• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Oleh :

DR. RIZARI, MBA, M.Si

DIREKTUR KAWASAN DAN PERTANAHAN

JAMBI

2014

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2012

TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK

(2)

UUD 1945 PASAL 33 ayat 3

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

UU 5/ 1974 Ttg

Pokok-Pokok

Pemerintahan di

Daerah

(Sentralistik)

(KK. Nail down)

UU 22/ 1999 Ttg

Pemerintahan

Daerah

(Otonomi

seluas-luasnya)

(KK. Nail down/

Prefeling Law)

UU 32/ 2004 Ttg

Pemerintahan

Daerah

(Otonomi luwes/

terbatas)

(Prefeling Law)

(3)

1.

Pusat:

Berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur,

Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan

dengan eksternalitas nasional dan internasional.

2.

Provinsi:

Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan

pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas Kab/Kota)

dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat

3.

Kab/Kota:

Berwenang mengatur dan mengurus

urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu

Kab/Kota) dalam norma, standard, prosedur yang dibuat

Pusat

(4)

1.

Melaksanakan fungsi

Fasilitator dan/atau Kordinator sebagai

bridge (jembatan):

a. penyelengaraan

Sub-sistem Pemerintahan,

khususnya fungsi

bidang Pemerintahan Umum;

b. penyelenggaraan fungsi azas

dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan

(fungsi pemerintah bawahan);

c. Menjaga hubungan antar sektor, antara sektor dengan daerah,

dan antar Daerah agar terciptanya

harmonisasi dan sinkronisasi

serta Keberlanjutan;

2.

Melaksanakan

penyelenggaraan

fungsi

Pembinaan

yaitu

pengendalian dan pengawasan melalui kajian, monev maupun

analisis performance antar sektor dengan daerah, antar sektor dan

antar daerah

(5)

Peranan tersebut sebagai implementasi dari

Pasal 217 dan Pasal 218 serta Pasal 222

UU No 32 Thn 2004 ttg Pemerintahan Daerah

Pasal 217 & 218

: Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Pasal 222

: Pembinaan dan Pengawasan atas

penyelenggaraan pemerintahan daerah secara

nasional dikoordinasikan oleh Mendagri.

(6)

Fasilitasi dalam rangka Sinkronisasi dan Koordinasi

Regional

1. UU 21/2001 Ttg Otsus Papua

2. UU 32/2004 Tentang

Pemerintahan Daerah;

3. UU 11/2006 Ttg Pemerintah

Aceh

4. UU 26/2007 Tentang

Penataan Ruang;

5. PP 38/2007 Tentang

Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemda Provinsi

& Pemda Kab/Kota;

6. UU No.28/2009 Tentang

PDRD

SEKTOR

1.

UU 5/1960 Ttg Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

2.

TAP MPR RI IX/MPR/2001Tentang

Pembaruan Agraria

Dan Pengelolaan Sumberdaya Alam

3.

UU 41/1999 Tentang Kehutanan

4.

UU 22/ 2001 Tentang Minyak dan Gas

Bumi

5.

UU 18/2004 Tentang Perkebunan

6.

UU 4/2009 Tentang Minerba

7. UU 32/2009 Tentang Perlindungan &

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

8. UU 11/2010 Tentang Cagar Budaya

9.

UU 2/2012 ttg Pengadaan Tanah untuk

Pembangunan

(7)

PERMASALAHAN BIDANG PERTANAHAN

PEMERINTAH DAERAH TNI/POLRI/BUMN PEMUKIMAN RAKYAT/ TANAH ULAYAT PERTAMBANGAN PERKEBUNAN KAWASAN HUTAN LAHAN TRANSMIGRASI BATAS WILAYAH/DAERAH BA T AS W ILA Y AH /D AER AH BATAS WILAYAH/DAERAH BA T AS W ILA Y AH /D AER AH

(8)

UU No 5/1960 UUPA UU No. 5 Tahun 1974 Pemda (SENTRALISTIK) DEP. AGRARIA 1960-1966 DITJEN. AGRARIA (DEPDAGRI) 1966/1988 Keppres No 26/1988 BPN UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 Pasal 18 Ttg pembagian pemerintahan TAP MPR IX/MPR/2001 Reformasi Agraria dan pengelolaan SDA UU No. 22 Thn 1999 (OTONOMI) Pasal 11 Urusan Pertanahan di serahkan ke Pemda Pasal 13 UU.32/2004 Pertanahan Urusan Wajib Keppres 34/2003 Perintah utk Revisi

UU 5/1960 (SIP,9 kewenangan) UU No. 11 Thn 2006 Pemda ACEH (OTSUS) Keppres No.10/2006 Pertanahan masih urusan pusat PP No. 38 Thn 2007 Pembagian Kewenangan UU No.2 /2012 dan Perpres No.71/2012 Pengadaan Tanah Keppres No. 10/2001 Urusan Tanah Urusan Pusat

KRONOLOGIS URUSAN PERTANAHAN

1960 1974 1988 1999 2001 2003 2004 2006 2007 2012 1945 1965

G 30 S PKI

(9)

KEPPRES 34 THN 2003

Pertanahan Tetap Kewenangan Pusat (BPN)

PP 38 thn 2007

(Kewenangan Pertanahan di Daerah)

1.

Pengaturan, Penguasaan, dan Pemilikan

Tanah;

2.

Penatagunaan tanah;

3.

Pengurusan Hak atas Tanah:

4.

Pengukuran dan Pendaftaran Tanah;

5.

Penelitian dan Pengembangan Pertanahan;

6.

Pengembangan dan Pembinaan SDM

Pertanahan;

7.

Pengaturan Pertanahan di Wilayah Pesisir, Laut

dan Pulau Kecil;

8.

Pengelolaan Pertanahan di Wilayah

Perbatasan dan Pulau-pulau Terpencil;

9.

Pengelolaan Ruang atas dan bawah tanah

serta reklamasi;

10. Pengendalian dan monitoring pasca

penerbitan sertifikat;

11. Pengendalian nilai tanah dan Penilaian Sumber

Daya;

12. Pembangunan sistem informasi pertanahan.

1.

Pemberian izin lokasi

2.

Pengadaan tanah untuk

kepentingan umum,

3.

Penyelesaian sengketa tanah

garapan

4.

Penjyelesaian sengketa masalah

ganti kerugian dan santunan tanah

untuk pembangunan,

5.

Penetapan subyek dan obyek

redistribusi tanah,serta gantui rugi

tanah kelebihan maksimum dan

tanah absentee,

6.

Penetapan dan penyelesaian

masalah tanah ulayat,

7.

Pemanfaatan dan Penyelesaian

masalah tanah kosong,

8.

Pemberian izin membuka tanah,

9.

Perencanaan penggunaan tanah

(10)

UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2012 TENTANG

PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(PERPRES NO 71 TAHUN 2012 Jo. PERPRES 40 TAHUN 2014

TENTANG PEYELENGGARANNYA)

(11)

KEPPRES NOMOR 55 TAHUN 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

(14 jenis)

PERPRES NOMOR 36 TAHUN 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum (21 jenis)

PERPRES NOMOR 65 TAHUN 2006 (5 Juni 2005) Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (7 jenis)

Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 (21 Mei 2007) tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengadaan Tanah

bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Ampres Nomor B-1666/M.sesneg/D-4/12/2010 tanggal 16 Desember 2010 perihal Penunjukan Wakil Pemerintah

untuk membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan

UU no 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (17 jenis)

PERPRES 71 TAHUN 2012 Jo. PERPRES 40 TAHUN 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

PERMENDAGRI NO 72 TAHUN 2012 Tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

PERATURAN KEPALA BPN NO 5 TAHUN 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.02/2013 Tentang Biaya Operasional dan Biaya

Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

11

DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(12)

Ketentuan Pasal 120 ditambah 2 ayat, yakni ayat (3) dan ayat (4) :

(1)

Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya operasional dan pendukung yang

bersumber dari APBN diatur dengan PMK.

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya operasional dan biaya pendukung yang

bersumber dari APBD diatur dengan Permendagri.

(3)

Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah untuk kepentingan

umum oleh BHMN/BUMN yang mendapatkan penugasan khusus mengacu pada

PMK.

(4)

Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dalam rangka pembangunan infrastruktur hulu minyak dan gas bumi

mengacu pada PMK

Ketentuan Pasal 121 diubah menjadi sebagai berikut:

Pasal 121

Dalam rangka efesiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk kepentingan

umum yang liasnya tidak lebih dari

5 (lima) hektar

, dapat dilakukan langsung

oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah,

dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua

belah pihak

(13)

PERPRES

65/2006

PERPRES 71/2012

UU 2/2012-

A. KAB/KOTA.

- Sekretraris daerah sebagai ketua merangkap anggota

- Pejabat unsur perangkat daerah setingkat setingkat eselon II sebagai wakil ketua merangkap anggota.

- KakantahKab/Kota Atau pejabat yg ditunjuk sebagai sekretaris merangkap

anggota.

- Kepala Dinas/Kantor Badan di Kab/Kota yg terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota

B. PROVINSI

- Sekretraris daerah sebagai ketua merangkap anggota

- Pejabat daerah di provinsi yg ditunjuk setingkat eselon II sebagai wakil ketua merangkap anggota.

- Kakanwil BPN prov. Atau pejabat yg ditunjuk sebagai sekretaris merangkap anggota.

- Kepala Dinas/Kantor Badan di Provinsi yg terkait dengan pelaksanaan

pengadaan tanah atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota C. NASIONAL

- Sekretraris Jenderal pada Kemendagri sebagai ketua merangkap anggota

- Pejabat eselon I PU sebagai wakil ketua merangkap anggota - Pejabat eselon I BPN sebagai Sekretaris merangkap anggota.

- Direktur Jenderal/Asisten Menteri/Deputi pada instansi yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah sebagai Anggota;

- Gubernur yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat Eselon II sebagai Anggota; dan

- Bupati/Walikota yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat Eselon II sebagai Anggota.

 BERDASARKAN TAHAPAN PELAKSANAAN

- Perencanaan oleh instansi yg

membutuhkan

- Persiapan oleh Gubernur untuk dilakukan penetapan lokasi berdasarkan dokumen yg diserahkan oleh instansi yg membutuhkan

- Pelaksanaan dilaksanakan oleh BPN setelah ada penetapan lokasi dari Gubernur

- Penyerahan hasil Dilaksanakan

oleh BPN diserahkan kepada instansi yg membutuhkan.

(14)

a.

Besaran Nilai ganti rugi tanah

dikarenakan panitia

kecenderungan menggunakan NJOP sedangkan pemilik

tanah kecenderungan menggunakan harga pasar atau

harga jual beli sehingga ganti rugi tanah bisa mencapai

3 atau 4 kali lebih besar dari NJOP .

b.

Keengganan masyarakat

diwilayah/lokasi sebagai lokasi

pembangunan.

c.

Hambatan hukum

yaitu penggunaan tanah yang berada

di kawasan hutan,perkebunan dan pertambangan yang

semuanya masing-masing diatur dengan

undang-undang.

d.

Administrasi pertanahan

yaitu, belum adanya basis data

(15)

1.

Pembangunan adalah untuk Mewujudkan Masyarakat yang Adil,

Makmur serta Sejahtera.

2.

Agar Pembangunan untuk Kepentingan Umum Terselenggara

Diperlukan Ketersediaan Tanah.

3.

Prinsip Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum :

1)

Kemanusiaan.

2)

Demokratis.

3)

Adil.

