asosiasi yang lebih menyenangkan.
Kata yang tidak mengandung makna disebut kata denotatif, atau
maknanya disebut makna denotatif, sedangkan makna kata yang
mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu
disamping makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau
konotasi. Jadi dari contoh diatas, kata gadis bersifat denotatif.20
22
3. Ketepatan Pilihan Kata
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua
persoalan pokok yaitu pertama, ketepatan memilih kata untuk
mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang diamanatkan dan
kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan tadi.
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada majinasi pembaca
atau pendengar, seperti apa yang difikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara. Kosa kata yang kaya raya akan memngkinkan penulis atau
pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat
mewakili pikiran. Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran
pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa
atau kata dengan refrensinya.21
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap
pembicara harus berusaha secermat mungkin dalam memilih kata-katanya
untuk mencapai maksud tersebut. Kata yang sudah tepat akan tampak dari
reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun berupa aksi non-verbal
dari pembicara atau pendengar. Ketepatan kata tidak akan menimbulkan
salah paham.
23
Beberapa butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya
diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan katanya.
Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari dua kata
yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain, ia harus
menetapkan mana yang akan dipergunakanya untuk mencapai
maksudnya.
Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaanya. Bila pembicara
tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaanya, maka
akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.
Untuk menjamin ketepatan diksi, pembicara harus membedakan
kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat
menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang
khusus.
Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.22
4. Kesesuaian Pilihan Kata
Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata-kata adalah kecocokan
atau kesesuaian. Perbedaan antara ketepatan dan kecocokan, pertama-tama
mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan
tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa
24
perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau komleksnya sebuah
alenia dan beberapa segi yang lain. Perbedaan yang sangat jelas antara
ketetapan dan kesesuaian adalah bahwa dalam kesesuaian: apakah kita
dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam semua
kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Jadi, secara singkat perbedaan antara persoalan ketepatan dan
kesesuaian adalah: dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan
kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar.
Sedangkan dalam persoalan kecocokan atau kesesuaian kita
mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan tidak
merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pembicara, agar
kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana dan tidak
akan menimbulkan ketegangan antara pembicara dengan para hadirin.
Syarat-syarat tersebut adalah:
Menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam
suatu situasi yang formal.
Menggunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
Menjauhkan kata-kata atau bahasa yang aritifisal.23
25
B. Pesan Dakwah
Sebagai pemeluk islam telah jelas bahwasanya diperintahkan oleh
Allah swt. Untuk berdakwah. Yang mana dakwah sendiri dalam bahasa
Al-qur’an terambil dari kata وع – وع ي – اع yang secara lughowi
(etimologi), berarti menyeru atau memanggil.24
Adapun dari tinjauan aspek terminologi, pakar dakwah Syeh Ali
Mahfuz mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan
dan petunjuk Allah swt, menyeru mereka pada kebiasaan yang baik dan
melarang mereka pada kebiasaan yang buruk supaya mendapatkan
keberuntungan di dunia dan akhirat. Pengertian dakwah yang dimaksud,
menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah dab pidato, walaupun
memang secara lisan dakwah dapat diidentikkan dengan keduanya. Lebih
dari itu, dakwah juga meliputi dari tulisan, perbuatan dan sekaligus
keteladanan.
Sayyid Qutub memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah
usaha untuk mewujudkan sistem islam dalam kehidupan nyata dari tataran
yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti
negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.25
Terlebih ketika kata atau istilah tersebut telah menjadi bagian
bahasa indonesia yang dilakukan dan mempunyai makna beragam. Dalam
kamus bahasa indonesia, kata dakwah diartikan antara lain propanganda
24 Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah rekayasa membangun agama dan peradaban Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) hal. 27
26
yang mempunyai konotasi positif dan negatif. Sementara dakwah dalam
istilah agama islam konotasinya selalu tunggal dan positif. Yakni
mengajak kepada peningkatan ibadah dan pengabdian pada sang Khalik.
Bahkan dalam Al-Qur’an dan hadist merupakan bagian dari prinsip ajaran
yang diwajibkan.26
Dalam Ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu
simbol-simbol. Dalam literature bahasa arab, pesan dakwah disebut
maudlu’ adda’wah istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah maddah adda’wah (materi dakwah), karena istilah ini bisa menimbulkan kesalah
fahaman sebagai logistic dakwah.27
Pesan dakwah yang disampaikan secara lisan memiliki
karakteristik yang dijadikan sebagai prinsip dalam menyusun pesan
dakwah, adapun karakteristik pesan dakwah adalah sebagai berikut:
a. Orisinal dari Allah SWT. Bahwasannya Allah SWT telah
menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril. Dan wahyu terebut disampaikan kepada ummat
manusia untuk membimbing mereka ke jalan yang benar.
b. Mudah. Artinya penyampaian tentang pokok-pokok ajaran islam
tidak dipersulit dan juga mudah difahami oleh penerima pesan.
Seimbang antara idealitas dan realitas.
27
c. Universal. Artinya mencakup semua bidang kehidupan dengan
nilai-nilai mulia yang diterima oleh semua manusia beradab.28
Pesan-pesan (message) secara khusus adalah bersumber dari
al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
يسح ه اب ىفك ه اا ا حا وش ي ا هنوش ي ه تلس وغل ي ني لا ا
“orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorangpun selain kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”.29
Dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah merupakan isi pesan
dalam islam yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u, dengan tujuan
menjadikan manusia untuk menjadi yang lebih baik dan menuju pada jalan
Allah.
Pesan dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Dalam hal ini jelas bahwa yang menjadi pesan dakwah
adalah ajaran islam itu sendiri. Secara umum materi dakwah dapat
diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
1. Masalah akidah [keimanan]
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah
islamiah. Aspek akidah ini yang membentuk moral [akhlaq] manusia. oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
masalah akidah [keimanan]. Akidah yang menjadi materi pertama dakwah
28Ibid, hal. 340.
28
ini mempunyai ciri-ciri yang membedakanya dengan kepercayaan agama
lain, yaitu:
a. Keterbukaan melalui persaksian [syahadat]. Dengan demikian, seorang
muslim harus jelas identitasnya.
b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa
tertentu. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal usul
manusia.
c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman
dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian
seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada
kesejahteraanya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal
kemasyarakatan.30
Dari penjelasan diatas, Ali Yafie mengatakan bahwa yang
terpenting adalah konteks penyampaian ayat-ayat Allah swt berangkat
dari persoalan yang dihadapi masyarakat. Rasul juga selalu mampu
merasakan persoalan yang dihadapi umatnya. Perasaan empati ini akan
membuat juru dakwah menjadi lebih mengena. Rasa empati ini juga
akan membuat juru dakwah bisa memahami situasi yang sedang
dihadapi objek dakwahnya. Pemahaman seperti ini sangatlah penting,
29
supaya materi dakwah yang disampaikan bisa benar-benar menjawab
persoalan yang tengah dihadapi publik.31
2. Masalah Syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban
dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan
syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang
melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan
selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat islam di berbagai penjuru dunia dan sekaligus merupakan
hal yang patut dibanggakan. Disamping mengandung dan mencakup
kemaslahatan sosial dan moral, maka materi dakwah dalam bidang syariah
ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, pandangan
yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil
dalam melihat sebuah pembaruan. Sehingga umat tidak terperosok
kedalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah
kebaikan.
Syariah Islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang
meliputi segenap kehidupan manusia. kelengkapan ini mengalir dari
konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk
30
memenuhi ketentuan yang membentuk kehendak ilahi. Materi dakwah
yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau
memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk hukum
yang bersifat wajib, mubah [dibolehkan], diajurkan [mandub], makruh
[dianjurkan supaya tidak dilakukan] dan haram [dilarang].
3. Masalah Mu’amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah
lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah.
Ibadah dalam mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup
hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt.
4. Masalah Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa arab, jamak dari
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan
dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur bathin yang yang
mempengaruhi prilaku manusia.32
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ajaran akhlaq dalam Islam
pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan
ekspresi dari kondisi kejiwaan. Akhlaq dalam Islam bukanlah norma ideal
yang tidak dapat diimplementasikan, juga bukan pula sekumpulan etika
yang terlepas dari kebaikan sejati. Dengan demikian, yang menjadi materi
31
akhlaq dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia
serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya, karena semua manusia
harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatanya, maka Islam
mengajarakan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan
kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini,
maka materi akhlaq membahas tentang norma luhur yang harus menjadi
jiwa dari perbuatan manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus
dipraktekkan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis sasaranya.
Materi akhlaq ini di orientasikan untuk dapat menentukan baik dan
buruk, akal dan kalbu berupaya untuk menemukan standart umum melalui
kebiasaan masyarakat, karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitanya
dengan akhlaq. Pemakaian akal dan pembinaan akhlaq mulia merupakan
ajaran Islam. Ibadah dalam al-Qur’an selalu dikaitkan dengan taqwa,
berarti pelaksanaan perintah Allah swt dan menjauhi laranganya.
Dengan demikian, orang bertaqwa adalah orang yang mampu
menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlaq mulia
yang menjadi ajaran paling dasar dalam Islam. Karena tujuan ibadah
dalam Islam, bukan semata-mata diorientasikan untuk menjauhkan diri
dari neraka dan masuk surga, tetapi tujuan yang didalamnya terdapat
dorongan bagi kepentingan dan pembinaan akhlaq yang menyangkut
kepentingan masyarakat. Masyarakat yang baik dan bahagia adalah
masyarakat yang anggotanya memiliki akhlaq mulia33
32
Empat klasifikasi materi [pesan] dakwah tersebut sebagaimana Dr.
H. A. Sunarto, memaparkan bahwa seorang pendakwah [da’i] wajib
mempertimbangkan patut tidaknya sebuah pesan dakwah yang
disampaikanya kepada mad’u. Misalnya, pesan yang menyinggung
perasaan umat beragama, suku, ras dan golongan tertentu.34 Oleh karena
itu dalam pesan dakwah kata-kata juga termasuk hal penting yang harus
dilakukan oleh seorang pendakwah.
Kata-kata tertentu dipandang sangat efektif (memiliki kekuatan)
dalam mempengaruhi atau mengubah tingkah laku manusia. karena secara
psikologis, bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam
mengendalikan ataupun mengubah tingkah lau manusia. interaksi inilah
yang kemudian dapat dijadikan oleh para pakar komunikator (da’I) dalam
menebarkan risalah Islam kepada mad’u.
Jika dilacak “kata-kata” dalam al-Qur’an, ungkapan yang
mendekati dengan pengertian komunikasi akan ditemui dalam sebutan
al-qawl. Apabila disambungkan dengan dakwah, maka kata qawl terkait erat
dengan konteks amar ma’ruf.35
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa amar ma’ruf (menyuruh
kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah kemungkaran) itu adalah puncak
yang tertinggi dalam agama dan itupulalah yang merupakan kepentingan
yang terutama sekali, oleh karenanya Allah swt mengutus sekalian Nabi
dan Rasul saw. andaikata saja amar ma’ruf dan nahi mungkar itu
34 Sunarto, Etika Dakwah, (Surabaya: Jaudar Press, 2014), hal.8
33
dilengahkan dan dilalaikan, baik secara ilmiah atau alamiah, niscaya
kesesatan akan merata luas dan kebodohan akan tersebar dimana-mana.36
Menjadi seorang da’I dalam beramar ma’ruf nahi mungkar,
mengajak pada kebaikan dan yang utama yaitu menyampaikan pesan
dakwah. Dalam hal ini, ada beberapa syarat dan saran yang harus dipenuhi
oleh seorang komunikator dakwah (da’I) yaitu:
1. Memilih kata-kata yang baik.
2. Meletakkan pembicaraan yang tepat pada tempatnya
3. Berbicara dengan pembicaraan sekedar keperluan.
4. Memilih kata-kata yang akan dibicarakan. Untuk menghasilkan
ucapan yang berkualitas baik, hendaknya memperhatikan enam
hal berikut:
Pikirkan dulu materi yang akan dibicarakan
Perhatikan kepada siapa materi itu disampaikan
Cari waktu yang tepat bagi komunikator maupun
komunikan
Usahakan agar tempat yang digunakan sesuai dengan
materi
Gunakan sistem pola, etika dan strategi yang lebih baik
agar dapat menghasilkan pembicaraan yang baik.
Setelah mengkaji syarat dalam komunikasi dakwah, berikut ini
akan kita kaji prinsip-prinsip pendekatan komunikasi yang terkandung
34
dalam qawl/kata dalam al-Qur’an.37 Sebagaimana qawl/kata ini harus
dimiliki oleh seorang da’I.
1. Qawlan Ma’rufan
Qaulan ma’rufan berarti perkataan yang baik. Allah swt
menggunakan frase ini, ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang
kaya atau orang kuat terhadap orang-orang yang miskin dan lemah.
Qaulan ma’rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan
penetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan kesulitan.
Kepada orang yang lemah, seseorang bila tidak bisa membantu secara
material, maka ia harus memberikan bantuan secara psikologis. Allah swt
berfirman, qaulan ma’rufan dan pemberian maaf lebih dari pada sedekah
yang diikuti dengan perkataan yang menyakitkan. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Baqarah: 235
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu[148] dengan sindiran[149] atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah
35
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”
Dalam ayat diatas terkandung beberapa pengertian yaitu rayuan
halus terhadap seorang perempuan yang ingin di pinang untuk dijadikan
sebagai seorang istri. Jika dikaji, ini merupakan salah satu bentuk etis
komunikasi dalam menyikapi sebuah perasaan atau hati yang digambarkan
dengan wanita.
2. Qawlan kariman
Ungkapan qawlan kariman dalam al-Qur’an tersebut terdapat
dalam QS. al-Isra’ ayat: 23
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”
Ayat diatas, Allah mengingatkan pentingnya ajaran tauhid dan
meng-Esakan Allah agar manusia tidak terjerumus kepada kemusyrikan.
Ajaran tauhid adalah dasar pertama dan utama dalam aqidah Islamiyah.
36
dakwah: penghormatan. Komunikasi dalam dakwah harus memperlakukan
dengan rasa hormat. 38
3. Qawlan Maysuran
Dalam komunikasi ataupun berdakwah dianjurkan untuk
menyajikan tulisan atau bahasa yang mudah dicerna. Bahasa dalam
dakwah adalah bahasa yang mudah, ringkas dan tepat. Dalam al-Qur’an
ditemukan istilah qawlan maysuran yang merupakan tuntutan komunikasi
dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan
perasaan. Allah swt berfirman dalam QS. Al-Isra’: 28
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”
Jika dilihat akar kata maysuran yakni yasara maka secara
etimologi pegertianya adalah “mudah”. Al-Maraghi dalam tafsirnya
memberikan pengertian dengan “mudah lagi lemah lembut”. Sedangkan
menurut Jalaluddin Rahmat qawlan maysuran sebenarnya lebih tepat
diartikan “ucapan yang menyenangkan”, lawanya adalah ucapan yang
menyulitkan. Ketika sesorang berkomunikasi, seperti ketika seorang da’i
menyampaikan isi atau pesan dakwah kepada mad’u, da’i bukan sekedar
menyampaikan isi (content), tetapi juga mendefinisikan hubungan sosial
37
(relations) diantara para pelaku komunikasi (pendakwah dan mad’u).
Demikianlah bentuk komunikasi yang hangat dalam Islam.39
4. Qawlan Balighan
Qaulan Balighan merupakan ungkapan yang memiliki arti
perkataan yang mengena. Allah swt berfirman dalam QS. An-Nisa’: 63
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itulah berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka".
Jika ditelaah, kata “balighan” terdiri dari uruf “ba, lam dan ghain”.
Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari
huruf-huruf tersebut, mengandung arti “sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain”
Pengertian qawlan balighan ada dua, yang pertama, qawlan
balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan
sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Pada zaman modern ahli
komunikasi berbicara tantang frame of reference dan field of experience.
Komunikator baru efektif bils menyesuaikan pesanya dengan kerangka
rujukan dengan medankhalayaknya. Kedua, qawlan balighan terjadi bila
komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus.40
5. Qawlan Layyinan
39 Ibid, hal. 12
38
Qawlan layyinan secara harfiyah berupa komunikasi yang lemah
lembut, sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Thoha: 43-44
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas.”
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Perkataan lembut tersebut adalah perintah Allah kepada Nabi Musa
dan Nabi Harun, ketika berdakwah kepada Fir’aun untuk menyampaikan
ayat-ayat Allah karena ia menjalankan kekuasaan melampaui batas. Nabi
Musa dan Nabi Harun sedikit khawatir untuk menemui Fir’aun yang galak
dan kejam. Tetapi Allah memberikan jaminan “janganlah kamu berdua
khawatir karena sesungguhnya Aku bersamamu berdua. Aku mendengar
dan melihat”.. karena ada jaminan Allah, Nabi Musa dan Nabi Harun pergi
mendakwahi Fir’aun.
Allah memerintahkan agar Nabi Musa dan Nabi Harun agar
berdialog dengan Fir’aun secara lemah lembut. Inilah komunikasi yang
efektif yang diajarkan oleh Islam. Berkomunikasi ataupun berdakwah
harus dilakukan dengan lemah lembut tanpa adanya emosi apalagi
39
karena dengan cara seperti ini bisa lebih cepat difahami dan diyakini oleh
lawan dialog.41
6. Qawlan Sadidan
Kebenaran fakta dalam informasi yang disampaikan kepada publik,
juga terkandung dalam tuntunan lafal qawlan sadiddan. Sebagaimana
Allah berfirman didalam QS. an- Nisa’ ayat: 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Ayat tersebut jelas bahwa prinsip berkata atau komunikasi yang
benar merupakan prasyarat untuk menyejahterakan generasi mendatang.
Sifat taqwa dan prinsip perkataan dengan memilih kata yang benar juga
akan menghantarkan orang kepada pengampunan dosa-dosanya dan
kesuksesan yang besar.4