• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hatorangan Sub Thema GKPS Tahun Sub Thema:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hatorangan Sub Thema GKPS Tahun Sub Thema:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Hatorangan Sub Thema

GKPS Tahun 2017

Sub Thema:

“Perlengkapilah Jemaat Menjadi Pelayan yang

Berhikmat, Beriman dan Berhati Tulus Agar

Semakin Sempurna serta Membawa

Kesejahteraan dan Kebaikan bagi

Gereja,Masyarakat dan Negara”

(2)

PENGANTAR

Ada tahapan-tahapan rencana strategis (renstra)

per lima tahun untuk mencapai visi GKPS 2030

“Gabe Gareja Siboan Pasu-pasu janah Sari”.

Mulai tahun 2016 lalu kita memasuki rencana

strategis (renstra) tahap II (2016-2020) yang

berfokus kepada capaian “Memperkokoh

Kualitas Sumber Daya Manusia dan

Kepemimpinan” yang diikat dengan tema

“Ibohali Manghobaskon Horja na Madear”

(3)

PENGANTAR

Tahun lalu kita sudah menjalani “Tahun Penatalayanan GKPS”

yaitu tahun pertama pelaksanaan renstra tahap II. Pada

tahun 2016 diharapkan sudah pada capaian “kuria na atur

janah banjei anjaha marbanggal ibagas haporsayaon,

pangarapan ampa holong na humbani Kristus Jesus”

Seperti yang diformulasi bani sub temanya.

Pada Tahun 2017 ini, kita memasuki tahun kedua pelaksanaan

renstra GKPS tahap II yang disebut “Tahun Peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas”, dimana

fokus capaian utamanya adalah

(4)

TAHUN PENINGKATAN SDM

YANG BERKUALITAS

Ada tiga Kata kunci dalam formulasi tema tahun 2017 GKPS,

Pertama: Kata “peningkatan”. Kata “peningkatan” memaknai sebuah

proses usaha, cara, kegiatan atau perbuatan meningkatkan. Kata ini menegaskon upaya yang dinamis, bergerak maju kearah yang

lebih baik (untuk lebih baik). Jangan ada istilah “puas” atau “cukup sampai di sini saja”.

Tapi harus ada sikap yang terus berbenah diri semakin baik.

Kedua: Kata “Sumber Daya Manusia” (SDM). Kata SDM mengandaikan

sebuah potensi atau kekayaan yang dimiliki atau berasal dari manusia itu sendiri (human resources) yang dapat dimanfaatkan

mau menghasilkan sesuatu, hal yang baik dalam hidupnya, dan bermanfaat kepada masyarakat sekitarnya.

Potensi ke-manusi-an inilah yang perlu ditingkatkan dengan

menemukembangkan potensi-potensi lahiriah dan rohaniah supaya menjadi pribadi utuh yang berkarater baik.

(5)

TAHUN PENINGKATAN SDM

YANG BERKUALITAS

Selanjutnya kata kunci ketiga, kata “yang berkualitas”.

SDM yang meningkat adalah SDM yang berkualitas,

yang memiliki kadar atau derajat kepandaian, kecakapan

atau kemampuan yang dapat diukur (terukur)

tingkat baik dan buruknya.

Penekanannya : SDM yang diharapkan adalah yang memiliki

kualitas atau mutu yang baik, yang dapat memberi contoh

(teladan) yang menjadi modal dasar untuk menjadi Pelayan

(Sipangidangi) dan Pemimpin yang baik dan berkualitas.

Dalam hal ini, timbul keyakinan bahwa kalau SDM

seseorang itu ‘baik’ (berkualitas) niscayalah kepelayanan

dan kepemimpinannya juga baik.

(6)

GEREJA YANG MELAYANI

Ada tiga tugas Gereja di dunia ini:

1. Bersekutu - marhasadaon (koinonia), 2. Bersaksi - marsaksi (marturia), 3. Melayani - mangidangi (diakonia).

Bersekutu dalam Yesus Kristus, bersaksi melalui perkataan dan perbuatan, dan melayani sesuai dengan teladan Yesus Kristus. Warga jemaat adalah “orang”-nya gereja. Dalam Tata Gereja GKPS

disebut: “Setiap Anggota GKPS, sesuai dengan imamat am orang percaya, terpanggil untuk melayani”

(TTG GKPS 4 pasal 9 ayat 1, 1 Petrus 2:9).

Kita ketahui bahwa dari “Anggota GKPS” itu ada yang terpanggil menerima jabatan pelayan di GKPS aima Pendeta, Penginjil, Sintua,

Syamas pakon Guru Sekolah Minggu (bdk. TG pasal 9 ayat 2).

Jadi, pada dua konteks elemen kepelayanan (warga jemaat/kaum awam dan pelayan GKPS) inilah pembekalan yang berhubungan

(7)

GEREJA YANG MELAYANI

Berkenaan dengan Subtema, ada tiga kualifikasi yang

diharapkan nampak nyata dari pelayan GKPS, yaitu:

“Menjadi Pelayan yang Berhikmat (na marhapentaron),

Beriman (na marhaporsayaon) dan Berhati tulus

(na marbulus ni uhur”.

Melalui tahun Peningkatan SDM yang Berkualitas ini, kiranya

semakin nampak arah kualitas SDM pelayan yang

diharapkan dengan upaya bersama di tengah-tengah

jemaat. Ketiga hal kualifikasi ini mengarah kepada

“kualifikasi batin”. Peningkatan sumber daya yang

diharapkan menyangkut perkara batiniah-rohaniah

(spiritual) dalam rangka ke-hikmat-an, ke-iman-an dan

(8)

SIPANGIDANGI NA

MARHAPENTARAN

Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Allah adalah sumber hikmat,

jadi upaya untuk menerima hikmat adalah “menghampiri Tuhan” dengan sikap hormat, merendah hati dan taat kepada aturan dan hukumNya.

Pelayan “yang takut akan Tuhan” merupakan langkah awal untuk menjadi pelayan yang berhikmat.

Perlu juga kita sadari bahwa pelayanan gereja bukan hanya berorientasi pada

hasil (product oriented), tapi justru lebih berfokus pada orientasi proses pencapaian hasil (process oriented)

Jadi kita pertanyakan apakah pelayanan itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Kualitas pelayanan kita kerjakan dengan hapentaron (hikmat dan kecerdikan) dari

Tuhan, sikap yang takut akan Tuhan; bukan dengan kelicikan manusia.

Mentalitas dan spiritualitas ‘yang takut akan Tuhan’ adalah SDM yang berkualitas.

Kebebasan dalam arti hidup sewenang-wenang tanpa tanggungjawab apapun tak ada dalam pengertian Alkitab.

(9)

SIPANGIDANGI NA

MARHAPORSAYAON

Dalam Roma 10: 17 disebut: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (“Ai humbani na manangar ambilan do roh ni haporsayaon, anjaha ambilan ai roh humbani hata ni Kristus”)

Dalam hal ini, kita sadari bahwa pelayan yang beriman adalah pelayanan yang suka (selalu) mendengar Firman.

Kualitas keberimanan jemaat dapaat diukur dari kesediaannya mendengar Firman Tuhan dan memberitakan Firman tersebut. Iman (Haporsayaon) merupakan sebuah hasil permenungan dan

pengalaman yang hidup didalam kehendak dan Firman Tuhan.

Firman Tuhan lah yang menjadi ukuran hidup benar dan sejahtera, bukan dari laba (keuntungan, bdk. Psalmen 119:36).

Ungkapan “back to the Bible” (kembalilah kepada Alkitab) mengingatkan kita supaya kembali kepada Alkitab yang menjadi dasar dan sumber

kehidupan dan ajaran gereja

(10)

SIPANGIDANGI NA

MARHAPORSAYAON

Firman Tuhan merupakan pedoman kehidupan manusia untuk

hidup dalam jalan kebenaran dan kehendak Tuhan.

Hidup didalam ketaatan yang sempurna dalam Firman Tuhan.

Jauhkan sikap kristen situasional, yang mengkondisikan atau

melokalisasi kebenaran Tuhan.

Contoh: “Anggo i gareja sintua ma diri, tapi anggo i kantor seng

tarbahen gabe sintua diri”, nini sada sintuanta.

Ungkapan on pataridahkon terblokirnya harosuh ni Naibata bani

horja atap goluh siganup ari. Terkesan bahwa harosuh ni Tuhan

pitah berlaku i gareja, hape anggo i kantor harosuh ni “BOS”

ma sidalankonon ampa sitangionkon.

Tontu sikap na sisonon seng pataridahkon kualitas iman na dear.

Dear ma ase totalitas kehidupanta pitah untuk dan bagi Tuhan.

(11)

SIPANGIDANGI NA

MARBULUS NI UHUR

“Pelayan yang berhati tulus”.

Tulus hati (atau hati yang tulus) merupakan karakter na positif.

Beberapa tokoh Alkitab yang berhati tulus (na pintor uhur ) dikategorihon sebagai “orang baik” yang disukai manusia dan yang takut akan Tuhan,

antara lain: Jusuf, suami Maria (Mat 1:19), Si Kornelius, kepala tentara pasukan Italia (Lahoan 10:22), Jemaat yang mula-mula (Kis 2:46), dlsb. Bahkan Jesus Kristus merekomendasihon para muridNya supaya memiliki

“ketulusan” (bujur) seperti merpati dalam menghadapi pergumulan

dunia yang dikelilingi “serigala” (Mat 10:16). Apostel Paulus juga mengingatkan Timoteus dan Titus supaya tulus hati selaku pelayan jemaat (1 Tim 1:5, Titus 2:10), demikian juga kepada orang-orang yang

berstatus pekerja atau hamba (Ep 6:5, Kol 3:22).

Kualitas karakter “tulus hati” inilah yang menjamin terselenggaranya rencana/program dengan baik.

(12)

PANGKORHON NI SIPANGIDANGI

NA BERKUALITAS

Berkenaan dengan subtema:

“Perlengkapilah Jemaat Menjadi Pelayan yang Berhikmat, Beriman dan Berhati Tulus Agar Semakin Sempurna serta Membawa Kesejahteraan dan

Kebaikan bagi Gereja,Masyarakat dan Negara”

(2 Petrus 1:5; Efesus 4:13-15)

Yang menjadi dampak, luaran (output), kalaulah tercipta SDM yang berkualitas berbasis hikmat, iman dan hati yang tulus berlandaskan

kepada Firman Tuhan, adalah:

“Kuria na lambin torsa, hadoharon ampa hadearon bani masyarakat, gereja ampa negara. Ai do tongon, anggo kualitas warga jemaat pakon parhorjani mumpuni pasti ma mampangkorhon bani kualitas na dear

(13)

PANGKORHON NI SIPANGIDANGI

NA BERKUALITAS

Tuhan Allah telah memanggil dan menyuruh kita supaya

menghasilkan yang baik, menjadi Garam dan Terang

yang berkualitas untuk dunia.

Hapentaron na humbani Naibata, haporsayaon na toguh

bani Jesus Kristus ampa bujur ni uhur bani horja,

merupakan modal utama (SDM yang berkualitas) dari

warga jemaat dan para pelayan untuk melaksanakan

tugas bersekutu, bersaksi dan melayani.

Marhiteihon kualitas sisonon ma homa lambin terbuka

janah doras ni ma GKPS pataridahkon janah

mengaplikasihon perananni gabe gereja siboan

pasu-pasu janah sari (bdk. Visi-Misi GKPS Menuju 2030).

(14)

PENUTUP

Untuk memujudkan “peningkatan”, dibutuhkan upaya atau usaha (effort). Juga dalam kehidupan jemaat dibutuhkan peningkatan

SDM yang semakin berkualitas.

Gereja (dalam arti lembaga) dan warganya (dalam arti anggotanya) harus mau dibekali dan dibangun supaya semakin berkualitas

SDMnya; Termasuk kualitas iman, harus tetap

ditumbuhkembangkon supaya tetap terlihat iman yang nyata dalam perbuatan (faith in action).

Apostel Petrus paingatkon ase upaya ai iharinggashon humbani sagala gogoh (harus dengan sungguh-sungguh, 2 Petrus 1:5), “ase das hita haganup hu hasadaon ni haporsayaon ampa habotohon bani Anak ni Naibata” (Epesus 4:13). Sai ra ma hita ibohali, janah sai ra ma hita

marlajar laho maningkathon kualitas SDM-ta ganup.

Marlajar humbani hata ni Tuhan, janah maniru bujur ni uhur ni Jesus na “pambalosi ronsi matei” (Pilippi 4:5,8).

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua harus mampu mengarahkan anaknya di jalan yang benar, sebagai umat Islam dengan mengarahkan sesuai tuntunan agama dan memberi teladan yang bisa menjadi contoh bagi

FKTP dapat menjadi teladan untuk FKTP di sekitarnya serta menjadi tempat pembelajaran ( benchmark ) bagi tenaga kesehatan dan FKTP lainnya. FKTP dapat menjadi salah satu

Dengan memanfaatkan keberadaan lokasi pembibitan, SDM, sistem pembibitan yang sederhana, modal yang kecil dan kualitas bibit diharapkan pembibitan Mangrove Wahana Bahari

Pemanfaatkan sumberdaya baik sarana-prasarana, SDM maupun teknologi yang dikuasai BRBIH dapat menjadi modal dasar untuk menjadi bagian yang penting dalam memberikan

Pemanfaatkan sumberdaya baik sarana-prasarana, SDM maupun teknologi yang dikuasai BRBIH dapat menjadi modal dasar untuk menjadi bagian yang penting dalam memberikan

Guru wajib mendorong anak didiknya, yakni ing ngarsa sung tuladha, maksudnya bila seseorang atau guru berada di depan diharapkan mampu menjadi teladan atau

Kualitas SDM sangatlah penting untuk sebuah perusahaan agar dapat eksis dalam iklim persaingan dan ekonomi yang sedang lesu saat ini karena SDM juga merupakan modal dasar

jumlah dan identitas lengkap Warga Negara yang berhak memperoleh barang dan/atau jasa kebutuhan dasar secara minimal sesuai dengan Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu