• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Stud Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Stud Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS

KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA

ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES

MELITUS DI PERSADIA RUMAH SAKIT DOKTER

SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Stud Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

AGISTA DELIMA PERMADANI J 210.151.007

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA ULKUS KAKI DIABETIK

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PERSADIA RUMAH SAKIT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Diajukan Oleh:

AGISTA DELIMA PERMADANI J 210151007

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk publikasi ilmiah Program Pendidikan Sarjana Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

Pembimbing

Arina Maliya S. Kep., Ns.,M.Si.Med Tanggal: Sabtu, 25 Maret 2017

(4)

1

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 25 Maret 2017 Penulis

Agista Delima Permadani J.210.151.007

(5)

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN

DIABETES MELITUS DI PERSADIA RUMAH SAKIT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Abstrak

Latar Belakang. Komplikasi yang biasa terjadi pada penyakit diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetik. Angka terjadinya ulkus kaki diabetik masih sangat tinggi, tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Diabetes mellitus menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada penderita DM. Di Indonesia sebanyak 80% yang dilakukan perawatan di rumah sakit karena ulkus kaki diabetik. Pencegahan Ulkus kaki diabetik sebenarnya sangat sederhana supaya tidak terjadi amputasi, tetapi sering terabaikan. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain kepatuhan penderita dalam mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah melalui kedisiplinan diet dan olahraga, melakukan pencegahan luka kaki diabetik sesuai dengan pertunjuk yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Perawatan kaki yang efektif dapat mencegah terjadinya resiko ulkus kaki diabetik menjadi amputasi. selain itu penderita diabetes mellitus perlu dilakukan

screening kaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki diabetisi dengan

mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai tindak lanjut penanganan kaki diabetik sesuai klasifikasi. Tujuan. Penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang ulkus kaki diabetik dengan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode. Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tanpa ulkus kaki diabetik sebanyak 41 responden dengan menggunakan purposive sampling. Hasil Penelitian. Analisis data menggunakan uji Rank Spearman dengan taraf signifikansi (α = 0,05) didapatkan P value 0,001(p <0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Simpulan. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang ulkus kaki diabetik dengan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetic Di Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kata Kunci: Pengetahuan, Diabetes Mellitus, Ulkus Kaki Diabetik

Abstract

Background. Complications are common in diabetes mellitus is diabetic foot ulcers. The incidence of diabetic foot ulcers still very high. Not only in developed countries but also in developing countries. Diabetes mellitus causes the occurrence of leg amputations in patients with diabetes mellitus. In Indonesia 80 % that need treatment is diabetic foot ulcers. Prevention of diabetic foot ulcers actually is very simple in order that to avoid amputation, but often neglected. Prevention can be done are obedience to control glucose blood levels through discipline of diet and exercise, prevention of diabetic foot wounds according to instructions. Effective foot care can prevent the risk of diabetic foot ulcers and amputation. Other than that people with diabetes need to be screened by create the assessment format to categorize the risk of diabetic foot ulcers until the follow-up treatment of diabetic foot according to the classification. The Purpose Of The Research. Purpose of this study is to knowing the correlation of knowledge diabetic foot ulcers level

(6)

2

with prevention behaviors of the occurrence of diabetic foot ulcers to patients diabetes mellitus At Persadia Hospital Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten. Research Methods. The type of research is descriptive correlation with cross sectional approach. This is the quantitative research. The subjects of this study are 41 patients with diabetes mellitus without diabetic foot ulcers and using purposive sampling. Data analysis was using Spearman Rank test with a significance level (α = 0.05) obtained P value of 0.001 (p <0.05) so that Ho refused and Ha accepted. Conclusion.The conclusion there is a correlation between of knowledge diabetic foot ulcers level with prevention behaviors of the occurrence of diabetic foot ulcers at Persadia Hospital Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Keywords: knowledge, Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Ulcer

PENDAHULUAN

Kondisi sehat merupakan suatu hal yang mendasari didalam kehidupan manusia. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi permasalahan saat ini adalah penyakit tidak menular yaitu kejadian diabetes

mellitus di Indonesia. American Diabetes Association (ADA, 2014) menjelaskan bahwa, Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena ketidaknormalan sekresi insulin dan kerja insulin.

Pada penderita DM banyak yang mengeluhkan terjadinya ulkus diabetik sehingga diabetes

mellitus menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada penderita DM. Amputasi terjadi 15 kali lebih

sering pada penderita diabetes dari pada non diabetes, pada tahun 2032 seiring dengan peningkatan jumlah penyandang diabetes di dunia, terjadi peningkatan masalah kaki diabetik (PERKENI, 2011).

Sulistyowati (2015) memaparkan bahwa, untuk prevalensi penderita ulkus kaki diabetik sekitar 15% dengan risiko amputasi 30 %, angka mortalitas 32%, dan di Indonesia ulkus kaki diabetik merupakan penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap persoalan kesehatan kaki diabetes di Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan kaki diabetik yang masih terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang pelayanan kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki pada pasien diabetes di Indonesia masih kurang diperhatikan (PERKENI, 2011).

Pencegahan supaya tidak terjadi amputasi sebenarnya sangat sederhana, tetapi sering terabaikan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut penelitian Ardi, Damayanti & Sudirman (2014) adalah kepatuhan pasien dalam perawatan atau mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui kedisiplinan diet, melakukan pencegahan luka, serta perawatan kaki seperti yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Perawatan kaki yang efektif dapat mencegah terjadinya resiko ulkus menjadi amputasi, selain itu penderita DM perlu dilakukan screening kaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki diabetisi. Dan mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai tindak lanjut penanganan kaki diabetik sesuai klasifikasi.

(7)

3

Menurut Purwanti (2013), bahwa di Indonesia terdapat 1785 penderita DM yang sudah mengalami komplikasi seperti, neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), dan luka kaki diabetik (15%) sedangkan angka kematian akibat ulkus kaki diabetik dan ganggren mencapai 17-23% serta angka amputasi mencapai 15-30%, selain itu angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8%. Hal ini didukung oleh data Riskesdas (2013), bahwa kenaikan jumlah penderita ulkus diabetika di Indonesia dapat terlihat dari kenaikan prevalensi sebanyak 15%.

Kurangnya pengetahuan atau kesadaran pasien sehingga pasien datang biasanya dalam keadaan gangren yang berat sehingga sering harus dilakukan amputasi selain itu kesadaran yang rendah pada masyarakat tersebut menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian ulkus diabetik di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Sundari,Aulawi & Harjanto (2009) bahwa, tingkat pengetahuan penderita DM tentang ulkus diabetik dengan kategori baik hanya 34%, hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ulkus diabetik. Dalam penatalaksanaan DM dikenal empat pilar pengelolaan Diabetes mellitus untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahannya yaitu dengan edukasi, nutrisi, aktivitas fisik, dan medikasi (Perkeni, 2011). Dilihat dari fenomena tersebut sehingga diharapkan dengan edukasi pada setiap pasien tentang pentingnya perawatan kaki maka kasus amputasi ini akan dapat dicegah dengan melakukan perawatan yang optimal pada setiap ulkus di kaki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtaza,et al (2007) bahwa, penderita diabetes mellitus yang beresiko terkena ulkus diabetik memerlukan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki secara individual terkait dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten, di dapatkan data pasien diabetes mellitus dengan luka kaki diabetik yang menjalani rawat jalan pada tahun 2014 sejumlah 96 pasien, pada tahun 2015 sejumlah 107 pasien, dan pada bulan januari-mei 2016 sejumlah 43 pasien.

Hasil survey wawancara yang dilakukan terhadap 10 penderita DM di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten, menurut 4 orang penderita mengetahui tentang ulkus kaki diabetik dan sudah melakukan pencegahan terjadinya ulkus kaki seperti, penderita mengatakan mencegah ulkus dengan latihan aktivitas fisik dengan berjalan diatas batu kerikil dipagi hari, memakai alas kaki yang terbuat dari kayu yang dianggap sebagai alas kaki kesehatan, melakukan penggosokan diarea kaki dengan menggunakan batu ketika mandi dan satu orang pasien lainnya dengan menjaga gula darah serta memberi minyak kelapa pada daerah kaki. Sedangkan 6 orang lainnya belum

(8)

4

mengetahui tentang ulkus kaki diabetik dan belum mengetahui pencegahan ulkus kaki diabetik secara pasti dan benar.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes Mellitus tanpa mempunyai ulkus kaki diabetik di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2016 dengan jumlah 67 penderita.

Sampel penelitian ini adalah penderita Diabetes Mellitus tanpa mempunyai ulkus kaki diabetik di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2016 dengan jumlah 41 penderita. Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan jenis pengambilan sampel

purposive sampling sesuai dengan kriteria.

Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner pengetahuan dan kuesioner pelaksanaan ulkus kaki diabetik. Analisa sata pada penelitian ini menggunakan teknik Rank Spearman.

HASILDANPEMBAHASAN 3.1 Hasil Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-Laki 12 29.3

Perempuan 29 70.7

Total 41 100.0

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Umur Umur Frekuensi Presentase (%)

41-50 5 12.2 51-60 11 26.8 61-70 23 56.1 >70 2 4.9 Jumlah 41 100.0

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pendidikan Frekuensi Presentase(%)

SD 6 14.6 SMP 11 26.8 SMA 15 36.6 Diploma/ Perguruan Tinggi 9 22.0 Total 41 100.0

(9)

5

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lama Menderita Lama Menderita Frekuensi Presentase (%)

1-3 16 39.0

4-6 19 46.3

>6 6 14.6

Total 41 100.0

3.2 Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan ulkus kaki diabetik Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Baik 17 41.5

Cukup 20 48.8

Kurang 4 9.8

Jumlah 41 100.0

Tabel 2. Distribusi Prilaku Pencegahan ulkus kaki diabetik Perilaku Frekuensi Presentase (%)

Melakukan 32 78.0

Kurang Melakukan 9 22.0

Jumlah 41 100.0

3.3 Analisis Bivariat

Tabel 3. Hasil Uji Rank Spearman

Hubungan rhitung Ρ-value

XY 0,589 0,001

3.4 Pembahasan Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini sebagian besar pada kelompok perempuan lebih banyak menderita DM dibandingkan laki-laki. Penelitian tersebut sama yang dengan penelitian yang dilakukan oleh Noordiani, Waluyo & Sukmarini (2013) bahwa responden diabetes mellitus lebih banyak perempuan 57,5% dibandingkan laki-laki. Menurut Soegondo (2015), meningkatnya angka kejadian diabetes melitus pada perempuan salah satunya dikaitkan dengan beberapa hal yaitu faktor kegemukan atau kelebihan berat badan yang signifikan sebagai faktor pencetus diabetes mellitus beserta komplikasi kronik. Hal ini di dukung oleh Roza Afriant & Zulkarnain (2015) bahwa pada perempuan dengan usia lanjut yang mulai memasuki masa menopause akan mengalami terjadinya penurunan hormon estrogen. Hormon ini merupakan salah satu faktor protektif terhadap penyakit athresklerosis sehingga perempuan pada usia tersebut lebih rentan terkena ulkus diabetikum.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar pada kelompok usia 61-70 tahun, hal ini disebabkan karena fungsi tubuh fisiologis menurun seperti penurunan sekresi atau resistensi insulin, sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.

(10)

6

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol akan mengakibatkan komplikasi salah satunya yaitu ulkus kaki diabetik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desalu et al (2011) bahwa dari 352 responden diabetes mellitus terdapat usia lebih dari 50 tahun, hal ini dikarenakan diabetes melitus tipe 2 sering terjadi pada pasien setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMA, hal ini disebabkan karena pendidikan akan mempengaruhi proses belajar. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirah, Majid & Damayanti (2015) bahwa pada pendidikan tingkat perguruan tinggi mencapai (40,7%) dan disusul oleh tingkat pendidikan SMA sebanyak (33,3%). Menurut Yusra (2011), bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Noordiani, Waluyo & Sukmarini (2013) menambahkan bahwa pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Didukung dengan teori Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng atau dapat berjalan dengan baik dibandingkan dengan yang tidak didasari dengan pengetahuan.

Dari data yang diperoleh sebagian besar dari 41 responden sudah menderita diabetes mellitus selama 4-6 tahun, Semakin lama seseorang menderita DM maka akan mendapatkan beberapa informasi mengenai perawatan dan pola hidup untuk orang DM serta komplikasi mengenai ulkus kaki diabetik baik dari media massa ataupun tenaga kesehatan, dan dengan ditunjangnya kegiatan di Persadia seorang penderita DM dapat berbagi pengalaman mengenai keluhan yang dialaminya. Pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, Yunir & Nugroho (2015) bahwa responden dengan lebih 5 tahun sebayak (52,1%). Roza Afriant & Zulkarnain (2015) menjelaskan bahwa Lamanya durasi diabetes mellitus akan menyebabkan hiperglikemia, keadaan tersebut jika terus menerus akan menginisiasi terjadinya hiperglisolia yaitu keadaan sel yang memiliki glukosa secara berlebihan, sehingga hiperglosia kronik akan mengubah homeostasis biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik diabetes mellitus salah satunya ulkus kaki diabetik.

3.5 Pembahasan Pengetahuan Ulkus Diabetik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden tentang ulkus kaki diabetik sebagian besar adalah cukup. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

(11)

7

dilakukan oleh Hidayah (2012), bahwa tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus dalam kategori cukup sebanyak 54,71 atau sebanyak 29 dari 53 responden, sebab pengetahuan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap prilaku seseorang dalam melakukan upaya pencegahan ulkus diabetikum. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Rias (2015) bahwa pengetahuan berada pada kategori cukup sebanyak 16 responden (54%).

Di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 penderita (9,8%), artinya pada 4 penderita ini dilihat dari data keaktifan dalam pertemuan persadia kurang atau sering tidak hadir saat ada pendidikan kesehatan selain itu ketika ada pendidikan kesehatan responden tidak mengikuti penyuluhan sampai selesai. Hal ini diperkuat oleh penelitian Muhlisin, Ambarwati & Pratiwi (2015) bahwa, Komplikasi akibat diabetes mellitus yaitu ulkus kaki diabetik sampai amputasi menjadikan penderita diabetes mellitus menurun kualitas hidupnya karena harus bergantung pada orang lain. Peningkatan angka penderita diabetes mellitus disebabkan oleh tingkat pemulihan yang rendah dan tingkat kekambuhan tinggi, hal ini karena kurangnya support dan pengetahuan penderita tentang cara pengendalian penyakit diabetes mellitus beserta komplikasinya.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yotsu, et al (2014) bahwa, kurangnya pengetahuan tentang merawat ataupun mencegah luka kaki diabetik dikarenakan kurangnya informasi mengenai perawatan dan komplikasi diabetes mellitus, sehingga pasien harus dikenalkan mengenai karakteristik ulkus diabetik, klasifikasi maupun tanda gejala dari komplikasi seperti neuropati, iskemik dan tipe neuro iskemik.

3.6 Pembahasan Perilaku Ulkus Diabetik

Perilaku dalam melakukan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetik juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima responden. Penyebab yang menjadi faktor penghambat pada responden dalam melakukan pencegahan adalah kurangnya informasi tentang ketepatan dalam perawatan kaki. Selain itu, Noordiani, Waluyo & Sukmarini (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berkontribusi dalam kejadian ulkus kaki diabetik adalah perilaku maladaptif, hal ini dikarenakan responden kurang patuh dalam melakukan pencegahan.

Pada pencegahan ulkus kaki diabetik bahwa, pemahaman dan menejemen secara mandiri oleh pasien sedini mungkin adalah cara terbaik untuk pencegahan masalah ulkus kaki diabetik selain itu, promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal diperlukan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi.

(12)

8

3.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ulkus Kaki Diabetik Dengan Prilaku Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik

Hasil uji analisis rank-spearman menunjukkan nilai p value = 0,001 sehingga Ho ditolak (p<0,005), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan tentang ulkus kaki diabetik dengan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jinadasa & Jeewantha (2011) bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan pasien DM dengan terjadinya ulkus diabetik dengan nilai p < 0,001. Penelitian ini didukung oleh Farmosa & Lourdes (2012) bahwa menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan pasien DM dengan komplikasi ulkus diabetik dengan nilai p = 0,0371. Mulya&Betty (2014) menambahkan bahwa jika seseorang dengan pengetahuannya sudah mengetahui, maka akan timbul motivasi dalam diri untuk melakukan upaya tentang pencegahannya maka tidak akan terjadi komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus. Selain itu juga, penelitian ini didukung oleh Mirah, Majid & Damayanti (2015) bahwa terdapat pengaruh yang bermakna pada pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 dalam pencegahan ulkus kaki diabetik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi dalam bertindak. Bila seseorang mempunyai pengetahuan yang baik maka dia sudah mengetahui, memahami dan mengerti sehingga akan tumbuh upaya untuk melakukan pencegahan. Berdasarkan hasil uji SPSS didapatkan nilai arah korelasi positif sehingga dapat ditarik kesimpulan semakin banyak pengetahuan mengenai ulkus kaki diabetik akan semakin tinggi pula perilaku pencegahannya.

PENUTUP 4.1 Simpulan

a. Sebagian besar tingkat pengetahuan penderita Diabettes Mellitus tentang ulkus kaki diabetik di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah cukup.

b. Perilaku pencegahan ulkus kaki diabetik di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah mayoritas responden melakukan pencegahan.

c. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ulkus kaki diabetik dengan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetik di Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten.

4.2 Saran

a. Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih peka dan siap apabila terdapat munculnya gejala luka kaki diabetik, sehingga apabila mengalami kondisi tersebut penderita segera datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penangan secara maksimal.

(13)

9 b. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya selalu memberikan informasi terkini dalam upaya meningkatkan pengetahuan responden tentang penyakit diabetes mellitus dan komplikasi, khususnya ulkus kaki diabetik serta pencegahan yang dilakukannya.

c. Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahua dalam hal ini Rumah Sakit bisa mengadakan seminar atau symposium, mencetak gambar dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan pasien Diabetes Mellitus khususnya mengenai pencegahan ulkus kaki diabetik.

d. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lebih luas seperti mencari faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan ulkus kaki diabetik dan pencegahannya, dengan metode penelitian yang berbeda, menambah variabel, jumlah populasi, dan sampel sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih spesifik dan signifikan.

Daftar Pustaka

ADA (American Diabetes Association). (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care.

Ardi, M., Damayanti,S & Sudirman (2014). Hubungan Kepatuhan Perawatan Kaki Dengan Resiko Ulkus Kaki Diabetes Di Poliklinik DM RSU Andi Makkasauparepare. Vol.4 No.1. ISSN:

2302-1721.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Desalu, O,O., Salawu, F, K., Jimoh A, K., Adekoya, A,O., Busari, O, A & Olokoba, A, B. (2011). Diabetic Foot Care: Self Reported Knowledge And Practice Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria. Vol 45 No 2.Ghana Medical Journal

Farmosa, C & Lourdes,V. (2012). Influence Of Diabetes-Related Knowledge On Foot Ulceration.

Jurnal Of Diabetic Nursing. Vol 16 No 3

Hidayah. A. (2012). Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang resiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poli klinik penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

(SKRIPSI).USU

Jinadasa, C.V.M., & Jeewantha, M. (2011). A Study to determine the knowledge and practice of foot care in patients with chronic diabetic ulcer. International Journal of Collaborative Research on

Internal Medicine & Public Health, 3 (1), 115–122.

Kurniawan, H, D., Yunir,E & Nugroho,P. (2015). Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik Di Rumah Sakit Di Jakarta. Jurnal

Penyakit Dalam Indonesia. Vol 2 No 1

Mirah,N, P., Majid,A & Damayanti,S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik Di

(14)

10

Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal Keperawatan Respati Vol.2 No.1. ISSN:

2088-8872

Muhlisin, A., Ambarwati,W,N & Pratiwi,A. (2015). Model Terapi Kognitif Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Di Komunitas. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta. University Research Colloquium. ISSN 2407-9189

Mulya, A, P & Betty. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Upaya Pencegahan Ulkus Diabetikum Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukit Tinggi. Jurnal Kesehatan Stikes Prima Nusantara Bukit Tinggi. Vol 5 No 1 Murtaza, G., Uzma, B., Shaheen, M., Ziauddin, A., Rehan, M & Anis, A. (2007). Evaluation Of

Knowledge and Practices Of Foot Care In Patients With Kronic Type 2 s Mellitus.

Vol.21.No:02:104-108

Noordiani., Waluyo,A & Sukmarini,L. (2013). Pengetahuan Klien Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 Berpengaruh Terhadap Kemampuan Klien Merawat Kaki. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Volume 16 No 2, Hal 120-129. pISSN 1410-4490. eISSN 2354-9203

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011 Cetakan ke 4. Jakarta: PB PERKENI

Purwanti,O,S (2013). Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadi Ulkus Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Dr. Moewardi. Tesis. FIK:UI

Rias,Y,A. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Keyakinan Dengan Efikasi Diri Penyandang Diabetic Foot Ulcer. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. No1 Vol1. Hal: 13-17

Roza, R, L., Afriant, R & Zulkarnain,E. (2015). Faktor Resiko Terjadinya ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Mellitus Yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr.M.DJamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. No 4 Vol 1

Soegondo,S., Soewondo, P & Subekti, I. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi 2. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sulistyowati, D. A. (2015). Efektivitas Elevasi Ektrimitas Bawah Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik di Ruang Melati RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014. Kosala, Vol: 3, No:1, Hal:

83-88

Sundari,A., Aulawi,K & Harjanto,D. (2009). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Diabetik Dan Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan Vol. 4 No. 3: 181-190.

Yotsu, R,R., Pham,N,M., Oe, M., Nagase,T., Sanada,H., Hara,H., Fukuda,S., Fujitani,J., Yamamoto-Honda,R., Kaijo,K., Noda,M & Tamaki,T. (2014). Comparison Of Characteristics And Healing Course Of Diabetic Foot Ulcers By Etiological Classification: Neuropathic, Ishemic, And Neuro-Ischemic Type. Jurnal of diabetes and its complications 528-535

Yusra,A.(2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. FIK:UI

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin  Jenis Kelamin  Frekuensi  Presentase (%)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lama Menderita  Lama Menderita  Frekuensi  Presentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

ACEH SINGKIL 2013 7 dan pertimbangan dalam penyusunan rencana p eningkatan sanitasi kabupaten di masa yang akan datang termasuk dalam pengelolaan pembangunan sanitasi

Berdasarkan analisis terhadap data penelitian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan agama Islam harus mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan

Hick ey h as coaut hor ed and aut h ored sev eral paper s on Polarizat ion... Phy sical lay er im plement at ion s can b e cat eg or ized as eit her LAN or WAN

Sedangkan faktor manfaat baru dirasakan oleh nasabah jika fitur internet banking BCA semakin mempermudah transaksi perbankan mereka dan juga adanya jaminan keamanan

Pelayanan publik merupakan tugas utama dari aparatur pemerintah, untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, maka

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang

Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Quasi Eksperimen within subjek (pre-post) yang bertujuan mengidentifikasi perbedaan sebelum