• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN

2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI

2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS

Luas daerah Pesisir Selatan ± 5.794,95 Km² atau 13,70 persen dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara 0°-59’- 2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’ - 101°18’ Bujur Timur yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.

Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan Carocok Painan.

2.1.2 KONDISI TOPOGRAFI

Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-40% dan > 0-40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi : 1) Kemiringan 0 – 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang

ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha (31,59%).

2) Kemiringan 2 – 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas 5.102 Ha (0,89%).

3) Kemiringan 15 – 25% yang merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).

4) Kemiringan 25 – 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).

5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).

(2)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 2

Tabel 2.1

Luas Dan Persebaran Kelas Lereng

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

Berdasarkan peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah, diketahui bahwa sebagian besar wilayah termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang mencapai luas 304.235 Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0 – 2 % dengan luas 181.654 Ha (31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 – 15% dengan luas 5.102 Ha (0,89%) terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 – 25% dengan luas 24.562 Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 – 40% dengan luas 304.235 Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai kelas kelerengan dapat dilihat pada peta 2.1

No Nama Kecamatan 0 – 2 Kelas Kelerengan Jumlah

% 2 - 15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 % (Ha)

1. Koto XI Tarusan 5.436 350 2.314 4.824 29.639 42.563

2. Bayang 3.668 - 1.152 2.088 1.624 8.532

3. IV Nagari Bayang Utara 724 - 1.080 4.104 18.384 24.292

4. IV Jurai 2.808 - 1.800 4.500 28.272 37.380

5. Batang Kapas 4.932 396 2.880 5.976 21.723 35.907

6. Sutera 9.792 468 2.304 6.408 25.593 44.565

7. Lengayang 9.432 - 252 3.348 46.028 59.060

8. Ranah Pesisir 6.804 - 1.296 13.428 34.911 56.439

9. Linggo Sari Baganti 9.720 396 1.584 8.388 11.453 31.541

10. Pancung Soal 34.380 504 3.672 2.124 33.330 74.010

11. Basa IV Balai Tapan 22.788 720 972 2.700 40.570 67.750

12. Lunang Silaut 71.170 2.268 5.256 1.548 12.708 92.950

(3)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 3

GAMBAR PETA 2.1

TOPOGRAFI KABUPATEN PESISIR SELATAN

2.1.3 KONDISI HIDROLOGI a. Sungai

Kondisi Hidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan sungai yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografi terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di daerah ini hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan dan kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M3/dt (tahun 2008) dengan luas 6.232,02 km2. Selain dari sungai sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah cukup memedai yaitu 9.420,44 juta M3. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.3 Sungai yang Mengalir Ke Pantai Barat Sumatera di bawah ini.

(4)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 4

Tabel 2.2

Sungai-Sungai Yang Mengalir Kepantai Barat Sumatera

No Nama Sungai Kecamatan Yang Dilalui Panjang Sungai (Km) Luas Das (Km2) Debit Rata-Rata (M3/Dt)

1 Batang Lunang Lunang Silaut

93,70

1087,5 3,907

2 Batang Tapan Basa Iv Balai Tapan 711,12 2,55

3 Batang Inderapura Pancung Soal, Basa IV Balai, Linggo Sari Baganti 2,035.89 7,315

4 Batang Air Haji Linggo Sari Baganti 45,85 367,37 1,319

5 Batang Pelangai Ranah Pesisir 51,11 498,86 1,792

6 Batang Kambang Lengayang 45,75 457,14 1,642

7 Batang Surantih Sutera 45,69 297,1 1,067

8 Batang Kapas Batang Kapas 37,12 449,67 1,620

9 Batang Lumpo Iv Jurai 32,71 120,53 0,430

10 Batang Bayang Bayang 43,86 396,17 1,423

11 Batang Tarusan Koto Xi Tarusan 52,47 508,34 1,826

12 Batang Salido IVJurai 18,16 85,1 0,305

13 Batang Painan IV Jurai 13,61 23,36 0,084

14 Batang Amping Parak Sutera 17,41 110,47 0,396

15 Batang Lakitan Lengayang 29,18 117,78 0,423

16 Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 20,84 142,07 0,510

17 Batang Bantaian Linggo Sari Baganti 16,06 103,38 0,371

18 Batang Sindang Lunang Silaut 43,47 239,17 0,859

19 Batang Silaut Lunang Silaut 56,43 516,89 1,857

JUMLAH 663,42 6.232,02 29,696

Sumber : Laporan Identifikasi Permasalahan Sungai-sungai yang bermuara ke Pantai Barat Sumatera Dep. PU 2006

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungai 2.035.89 km2 serta debit aliran sebesar 7,315 M3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan Pancung soal, Basa IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang aliran sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 serta debit aliran sebesar 0,084 M3/dt. Menurut hidrologi permukaan, sistem pengaliran terbuka sungai dan anak sungai tersebut dimanfaatkan juga untuk mengaliri sawah penduduk dan keperluan irigasi yang dialirkan melalui bendungan.

Sungai yang mengalir di Pesisir selatan sumber airnya berasal dari Solok Selatan, Kawasan Suaka Alam dan Taman Kerinci Seblat, sebagian besar dari mata air yang cukup membentuk spring belt pada kaki perbukitan. Pemanfaatan air sungai tersebut digunakan sebagai sumber air bersih dan PDAM. Air permukaan tidak hanya berupa sungai tetapi juga berupa rawa seperti yang disajikan pada Tabel 2.3 Daerah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan.

(5)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 5

Tabel 2.3

Darah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan

No Nama Perairan Luas (Ha) Masalah

1 Carocok Ampang Pulai 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan

2 Gurun Panjang Kapuh 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan

3 Cania Teluk Kabung 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan dan muara sering tertutup 4 Laban IV Jurai 1,80 Aliran sungai berbelok terjadi genangan pada musim hujan

5 Koto Ranggo Sungai Putih - Terjadi genangan pada musim hujan

6 Taratak 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa dan dan banjir

7 Amping Parak 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan

8 Rimbo Kaling 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa dan dan banjir

9 Seberang Tarok 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

10 Sumedang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

11 Sungai Tunu 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

12 Pungasan 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan

13 Air Haji 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan

14 Sungai Kunyung 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

15 Ampang Tulak Tapan 10,00 Terjadi genangan pada musim hujan

16 Lunang 6,00 Terjadi genangan pada musim hujan

17 Silaut V 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan

18 Labuhan Tanjak 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan

19 Sikabu Koto Rawang 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan

20 Sungai Pangatahan 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan

21 Parit Merantih 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

22 Pasar Lakitan 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

23 Gurun Pajang 1,75 Terjadi genangan pada musim hujan

24 Padang Cupak 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

25 Talang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

26 Talang TS 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

27 Kampung Kalik 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

28 Padang Panjang 1,80 Terjadi genangan pada musim hujan

29 Kampung Baru 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

30 Labuhan Tanjak 12,00 Terjadi Genangan pada lahan

31 Lubuk Buaya 9,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

32 Pungasan 4,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

33 Lagan 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

34 Sei. Sirah Mudik 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

Jumlah 118,85

(6)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 6

b. Air Tanah

Kondisi air tanah di Kabupaten Pesisir selatan pada umumnya memiliki sistem akuifer berdasarkan letak kedalaman dan satuan litologinya, sebagai berikut:

1. Akuifer Permukaan

Litologi bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pelapukan dan batuan asal dengan kedalaman maksimum 20 meter

2. Akuifer Dasar

Litologi merupakan batuan dasar pada kedalaman di bawah 20 meter. Produktifitas akuifernya mampu menghasilkan debit 5 lt/dt dengan aliran tanah melalui ruang antar butir dan setempat melalui rekahan dengan parameter transmissivity sebesar +600 meter/hari dan ketebalan akuifernya dapat mencapai ketebalan +12 meter.

Pada umumnya air tanah di daerah dataran mempunyai kedalaman antara 0,5 – 3 meter sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya + 15 m. Penyebaran air tanah ini terdapat di bagian barat dimana air tanah membentuk mata air di lereng perbukitan. Selain air tanah, Kabupaten Pesisir selatan juga memiliki beberapa sumber air dengan debit yang cukup besar yang bisa dimanfaatkan untuk PDAM. sumber air ini jika diolah dengan baik dapat memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Pesisir selatan.

Sumber Air Bersih pada Kabupaten Pesisir selatan berasal dari ledeng/PDAM, sumur, sungai, hujan dan air kemasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 2.4 Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Air Minum Yang Digunakan dan Tabel 2.5 Jumlah Pemakai Air Minum Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009.

Tabel 2.4

Persentase Jumlah RT Berdasarkan Sumber Air Minum Yang Digunakan No Sumber Air 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Air Kemasan Bermerk Air Isi Ulang

Ledeng Pompa Sumur Mata Air Sungai Hujan Lainnya 0 0 19,41 1,72 59,18 16,42 2,80 0,15 0,32 0,2 2,9 11,30 0,90 67,30 11,90 5,00 0,00 0,50 0,59 4,80 14,93 3,80 63,02 7,23 2,96 2,51 0,15 100,00 100,00 100,00

(7)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 7

Tabel 2.5

Jumlah Pemakai Air Minum

No Jenis Pemakai Jumlah Pelanggan Pemakaian Air Jumlah (M3) 1 2 3 3 4 5 Sosial Umum Sosial Khusus Rumah Tangga Kantor/Instansi Pemerintah Niaga Kecil Niaga Besar 46 52 7.209 149 186 20 60.126 23.451 1.112.622 69.051 2.899 9.385 7,662 1,277,534

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

c. Klimatologi

Berdasarkan geografisnya, Kabupaten Pesisir Selatan berada pada bagian barat pantai Sumatera, maka daerah ini tergolong beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Ketinggian permukaan daratan sangat bervariasi yakni berada pada dataran rendah kecuali Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yang hampir seluruh daerahnya berada di dataran tinggi .

Namum dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak menentu, pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau terjadi hujan atau sebaliknya.

Kondisi iklim berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata 299,6 mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan Desember. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei.

Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu maksimum terjadi antara bulan Januari dan Oktober dengan temperatur suhu udara berkisar antara 22º C – 28º C dan 23º C – 32º C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar antara 13-15 hari perbulan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7 Data Suhu Berdasarkan Hujan

(8)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 8

Tabel 2.6

Jumlah Curah Hujan Berdasarkan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Koto XI Tarusan 56.20 30.10 26.00 17.75 17.00 23.00 23.90 31.09 18.29 33.85 27 49.73

2. Bayang - - - - - - - - - - -

-3. IV Nag. Bayang Utara - - - - - - - - - - -

-4. IV Jurai - - - - - - - - - - -

-5. Batang Kapas - - - - - - - - - - -

-6. Sutera 17.73 29.08 69.00 20.85 7.69 14.10 11.56 23.67 21.22 18.72 15.8 17.67

7. Lengayang - - - - - - - - - - -

-8. Ranah Pesisir - - - - - - - - - - -

-9. Linggo Sari Baganti - - - - - - - - - - -

-10. Pancung Soal - - - - - - - - - - -

-11. Basa IV Balai Tapan 23.13 43.80 21.14 18.75 38.00 43.78 27.00 19.42 38.75 69.67 83.67 71.45 12. Lunang Silaut 60.70 44.90 31.00 30.90 16.80 44.80 39.10 27.50 23.40 19.30 14.9 40.4

TOTAL 157.76 147.88 147.14 88.25 79.49 125.68 101.56 101.68 101.66 141.54 99.47 179.25 NO KECAMATAN CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN (mm)

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan, Tahun 2009

Tabel 2.7

Data Suhu Berdasarkan Hujan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Koto XI Tarusan 33.21 33.57 32.45 27.28 26.23 27.11 32.15 33.19 32.86 33.21 28.33 26.79 2. Bayang 33.22 31.07 31.53 27.28 26.32 26.18 31.51 33.21 31.16 32.65 27.34 26.27 3. IV Nag. Bayang Utara 33.13 32.27 32.25 27.28 26.23 26.32 32.05 32.21 32.18 31.25 26.54 27.86 4. IV Jurai 33.12 31.33 32.45 27.28 26.23 27.13 31.57 32.31 31.76 32.27 26.18 28.15 5. Batang Kapas 33.15 32.42 31.15 27.28 26.23 26.87 31.89 32.14 32.23 32.12 27.12 28.23 6. Sutera 32.43 33.11 31.73 26.79 26.97 27.16 32.19 33.03 32.45 32.97 32.97 29.13 7. Lengayang 31.51 32.77 31.13 26.29 26.17 26.19 32.24 32.03 32.15 33.17 27.53 26.96 8. Ranah Pesisir 32.42 33.21 31.14 27.13 27.77 26.17 31.56 33.12 31.55 32.24 26.34 26.79 9. Linggo Sari Baganti 33.03 33.13 31.27 26.43 27.21 26.65 31.65 33.24 32.36 31.27 28.54 27.86 10. Pancung Soal 32.13 31.67 32.12 26.77 26.87 26.46 32.34 32.11 31.51 32.67 27.38 28.57 11. Basa IV Balai Tapan 31.53 32.66 31.24 27.17 27.57 27.62 31.14 33.45 32.15 31.13 26.15 27.93 12. Lunang Silaut 32.23 31.32 31.19 26.81 26.88 26.45 32.08 32.23 31.57 33.35 27.17 26.87 TOTAL 391.11 388.53 379.65 323.79 320.68 320.31 382.37 392.27 383.93 388.30 331.59 331.41

NO KECAMATAN SUHU RATA-RATA BULANAN (mm)

(9)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 9

2.2 ADMINISTRATIF

Kabupaten Pesisir Selatan terdapat di Bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat yang memiliki Luas daratan ± 5.794,95 km² atau sebesar 13,70 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat, termasuk di dalamnya sekitar 25 pulau (kecil), dan luas perairan (laut) ± 84,312 km² dengan panjang pantai ± 234 km yang memiliki 47 pulau-pulau kecil dengan luas ± 1.212,67 km². Kondisi topografi atau ketinggian tanah berkisar antara 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini merupakan dataran rendah dan berbukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan. Sedangkan secara administrasi terdiri dari 12 Kecamatan dan 76 Nagari yaitu : Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.8

Tabel 2.8

Luas Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Nagari Kampung

Luas

Wilayah Persentase (km2) (%)

1. Koto XI Tarusan 12 34 425,63 7,40

2. Bayang 4 32 78,00 1,36

3. IV Nagari Bayang Utara 4 15 250,24 4,35

4. IV Jurai 6 30 373,80 6,50

5. Batang Kapas 5 23 359,07 6,24

6. Sutera 4 27 445,65 7,75

7. Lengayang 9 45 590,60 10,27

8. Ranah Pesisir 4 27 564,39 9,82

9. Linggo Sari Baganti 7 40 315,41 5,49

10. Pacung Soal 8 32 740,10 12,87

11. Basa IV Balai Tapan 8 22 677,50 11,78

12. Lunang Silaut 5 36 929,50 16,17

Jumlah 76 363 5.794,95 100,00

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

Dari tabel 2.8 tersebut, diketahui bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Lunang Silaut (929,50 Km2) dan Kecamatan Pancung Soal (740,10 Km2) serta Kecamatan Basa IV Balai Tapan (677,50 Km2), Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Bayang dengan luas (78,00 Km2) dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan luas (250,24 Km2).

Dari jumlah nagari dan kampung, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang terbanyak yaitu, mempunyai 12 nagari (dua belas) dan 34 kampung. Kecamatan Lengayang merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua setelah kecamatan tarusan yaitu 9 nagari (sembilan) dan 45 kampung, sedangkan Kecamatan Bayang merupakan kecamatan yang memiliki nagari yang terkecil yaitu 4 (empat) Nagari dan 32 kampung.

(10)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 10

GAMBAR PETA 2.2

ADMINISTRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

2.3. KEPENDUDUKAN

Dalam perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang penting, karena tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk/ masyarakat. Peyebaran penduduk, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan pola penduduk merupakan faktor pembentuk suatu kegiatan dan pembentuk karakteristik suatu wilayah. Pertumbuhan suatu wilayah banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonominya.

Keberadaan penduduk harus direncanakan, baik pola penyebarannya maupun jumlah kepadatannya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Selain itu, hal yang lebih penting adalah masalah kualitas penduduk, dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki untuk pembangunan daerah.

(11)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 11

2.3.1. PERTUMBUHAN PENDUDUK

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008 jumlah penduduk sekitar 422,257 jiwa, dengan rasio jumlah penduduk laki-laki lebih kecil dari penduduk perempuan yaitu 218,034 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 224,223 jiwa terjadi peningkatan sebesar 97,24% dan pada tahun 2009, jumlah penduduk sekitar 448.488 jiwa. Dengan rasio, jumlah penduduk laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan, yaitu sebanyak 221.938 jiwa dan 226.550 jiwa. Jumlah ini mengalami penambahan (peningkatan) sebesar 6.231 jiwa atau 97,96%, jika dilihat pada tahun 2009 jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Lengayang yaitu 53.991 jiwa, sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 7.590 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Bayang yaitu 49.425 jiwa/Km² dan terendah terdapat di Kecamatan IV Bayang Utara yaitu 30.27 jiwa/Km². Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi penduduk pertumbuhan jumlah, kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9

Distribusi, Jumlah, Kepadatan Dan Pertambahan Penduduk

PERNAGARI PER KM2 PERNAGARI PER KM2 2008 2009 2008 2009

1 Koto XI Tarusan 425,63 53,266 50,115 12,087 10,667 5,918,44 125,15 5,568,33 117,74 2 Bayang 77,50 44,318 38,304 10,189 8,854 11,079,50 571,85 9,576,00 494,25 3 IV Nagari Bayang Utara 250,74 8,280 7,590 1,901 1,798 2,070,00 33,02 1,897,50 30,27 4 IV Jurai 373,80 43,891 45,250 10,201 10,538 10,972,75 117,42 7,541,67 121,05 5 Batang Kapas 359,07 32,185 32,150 7,569 7,079 10,728,33 89,63 6,430,00 89,54 6 Sutera 445,65 44,516 48,011 9,942 10,123 14,838,67 99,89 12,002,75 107,73 7 Lengayang 590,60 54,411 53,911 11,999 12,554 27,205,50 92,13 5,990,11 91,28 8 Ranah Pesisir 564,39 32,435 31,406 7,784 7,674 16,271,50 57,47 7,851,50 55,65 9 Linggo Sari Baganti 315,41 42,013 44,145 10,079 10,188 21,006,50 133,20 6,306,43 139,96 10 Pancung Soal 740,10 34,287 39,080 6,110 8,396 34,287,00 46,33 4,885,00 52,80 11 Basa IV Balai Tapan 677,50 24,646 26,833 5,548 6,211 24,646,00 36,38 3,354,13 39,61 12 Lunang Silaut 929,50 28,009 31,693 6,627 8,038 14,004,50 30,13 6,338,60 34,10 5,749,89 442,257 448,488 100,036 102,138 11,952,89 76,92 6,143,67 78,00

2009 LUAS

WILAYAH

NO NAMA KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK RUMAH TANGGA

2008

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

Dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 telah mencapai 78 jiwa/km2 mengalami peningkatan 1 jiwa perkilometer di banding tahun 2008. Gambaran menarik yang dapat dilihat adalah semakin ke utara kepadatan penduduk cendrung semakin naik, dalam artian bahwa kecamatan yang berada disebelah selatan kota painan mempunyai kepadatan penduduk yang lebih rendah dari pada kecamatan yang berada di utara kota painan. Hal ini terjadi karena ketiga kecamatan IV Jurai, Bayang, Koto XI Tarusan memiliki luas 12,25% dari wilayah kabupaten pesisir selatan, tetapi dilihat dari sebaran penduduknya

(12)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 12 ketiga kecamatan tersebut memiliki penduduk sepertiga dari penduduk kabupaten pesisir selatan.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini : Angka kemiskinan yang relatif tinggi yakni sebanyak 41.414 keluarga pada tahun 2006 telah berhasil ditekan hingga 29.117 KK atau 24.08% pada tahun 2009. Data ini sebenarnya telah menunjukan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2006. Walaupun demikian Kabupaten Pesisir Selatan masih harus bekerja keras karena angka tersebut masih berada diatas rata-rata kemiskinan propinsi dan nasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.10

Data Keluarga Miskin Per Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan 2006 – 2009.

No Kecamatan 2006 Jumlah Penduduk Miskin (Kk) 2007 2008 2009 %

1 Koto XI Tarusan 3,783 3,205 3,206 3,046 10.46

2 Bayang 4,248 3,707 3,415 3,244 11.14

3 IV Nagari Bayang Utara 910 992 985 936 3.21

4 IV Jurai 3,024 2,643 3,027 2,876 9.88

5 Batang Kapas 2,314 2,219 2,115 2,009 6.9

6 Sutera 4,877 5,353 2,930 2,784 9.56

7 Lengayang 5,074 4,271 3,781 3,592 12.34

8 Ranah Pesisir 2,782 2,301 2,227 2,116 7.27

9 Linggo Sari Baganti 5,474 4,942 2,499 2,374 8.15

10 Pancung Soal 3,330 4,005 2,636 2,504 8.6

11 Basa Ampek Balai Tapan 2,232 2,160 2,003 1,903 6.54

12 Lunang Silaut 3,366 2,682 1,825 1,734 5.95

Jumlah 41,414 38,480 30,649 29,118 24.08

Sumber : Bappeda Kab.Pesisir Selatan Tahun 2009

2.3.2. PERSEBARAN DAN KEPADATAN

Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan, kabupaten). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.

Oleh karena itu, perkembangan wilayah kota kabupaten dan kecamatan di masa yang akan datang perlu diantisipasi karena dinamika akan terus berlanjut. Hal ini didasari dengan tingkat daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas di mana pada kondisi tertentu terjadi penipisan SDA (nature resource deplation) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation). Di samping itu juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya disparitas perkembangan antar wilayah secara horisontal dan perilaku sosial ekonomi sebagai faktor pengikutnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan sistem pendistribusian

(13)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 13 penduduk ke semua wilayah secara merata dengan penyediaan dan kelengkapan faktor pengikat (sarana dan prasarana pendukung aktivitas sosial ekonomi termasuk infrastruktur yang lebih baik), sehingga penduduk tidak lagi terkonsentrasi pada wilayah terpadat, terutama pada daerah perkotaan. Selain itu pembangunan usaha ekonomi potensial yang berbasis pada kemampuan dan nilai potensi wilayah yang dapat dikembangkan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk meningkat.

Tabel 2.11

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Perkecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009

No Kecamatan Nama

Jenis Kelamin

(Jiwa) Penduduk Rumah Jumlah Tangga

Kepadatan Penduduk Nagari Luas (Jiwa) Nagari Per Km2 Per

1. Koto XI Tarusan 12 425,63 50,115 10,667 5,568,33 117,74

2. Bayang 4 78,00 38,304 8,854 9,576,00 494,25

3. IV Nagari Bayang Utara 4 250,24 7,590 1,798 1,897,50 30,27

4. IV Jurai 6 373,80 45,250 10,538 7,541,67 121,05

5. Batang Kapas 5 359,07 32,150 7,079 6,430,00 89,54

6. Sutera 4 445,65 48,011 10,123 12,002,75 107,73

7. Lengayang 9 590,60 53,911 12,554 5,990,11 91,28

8. Ranah Pesisir 4 564,39 31,406 7,674 7,851,50 55,65

9. Linggo Sari Baganti 7 315,41 44,145 10,188 6,306,43 139,96

10. Pancung Soal 8 740,10 39,080 8,396 4,885,00 52,80

11. Basa IV Balai Tapan 8 677,50 26,833 6,211 3,354,13 39,61

12. Lunang Silaut 5 929,50 31,693 8,038 6,338,60 34,10

76 5.794,95 448,488 102,138 6,143,67 78,00

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

2.3.3. STRUKTUR PENDUDUK

Struktur penduduk diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik penduduk, terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, baik saat ini maupun masa mendatang.

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk tahun 2009 menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 97,97%, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 221,939 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 226,549 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin ini dapat dilihat pada Tabel 2.12.

(14)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 14

Tabel 2.12

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Nama Kecamatan Jenis Kelamin (Jiwa)

Jumlah

Penduduk Rumah

Tangga Rasio Sek Laki-Laki Perempuan (Jiwa)

1. Koto XI Tarusan 24,844 25,271 50,115 10,667 98,31

2. Bayang 18,404 19,900 38,304 8,854 92,48

3. IV Nagari Bayang Utara 3,619 3,971 7,590 1,798 91,14

4. IV Jurai 22,317 22,933 45,250 10,538 97,31

5. Batang Kapas 15,745 16,405 32,150 7,079 95,98

6. Sutera 23,914 24,097 48,011 10,123 99,24

7. Lengayang 26,336 27,575 53,911 12,554 95,51

8. Ranah Pesisir 15,252 16,154 31,406 7,674 94,42

9. Linggo Sari Baganti 22,043 22,102 44,145 10,188 99,73

10. Pancung Soal 19,849 19,231 39,080 8,396 103,21

11. Basa IV Balai Tapan 13,335 13,498 26,833 6,211 98,79

12. Lunang Silaut 16,281 15,412 31,693 8,038 105,64

221,939 226,549 448,488 102,138 97,97

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009 2. Berdasarkan Kelompok Umur

Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah penduduk didominasi kelompok umur (usia 10-14 tahun) yaitu sebanyak 51,085 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur terendah yaitu usia 65-69 sebanyak 12,333 jiwa. Sebaran jumlah penduduk menurut kelompok umur yang dirinci berdasarkan jenjang umur masing-masing seperti yang disajikan dalam Tabel 2.13

Tabel 2.13

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No. Golongan Umur Jenis Kelamin (Jiwa) Total Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuaan (Jiwa)

1. 0-4 24,547 19,431 43,978 2. 5-9 27,087 20,937 48,025 3. 10-14 26,490 24,595 51,085 4. 15-19 18,192 22,894 41,086 5. 20-24 15,723 13,883 29,605 6. 25-29 15,070 17,039 32,723 7. 30-34 15,191 17,039 32,230 8. 35-39 15,235 14,287 29,522 9. 40-44 12,362 14,062 26,424 10. 45-49 13,964 14,214 28,178 11. 50-54 10,135 14,426 24,562 12. 55-59 8,427 8,557 16,984

(15)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 15

13. 60-64 6,135 7,173 13,308

14. 65-69 6,160 6,172 12,333

15. 70+ 7,219 11,227 18,455

Jumlah 221,938 226,550 448,488

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009 3. Berdasarkan Mata Pencaharian

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2007-2009 sebagian besar didominasi oleh pekerja di sektor pertanian (petani). Tahun 2009 tercatat 55,51 persen penduduk bekerja disektor pertanian mengalami penurunan jika di banding tahun 2008 yaitu sebesar 59,59%. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian yang dirinci berdasarkan sektor / lapangan pekerjaan disajikan dalam Tabel 2.14.

Tabel 2.14

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

N

o Lapangan Usaha

Jumlah

Penduduk Persentase Penduduk Jumlah Persentase Penduduk Jumlah Persentase

(Jiwa) (%) (Jiwa) (%) (Jiwa) (%)

2007 2008 2009

1. Pertanian 95,872 58,72 95.898 59,59 94,668 55,51

2. Industri Pengelolaan 6,780 4,15 6.791 4,22 4,174 2,45

3. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 27,085 16,39 24.783 15,40 34,934 20,48

4. Jasa – Jasa 14,957 9,16 13.518 8,40 19,134 11,22

5. Lainnya 11,38 11,38 19.939 12,39 17,626 10,34

JUMLAH 163,282 100,00 160.929 100,00 170,536 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009

2.3.4 ANGKATAN KERJA

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah banyaknya penduduk usia kerja yang terserap dalam pasar kerja atau penduduk umur 15 tahun dan lebih yang bekerja. Dalam pengertian ini, kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang akan datang. Pada suatu waktu, lapangan pekerjaan yang masih terbuka cukup banyak, sementara jumlah pencari kerja juga banyak. Hal ini dapat terjadi karena kurang baiknya distribusi lapangan pekerjaan yang masih terbuka serta bertalian dengan pola penyebaran penduduk, ataupun karena alasan lain seperti faktor keterampilan keahlian dari pada pencari kerja.

Jumlah angkatan kerja tahun 2008, tercatat sebanyak 176,690 jiwa sedangkan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 188,906 jiwa. Bila dilihat dari angkatan kerja jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2008 sebanyak 160,929 jiwa dan pada tahun 2009 sebanyak 170,536 jiwa. Dan jumlah penggangguran pada tahun 2008 sebanyak 15,761 jiwa dan pada tahun 2009 sebanyak 18,370 jiwa.

Perkembangan di sektor ketenagakerjaan ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang tentunya membutuhkan tenaga kerja. Hubungan timbal balik antara industri dengan tenaga kerja akan menimbulkan persoalan mengenai hubungan industrial, kesejahteraan

(16)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 16 tenaga kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja. Resiko kecelakaan kerja yang terjadi dapat ditimbulkan oleh pemanfaatkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dalam proses produksi guna meningkatkan produktifitas.

Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang ekonomi, yang keterkaitannya sangat kuat dengan sektor lainnya. Menyusun kebijakan sektor ketenagakerjaan adalah identik dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang notabene dibutuhkan oleh sektor pembangunan lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja, maka pemerintah harus bisa mendorong atau memberikan fasilitas. Dengan dibuatnya fasilitas Balai Latihan kerja maupun pelatihan – pelatihan maka akan meningkatkan daya saing kemampuan tenaga kerja. Berikut ini ditampilkan data proyeksi angkatan kerja yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 2.15

Data Angkatan Kerja Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2006-2009

2006 2007 2008 2009 ANGKATAN KERJA 197.484 184.916 176.69 188.906 - Bekerja 146.846 163.282 160.929 170.536 - Pencari Kerja 50.638 21.634 15.761 18.37 Terdaftar

BUKAN ANGK. KERJA 230.664 248.265 265.567 259.582

- Sekolah 66.038 25.459 24.67 26.549 - Penddk berusia 15 164.626 222.806 240.897 233.033 th ke bawah dan 60 th ke atas JUMLAH PENDUDUK 428.148 433.181 442.257 448.488

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Pesisir Selatan, 2009

2.4 PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas sumberdaya manusia yang akan menjadi pelaku pembangunan di daerah. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses mengajar dan mendidik dapat berlangsung dengan baik. Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009, sebagian besar didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tidak/belum tamat sekolah dasar yaitu berjumlah sekitar 127,192 jiwa (34.42%) dan yang paling rendah adalah penduduk dengan tingkat pendidikan S1/Diploma 11,996 jiwa (3.25%). Untuk lebih jelasnya mengenai Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.16.

(17)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 17

Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Jenis Kegiatan Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase

1. Tidak / Belum Pernah Sekolah 8,362 2.26

2. Tidak / Belum Tamat SD 127,192 34.42

3. SD 84,606 22.9

4. SMTP 69,561 18.83

5. SMTA 67,759 18.34

6. D 1 / universitas 11,996 3.25

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

Perkembangan akses pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan, ditandai dengan bertambahnya anak usia sekolah yang ada disetiap jenjang pendidikan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah murid SD/MI menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005, jumlah murid SD/MI berjumlah 59.716 siswa, meningkat menjadi 65.232 siswa pada tahun 2009 atau rata-rata meningkat 1.85%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran penduduk dalam menyekolahkan anaknya dan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah menyediakan fasilitas pendidikan.

Meningkatnya partisipasi pendidikan ini disebabkan kerena tingginya kepedulian dan keseriusan pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pembangunan sarana prasarana pendukung pendidikan. Pada tahun 2005 jumlah SD/MI adalah sebanyak 400 unit, sedang pada tahun 2009 menjadi 401 unit atau bertambah 1 (satu) unit sekolah. Jumlah sekolah SD/MI ini hanya bertambah satu unit tetapi masih mampu menampung anak-anak usia sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan untuk ruang kelas tahun 2005 sebanyak 2.297 lokal, bertambah menjadi 2.786 lokal pada tahun 2009 atau meningkat rata-rata sebesar 4.26%. Dengan meningkatnya ruang kelas ini maka daya tampung sekolah semakin meningkat.

Di bidang peningkatan mutu pendidikan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah berupaya meningkatkan jumlah guru. Pada tahun 2005 jumlah guru SD/MI masih 2.613 orang meningkat pada tahun 2009 menjadi 4.939 orang, meningkat rata-rata sebesar 17,80% dengan meningkatnya jumlah guru diharapkan mutu pendidikan akan semakin membaik. Rasio antara murid dengan ruang kelas pada SD/MI semakin membaik dari tahun ke tahun dan sudah mencapai titik ideal. Tahun 2005 rasio murid terhadap ruang kelas adalah 26 orang per lokal dan pada tahun 2009 menjadi 24 orang per lokal, hal ini disebabkan dengan semakin banyaknya ruang kelas yang dibangun dan direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan walaupun jumlah murid juga mengalami peningkatan.

Angka putus sekolah pada tingkat SD juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 angka putus sekolah masih berjumlah 117 anak dan tahun 2009 turun menjadi 52 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 11,11%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

(18)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 18

Grafik 2.1

Jumlah Sekolah, Jumlah Murid, Jumlah Guru Dan Jumlah Ruang Kelas Sd/Mi Tahun 2005 -2009

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawan Akhir Masa Jabatan 5 th Bupati, data diolah

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung seperti pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) di beberapa Kecamatan, penambahan dan rehabilitasi ruang kelas dan penambahan jumlah guru serta peningkatan kualitas guru. Perkembangan siswa SLTP dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup pesat, dimana jumlah siswa pada tahun 2005 sebanyak 18.252 siswa meningkat menjadi 27.428 siswa pada tahun 2009. Meningkat rata-rata sebesar 10.25% per tahun. Meningkatnya jumlah siswa pada jenjang SLTP ini menunjukkan Wajib Belajar Sembilan Tahun cukup berhasil di Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah siswa dari tahun ke tahun maka perlu upaya peningkatan sarana dan prasarana sekolah terutama pembangunan dan rehabilitasi Unit Sekolah Baru (USB).

Jumlah SLTP tahun 2005 sebanyak 65 unit dan pada tahun 2009 menjadi 96 unit, atau meningkat rata-rata sebesar 9,54%. Demikian juga dengan jumlah ruang kelas, tahun 2005 jumlah ruang kelas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan masih sebanyak 492 lokal meningkat menjadi 691 lokal pada tahun 2009. Rasio murid terhadap ruang kelas, pada tahun 2005 adalah 37 dan pada tahun 2009 naik menjadi 39. ini disebabkan karena tingginya partisipasi orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di jenjang SLTP yang berdampak positif terhadap penurunan angka putus sekolah.

Seiring perkembangan jumlah siswa yang meningkat setiap tahunnya berdampak pula terhadap pertumbuhan tenaga pendidik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu, penerimaan CPNSD Kabupaten Pesisir Selatan beberapa tahun terakhir ini diutamakan untuk tenaga pendidik. Pada tahun 2005 jumlah guru SLTP di Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah 1.223 orang dan pada tahun 2009 menjadi 2.233 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah guru pada tingkat SLTP naik rata-rata sebesar 16,52 %. Angka putus sekolah pada tingkat SLTP mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 182 anak dan tahun 2009 turun menjadi 71 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,20%. Berikut ini adalah gambaran jumlah sekolah, murid, guru dan ruang kelas SLTP pada tahun 2005-2009

0 20000 40000 60000 80000 JUMLAH SEKOLAH 400 399 399 401 401 JUMLAH MURID 59,716 61,471 62,663 63,896 65,232 JUMLAH RUANG KELAS 2,297 2469 2585 2764 2786 JUMLAH GURU 2613 3555 3785 4685 4939 2005 2006 2007 2008 2009

(19)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 19

Grafik 2.2

Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas SLTP Tahun 2005 – 2009.

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawan Akhir Masa Jabatan 5 th Bupati, data diolah

Jumlah murid juga mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini menandakan masyarakat Pesisir Selatan telah sadar bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan ini. Kesadaran masyarakat tentang pendidikan ini dapat dilihat dari jumlah murid yang naik dari tahun ke tahun pada tingkat SLTA. Dimana jumlah pada tahun 2005 adalah 11.463 siswa dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 19.539 siswa, naik rata-rata sebesar 14,09%. Dengan pertambahan jumlah murid ini maka kebutuhan akan sekolah juga semakin naik, hal ini diatasi dengan penambahan jumlah sekolah. Pada tahun 2005 jumlah sekolah SMA sebanyak 20 buah dan pada tahun 2009 jumlah sekolah menjadi 49 buah, bertambah rata-rata sebesar 29%. Karena pertambahan sekolah baru membutuhkan dana yang cukup besar, maka solusi untuk menampung siswa yang semakin naik juga dilakukan dengan menambah jumlah ruang kelas. Dimana jumlah ruang kelas untuk tahun 2005 masih berjumlah 295 lokal menjadi 589 lokal pada tahun 2009, meningkat sebesar 19.93%. Rasio antara jumlah murid dengan jumlah ruang kelas untuk SLTA pada tahun 2005 adalah 1:39 dan pada tahun 2009 turun menjadi 1:33, ini menunjukkan bahwa rasio masih cukup jauh dari ideal dan diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya rasio ini bisa diturunkan lagi.

Dengan pertambahan murid ini maka jumlah guru juga harus ditingkatkan, sehingga mutu dari pendidikan SLTA tidak turun. Pada tahun 2005 jumlah guru untuk SLTA adalah 896 orang dan meningkat sebesar 15.60 % per tahun menjadi 1.595 orang pada tahun 2009. demikian juga dengan rasio murid terhadap guru juga mengalami penurunan, pada tahun 2005 adalah 1:12 dan tahun 2009 sebanyak 1:0 atau turun sebanyak 3,33 %. Angka putus sekolah pada tingkat SMA mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 150 anak dan tahun 2009 turun menjadi 58 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,27%.

Untuk meningkatkan aksesibilitas anak-anak ke sekolah, pada tahun 2009, Pesisir Selatan mendapatkan bantuan mobil sekolah dari Pemerintah Pusat. Bantuan ini digunakan secara gratis untuk kepentingan anak-anak sekolah di Pesisir Selatan.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 JUMLAH SEKOLAH 65 85 89 90 96 JUMLAH MURID 18,252 24,183 26,093 26,366 27,428 JUMLAH RUANG KELAS 492 621 643 672 691 JUMLAH GURU 1223 1720 1908 2174 2233

(20)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 20

Grafik 2.3

Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Pada SMA Tahun 2005 – 2009

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawan Akhir Masa Jabatan 5 th Bupati, data diolah

2.5 KESEHATAN

Selain pendidikan, kesehatan juga menjadi prioritas pada pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan, karena dengan kesehatan pembangunan manusia bisa menjadi lebih baik lagi. Perkembangan jumlah tenaga medis atau paramedis mengalami pertumbuhan yang semakin baik. Hal ini sejalan dengan program nasional “Indonesia Sehat 2010” dan dijabarkan oleh Dinas Kesehatan melalui strategi pelayanan publik dengan visi “Pesisir Selatan Sehat 2010.” Dengan memanfaatkan dana yang tersedia dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi maupun APBN.

Untuk merealisasikan kebijakan itu, selain bekerjasama dengan pihak ASKES (Asuransi Kesehatan), pemerintah daerah juga menganggarkan dana sendiri untuk membayar jasa dokter atau tenaga-tenaga medis, sebagai pendukung gerakan sehat yang dilakukan. Kebijakan ini, disambut baik oleh masyarakat, ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan warga berobat ke Puskesmas, Polindes dan Posyandu di daerah-daerah mereka setempat. Sampai tahun 2009, perkembangan tenaga medis atau paramedis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Ini terlihat seperti grafik 2.4 dibawah ini.

0 5000 10000 15000 20000 JUMLAH SEKOLAH 20 41 41 46 49 JUMLAH MURID 11,463 16,366 16,862 17,982 19,536

JUMLAH RUANG KELAS 295 408 449 509 589

JUMLAH GURU 896 1242 1274 1414 1595

(21)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 21

Grafik 2.4

Jumlah Tenaga Medis/Paramedis

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawan Akhir Masa Jabatan 5 th Bupati, data diolah

Tabel 2.17

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010

No Fasilitas Kesehatan Pemda Swasta Jumlah

1 Rumah Sakit Umum 1 1

2 Puskesmas 18 18 3 Puskesmas Pembantu 86 86 4 Puskesmas Keliling 18 18 5 Posyandu 642 642 6 Polindes/Poskesri 282 282 7 Balai Pengobatan 1 1 8 Apotik 4 4 9 Toko Obat 21 21 10 Gfk 1 1

11 Praktek Dokter Bersama 1 1

12 Praktek Dokter Perorangan 30 30

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2010

0 50 100 150 200 250 300 350 2006 2007 2008 2009 2010 Perawat 234 262 259 282 299 Bidan 168 202 238 341 278 Dok.Gigi 8 9 10 12 9 Dok. Umum 28 28 44 49 33 Dok. Spesialis 5 6 8 12 14

(22)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 22

Grafik 2.5

Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan Tahun 2006 - 2010

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, dalam berbagai tahun penerbitan

Agar penambahan tenaga medis ini dapat tertampung pada semua sarana kesehatan. Untuk puskesmas ada dua jenis yaitu puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap. Bila dilihat dari tabel diatas dimana untuk sarana kesehatan puskesmas dari tahun 2006 sampai tahun 2010 tidak ada peningkatan terdapat 18 unit. Belum adanya penambahan puskesmas ini dikarenakan masih terlayaninya kunjungan masyarakat pada puskesmas yang tersedia. Untuk mendukung kegiatan pada puskesmas ini di bantu dengan puskesmas keliling yaitu mobil ambulance yang bisa mencapai sampai kedaerah-daerah terpencil sehingga masyarakat daerah terpencil yang belum bisa pergi berobat ke puskesmas dapat dilayani dengan puskesmas keliling pada tahun 2006 berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 masih belum ada penambahan, untuk tahun 2009 ini setiap satu puskesmas mempunyai 1 buah mobil ambulance atau puskesmas keliling. Dan pada tahun 2008 Kabupaten Pesisir Selatan mendapat bantuan mobil BSB (Brigade Siaga Bencana) sebanyak 1 buah dan pada tahun 2009 mendapat 2 buah. Dimana fungsi dari mobil ini adalah untuk membantu jika terjadi bencana di Kabupaten Pesisir Selatan. Pustu pada tahun 2006 berjumlah 86 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 87 unit terjadi penambahan 1 unit, untuk posyandu pada tahun 2006 berjumlah 620 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 644 unit terjadi penambahan 24 unit, polindes dan poskesri tahun 2006 berjumlah 178 unit dan tahun 2010 berjumlah 181 unit terjadi penambahan 3 unit, desa siaga kampung pada tahun 2006 berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 tidak ada kegiatan, sedangkan untuk RSUD pada tahun 2006 berjumlah 1 unit dan tahun 2010 tetap 1 unit. Dilihat perkembangannya posyandu dan polindes cukup mengalami peningkatan untuk memberikan pelayanan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama pada ibu hamil dan balita menyusui.

RSUD M. Zein, Painan, yang telah lulus tahap penilaian oleh Tim Komite Akreditasi Pusat (KARS) untuk menjadi Type B pada tahun 2007 semakin melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat yang dimiliki oleh daerah Pesisir Selatan.

0 100 200 300 400 500 600 700 2006 2007 2008 2009 2010 Puskesmas 18 18 18 18 18 Puskesmas Keliling 18 18 18 18 18 Pustu 86 86 86 87 87 Posyandu 620 620 620 632 644 Polindes/Poskesri 178 178 185 191 181 Desa Siaga/Kampung 18 88 108 280 RSUD 1 1 1 1 1

(23)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 23 RSUD melakukan pelayanan medis pada unit rawat jalan, rawat inap, kamar operasi dan Instalasi Gawat Darurat. Sedangkan dengan poliklinik/rawat jalan dapat melayani untuk penyakit dalam, umum, anak, kebidanan, bedah, mata, jiwa, THT, gigi dan mulut serta fisioterapi. Khusus untuk Pelayanan rawat jalan jiwa dilakukan dua kali sebulan yang dilayani oleh dokter spesialis jiwa dari RSJ Padang. Pelayanan rawat jalan THT dilaksanakan sekali seminggu oleh dokter spesialis THT dari RSUP Dr. M. Jamil Padang.

Kapasitas tempat tidur untuk rawat inap RSUD berjumlah 100 tempat tidur (unit anak, kebidanan dan kandungan, bedah, penyakit dalam, perinatologi dan unit perawatan terpadu VIP) pada tahun 2005, dan meningkat menjadi 160 tempat tidur pada tahun 2009 atau meningkat rata-rata sebesar 12%. Hal ini untuk mengantisipasi semakin meningkatnya jumlah kunjungan pasien rumah sakit, dimana pada tahun 2005 jumlah kunjungan pasien rumah sakit adalah 21.283 kunjungan dan pada tahun 2009 menjadi 39.239 kunjungan, meningkat rata-rata sebesar 16,87%

Pelayanan kamar operasi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 pelayanan kamar operasi mencapai 964 operasi yang terdiri dari bedah umum, bedah obgyn dan bedah mata, dan pada tahun 2009 menjadi 1.439 operasi yang terdiri dari bedah umum, bedah obsgin, bedah mata, bedah tulang dan bedah THT. Berarti mengalami peningkatan rata-rata pertahun sebesar 9,85%. berikut ini adalah tabel tentang jumlah kunjungan pasien rumah sakit dari tahun 2005 – 2009 :

Grafik 2.6

Jumlah Kunjungan Pasien RSUD M. Zein PainanTahun 2005 - 2009

Sumber : RSUD M.Zein Painan

2.6 SOSIAL MASYARAKAT

Beragamnya permasalahan sosial saat ini menjadi suatu dilema bagi daerah – daerah dalam pelaksanaan pembangunan termasuk Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun bentuk permasalahan tersebut antara lain tingginya angka kemiskinan dan masih rendah tingkat kesejahteraan sosial. Masyarakat yang menyandang masalah sosial diantaranya adalah keluarga yang tergolong miskin, cacat, lanjut usia dan anak terlantar dan masyarakat yang terkena bencana. Dari jumlah tersebut, yang menonjol masalah sosialnya adalah keluarga miskin. Tingginya angka kemiskinan di Pesisir Selatan juga berdampak buruk terhadap kesehatan

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

JUMLAH KUNJUNGAN RSUD

Jml Kunjungan RSUD 21,283 26,786 31,915 33,865 39,239 2005 2006 2007 2008 2009

(24)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 24 lingkungan antar lain rendahnya kondisi sanitasi perumahan, timbulnya ancaman penyakit, rawannya pencemaran lingkungan, dan rawannya keracunan makanan akibat rendahnya higienes dan sanitasi.

Disamping itu timbulnya permasalahan sosial tersebut akibat kurangnya perhatian masyarakat terhadap prilaku hidup sehat dan bersih. Faktor penting yang sangat menentukan adalah rendahnya akses masyarakat terhadap lingkungan pemukiman dan kwalitas air bersih. Hal ini menyebabkan tingginya resiko dan gangguan kesehatan akibat penyebaran penyakit yang berbasis lingkungan. Jika kondisi ini terjadi, maka pada akhirnya akan menghambat produktifitas masyarakat untuk meningkatkan prikehidupan dan penghidupannya.

Sementara itu masalah kemiskinan, masalah kecacatan juga merupakan permasalahan yang cukup mendasar, karena hilangnya normalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi maupun psiologi seseorang. Dengan kecacatan seseorang menjadi hidup terbatas serta memiliki ketergantungan kepada orang lain tidak mempunyai kepercayaan diri, harga diri, interaksi dengan orang lain maupun lingkungan. Kondisi seperti ini juga berakibat pada keterbatasan kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja dan bahkan menimbulkan perlakukan diskriminatif dari mereka yang tidak cacat.

Anak merupakan aset dan generasi penerus yang dijadikan modal dasar bagi pembangunan nasional. Untuk itu anak perlu mendapat perhatian khusus dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sementara dilihat dari kepercayaan Penduduk Pesisir Selatan hampir seluruhnya beragama Islam, hanya 0,01% saja yang non-muslim. Dengan demikian, ketersediaan sarana dan prasarana ibadah, masjid dan mushalla, menjadi keharusan untuk kenyamanan mereka dalam menjalankan ibadah. Sampai 2009, kabupaten ini mempunyai 1.208 masjid/ mushalla yang tersebar hampir merata di seluruh kecamatan.

Partisipasi dalam pembangunan di daerah ini sangat tinggi. Hampir semua sarana dan prasarana publik dibangun di atas tanah adat yang diserahkan oleh masyarakat hukum adat baik tanah pusako maupun tanah ulayat nagari. Potensi ini bisa menjadi keunggulan bagi daerah ini dalam pengadaan tanah untuk pembangunan. Sebagaimana lazimnya orang Minang, masyarakat Pesisir Selatan juga terkenal dengan budaya lisan. Hal ini melahirkan jenis kesenian anak nagari yang populer di daerah ini yaitu kesenian lisan Rabab Pasisie yang menggunakan biola dan nyanyian vokal. Sementara itu, seni bela diri Pencak Silat juga berkembang baik di daerah ini.

2.7 PEREKONOMIAN

2.7.1 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Kondisi kesejahteraan dan perekonomian daerah dapat dilihat dari salah satu indikator makro yaitu pendapatan regional. Perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 2.18 dibawah ini:

(25)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 25

Tabel 2.18

PDRB Pesisir Selatan Tahun 2005 - 2009

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

2005 2.274,86 1.625,74 5,10 2006 2.654,32 1.710,57 5,22 2007 3.082,92 1.801,34 5,31 2008 3.580,15 1.898,90 5,42 2009 4.080,69 2.002,25 5,44 PDRB (Milyar Rp.) Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, dalam berbagai tahun penerbitan

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 terus menunjukan peningkatan. Tahun 2007 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 1.801,34 Milyar rupiah kemudian meningkat menjadi 1.898,90 Milyar tahun 2008 atau mengalami peningkatan dari 5,31 persen menjadi 5,42 persen. Selanjutnya di tahun 2009 PDRB Atas Dasar Harga Konstan mengalami peningkatan menjadi 2.002,25 milyar rupiah atau 5,44 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara makro telah terjadi peningkatan perekonomian daerah.

Tabel 2.19

Perkembangan Struktur Perekonomian Kab. Pesisir Selatan terhadap PDRB Berdasarkan Tahun Berlaku ( 2005 -2009 )

2005 2006 2007 2008 2009

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 781.424,60 34,35 936.914,02 35,301.087.676,75 35,281.253.188,76 34,981.409.756,29 34,68 2 Pertambangan dan penggalian 36.564,94 1,61 42.553,14 1,60 51.376,83 1,67 '61.825,23 1,73 71.041,91 1,79 3 Industri Pengolahan 288.737,67 12,69 337.753,43 12,72 396.563,29 12,86 464.371,16 12,97 532.876,51 13,08 4 Listrik,gas dan air bersih 16.512,19 0,73 19.242,01 0,72 22.372,75 0,73 25.881,88 0,72 29.006,29 0,71 5 Bangunan/konstruksi 100.803,99 4,43 118.745,23 4,47 141.494,37 4,59 172.644,31 4,82 201.134,64 5,05 6 Perdagangan, hotel dan restoran 473,288.52 20,81 537,017,52 20,23 629.860,04 20,43 745.979,88 20,84 864.417,96 21,25 7 Pengangkutan dan komunikasi 71.171,78 3,13 89.752,77 3,38 104.341,69 3,38 120.791,09 3,37 139.815,53 3,36 8 Keu. Persewaan dan jasa perusahaan 88.884,49 3,91 101.426,50 3,82 117.256,82 3,80 135.925,91 3,80 155.821,44 3,80 9 Jasa-jasa 417.469,02 18,35 470.942,64 17,74 531.976,90 17,26 600.545,16 16,77 677.819,13 16,28

Jumlah 2.274.857,20100,002.654.320,26 100,003.082.919,44 100,003.581.153,38 100,004.080.689,70 100,00 Sektor

No.

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, dalam berbagai tahun penerbitan

Dalam PDRB Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 4 sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar bagi daerah. Sektor pertanian berada diurutan teratas, perdagangan,hotel dan restoran, sektor jasa dan selanjutnya sektor industri pengolahan. Masing – masing sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 34,98 persen, 20,84%, 16,77% dan 12,97% dapat dilihat pada tabel di atas.

(26)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 26 Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan nilai tambah PDRB yaitu sebesar 34,68 persen.Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya walaupun tidak terlalu siknifikan tapi cukup menggambarkan adanya sedikit peningkatan dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 20,84 persen menjadi 21,25 persen. Tetapi secara umum pertanian masih menjadi kontributor utama dalam PDRB.

2.7.2 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PER KAPITA

PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 terus menunjukan peningkatan. Hal ini dapat terwujud akibat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk itu sendiri. Dari tabel dibawah ini dapat terlihat nilai PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 adalah sebesar 9,10 juta rupiah per tahun. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibanding tahun 2005 yaitu 5,52 juta rupiah, sedangkan tahun 2006 adalah sebesar 6,24 juta rupiah dan tahun 2007 adalah 7,07 juta rupiah. Selanjutnya 8,10 juta rupiah pada tahun 2008.