4. Perlunya Disusun Undang-undang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Demokratis.

(16)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya

tanah untuk kepentingan umum dan pendanaannya.Psl 4 ayat

(1) dan (2)

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan

sesuai

dengan

RTRW,

Rencana

Pembangunan

Nasional/Daerah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja setiap

Instansi yang memerlukan tanah.(psl 7 ayat (1)

Diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan

semua pemangku dan pengampu kepentingan. .(psl 7 ayat (3)

Memperhatikan

keseimbangan

antara

kepentingan

pembangunan dan kepentingan masyarakat .(psl 9 ayat (1)

Dilaksanakan dengan memberikan ganti kerugian yang layak

dan adil .(psl 9 ayat (2)

(17)

a.

LEMBAGA NEGARA

b.

KEMENTRIAN DAN LEMBAGA PEMERINTAH

NON-KEMENTRIAN

c.

PEMERINTAH PROVINSI

d.

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

e.

BADAN

HUKUM

MILIK

NEGARA/BADAN

USAHA MILIK NEGARA YANG MENDAPAT

PENUGASAN KHUSUS DARI PEMERINTAH (PLN,

MIGAS)

INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH

Psl. 1 ayat 1 UU No.2/2012

(18)

18

JENIS KEPENTINGAN UMUM

Psl. 10 UU No.2/2012

1)

Pertahanan dan keamanan nasional;

2)

Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi

kereta api;

3)

Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi,

dan bangunan pengairan lainnya;

4)

Pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

5)

Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

6)

Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

7)

Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah;

8)

Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

9)

Rumah sakit pemerintah/pemda;

10) Fasilitas keselamatan umum;

11) Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah;

12) Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

13) Cagar alam dan cagar budaya;

14) Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa;

15) Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk

masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;

16) Prasarana pendidikan atau sekolah pemerintah/pemerintah daerah;

17) Prasarana olah raga pemerintah /pemerintah daerah; dan

(19)

TAHAPAN PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH

PERENCANAAN

DOKUMEN PERENCANAAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN PENYERAHAN HASIL

INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH

PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (didasarkan atas prioritas pembangunan yg ada dalam

RPJM, Resnstra dan RKP serta sesuai RTRW), berisi :

a.Maksud dan tujuan rencana pembangunan b.Kesesuaian dg RTRW/

Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah c.Letak tanah

d.Luas tanah yg dibutuhkan e.Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah

f. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan

pembangunan

g.Perkiraan nilai tanah h.Rencana penganggaran

GUBERNUR, instansi yg memerlukan tanah

Pemberitahuan rencana

pembangunan

Pendataan awal lokasi rencana

pembangunan

Konsultasi publik rencana

pembangunan

Pihak yg berhak

Langsung maupun tidak langsung

Tidak setuju Setuju

Keberatan Gubernur TIM PENETAPAN LOKASI Berita Acara Kesepakatan PENETAPAN LOKASI (Keberatan) Gugatan Ke PTUN (Menolak Putusan) Kasasi Ke MA Putusan MA Menolak keberatan (Menerima keberatan) Instansi yg memerlukan tanah mengajukan lokasi pembangunan di tempat lain 1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang Memerlukan Tanah 2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur 3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN Serta Swasta Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi)

LEMBAGA PERTANAHAN

LEMBAGA PERTANAHAN

Inventarisasi dan identifikasi

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T)

Penilaian ganti kerugian

Musyawarah penetapan ganti

kerugian

Pembayaran ganti kerugian

Diumumkan di kantor desa/ kelurahan dan kecamatan Perhitungan besarnya nilai ganti kerugian Lembaga Pertanahan Penilai Independen

Lembaga Pertanahan, Pihak yg memerlukan tanah, Penilai dan Pihak

yg berhak Berita Acara Kesepakatan Sepakat PN TidakSepakat SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH Pemberian ganti kerugian (menerima) (Menolak) Kasasi Ke MA Putusan MA

(20)

20

a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan;

b. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan

nasional dan daerah;

c.

Letak tanah;

d. Luas tanah yang dibutuhkan;

e. Gambaran umum status tanah;

f.

Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah;

g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

h. Perkiraan nilai tanah; dan

i.

Rencana penganggaran.

j.

Dokumen perencanaan di ttd oleh pimpinan instansi

(disusun dalam bentuk dokumen perncanaan pengadaan tanah sebelum diserah

kepada Gubernur untuk penetapan lokasi)

(21)

21

A.

PEMBERITAHUAN RENCANA PEMBANGUNAN:

DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT PADA RENCANA LOKASI

PEMBANGUNAN (baik langsung maupun tidak langsung, tatap muka atau

menggunakan media cetak elektronik)

B. PENDATAAN AWAL (OLEH GUBERNUR)

Bertujuan untuk digunakan sebagai data untuk melakukan konsultasi

publik, meliputi:

•Daftar pihak yang berhak

•Letak tanah

•Perkiraan luas tanah

(22)

Untuk mendapatkan kesepakatan lokasi pembangunan

Melibatkan pihak yang ber hak dan masyarakat yang terdampak

pembangunan

Menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan pembangunan untuk

kepentingan umum

Output

tahap

persiapan

adalah

penetapan

lokasi

rencana

pembangunan oleh gubernur.

Jika ada keberatan terhadap rencana pembangunan dibentuk Tim

Keberatan diketuai oleh sekretaris daerah provinsi.

Setelah penetapan lokasi rencana pembangunan oleh gubernur masih

ada keberatan dapat di ajukan ke pengadilan (PTUN) dan kasasi ke

MA.

(23)

A.

Sekda Prov. atau pejabat yg ditunjuk sebagai ketua merangkap

anggota

B.

Kepala Kanwil BPN sebagai Sekretaris merangkap anggota

C.

Instansi

yg

menangani

urusan

bidang

perencanaan

pembangunan daerah sebagai anggota.

D.

Kepala Kanwil Hukum dan HAM sebagai anggota

E.

Bupati/Walikota atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota

F.

Akademisi sebagai anggota.

(24)

Tugas TIM :

a.

Menginventarisir masalah yg menjadi keberatan

b.

Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak

keberatan

c.

Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan.

(25)

Pelaksanaan Pengadaan Tanah dapat dilakukan setelah Penetapan Lokasi

Oleh Gubernur

Pelaksanaan Pengadaan Tanah dilakukan oleh Unit Pelaksanaan Pengadaan

Tanah di Kantor Wilayah BPN Provinsi atau Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

Kegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah meliputi:

Inventarisasi dan identifikasi, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah.

Penilaian Ganti Kerugian

Pemberian Ganti Kerugian dan

Pelepasan Hak Atas Tanah.

Inventarisasi dan Identifikasi terdiri dari :

Pengukuran dan Pemetaan Bidang per Bidang Tanah

Pengumpulan Data Pihak Yang ber Hak dan Objek Pengadaan Tanah

PENILAIAN GANTI KERUGIAN

Penilai Ganti Kerugian dilaksanakan oleh Lembaga Penilai yang mendapat ijin

dari Kementerian Keuangan dan Lisensi dari Badan Pertanahan Nasional RI

(26)

26

OBJEK PENILAIAN

Tanah

Ruang Atas Tanah dan Bawah Tanah

Bangunan

Tanaman;

Benda Yang berkaitan dengan Tanah; dan atau

Kerugian Lain yang dapat dinilai

BENTUK PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

 Uang

 Tanah Pengganti;

 Pemukiman Kembali;

 Kepemilikan Saham; atau

 Bentuk Lain yang disetujui kedua belah Pihak.

 Apabila Pihak yang Berhak tidak setuju dengan Besar uang Ganti Kerugian

maka dapat di ajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri Setempat dan

Lembaga Pertanahan wajib membayar sesuai dengan Putusan Pengadilan

yang mempunyai kekuatan Hukum Tetap.

(27)

1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari

Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang

Memerlukan Tanah

2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur

3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah

Daerah, BUMN Serta Swasta

4. Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi)

27

IV. PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH

(28)

Waktu Minimal

(tanpa keberatan)

141

141

37

Total 319

Waktu Maksimal

(dengan keberatan)

289

257

37

Total 583

Catatan :

• Waktu dalam tahapan terhitung sejak dokumen perencanaan resmi diterima oleh

Gubernur.

(29)

PERMENDAGRI NO.72 TH 2012 TTG BIAYA OPERSIONAL

DAN BIAYA PENDUKUNG PENEYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

 Pada intinya adalah

mengatur seluruh tahapan kegiatan pengadaan tanah yg dapat menggunakan APBD.

 Besaran biaya operasional

dan pendukung ditetapkan dengan keputusan

gubernur(disesuikan dengan kemampuan daerah masing-masing)

 Beasaran biaya opersional

dan biaya pendukung mengacu pada ketentuan peraturan menteri

keuangan.

TIGA PERATURAN MENTERI SEBAGAI TINDAK LANJUT

DARI PERPRES 71/2012 Jo PERPRES 40/2014

PERMENKEU NO.

13/PMK.02/2013 TTG PETUNJUK PENGGUNAAN DANA OPERSIONAL DAN DANA

PENDUKUNG DALAM PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

 Intinya :

a. Biaya opersional dan biaya

pendukung termasuk untuk biaya administrasi

b. Biaya opersional dan biaya

pendukung tidak termasuk untuk biaya ganti kerugian dan jasa penilai

c. PMK no.58 tahun 2008 ttg

biaya panitia pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan kepentingan umum masih berlaku sampai dengan bulan desember 2014.

PERKABAN BPN RI NOMOR 5 TAHUN 2012 TTG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH

 Intinya adalah :

a. mengatur secara teknis terhadap pelaksanaan pengadaan

tanah mulai dari pendelegasian dari kanwil kepada kepala kantor sebagai ketua pelaksana pengadaan tanah, penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah, inventarisasi dan identifikasi, penetapan penilai harga tanah, melakukan musyawarah penetapan ganti kerugian dengan pihak yang berhak, pemberian ganti kerugian, pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus/mendesak seperti bencana alam, biaya pendidikan, menjalankan ibadah, pengobatan, pembayaran hutang, atau keadaan mendesak lainnya.

b. Penitipan ganti kerugian di pengadilan jika : pihak yg

berhak menolak besarnya ganti kerugian, pihak yg berhak menolak bentuk ganti kerugian berdasarkan putusan pengadilan, pihak yg berhak tidak diketahui keberadaanya, pihak yg berhak tidk hadirdalam undangan dan tidak

memberikan kuasa.samapai dengan ketentuan

pembiayaan.

c. Peraturan kepala BPN ini telah memberikan penegasan

terhadap proses pengadaan tanah yg sedang berjalan sebagaiamana dimaksud pada pasal 123 ayat 2 perpres 71 tahun 2012 yaitu :

• telah dituangkan dalam dokumen

perencanaan/proposal pembangunan

• Telah dianggarakan pada tahun anggaran yg sedang

berjalan

• Telah diterbitkan penetepan lokasi

• Telah terlaksana pelepasan hak

(30)

Referensi

Dokumen terkait

(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada RSUP Persahabatan Jakarta Timur selaku instansi yang terkait mengenai faktor -faktor yang berhubungan

Pertama, kajian ini berupaya menjelaskan bagaimana kelompok tani di Desa Giriwinangun dalam pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, meningkatkan

Adanya perbedaan pada keuntungan yang diperoleh pemborong jika membawa duku dari Kabupaten Muara Enim dibandingkan Kabupaten OKI dan OKU disebab- kan adanya variasi

Makanan atau minuman hasil fermentasi yang melibatkan mikroorganisme yang menguntungkan salah satunya adalah nata.Nata merupakan hasil fermentasi air kelapa (nata

Dampak kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya terhadap permintaan tenaga kerja dan faktor primer komposit menunjukkan pola yang tidak seragam, baik menurut

Research methodology applied in this research included 1) Descriptive quantitative method 2) Documentation as both data collecting method and research instrument