• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang T1 462007050 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang T1 462007050 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat penelitian

Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondo Hutomo – Semarang, sebagai salah satu pusat rujukan klien dengan gangguan Jiwa di Jawa Tengah. RSJD Amino Gondo Hutomo – Semarang merupakan milik pemerintah provinsi Jawa Tengah, dengan tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan jiwa dengan visi “Rumah Sakit pusat rujukan

pelayanan dan pendidikan kesehatan Jiwa kebanggaan Jawa Tengah” (Bidang keperawatan, RSJ Amino Gondo Hutomo –

Jateng 2011).

Upaya yang sudah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondo Hutomo untuk pelayanan kesehatan jiwa pada klien gangguan jiwa adalah pelayanan rawat jalan 6 hari kerja, UGD 24 jam x 7 hari kerja, pelayanan rawat inap dengan VIP kelas 1, 2, dan 3, pelayanan rehabilitasi pada klien gangguan jiwa, pelayanan family gathering, pelayanan rekreasi

(2)

Dari data yang di dapat di RSJD Amino Gondo Hutomo – Semarang, terdapat 362 klien skizofrenia yang kambuh selama periode agustus sampai dengan September 2011, klien skizofrenia yang kambuh dengan berbagai sebab, di antaranya adalah karena tidak adanya biaya berobat, klien tersebut sudah merasa sembuh, klien yang tidak mau minum obat, klien takut ketergantungan dengan obat psikotik, ketidaktahuan klien dan

keluarga, jarak rumah klien dengan pelayanan kesehatan jiwa yang cukup jauh, kurangnya support sistem dari keluarga klien.

RSJ Amino Gondohutomo Semarang pertama kali berdiri pada tahun 1948 di jalan Sompok Semarang, sebagai tempat penampungan klien psikotik akut (doorganshuizen). Pada tahun 1912 pindah ke kleedingmagazjin, sebuah gedung tua yang di bangun pada tahun 1978 di jalan cendrawasih tawang, namanya kemudian berubah menjadi doorganshuizen tawang. Sejak tanggal 21 Januari 1928 berganti nama menjadi Rumah Sakit JiwaPusat Semarang Kranzinnigenggestichten), dan mulai menerima klien-klien psikotik gangguan jiwa mulai tanggal 2 Februari 1928. Tanggal 2 februari 1928 di tetapkan sebagai hari jadi RSJ pusat Semarang.

(3)

Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dr. Amino Gondohutomo sendiri adalah seorang psikiater pertama di Indonesia yang lahir di Surakarta – Jawa Tengah. Tangal 1 Januari 2002 RSJ pusat Dr. Amino Gondohutomo berubah nama menjadi RSJ daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang sesuai SK Gubernur Jawa Tengah no 440/09/2002, Februari 2002.

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di RSJ Dr. Amino

Gondohutomo Semarang pada tanggal 15 April 2012 – 30 April 2012 dengan nonprobality sampling yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada semua populasi untuk menjadi sampel penelitian. Selama 15 hari penelitian jumlah sampel yang didapat mencapai 78 sampel penelitian.Sampel dalam penelitian ini adalah klien skizofrenia yang mengalami kekambuhan dan sudah cukup kooperatif dan bersedia menjadi riset partisipan dari peneliti.

(4)

masing-masing ruangan. Peneliti berada di masing-masing ruangan rata-rata antara 3-4 hari per ruangan.

Selama melakukan penelitian, peneliti mengalami beberapa kendala diantaranya adalah kesulitan melakukan bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan klien-klien di RSJ, BHSP berlangsung sampai dua (2) hari untuk masing-masing ruangan sebelum pada hari ke tiga (3) dan ke empat (4) peneliti

melakukan wawancara kepada klien-klien tersebut dengan dibantu oleh perawat ruangan dan juga oleh teman-teman

praktikan dari institusi keperawatan lain yang sedang mengambil program Ners (Ns) di RSJ tempat peneliti melakukan penelitian.

4.1.3 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 4.1.3.1 Distribusi demografi

Dalam penelitian ini, riset partisipan penelitian adalah klien skizofrenia yang mengalami kekambuhan yang menjalani perawatan di RSJ Amino Gondohutomo Semarang.Jumlah riset partisipan berjumlah 78 orang. Dengan usia yang beragam antara 16 – 67 tahun, lebih dari 50% tidak bekerja dan hanya mengecap pendidikan hanya sampai bangku SD. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat di tabel 4.1 di bawah ini.

(5)

Karakteristik Demografi Frekuensi Prosentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 41 37 52,6 47,4 Umur 13 – 19 tahun

20 – 34 tahun 35 – 65 tahun > 65 tahun

8 47 22 1 10,3 60,3 28,2 1,3 Status Belum Menikah

Menikah Duda Janda 42 28 2 6 53,8 35,9 2,6 7,7 Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 34 27 13 1 3,8 43,6 34,6 16,7 1,3 Pekerjaan Buruh

Pegawai Swasta Petani Wiraswasta Tidak bekerja 1 2 5 10 60 1,3 2,6 6,4 12,8 76,9 Lama Menderita Skizofrenia

< 1 tahun > 1 tahun

11 67

14,1 85,9

Sumber data : hasil penelitian di 4 ruangan RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang per tanggal 15-30 april 2012 4.1.3.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

(6)

pemenuhan kebutuhan afeksi digunakan rumus: statistik menurut Sudjana (2002):

Panjang kelas (p) =

Rentang kelas

Banyak kelas

Dalam rumusan di atas, menjelaskan bahwa : p = rentang/banyak kelas dan p merupakan panjang kelas, dengan

26 item maka, rentang kelas (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu 78-26 = 52 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 17. Dengan p = 17 dan nilai terendah 26 sebagai batas bawah kelas pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas sebagai berikut :

Dukungan keluarga Rendah : 26 - 43 Dukungan keluarga Sedang : 44 - 61 Dukungan keluarga Tinggi : 62 – 68

Berikut ini akan disajikan mengenai data dukungan keluarga pada klien Skizofrenia :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 22 28,2

2 Sedang 28 35,9

3 Rendah 28 35,9

Jumlah 78 100

(7)

keluarga dari klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang yang mendapat dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 22 partisipan atau sebanyak 28,8% sedangkan partisipan dengan dukungan keluarga sedang dan rendah sebanyak 28 partisipan atau 35,9%.

Untuk kuisioner dukungan keluarga komponen emosional (Item 1 - item 10), nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 30

dan nilai terendah adalah 10. Dukungan keluarga untuk komponen emosional tersebut dapat dikategorikan dengan

interval sebagai berikut :

Dukungan keluarga Rendah = 10-16 Dukungan keluarga Sedang =17-23 Dukungan keluarga Tinggi = 24-30

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga komponen Emosional

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 30 38,5

2 Sedang 21 26,9

3 Rendah 27 34,6

Jumlah 78 100

(8)

kategori sedang dan 27 partisipan (34,6%) untuk kategori rendah.

Untuk kuisioner dukungan keluarga komponen Informasi (Item 11 - item 17), nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 21 dan nilai terendah adalah 7. Dukungan keluarga untuk komponen Emosional tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

Dukungan keluarga Rendah = 7-11 Dukungan keluarga Sedang =12-16

Dukungan keluarga Tinggi = 17-21

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga komponen Informasi

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 25 32,1

2 Sedang 25 32,1

3 Rendah 28 35,9

Jumlah 78 100

(9)

Untuk kuisioner dukungan keluarga komponen Instrumental (Item 18 - item 20), nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 9 dan nilai terendah adalah 3. Dukungan keluarga untuk komponen Instrumental tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

Dukungan keluarga Rendah = 3-5 Dukungan keluarga Sedang =6-7

Dukungan keluarga Tinggi = 8-9

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga komponen Instrumental

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 13 16,7

2 Sedang 30 38,5

3 Rendah 35 44,9

Jumlah 78 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa untuk distribusi dukungan keluarga komponen instrumental dengan kategori tinggi berjumlah 13 partisipan (16,7%), untuk kategori sedang sebanyak 30 partisipan (38,5%), dan untuk kategori rendah sebanyak 35 partisipan (44,9%).

(10)

keluarga untuk komponen Penghargaan tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

Dukungan keluarga Rendah = 6-10 Dukungan keluarga Sedang =11-14 Dukungan keluarga Tinggi = 15-18

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga komponen Penghargaan

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 15 19,2

2 Sedang 26 33,3

3 Rendah 37 47,4

Jumlah 78 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dukungan keluarga untuk komponen dukungan penghargaan menunjukkan bahwa distribusi dukungan keluarga komponen Penghargaan dengan kategori tinggi berjumlah 15 partisipan (19,2%), kategori sedang berjumlah 26 pastisipan (33,3%), dan kategori rendah berjumlah 37 partisipan (47,4%).

4.1.3.3 Frekuensi Kekambuhan Skizofrenia

(11)

dibuat tabel distribusi untuk menentukan atau menggolongkan tinggi rendahnya resiko bunuh diri partisipan penelitian. Penilaian frekuensi kekambuhan skizofrenia dinilai berdasarkan kejadian kekambuhan skizofrenia (Nurdiana, 2007).. Frekuensi Kekambuhan klien skizofrenia

Tinggi : Bila klien dalam satu tahun kambuh lebih dari atau sama dengan 2 kali,

Sedang : Bila kurang dalam satu tahun kambuh satu kali, dan

Rendah : Bila dalam satu tahun tidak pernah kambuh. Tabel 4.7 Frekuensi kekambuhan Klien Skizofrenia

No Kategori Jumlah

Partisipan

Prosentase (%)

1 Tinggi 48 61,5

2 Sedang 23 29,5

3 Rendah 7 9,0

Jumlah 78 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat di lihat bahwa frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan kategori tinggi mencapai 48 partisipan (61,5%), untuk kategori sedang berjumlah 23 partisipan (29,5%) , dan untuk frekuensi kekambuhan dengan kategori rendah berjumlah 7 partisipan (9,0%).

(12)

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu persyaratan analisis data penelitian yang akan di uji. Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi atau penyebaran data.Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) 16. Dasar pengambilan keputusan adalah :

Jika nilai sig > 0,05 maka data distribusi dikatakan normal, dan

Jika nilai sig < 0,05 maka data distribusi dikatakan tidak normal.

Tabel 4.8 Uji Normalitas Variabel Peneliitian Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Sig. Shapiro-Wilk

Dukungan keluarga .000 .003

Frekuensi

kekambuhan .000 .000

(13)

normal. Oleh karena itu, maka peneliti menggunakan uji alternatif yaitu uji Rank Spearman.

4.1.4.2 Hubungan Dukungan keluarga dengan Frekuensi kekambuhan klien Skizofrenia

Setelah seluruh data-data terkumpul, kemudian peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan korelasi Spearman dengan bantuan program komputer program SPSS 16 (Statistical Program for Social Science 16). Dari hasil pengolahan data secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia

Dukuangan Keluarga

Frekuensi Kekambuhan Dukungan

keluarga

Correlation Coefficient

1.000 .385**

Sig. (2-tailed)

. .001

N 78 78

Frekuensi Kekambuhan

Correlation Coefficient

.385** 1.000

Sig. (2-tailed)

.000 .

N 78 78

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) 0,01< 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo. Nilai koefesien korelasi (ρ) 0,385 yang berarti terdapat derajat

(14)

frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Pada tabel 4.9 dapat dilihat juga bahwa koefisien korelasi antara dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia yaitu (p) = 0,01 pada penilaian <(0.05) sehingga dapat dikatakan bahwa Hipotesis (H1) diterima yaitu ada

hubungan dukungan keluarga terhadap frekuensi kekambuhan

klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tabel 4.10 Hubungan Dukungan Keluarga komponen

Emosional frekuensi kekambuhan klien skizofrenia Dukuangan

Keluarga

Frekuensi Kekambuhan Dukungan

keluarga

Correlation Coefficient

1.000 .301

Sig. (2-tailed) . .007

N 78 78

Frekuensi Kekambuhan

Correlation Coefficient

.301 1.000

Sig. (2-tailed) .007 .

N 78 78

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan nilai signifikansi (p) 0,007(p>0,05) dan koefesien korelasi (ρ) dengan nilai 0,301 yang berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga komponen emosional dengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Tabel 4.11 Hubungan Dukungan Keluarga komponen Informasi frekuensi kekambuhan klien skizofrenia

(15)

Keluarga Kekambuhan Dukungan

keluarga

Correlation Coefficient

1.000 .453

Sig. (2-tailed) . .001

N 78 78

Frekuensi Kekambuhan

Correlation Coefficient

.453 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 78 78

Berdasarkan tabel 4.11menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) 0,01 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga komponen informasidengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Tabel 4.12 Hubungan Dukungan Keluarga komponen Instrumental dengan frekuensi kekambuhan klien

skizofrenia Dukuangan Keluarga Frekuensi Kekambuhan Dukungan keluarga Correlation Coefficient

1.000 .279

Sig. (2-tailed) . .013

N 78 78

Frekuensi Kekambuhan

Correlation Coefficient

.279 1.000

Sig. (2-tailed) .013 .

N 78 78

(16)

Tabel 4.13 Hubungan Dukungan Keluarga komponen penghargaan dengan frekuensi kekambuhan klien

skizofrenia Dukuangan

Keluarga

Frekuensi Kekambuhan Dukungan

keluarga

Correlation Coefficient

1.000 .351

Sig. (2-tailed) . .002

N 78 78

Frekuensi Kekambuhan

Correlation Coefficient

.351 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 78 78

Berdasarkan tabel 4.12menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) 0,02 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga komponen penghargaan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Data demografi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kliean gangguan jiwa

(17)

Dari data tersebut mayoritas riset partisipan dari penelitian ini terdapat pada rentang usia dewasa muda.

Pada usia dewasa muda indivisu mempertahankan hubungannya dengan orang tua dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputusan dan memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih pekerjaan, karir, dan melangsungkan pernikahan. Namun pada tahap usia dewasa

muda inilah ketika individu mengalami kegagalan misalnya dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan dan pernikahan akan

mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain dan putus asa akan pekerjaan (Dalami, 2009)

(18)

proses perkembangan intelek dan sosial yang sudah dimulai dari rumah.Hal ini makin dipertegas oleh Yosep (2009), yang menyatakan bahwa ketidakmampuan mengatasi kehidupan dan tekanan hidup karena kurangnya tingkat pengetahuan dapat menyebabkan gangguan jiwa.

Peneliti sendiri berpendapat bahwa tingkat pendidikan yang rendah membuat seorang individu kesulitan untuk mengatasi

setiap masalah yang datang, sehingga semakin lama individu tersebut tidak tahu cara mengatasi masalah yang ada, akan

membuat individu mengalami stress yang berkepanjangan dan akan berujung pada gangguan jiwa.

(19)

bekerja di Indonesia yang mencapai 40 juta rakyat di Indonesia telah menyebabkan rakyat mengalami keterpurukan, tingkat pendidikan rendah, daya beli lemah, gizi buruk, lingkungan yang buruk telah menyebabkan banyak rakyat Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Peneliti juga memiliki pendapat bahwa kehilangan pasangan hidup, atau tidak ada pasangan hidup dalam hal ini, riset

partisipan yang belum menikah dan janda/duda, seperti kehilangan faktor pelindung atau pendukung yang mendukung

(20)

Data hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 48 riset partisipan (61,5%) bukan merupakan klien baru, atau sudah dirawat lebih dari 2 (dua) kali dalam kurun waktu 1 tahun, sedangkan yang baru 1 (satu) kali di rawat dalam kurun 1 tahun terdapat 23 riset partisipan (29,5%). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman klien selama praktek dan selama melakukan penelitian di RSJD Amino Gondohutomo Semarang, peneliti

berpendapat bahwa klien di RSJ sering kambuh karena berbagai faktor, di antaranya adalah kurangnya dukungan keluarga

kepada klien jiwa yang di rawat di RSJ, seperti mengingatkan untuk menkonsumsi obat secara teratur setelah pulang ke rumah, dan juga jarang mengantar klien jiwa kontrol secara teratur setelah klien pulang ke rumah. Dalam bukunya Dalami (2009), mengatakan bahwa masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Manungkalit (2009) yang menyatakan bahwa kurang adanya perhatian dan perawatan keluarga selama proses penyembuhan menyebabkan tingkat kekambuhan yang tinggi, serta kurangnya mendapat kunjungan dari anggota keluarga selama di rawat di RSJ akan memperlambat proses penyembuhan klien.

(21)

Hasil hubungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) 0,00<0,05 dan Nilai koefesien korelasi (ρ) 0,385 yang berarti

terdapat hubungan dengan derajat hubungan yang lemah antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kekambuhan klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gomdohutomo.

Hasil penelitian Dukungan Keluarga menunjukkan bahwa klien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo semarang

yang mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 22 partisipan (28,8%) sedangkan sisanya mendapatkan dukungan

keluarga yang rendah dan sedang berjumlah 28 (35,9%).

Karena rendahnya dukungan keluarga terhadap klien skizofrenia (28,8%) maka mengakibatkan tingginya frekuensi kekambuhan. Hal ini di dukung oleh Mcfarlane (1995) dalam Buku ajar keperawatan jiwa, yang menyatakan bahwa penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negatif skizofrenia sehingga mengurangi angka relaps (kambuh).

(22)

4.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga komponen emosional dengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia

Dukungan emosional dapat berupa dukungan yang memberikan klien rasa nyaman, merasa dicintai, memberikan dukungan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian, sehingga klien merasa berharga dan diterima.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan

keluarga untuk komponen dukungan emosional dalam penelitian ini untuk kategori tinggi berjumlah 30 partisipan (38,5%) atau

(23)

mendapatkan dukungan emosional dari keluarga selama di rawat di RSJ, karena keluarga jarang mengunjungi klien di RSJ. 4.2.4 Hubungan Dukungan Keluarga komponen Informasi dengan

frekuensi kekambuhan klien skizofrenia

Dukungan Informasi, keluarga yang berperan dalam menghimpun dan memberikan informasi kepada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia, memberikan informasi

tempat, dokter dan terapi yang baik bagi klien. Dukungan ini termasuk di dalamnya memberikan pangarahan dan solusi

terhadap masalah yang dialami penderita.

(24)

karena keterbatasan informasi yang diterima tentang cara perawatannya.

4.2.5 Hubungan Dukungan Keluarga komponen Instrumental dengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia

Dukungan Instrumental atau dukungan nyata, dapat berupa bantuan pengobatan biaya perawatan penderita anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Bentuk dukungan ini juga

dapat berupa perawatan saat penderita mengalami sakit jasmani.

(25)

menderita skizofrenia sehingga tidak membawa untuk berobat ke rumah sakit secara teratur. Menurut Mubin, dkk (2008) keluarga yang memiliki klien gangguan jiwa mengalami stigma yang buruk dari masyarakat dan lingkungan tempat tinggal serta aib bagi keluarga sehingga keluarga merasa malu mempunyai anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.

4.2.6 Hubungan Dukungan Keluarga komponen penghargaan dengan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia

Dukungan penghargaan, dukungan ini berupa dorongan

dan motivasi yang diberikan keluarga kepada klien. Dalam dukungan penghargaan, kelompok dukungan dapat berupa memepengaruhi persepsi akanancaman. Dukungan keluarga dapat membantu klien mengatasi masalah dan keluarga bertindak sebagai pembimbing klien dalam menghadapi masalah klien.

Dari data penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga untuk komponen dukungan penghargaan dengan kategori tinggi berjumlah 15 partisipan (19,2%), kategori sedang berjumlah 26 pastisipan (33,3%), dan kategori rendah berjumlah 37 partisipan (47,4%).

(26)

sehari-hari.Klien skizofrenia kurang mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengatasi masalah dan keluarga kurang memainkan perannya dengan bertindak sebagai pembimbing klien dalam menghadapi masalah klien. Hal ini dipertegas oleh (Cohen,1984) Dukungan keluarga dapat membantu klien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai

pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga diri klien. Sebenarnya tempat terbaik bagi

Gambar

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosis pada pasien ini sudah sesuai dengan teori yang mana ditemukan tanda-tanda klinis tetanus yaitu trismus 2 cm, risus sardonikus, defans muscular, dan epistotonus,

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa impostor phenomenon adalah pengalaman psikologis dimana individu merasa tidak yakin dengan kemampuan dirinya,

· Pembuatan tabel distribusi frekuensi dapat dimulai dengan menyusun data mentah ke dalam urutan yang sistematis ( dari nilai terkecil ke nilai yang lebih besar atau

Tabel 4.8 diatas menunjukkan nilai Cox &amp; Snell R Square sebesar 0,247 dan nilai Negelkerke R Square sebesar 0,333 yang berarti variabilitas variabel dependen

(2012) Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Kuangan X1=Kepemi likan Institusional X2=Ukuran Dewan Direksi X3=Aktivit as(rapat) Dewan Komisaris

The mobile node swaps the Destination address in the IPv6 header with the entry in the Routing header and will reply with its home address as a source address as if it received

dalam keterampilan teknik permainan bola voli melalui modifikasi permainan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kampar pada siklus I rata-rata sebesar 67.2 termasuk

Salah satunya metode yang dilakukan untuk mengetahui prinsip kerja dari anemometer jenis cup , seperti penelitian yang dilakukan oleh (Siswoko dkk., 2014) yaitu