Tabel 2.20

PDRB Perkapita Tahun 2005 – 2009 Kabupaten Pesisir Selatan

URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Berlaku 2.274.857,20 2.654.320,26 3.082.919,44 3.581.153,38 4.080.689,70 Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Konstan 1.625.743,40 1.710.569,67 1.801.336,27 1.899.032,79 2.002.248,56 Jumlah Penduduk (jiwa) 423.609 428.128 433.181 442.257 448.488 PDRB perkapita ADH Berlaku 5.519.622,46 6.235.966,09 7.067.900,94 8.099.957,88 9.098.771,20 PDRB perkapita ADH Konstan 3.944.638,71 4.018.751,85 4.129.743,44 4.295.288,13 4.464.441,77

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, dalam berbagai tahun penerbitan

Dengan lebih tingginya PDRB Perkapita tahun 2009 ini mencerminkan bahwa secara rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk semakin baik. Diharapkan tingkat kesejahteraan ini dapat terdistribusi secara adil, sehingga tidak ada lagi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

2.7.3 SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN

a) KOPERASI DAN UMKM

Dalam perspektif pembangunan, sudah diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju (NM). UMKM sangat penting tidak saja, karena kelompok usaha tersebut disamping menyerap paling banyak tenaga kerja, juga mempunyai peran bersar terhadap pembentukan

(27)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 27 atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.

Mendorong perkembangan sektor koperasi dan UMKM ini, maka pemerintah daerah selam lima tahun terakhir, secara terus menerus berupaya meningkatkan Sumberdaya manusia pengelola koperasi dan UMKM. Usaha masyarakat yang tergolong kedalam Kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah sudah tumbuh dan berkembang di Kabupaten Pesisir Selatan dan berdasarkan jenisnya UMKM terdiri dari Usaha Perindustrian, Usaha Perdagangan dan Usaha Jasa. UMKM sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan setiap tahun rata-rata kenaikan sebesar 14,49%, dimana jumlah UMKM pada Tahun 2005 sebanyak 3.800 meningkat pada tahun 2009 sebanyak 6.554. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan Usaha Kecil dan Menengah Pemerintah Daerah memberikan dana KPER kepada 13 Koperasi. Koperasi yang mendapatkan dana KPER tersebut adalah Kopasta Tarusan, Koperasi Usaha bersama Tarusan, Koperasi Maju bersama IV Jurai, Koperasi Wanita Mia IV Jurai, Koperasi Nyanyian Ombak Batang Kapas, KSU Eko Raya Lengayang , KSU Al Uswah Lengayang, Koperasi Pedagang Pasar Ternak Saiyo Lengayang, Koptamela Ranah Pesisir, Koperasi Kinantan Suci Ranah Pesisir, Koptarama Ranah Pesisir, Koptan Maju Bersama Pc. Soal dan Koperasi Maju Mapan Lunang Silaut.

b) PENANAMAN MODAL

Penanaman modal merupakan urusan yang mendapat perhatian yang lebih besar di banding dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan pembentukan SKPD yang khusus mengurus urusan perizinan dan penanaman modal. Ada dua manfaat yang dapat diambil dengan lahirnya SKPD ini, pertama jumlah investasi yang masuk tercatat dengan baik dan yang kedua, kemudahan perizinan yang dilaksanakan satu pintu membuat kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam mengurus izin usaha menjadi meningkat.

Hal ini tentu berimplikasi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang akhirnya juga meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah. Pembentukan SKPD ini, telah menampilkan citra pelayanan pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan semakin baik. Masyarakat merasakan pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau serta meningkatkan koordinasi, perencanaan dan pengembangan sistim informasi penanaman modal.

c) PELUANG INVESTASI

Setelah melihat tabel struktur dan kontribusi perekonomian, maka beberapa peluang investasi yang dapat ditanamkan adalah pada sektor-sektor yang merupakan penggerak perekonomian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk dapat dijadikan peluang berinvestasi tersebut diantaranya adalah :

a. Sektor pertanian.

 Pengembangan Komoditi Jagung

 Pengembangan perikanan penangkapan tuna b. Sektor perdagangan, hotel dan restoran.

(28)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 28 Sampai saat ini, Pesisir Selatan belum memiliki hotel berbintang tiga. Padahal daerah ini dikenal sebagai salah satu kawasan pesisir terindah di Sumatera Barat bahkan nasional. Belum adanya hotel, telah menjadi pembatas jumlah pendatang dan lama tinggal wisatawan di Pesisir Selatan. Untuk itu, peluang bagi investasi perhotelan bintang III menjadi sangat terbuka. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 92.345 orang wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan perincian 894 orang wisatawan asing dan 91.451 wisatawan domestik.

c. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.  Perbankan

Jasa keuangan Bank saat ini dijalani oleh dua Bank besar yakni BRI dan Bank Nagari. Kedua Bank tersebut selama ini telah sangat membantu transaksi perekonomian daerah. Namun seiring dengan semakin berkembangnya perokonomian sebuah wilayah, kebutuhan akan peningkatan pelayanan jasa perbankan tentunya akan semakin mendesak. Untuk itu, diharapkan pada beberapa tahun mendatang peluang investasi sektor keuangan ini segera diisi oleh Bank besar lainya di Indonesia.

d. Sektor industri pengolahan.

 Industri makanan ringan dan pangan

Pesisir Selatan dikenal sebagai pemasok beras Sumatera Barat, penghasil jagung, penghasil durian berkualitas, penghasil daging sapi dan penghasil ikan. Namun kesemua produksi tersebut masih dijual dalam bentuk bahan mentah dan belum diolah untuk memberi nilai tambah.

Sehingga harga sangat sering berfluktuatif sesuai dengan kondisi produksi. Jika dalam kondisi panen raya, maka harga akan langsung tertekan dan sebaliknya.

Hal ini tentu sangat merugikan petani penghasil produk-produk pertanian tersebut. Untuk itu, beberapa peluang pengembangan industri makanan ringan terbuka luas diantaranya: peluang investasi makanan rasa durian, makanan ringan dari jagung, bubur beras dan sosis daging sapi atau ikan.

 Industri Cinderamata (souvenir)

Meningkatnya wisatawan ke daerah ini, maka permintaan terhadap cinderamata khas daerah juga akan meningkat. Berbagai cinderamata yang dapat dikembangkan antara lain batik tanah liat, sulaman bayangan, batu akik, gantungan kunci, baju trade mark daerah wisata dan lain-lainya.

2.7.4 FASILITAS PEREKONOMIAN

Fasilitas perekonomian berupa perdagangan dan jasa antara lain pasar, toko, kios, warung, dan jasa perbankan. Pasar sebagai tempat melakukan transaksi barang sangat dibutuhkan sebagai media pemasaran hasil-hasil pertanian, industri kecil, industri kerajinan penduduk sehingga mempunyai nilai ekonomi. Untuk mendorong sektor perekonomian sektor koperasi dan UKM mempunyai peran dalam pembentukan pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB). Usaha masyarakat yang tergolong kedalam kelompok usaha mikro kecil menengah sudah tumbuh dan berkembang seperti usaha perindustrian, perdagangan dan jas. UMKM sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan setiap rata-rata

Gambar

Diagram Koordinasi Pokja AMPL-BM Kabupaten Pesisir Selatan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai re- tensi protein dan retensi lemak ikan yang diberi pakan dengan penambahan crude enzim (pakan B, C, dan D) lebih tinggi

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang untuk ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

Tema yang diterapkan pada infill development Stasiun Bojonegoro adalah mengusung tema Hi-Tech, karena image teknologi yang terpadu dengan bagunan cagar budaya.Selain itu untuk

terukur. BBPP Kupang sebagai instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam bentuk Laporan Kinerja. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA,

1) Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara eksplisit. 2) Penahapan pembelajaran dilakukan berdasarkan kerumitan materi. 3) Penahapan pembelajaran hendaknya dilakukan

Oleh karena banyaknya pelanggaran HAM terhadap kaum yang lemah atau rakyat yang dilakukan oleh pemerintah, seperti larangan berpolitik, larangan membangun dan

Jika dilihat dari peringkat sekolahnya, baik sekolah dengan peringkat baik, sedang dan rendah, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran